cover
Contact Name
Hafizh Al Fikri
Contact Email
hafizalfikri@ikj.ac.id
Phone
+6281380151716
Journal Mail Official
jurnal@senirupaikj.ac.id
Editorial Address
Fakultas Seni Rupa Institut Kesenian Jakarta Kompleks Taman Ismail Marzuki Jalan Cikini Raya No. 73, Cikini Kec. Menteng Kota Jakarta Pusat, 10330
Location
Kota adm. jakarta pusat,
Dki jakarta
INDONESIA
Jurnal Senirupa Warna (JSRW)
ISSN : 23551682     EISSN : 26857618     DOI : https://doi.org/10.36806
JSRW supports the vision and mission of FSR-IKJ to publish works of a scientific nature within FSR-IKJ and beyond. Works published must discuss discourses of arts (either fine or applied) in the fields related to visual aspects, such as fine arts, design, craft, visual narratives, and forms of art that utilize the new media.
Articles 115 Documents
Catatan Soal Yang Lalu Untuk Esok: Tinjauan Acara International Council of Museums– Conservation Committee Trienalle Symposium 2017 Gadis Fitriana Putri
JSRW (Jurnal Senirupa Warna) Vol. 5 No. 2 (2017): Media, Kebudayaan dan Identitas
Publisher : Fakultas Seni Rupa - Institut Kesenian Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36806/.v5i2.50

Abstract

Abstrak: Helatan konferensi International Council of Museums – Conservation Committee (ICOM-CC) yang diselenggarakan pada bulan September 2017 dengan tajuk Linking Past and Future merupakan buah hasil inkubasi yang menaungi 21 kelompok kerja yang memiliki fokus mulai dari permasalahan legal hingga sains dan isu teknis seputar bidang konservasi warisan budaya dan karya seni. Pada kesempatan ini, 21 kelompok kerja naungan ICOMCC mempresentasikan penelitian, temuan, dan pertanyaan-pertanyaan seputar kebijakan etika, teknologi, dan distribusi pengetahuan dalam bidangnya. ICOM-CC berusaha untuk memetakan isu keprofesian konservator melalui kacamata global yang secara garis besar tertuang ke dalam sesi presentasi pararel dan poster dengan jumlah 274 materi bahasan. Tulisan ini meliput beberapa presentasi riset dan meninjaunya melalui aspek kebijakan etis, sains dan teknologi, akses dan edukasi, serta aspek keberlanjutan yang terkandung di dalam konferensi tiga tahunan ini. Abstract: The conference of the International Council of Museums - The Conservation Committee (ICOM-CC) held in September 2017 with the theme Linking Past and Future is the result of an incubation that houses 21 working groups that focus on legal issues to science and technical issues surrounding areas of cultural heritage conservation and artwork. At this stage, 21 ICOM-CC shading work groups present research, findings, and questions about ethical policy, technology, and knowledge distribution in their fields. ICOM-CC seeks to to map conservator profession issues through different global perspectives in several parallel presentation sessions and posters with a total of 274 subjects. This paper covers several research presentations and reviews them through ethical, scientific and technological aspects, access and education, as well as the aspects contained in this three-stage building.
Seni Menggambar Sebagai Wahana Penelitian Dalam Senirupa Dan Desain Karna Mustaqim
JSRW (Jurnal Senirupa Warna) Vol. 5 No. 2 (2017): Media, Kebudayaan dan Identitas
Publisher : Fakultas Seni Rupa - Institut Kesenian Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36806/.v5i2.51

Abstract

Abstrak: Kegiatan meneliti selalu dipertanyakan mengenai derajat keilmiahannya, artikel ini mengemukakan sebuah paradigma metode penelitian seni dan desain. Yang mana instrumen penelitiannya adalah diri praktisi perupa atau desainernya sendiri dimana wahana penelitiannya adalah sebuah kegiatan berkesenian yang paling fundamental bagi perupa dan desainer, yaitu: seni menggambar. Abstract:Research activities often being questioned about its scientific degree, this paper proposes a kind of paradigm in art and design reseach method. Indeed, the research instrument is the artist or designer him/herself that the vehicle to do research is the utmost fundamental art activities for both artist and designer: the art of drawing itself.
Membaca Ke-indonesia-an Dalam Karya Wastra Merah Putih Lusiana Limono
JSRW (Jurnal Senirupa Warna) Vol. 5 No. 2 (2017): Media, Kebudayaan dan Identitas
Publisher : Fakultas Seni Rupa - Institut Kesenian Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36806/.v5i2.52

Abstract

Abstrak: Gemuruhnya hembusan isu SARA di tengah masyarakat bisa berakibat pada perpecahan antar anak bangsa. Para aktor kreatif ingin menyuarakan isi hatinya, mengungkapkan dengan bahasa kreatif, “mengingatkan” bukan “memperingatkan” bahwa Indonesia milik semua Warga Negara Indonesia dengan segala macam keberagaman yang ada. “Pameran Merah Putih’ adalah hadiah ulang tahun yang ke-72 bagi Republik Indonesia dari para seniwati kriya Indonesia. Beberapa karya seniman dalam pameran karya Wastra Merah-Putih memiliki ”bahasa” yang paralel dalam mengekspresikan Nasionalisme. Lebih jauh lagi bisa dilihat bagaimana kreatifitas mereka secara tidak langsung sudah diberi koridor ”Merah-Putih” oleh penggagas pameran. Selain kriya, pameran ini juga diberi narasi yang turut membangun konteks melalui sesi pemutaran fim Athirah karya Riri Riza yang di dalam beberapa adegannya menggambarkan keindahan kain-kain Bugis dan peran sosial kain Bugis tersebut. Komunitas Wastra menggunakan tanda-tanda: Warna Merah-Putih, Soekarno, Basuki Tjahja Purnama (Ahok), peta Indonesia, Pancasila dan turunannya, mainan tradisional Indonesia, rumah serta benda-benda tradisional untuk merepresentasikan ”Indonesia”. Tulisan ini memetakan karya-karya yang dipamerkan yang merupakan representasi dari budaya visual antar-”anggota” kriyawati wastra ini, serta sekaligus menggambarkan pola penciptaan makna melalui simbol-simbol, tanda-tanda, serta bentuk yang kemudian menjadi media untuk berdialog tentang Indonesia. Abstract: The rumble of the issue of racial intolerance in society can result in the split between the peoples. Craft artists expressed their hearts with creativities to ”remind” not to ”warn” that Indonesia belongs to all Indonesian citizens with all kinds of diversity that exists. ”Merah Putih Exhibition” is the 72nd birthday present for the Republic of Indonesia from Indonesian craft artists. Some works of artists in the Wastra Merah-Putih exhibition have a parallel ”language” in expressing Nationalism. Furthermore, it can be seen how their creativity has been indirectly given the ”Red-and-White” corridor by the initiator of the exhibition. In addition to the craft, this exhibition is also given a narrative that helped build the context through the screening session of Riri Riza’s movie, Athirah, which in some scenes depicts the beauty of Bugis fabrics and the social role of the Bugis fabric. The Wastra community uses signs: Red and White colors, Soekarno, Basuki Tjahja Purnama (Ahok), Indonesian map, Pancasila and its derivatives, traditional Indonesian toys, houses and traditional objects to represent ”Indonesia”. This paper maps the exhibited works which are representations of the visual culture among these ”members” of wisdom, and simultaneously describes the pattern of meaning creation through symbols, signs, and forms which later became the medium for dialogue about Indonesia.
MEMBACA BASOEKI ABDULLAH MELALUI PENATAAN PAMERAN “RAYUAN 100 TAHUN BASOEKI ABDULLAH” Ika Yuni Purnama
JSRW (Jurnal Senirupa Warna) Vol. 6 No. 1 (2018): Di antara Ekspresi, Komunikasi, dan Fungsi
Publisher : Fakultas Seni Rupa - Institut Kesenian Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36806/.v6i1.53

Abstract

Abstrak: Dalam rangka memperingati seratus tahun usia Basoeki Abdullah, Museum Basoeki Abdullah dan Museum Nasional menggelar pameran memeringati seabad perjalanan dan hasil karya seniman Basoeki Abdullah yang lahir pada 1915, berjudul “Rayuan 100 Tahun Basuki Abdullah” yang menampilkan 40 lukisan Basuki Abdullah dan 11 karya seniman seni rupa Indonesia. Penataan ruang pamer merupakan hasil desain interior dengan mempertimbangkan isi cerita dari karya seni yang dipamerkan di dalamnya. Dari pengamatan awal, terlihat bahwa bentuk dan penataan ruang pamer yang menampilkan berbagai ragam karya Basuki Abdullah dipengaruhi juga oleh pemilihan obyek-obyek yang dipamerkan. Penataan ruang pamer beserta obyek-obyek terpilih tersebut dapat memberikan sebuah narasi bagi pengunjung. Dalam hal ini, penelitian mencoba membaca Basuki Abdullah melalui tampilan penataan ruang pamer. Menggunakan pendekatan semiotika dari Barthes, hasil penelitian yang menganalisis penataan, warna ruang dan pemilihan dan penempatan obyek pamer, memperlihatkan bahwa secara keseluruhan, tata ruang pamer merepresentasikan hubungan Basoeki Abdulah dengan keluarga, pandangan dan pengetahuan budaya Basoeki Abdullah. Abstract: In commemoration of the centenary age of Basoeki Abdullah, the Basoeki Abdullah Museum and the National Museum held an exhibition commemorating a century of travel and the work of artist Basoeki Abdullah who was born in 1915, titled “100 Years Basuki Abdullah Seduction” which featured 40 Basuki Abdullah paintings and 11 works of art artists appearance of Indonesia. The arrangement of the exhibition display is the result of interior design by considering the contents of the story of the artwork on display therein. From the preliminary observations, it can be seen that the shape and arrangement of the exhibition space which displays a variety of works by Basuki Abdullah is also influenced by the selection of objects on display. In this case, the research tried to read Basuki Abdullah through the display of the exhibition display arrangement. Using a semiotic approach from Barthes, the results of research analyzing arrangement, color of space and the selection and placement of exhibited objects, show that overall, showroom layout represents the views and culture of Basoeki Abdulah views on Javanese culture.
Perancangan Buku Ilustrasi Makhluk-makhluk Mitologis Nusantara ‘Tambo Maru’ Moh. Isa Pramana Koesoemadinata; Radhi Beskin
JSRW (Jurnal Senirupa Warna) Vol. 5 No. 2 (2017): Media, Kebudayaan dan Identitas
Publisher : Fakultas Seni Rupa - Institut Kesenian Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36806/.v5i2.54

Abstract

Abstrak: Kebudayaan masyarakat Indonesia seringkali terintegrasi dengan kepercayaan masyarakat terhadap alam gaib, kesaktian, roh, makhluk-makhluk gaib dan para dewa. Ilmu tentang bentuk sastra yang mengandung konsepsi dan dongeng suci mengenai kehidupan dewa dan makhluk halus dalam suatu kebudayaan disebut Mitologi. Banyak nilai budaya, nilai moral serta kearifan lokal yang dapat dipetik dari mitologi Nusantara, khususnya makhluk-makhluk gaib, namun sangat disayangkan tidak disadari oleh masyarakat umum. Selain itu masih kurang media tentang makhluk mitologi Nusantara untuk anak-anak sehingga kurang dikenal oleh anak-anak. Agar mitologi Nusantara tetap terjaga sebagai warisan budaya, akan lebih baik jika anak usia dini belajar dan mengetahui tentang makhluk mitologi Nusantara. Berdasarkan fenomena tersebut maka penulis melakukan perancangan buku ilustrasi tentang makhluk-makhluk mitologis Nusantara. Melalui metode observasi, studi pustaka, wawancara ahli dan analisis matriks dilakukan untuk mendapatkan informasi dan membentuk sebuah landasan teori, perancangan buku ilustrasi dilakukan karena memiliki daya tarik bagi anak, selain itu diharapkan dapat menambah pengetahuan dan memberi edukasi kepada anak usia dini tentang nilai-nilai kebudayaan, khususnya kearifan lokal di balik mitologi Nusantara. Abstract: Indonesian culture oftenly integrated with traditional belief towards other realm, magical powers, spirits, supranatural beings, gods and goddesses. The knowledge of literary forms containing conceptions and the sacred tales about gods and spirits within culture is called Mythology. Many cultural values, morals and local wisdom that can be learned from the mythology of Nusantara archipelago, particularly supernatural beings, but unfortunately unrealized by most people, but less media to introduce creatures of Indonesian mythology to children and stories of mythological creatures were less known by children. In order to make the Nusantara Mythology keep everlasting it would be better if children learn and know it earlier. Based on those phenomenon, through the methods of observation, literature study, interviews and matrix analysis to get information and build a theoritical foundation, then the author designs illustrated book of Nusantara Mythological creatures. Illustrated book is chossen due its appealing effect towards children, beside that hopefully it can increase knowledge and educate children about cultural values particularly local wisdom beneath Nusantara Mythology since early ages.
MEMROSES MOTIF JUMPUTAN DI ATAS KERAMIK Tri Wahyuni
JSRW (Jurnal Senirupa Warna) Vol. 6 No. 1 (2018): Di antara Ekspresi, Komunikasi, dan Fungsi
Publisher : Fakultas Seni Rupa - Institut Kesenian Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36806/.v6i1.55

Abstract

Abstrak: Karya ini sebenarnya adalah sebuah eksperimen, sebuah eksplorasi atas kemungkinan-kemungkinan penerapan motif jumputan biru pada permukaan keramik. Proses ini bagaimana sebuah penjelajahan tanpa akhir yang hasil-hasilnya menawarkan secara visual ruang untuk berimajinasi yang selalu penuh dengan kejutan yang dihasilkan dari ikatan, lipatan, kerutan, jelujur, dan pewarnaan. Warna dan motif pada kain shibori biru dan pada keramik warna biru cobalt memiliki persamaa yang dekat dalam hal warna. Kesamaan ini dipandang sebagai representasi shibori biru yang diterapkan pada tekstil. Efek visual memunculkan spirit jumputan biru pada keramik yang tidak lagi mengacu pada pemaknaan yang ada pada kain jumputan biru. Abstract: The work I have completed is basically an experiment, an exploration of the possibilities applying blue shibori motif on ceramic surface. This process is like a never-ending exploration of which the results visually offer space to have imaginations, always full of surprises resulting from the process of knotting, folding, wrinkling, stitching and coloring. The color and motif on blue shibori cloth and on cobalt blue ceramic have close similarity in color. This similarity is regarded as the representation of blue shibori as applied on textile. The visual effect of this process brings out the spirit of blue shibori on ceramic, which does not refer to the meaning existing in the blue shibori cloth.
Kajian Material Culture Arsitektur Perumahan Pegawai Kereta Api Staatsspoor en Tremwegen (SS) Sri Fariyanti Pane
JSRW (Jurnal Senirupa Warna) Vol. 5 No. 2 (2017): Media, Kebudayaan dan Identitas
Publisher : Fakultas Seni Rupa - Institut Kesenian Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36806/.v5i2.56

Abstract

Abstrak: Perumahan dinas pegawai kereta api peninggalan kolonial Belanda yang berada di Manggarai, adalah bagian dari Stasiun Manggarai, sampai hari ini masih berdiri dan digunakan sebagai tempat tinggal para pegawai atau mantan pegawai KAI. Bentuk bangunan rumah-rumah ini merupakan bagian dari perkembangan sejarah gaya arsitektur yang berkembang pada awal abad ke-20 di Batavia. Adaptasi dan asimilasi budaya Indonesia dan Belanda menghasilkan sebuah gaya yang mengacu pada style Art Deco namun disesuaikan dengan kondisi alam dan lingkungan Batavia masa itu. penelitian bertujuan melihat bagaimana sebuah perumahan peninggalan Belanda dilihat dari pengamatan Material Culture, yaitu manifestasi budaya melalui produk-produk yang merupakan bukti material masyarakat. Melalui pendekatan Material Culture, ditemui konteks yang mempengaruhi gaya, produksi, dan makna pada bangunan perumahan pegawai kereta api SS di Manggarai. Abstract: The official residence of the Dutch colonial railway employees residing in Manggarai, to this day still stands and is used as the residences of employees or former employees of KAI. The building form of these houses is part of the historical development of architectural styles that developed in the early 20th century in Batavia. The adaptation and assimilation of Indonesian and Dutch cultures resulted in an Art Deco style adapted to Batavia’s natural and environmental conditions. Through the Material Culture approach, it encountered contexts affecting the style, production, and meaning of SS railroad housing buildings in Manggarai.
Visual Brand PT. Allianz Indonesia pada Bauran Media Promosi Sebagai Strategi Komunikasi Pemasaran Produk Asuransi Jiwa Yulianto Hadiprawiro
JSRW (Jurnal Senirupa Warna) Vol. 5 No. 2 (2017): Media, Kebudayaan dan Identitas
Publisher : Fakultas Seni Rupa - Institut Kesenian Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36806/.v5i2.57

Abstract

Abstrak: Citra visual brand sangat penting digunakan sebagai bagian dari strategi komunikasi pemasaran suatu produk. Melalui komunikasi pemasaran berupa bauran media promosi, visual brand suatu produk/jasa dapat mendekatkan dirinya sekaligus menanamkan kekuatannya pada masyarakat. Tujuan penelitian ini untuk mengkaji visual brand yang diterapkan oleh perusahaan asuransi PT. Allianz Indonesia dalam strategi komunikasi pemasaran produk asuransi jiwa melalui bauran media promosi. Konsep visual brand pada bauran media promosi ini perlu dikaji, karena PT. Allianz Indonesia terlihat cukup konsisten menjaga identitas karakter citra produk pada media promosi sebagai strategi komunikasi pemasaran produk, khususnya produk asuransi jiwa yang dinobatkan sebagai produk asuransi jiwa terbaik. Untuk mengkaji lebih jauh visual brand pada bauran media promosi, diambil sampel pada media elektronik berupa iklan televisi, media cetak lini bawah termasuk brosur, billboard, baliho dan media baru berupa situs web. Hasil penelitian ini adalah PT. Allianz menggunakan visual identitas perusahaan berupa logo, turunan warna korporat dan citra brand sebagai partner dalam hidup di berbagai lini untuk aktivitas yang berhubungan dengan kesehatan, jiwa dan hidup sehat, termasuk olahraga. Konsistensi visual identitas perusahaan ini menciptakan brand awareness yang kuat di benak masyarakat. Dengan visual brand yang kuat PT. Allianz Indonesia mampu bersaing dengan perusahaan asuransi lainnya. Abstract: Brand visual image is very important as part of marketing communication strategy of a product. Process of marketing communications, media promotion mix, visual design of a product / service will draw the product closer to the target market and plant the images of the brand in the audiences mind. The purpose of this study is to examine the visual brand applied by the insurance company PT. Allianz Indonesia in marketing communication strategy of life insurance product through media promotion mix. The visual concept of the brand in this media promotion mix needs to be studied, because PT. Allianz Indonesia looks quite consistent in maintaining the identity of the product image character in the media campaign as a marketing communication strategy of the product, especially life insurance products that have been named the best life insurance products. To further examine the visual brand in media promotion mix, samples taken in electronic media in the form of television advertisement, print media of down line including brochure, billboard and new media in the form of website. PT. Allianz uses visual corporate identity in the form of logos, corporate color derivatives and brand image that positioned Allianz Indonesia as “partners in life” in all life activities related to health, soul and healthy living, including sports. The visual consistency of this corporate identity creates a strong brand awareness in the minds of people. With a strong visual brand PT. Allianz Indonesia is able to compete with other insurance companies.
Membaca Modernitas Ananda Feria Moersid
JSRW (Jurnal Senirupa Warna) Vol. 4 No. 2 (2015): Membaca Modernitas
Publisher : Fakultas Seni Rupa - Institut Kesenian Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36806/.v4i2.58

Abstract

Dalam salah satu tinjauan buku pada edisi ini, ditinjau karya tulis guru besar linguistik dan sastra Universitas Indonesia: Benny H. Hoed dengan pokok bahasan "Semiotik dan Dinamika Sosial Budaya". Edisi kali ini memang memuat beberapa artikel maupun tinjauan buku yang berangkat dari pengamatan gejala-gejala transformasi budaya juga gejolak sosial yang ada kaitannya dengan modernitas, karena saat ini kita dihadapkan pada kenyataan betapa sulitnya menangkpa dan menggambarkan modernitas.
Estetika Eksistensial Desain Hibrid Ruang Sembahyang Orang Tionghoa Peranakan di Banjar Lampu, Desa Catur, Kintamani July Hidayat
JSRW (Jurnal Senirupa Warna) Vol. 4 No. 2 (2015): Membaca Modernitas
Publisher : Fakultas Seni Rupa - Institut Kesenian Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36806/.v4i2.59

Abstract

Orang Tionghoa peranakan di Banjar Lampu memiliki nama, berbahasa, menganut Hindu dan tradisi Bali, bersama-sama dengan kepercayaan Konghucu. Mereka bersembahyang kepada dewa Hindu di sanggah, di ruang sembahyang leluhur Tionghoa dan Dewa KwanKong di kompleks rumah tinggal, pelinggih Kwan Kong di Pura Penyajakan dan Ratu Subandar di Pura Batur. Di Pura Penyajakan, ruang sembahyang Kwankong diijinkan untuk diletakkan pada halaman tengah pura, berbentuk gedong pelinggih dan dikombinasikan dengan elemen desain Tionghoa. Di Pura Batur, pelinggih Subandar (KangChingWei) juga berbentuk hibrid Bali-Tionghoa, tetapi sudah diposisikan di halaman dalam pura yang bernilai lebih sakral. Ketika desain ruang sembahyang Tionghoa peranakan ditinjau dari pendekatan estetika eksistensial, nilai keindahan hibriditas ruang dipahami dari perspektif individual orang Tionghoa sendiri, memperhitungkan sejarah keberadaannya di Desa Catur, untuk membawa esensi keindahan yang terkait dengan makna esensial keberadaan ke permukaan, lepas dari mitos budaya. Hibriditas desain orang Tionghoa di Desa Catur adalah representasi makna eksistensialnya, yaitu 'menjadi Bali'

Page 4 of 12 | Total Record : 115