cover
Contact Name
Hafizh Al Fikri
Contact Email
hafizalfikri@ikj.ac.id
Phone
+6281380151716
Journal Mail Official
jurnal@senirupaikj.ac.id
Editorial Address
Fakultas Seni Rupa Institut Kesenian Jakarta Kompleks Taman Ismail Marzuki Jalan Cikini Raya No. 73, Cikini Kec. Menteng Kota Jakarta Pusat, 10330
Location
Kota adm. jakarta pusat,
Dki jakarta
INDONESIA
Jurnal Senirupa Warna (JSRW)
ISSN : 23551682     EISSN : 26857618     DOI : https://doi.org/10.36806
JSRW supports the vision and mission of FSR-IKJ to publish works of a scientific nature within FSR-IKJ and beyond. Works published must discuss discourses of arts (either fine or applied) in the fields related to visual aspects, such as fine arts, design, craft, visual narratives, and forms of art that utilize the new media.
Articles 115 Documents
Identitas Visual dan Aplikasi Ragam Hias Toraja dalam Desain Interior "Café Tator" Lily Wijayanti
JSRW (Jurnal Senirupa Warna) Vol. 4 No. 1 (2015): Lintas Batas Ekspresi Seni
Publisher : Fakultas Seni Rupa - Institut Kesenian Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36806/.v4i1.27

Abstract

Fokus penelitian ini adalah bagaimana identitas visual ragam hias digunakan dalam interior Cafe Tator di Grand Indonesia, Jakarta, dengan memanfaatkan sensibilitas etnik Toraja sebagai suatu perwujudan bentuk desain ke dalam fungsi ruang komersial. Penerapan ragam hias di sini tidak lagi mengacu kepada makna simbolis ragam hias yang sakral, akan tetapi lebih mengacu ke dalam fungsi modern yang bermakna profan. Konsep desain di sini merupakan interpretasi modern yang mewakili bentuk ragam hias tradisional, namun diolah kembali menggunakan material dan dimensi baru tanpa menghilangkan karakteristik visualnya. Prinsip-prinsip dasar tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu pembentuk brand image sebuah kedai kopi khusus dari Tana Toraja yaitu "Cafe Tator". Tampilan visual unsur budaya Toraja dapat memperkuat nilai jual sebagai salah satu bentuk upaya dalam mengembangkan citra positif di benak konsumen sebagai kebutuhan masa kini, yaitu sebuah identitas lokal yang juga menjadi bagian dari gaya hidup atau 'life style' masyarakat urban.
Perupa: Nashar Gesyada Annisa Namora Siregar
JSRW (Jurnal Senirupa Warna) Vol. 5 No. 1 (2017): Eksplorasi Keragaman Media Seni
Publisher : Fakultas Seni Rupa - Institut Kesenian Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36806/.v5i1.28

Abstract

Abstrak: Tiga-¬Non: non-¬prakonsepsi, non¬-teknik akademis, dan non-¬estetik akademis adalah gagasan yang dikemukakan seniman dan pemikir seni rupa Indonesia, Nashar, pada tahun 1970-an. Tulisan ini merupakan rangkuman proses untuk memahami perjalanan Nashar menemukan Tiga-Non, pengaruh kawan dan gurunya, Oesman Effendi dan Affandi dalam sikap kepelukisannya, apa yang dimaksudkan Nashar dengan Tiga-Non-nya, dan terakhir melihat bagaimana Tiga-¬Non dipraktikkan oleh Nashar dalam karya-karyanya. Abstract: Non-preconception, non-academic technique, and non-academic esthetic are the three concepts presented by Nashar, one of the Indonesian fine arts artists and thinkers, in 1970s. This article is a summary covering the process of understanding Nashar’s journey to find his Three-Non, the influence of a friend cum teachers, Oesman Effendi and Affandi in his attitude to his painting career, what he meant with his Three-Non, and lastly, to see how the Three-Non was operated by Nashar in his works.
Upaya Peningkatan Kualitas Desain Interior Rumah Susun Sederhana Sewa: Studi Kasus Rusunawa Kali Code Yogyakarta M Sholahuddin
JSRW (Jurnal Senirupa Warna) Vol. 4 No. 1 (2015): Lintas Batas Ekspresi Seni
Publisher : Fakultas Seni Rupa - Institut Kesenian Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36806/.v4i1.29

Abstract

Tulisan ini memberikan gambaran tentang perencanaan RUmah Susun Sederhana Sewa (rusunawa) di bantaran sungai Kali Code di pusat kota Yogyakarta, yang tidak memasukkan unsur penataan interior. Akibat dari tidak adanya integrasi dari sejak awal antara pembangunan unit hunian dengan penataan ruang yang memadai, maka penghuni beradaptasi dengan penataan interior seadanya sehingga hunian terasa sesak dan kurang nyaman. Pertanyaan penelitian adalah bagaimana konsep desain interior rusunawa mampu mengakomodasi perilaku calon penghuni berdasarkan kebutuhan-kebutuhan dan permasalahannya? Dengan membuat studi tentang zona ruang berdasar sirkulasi aktivitas penghuni, diharapkan terbentuk peningkatan kualitas hidup yang berdampak positif bagi penghuni rusunawa.
Manusia Laba-laba "Sebuah Proyek Identitas dalam Dunia Komik" Seno Gumira Ajidarma
JSRW (Jurnal Senirupa Warna) Vol. 4 No. 1 (2015): Lintas Batas Ekspresi Seni
Publisher : Fakultas Seni Rupa - Institut Kesenian Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36806/.v4i1.30

Abstract

Identitas merupakan sebuah proyek penting dalam politik kebangsaan, untuk menegaskan perbedaan diri dengan bangsa lain. Namun identitas tidak pernah bisa dimulai dari kondisi tanpa-identitas, karena merupakan subjek yang tersusun dari kebergandaan identitas, tidak akan pernah tetap dan menetap. Studi tentang pergulatan antarwacana dalam representasi sosok "Manusia Laba-laba" dalam komik Indonesia menunjukkan kebudayaan Indonesia tidak bebas, bahkan terbangun oleh kebergandaan identitas, baik dari reruntuhan tradisi maupun representasi modernisme, yang hanya mungkin mendapatkan kedudukan setara dalam sebuah kondisi pascamodernisme. Dalam wacana konteks global, studi ini menunjukkan bahwa hegemoni wacana dominan manapun adalah kondisi yang selalu berada dalam proses negosiasi dan artikulasi kembali tanpa henti.
Perupa: Tantio Adjie JSRW
JSRW (Jurnal Senirupa Warna) Vol. 4 No. 1 (2015): Lintas Batas Ekspresi Seni
Publisher : Fakultas Seni Rupa - Institut Kesenian Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36806/.v4i1.31

Abstract

Lahir pada tahun 1955 dan dibesarkan di Jakarta dengan lingkungan gambar-menggambar, karena ayahnya Raden Roestamadjie adalah seorang tentara yang berlatar belakang sekolah teknik pembangunan, sehingga bakat gambarnya diturunkan dari sang ayah. Sang ayah juga dipercayai oleh Presiden Soeharto selain dalam perancangan pembangunan jalan dan jembatan, juga dalam pengadaan acara-acara hiburan untuk masyarakat khususnya pertunjukan wayang sebagai media propaganda politik di mas itu. Ketika itu Adjie sering diajak orang tuanya untuk menonton pertunjukan wayang kulit, dan Adjie sangat menyukainya khususnya salah satu tokoh punakawan, Gareng.
Proses Kreatif Konsep Penciptaan Bentuk : (Studi kasus: Kemben, Pakaian Adat Perempuan Jawa, Penari Jawa) Lucky Wijayanti; Setiawan Sabana
JSRW (Jurnal Senirupa Warna) Vol. 5 No. 1 (2017): Eksplorasi Keragaman Media Seni
Publisher : Fakultas Seni Rupa - Institut Kesenian Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36806/.v5i1.32

Abstract

Abstrak: Proses penciptaan seni terbentuk dari hubungan antara gagasan penciptaan dengan konsep berkarya yang dilakukan oleh setiap seniman dengan cara pandang yang berbeda. Dari penelitian yang dilakukan melalui metode observasi terhadap kegiatan para perempuan yang bekerja sebagai pembuat batik, penari, penganyam, dan penenun di wilayah pulau Jawa, seperti: Cirebon, Pekalongan, Solo, dan Yogyakarta, dapat dirumuskan konsep penciptaan bentuk (karya) yang mencakup tiga aspek pokok, yaitu: 1) Tematik, konsep subject matter, dalam bidang seni visual, baik itu tema yang bersifat religius, sosial, urban dan lain sebagainya materi subyeknya selalu berubah sesuai dengan maksud dari seniman untuk mengkomunikasikan sesuatu pengalaman yang spesifik melalui karya baru atau representasi yang abstrak; 2) Visual, konsep proses kreatif dalam perwujudan karya yang divisualkan melalui figur-figur sebagai representasi seni rupa, misalnya melalui media film dokumenter dan foto; 3) Media, konsep eksplorasi media dan teknik untuk mewujudan karya, dengan menggabungkan material temuan (found object) yang berasal dari lokasi penelitian dengan media lainnya yang dapat memperkaya suatu karya dan dapat mewakili visual setempat. Abstract: The art creation process is constructed by the relation between ideas and the concept of creation of artists based on different point of view. From the research that uses observation method and focuses on the activities of the working women as batik makers, dancers, and weavers in areas in Java such as Cirebon, Pekalongan, Solo and Yogyakarta, it can be formulated one concept of creation that involves three aspects which are: 1) thematic, the concept of subject matter, in visual art, for themes like religious, social, urban matter, the materials of the subjects always change according to the purpose of the artists in communicating a specific experience through a new piece of work or an abstract representation; 2) Visual, the concept of creative process in the manifestation of work which is visualized using figures as representation of fine art, for example by means of documentary film and photos; 3) Media, the concept of exploration of media and the technique to materialize art works, by combining the materials of the objects found in the research locations with other media that can enrich an art work and can represent local visual.
Srihadi dan Seni Rupa Indonesia Ananda Feria Moersid
JSRW (Jurnal Senirupa Warna) Vol. 4 No. 1 (2015): Lintas Batas Ekspresi Seni
Publisher : Fakultas Seni Rupa - Institut Kesenian Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36806/.v4i1.33

Abstract

Buku "Srihadi dan Seni Rupa Indonesia" yang membahas secara detail mengenai pribadi serta peranan salah seorang perupa senior Indonesia, Srihadi Soedarsono dalam sejarah perkembangan seni rupa modern dan kontemporer di Indonesia adalah bagian dari pameran tunggal sekaligus memperingati usianya yang ke 80 tahun di ruang pamer Art: 1 New Museum pada bulan Mei tahun 2012.
Almanak Seni Rupa Indonesia 'Secara Istimewa Yogyakarta' Ardianti Permata Ayu
JSRW (Jurnal Senirupa Warna) Vol. 4 No. 1 (2015): Lintas Batas Ekspresi Seni
Publisher : Fakultas Seni Rupa - Institut Kesenian Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36806/.v4i1.34

Abstract

Buku Almanak Seni Rupa Indonesia "secara istimewa Yogyakarta" tampaknya merupakan upaya untuk mengidentifikasi salah satu kekuatan budaya yang kita miliki, khususnya seni rupa yang ada dalam masyarakat baik secara individu maupun dalam kelompok. Mengacu pada judulnya maka identifikasi maupun pemetaan buku ini terfokus pada Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai salah satu pusat seni rupa kontemporer di Indonesia saat ini.
Pemaknaan Garuda Pancasila melalui T-shirt “Hiduplah Indonesia Raya” Rasuardie
JSRW (Jurnal Senirupa Warna) Vol. 5 No. 1 (2017): Eksplorasi Keragaman Media Seni
Publisher : Fakultas Seni Rupa - Institut Kesenian Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36806/.v5i1.37

Abstract

Abstrak: Kebudayaan Populer sangat dinamis sehingga mampu memberikan anak muda ruang untuk berekspresi dan berapresiasi tentang hal-hal baru, tak terkecuali dalam memproduksi identitas, termasuk di dalamnya memproduksi identitas nasionalismenya. Garuda Pancasila sebagai lambang negara yang dilindungi oleh undang-undang dan aturan pemerintah dipertarungkan dengan ide-ide anak muda yang butuh mengekspresikan identitas nasionalismenya. Garuda Pancasila dimaknai ulang sesuai dengan kebutuhan mereka akan identitas nasionalisme melalui tema-tema kebudayaan populer anak muda. Makna baru Garuda Pancasila ini mungkin beredar di sekitar dunia mereka saja tetapi tidak menutup kemungkinan bisa diterima dan diapresiasi secara baik oleh masyarakat luas. Penelitian yang dilakukan melalui metode kualitatif deskriptif dengan obyek penelitian adalah t-shirt yang diproduksi oleh kolektif “Hiduplah Indonesia Raya”, sebuah kolektif anak muda yang bergerak dari kecintaannya terhadap Indonesia yang kemudian berani memproduksi identitas ke-Indonesiaan-nya melalui pemaknaan baru terhadap Garuda Pancasila melalui media t-shirt bergrafis. Penelitian ini bermaksud menguraikan ide-ide yang melatarbelakangi anak muda Indonesia dalam memproduksi identitas keIndonesiaannya melalui pemaknaan ulang Garuda Pancasila dan upaya yang dilakukan oleh mereka dalam mendistribusikan ‘ide’ identitas Indonesia kontemporer untuk tetap menjaga rasa dan jiwa nasionalisme dikalangan mereka sendiri juga masyarakat di sekitar mereka. Penelitian ini menemukan bahwa anak muda Indonesia dengan semangat kecintaan akan tanah air dan kebutuhannya akan identitas terkini melalui media popular t-shirt mampu menjadi sebuah media ekspresi yang menyebar dan diterima secara positif bahkan didukung oleh lingkungan sekitarnya. Abstract: Popular culture is so dynamic that it has the ability to provide space for the youths to show their expression and appreciation on new things, including in producing identity, i.e. identity of their nationalism. Garuda Pancasila as the state’s symbol protected by the law and government regulations is challenged by the ideas coming from the youths who need to express their identity of nationalism. Garuda Pancasila is redefined according to their needs on their identity of nationalism through the themes of the popular culture of the youths. New meaning of Garuda Pancasila is probably only known among the youths and their world but it has actually the possibility to be well accepted and appreciated by wider community. This research uses descriptive qualitative method with t-shirt that is produced by a community named “Hiduplah Indonesia Raya”, a youth community that is moved by their love for Indonesia. This community is courageously enough to produce their Indonesian identity by means of giving a new meaning to Garuda Pancasila in t-shirts with graphic designs. This research is to break down ideas that have moved the youths to produce their Indonesian identity through redefinition of Garuda Pancasila and their efforts in spreading the idea of contemporary Indonesian identity to maintain the sense and spirit of nationalism among the youths themselves along with those surrounding them. This research reveals that Indonesian youths with their love for their country and their need of an updated identity using popular media such as t-shirt are able to turn t-shirt into a medium of expression that positively accepted and even supported by the surroundings.
Menatap Iklan Reebok “Easytone - Reetone” Indah Tjahjawulan
JSRW (Jurnal Senirupa Warna) Vol. 5 No. 1 (2017): Eksplorasi Keragaman Media Seni
Publisher : Fakultas Seni Rupa - Institut Kesenian Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36806/.v5i1.38

Abstract

Abstrak: Iklan adalah sebuah objek, dan kita adalah subjek yang menatap kepada objek tersebut. Namun, “menatap” bukanlah sekadar menatap karena pada saat “menatap” iklan, ada sebuah medan tatapan yang berhubungan dengan kode penyampaian iklan itu sendiri yang mempunyai beberapa tingkatan (level). Tulisan ini membahas tentang level medan tatapan dalam iklan dengan contoh kasus iklan Rebook seri Easytone dan Reetone. Dari pembacaan iklan tersebut ditemukan bahwa level pertama “menatap” adalah melihat realita, yaitu subjek hanya melihat imaji (gambar) yang ada pada iklan tersebut. Level kedua adalah melihat apa yang direpresentasikan oleh semua realita tersebut. Siapa saja yang melihat iklan tersebut, dengan bebas dapat menerjemahkan sesuai intepretasi masing-masing. Sedangkan level ketiga berkaitan dengan kekuasaan atau ideologi tertentu yang melatarbelakangi realita dan representasi tersebut. Pada akhirnya “menatap” iklan dapat berperan lebih jauh dari sekedar dapat terpengaruh oleh rayuan untuk membeli produk yang diiklankan, tetapi juga membentuk abnormalitas seksual di kalangan wanita untuk menikmati sensualitas dan pamer keindahan tubuh yang palsu hasil konstruksi media. Abstract: Advertisement is an object and we are the subjects who look at the object. However, “to gaze at” doesn’t just mean to look at. When we “gaze at” the advertisement, there is a depth of field relating to the code of delivering the advertisement that has various levels. This article discusses the level of depth of field in the advertisement of Rebook of Easytone and Reetone series. Based on the reading of the advertisement, it is revealed that the first level of “to look at” is to gaze at the reality, which is the subject only look at the image (picture) presented in the advertisement. The second level is to look at what is represented by the whole reality. Whoever looks at the advertisement can freely translate it according to their respective interpretation. For the third level, it is related to the power or particular ideology serving as the background of the reality and the representation. Ultimately “to gaze at” an advertisement can play a further role and not just merely an influence caused by a persuasion to buy the product being advertised, but to create a sexual abnormality among women to enjoy sensuality and the exhibition of the beauty of fake body as the result of a media construction.

Page 2 of 12 | Total Record : 115