cover
Contact Name
Joseph Christ Santo
Contact Email
jx.santo@gmail.com
Phone
+6287836107190
Journal Mail Official
jurnalangelion@gmail.com
Editorial Address
Jl. Raya Solo-Kalioso km 7, Selorejo, Wonorejo, Gondangrejo, Kab. Karanganyar
Location
Kab. karanganyar,
Jawa tengah
INDONESIA
Angelion: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen
ISSN : -     EISSN : 27233324     DOI : -
Core Subject : Religion, Education,
Angelion adalah jurnal ilmiah teologi dengan warna Injili, merupakan wadah publikasi hasil penelitian teologi dan pendidikan Kristen, yang diterbitkan oleh Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup. Focus dan Scope penelitian Angelion adalah: Teologi Biblikal Teologi Sistematika Isu-isu Teologi Pendidikan Kristen Angelion terbit dua kali setiap tahun, Juni dan Desember.
Articles 72 Documents
Pola Manajemen Penginjilan Paulus Menurut Kitab Kisah Para Rasul 9-28 Paulus Purwoto; Asih Rachmani Endang Sumiwi
Angelion Vol 1, No 2 (2020): Desember 2020
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1080.879 KB) | DOI: 10.38189/jan.v1i2.71

Abstract

The ideal evangelism is evangelism that has directed growth, both qualitatively and quantitatively, management is fundamental and absolutely necessary in evangelistic services, so that the running of evangelism services can be coordinated and carried out well. Evangelism management is the process of handling, controlling and directing the work of evangelism by working with others. This study aims to find patterns in Paul's evangelistic management according to the Book of Acts 9-28 from the perspective of modern management science. This study uses a qualitative method with a library research approach and hermeneutics, where the researcher tries to answer the research problem by looking for literary sources that correlate with the research problem. These sources are the study of the text of the Book of Acts 9-28 as well as textbooks, both physical books and e-books, and journals. The conclusion of this research is that there is Paul's evangelistic management pattern in Acts 9-28, namely setting a clear vision, planning evangelism, organizing evangelism, conducting evangelism, and controlling evangelism. Paul's evangelistic management pattern can be used as a pattern for church evangelism today.Penginjilan yang ideal adalah penginjilan yang mengalami pertumbuhan yang terarah, baik secara kualitatif maupun kuantitatif, olehnya manajemen merupakan hal fundamental dan mutlak diperlukan dalam  pelayanan penginjilan, sehingga berjalannya pelayanan penginjilan  dapat terkoordinir dan terlaksana dengan baik.  Manajemen Penginjilan adalah proses menangani, mengontrol dan mengarahkan pekerjaan penginjilan dengan bekerja sama dengan orang lain. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan pola manajemen penginjilan Paulus menurut Kitab Kisah Rasul 9-28 dalam perspektif ilmu manajemen modern. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan penelitian kepustakaan dan hermeneutika, dimana  peneliti  berusaha menjawab permasalahan penelitian dengan mencari sumber-sumber literatur yang berkorelasi dengan masalah penelitian. Sumber-sumber tersebut adalah kajian teks Kitab Kisah Rasul 9-28 serta buku teks, baik buku fisik maupun e-books, dan jurnal. Kesimpulan penelitian ini adalah terdapat pola manajemen penginjilan Paulus dalam Kisah Rasul 9-28 yaitu  penetapan visi yang jelas, perencanaan penginjilan, pengorganisasian penginjilan,   pelaksanaan penginjilan,  dan pengendalian penginjilan. Pola manajemen penginjilan Paulus tersebut dapat dijadikan sebagai pola penginjilan gereja masa kini.
Pengajaran Eskatologi dalam Pendidikan Agama Kristen di Sekolah Simsoni Yosua Daud Patola; Oda Judithia Widianing
Angelion Vol 1, No 1 (2020): Juni 2020
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1317.587 KB) | DOI: 10.38189/jan.v1i1.39

Abstract

AbstractAn essential aspect of the doctrine of escatology is futuristic fact, namely the disclosure of a number of events that will occur in the future through prophecy in the past. For this reason Bible prophecy is the dominant focus in the investigation and discussion of the doctrine of eschatology.  Eschatology is the most important doctrine that must be taught in the church, family, and school environment as Christian education material, the Doctrine of Eschatology is very important taught to students in schools, so that they understand it and take the attitude to repent and believe in Jesus Christ and obtain life-saving work. Everlasting, now while still alive on earth and later when Jesus comes the second time to pick up every believer By knowing eschatology, students can prepare themselves spiritually with a strong faith that Jesus will come a second time to pick up believers in the resurrection from the first stage of the dead and those who are still alive will experience the rapture to heaven. In Christian education in schools students must be taught that in the first stage of the resurrection the believers in the Old Testament era and the New Testament era will be raised from the grave, and the believers who are still alive at the time will be raptured, they will obtain a glorious body for and enter the feast of the Lamb of God. In Christian education it is necessary to put in place precautionary advice, encouragement to work faithfully, talent development, affirmation of responsibility for all actions, and noble hope for the day of the Lord's coming.Keywords: escatology; Christian educationAbstrakAspek penting dari ajaran eskatologi adalah fakta futuristik, yang merupakan wahyu tentang beberapa peristiwa yang akan terjadi di masa depan melalui nubuat masa lalu. Karena alasan ini, nubuat Alkitab menjadi pusat pemeriksaan dan diskusi tentang ajaran eskatologi. Eskatologi merupakan doktrin terpenting yang harus diajarkan dalam lingkungan gereja, keluarga, dan sekolah sebagai materi pendidikan agama Kristen, Doktrin Eskatologi sangat penting diajarakan kepada anak didik di sekolah, agar mereka memahaminya dan mengambil sikap untuk bertobat dan percaya kepada Yesus Kristus dan memperoleh karya keselamtan hidup yang kekal, sekarang ketika masih hidup di dunia dan nanti ketika Yesus datang kedua kali menjemput setiap orang percaya. Dengan mengetahui Eskatologi anak didik dapat mempersiapkan diri secara rohani dengan iman yang kuat bahwa Yesus akan datang kedua kali unuk menjemput orang-orang percaya pada kebangkitan dari antara orang mati tahap pertama dan orang-orang yang masih hidup pada saat itu akan mengalami pengangkatan  ke surga  (the rapture to heaven).  Dalam Pendidikan agama Kristen di sekolah anak didik harus diberikan pengajaran bahwa dalam kebangkitan tahap pertama orang-orang percaya pada zaman Perjanjian Lama dan zaman Perjanjan Baru akan dibangkitkan dari kubur, serta orang-orang percaya yang masih hidup pada saat akan diangkat (rapture), mereka akan memperoleh tubuh kemuliaan untuk dan masuk dalam pesta Anak Domba Allah.  Dalam pendidikan agama Kristen perlu disisipkan adanya nasihat untuk berjaga-jaga, dorongan untuk bekerja dengan setia, pengembangan talenta, penegasan tentang tanggung jawab atas semua tindakan, dan pengharapan yang mulia akan hari kedatangan Tuhan.Kata-kata kunci: eskatologi; pendidikan Kristen
Dinamika Pendidikan Agama Kristen pada Masa Pandemi Covid-19: Analisis Kompetensi Pedagogik Yesus dalam Injil Matius Victorius Wau
Angelion Vol 1, No 2 (2020): Desember 2020
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1066.162 KB) | DOI: 10.38189/jan.v1i2.72

Abstract

The period of the Covid-19 pandemic is a period of transition for the world, including in the field of education, which is the right of everyone. During the transition period, the government has decided to carry out the online teaching and learning process by using conference calls or social media. This model is now used by almost all educational institutions in Indonesia. In this case, of course, there are striking differences in the teaching and learning process, including with Christian Education. Therefore, the distance learning process of Christian Education can emulate the pedagogical competence of Jesus in Matthew's Gospel to be applied during this pandemic, so that the three educational domains (cognitive, affective and psychomotor) can be achieved properly. The method in writing this paper is descriptive qualitative, observing the book of Matthew and observing the dynamics of education during the pandemic via the internet and direct actions experienced by schools in Indonesia. The conclusion of this paper is that the teacher must imitate Jesus' pedagogy, such as: the teacher must know the character of the student, the teacher must be communicative with structured and creative material, the teacher can use the discovery learning method, the teacher must provide teaching based on the child's needs, and the teacher must continue to teach basic things in a child's life.Masa pandemi Covid-19 adalah masa transisi bagi dunia, termasuk di bidang pendidikan yang adalah hak setiap orang. Di masa transisi, pemerintah telah menetapkan untuk melakukan proses kegiatan belajar mengajar (KBM) secara daring dengan menggunakan conference call atau media sosial. Model ini kini digunakan hampir seluruh lembaga pendidikan di Indonesia. Dalam hal ini tentu ada perbedaan yang mencolok dalam proses KBM, tidak terkecuali dengan Pendidikan Agama Kristen (PAK). Maka dari itu, dalam proses pembelajaran PAK jarak jauh dapat meneladani kompetensi pedagogik Yesus dalam Injil Matius untuk diterapkan di masa pandemi ini, sehingga tiga ranah pendidikan (kognitif, afektif dan psikomotorik) tetap tercapai dengan baik. Metode dalam penulisan karya tulis ini adalah deskriptif kualitatif, mengamati kitab Matius dan pengamatan dinamika pendidikan di masa pandemi lewat internet dan tindakan langsung yang dialami oleh sekolah-sekolah di Indonesia. Kesimpulan dari karya tulis ini adalah guru harus meneladani pedagogik Yesus, seperti: guru harus mengenal karakter murid, guru harus komunikatif dengan materi yang terstruktur dan kreatif, guru dapat menggunakan metode discovery learning, guru harus memberikan pengajaran berdasarkan kebutuhan anak, dan guru harus tetap mengajarkan hal-hal yang mendasar dalam kehidupan anak.
Kepemimpinan Pastoral Nabi Habakuk Sebagai Role Model Kepemimpinan Para Pendeta Di Era Milenial Paulus Bollu
Angelion Vol 1, No 1 (2020): Juni 2020
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1090.446 KB) | DOI: 10.38189/jan.v1i1.40

Abstract

AbstractVarious life trials phenomenons that occurs with the progressionof era has greatly affected the ministry of pastors as Christian leaders in this millennial era.  In regards to this issue, it is necessary to conduct a research on the pastors as Christian leaders of the millennial era by having the pastoral leadership of the prophet Habakkuk as a role model in addressing and comprehending God’s plan behind all life’s trials that are faced. The result of the field research with qualitative method on the leadership of the pastors in this millennial era based on the leadership of the prophet Habakkuk as a role model will be used by pastors as they lead Christians of the millennial era to create a change in this everchanging world; a change that can be implemented  in  the ministry world and leadership  in where they are present and where they serve. AbstrakBerbagai fenomena permasalahan kehidupan yang terjadi menyertai perkembangan zaman sangat mempengaruhi kehidupan pelayanan para pendeta sebagai pemimpin Kristen di era milenial ini.  Menyikapi permasalahan yang terjadi, maka perlu adanya penelitian kepada para pendeta sebagai pemimpin Kristen di era milenial ini dengan menjadikan kepemimpinan pastoral nabi Habakuk sebagai role model dalam menyikapi dan memahami rencana Allah di balik semua permasalahan hidup yang dihadapinya. Hasil temuan penelitian dengan metode kualitatif terhadap kepemimpinan para pendeta di era milenial berdasarkan role model kepemimpinan nabi Habakuk dalam zaman perjanjian Lama, agar dapat digunakan oleh para pendeta sebagai pemimpin Kristen di era milenial ini, untuk menciptakan satu perubahan di tengah dunia yang terus berubah yang dapat ditampilkan dalam dunia pelayanan dan kepemimpinannya di mana ia hadir dan melayani.
Iman Kristen dan Perundungan di Era Disrupsi Yonatan Alex Arifianto; Joseph Christ Santo
Angelion Vol 1, No 2 (2020): Desember 2020
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (985.34 KB) | DOI: 10.38189/jan.v1i2.73

Abstract

Social media is actually used to improve social relationships and increase roles in various ways. However, on the one hand, social media is used as an arena for bullying to others and groups. The problem in this research is how the role of Christian faith. Using a descriptive qualitative method with a literature study approach, this research comes to the conclusion that believers must know the era of disruption in human social development, then understand the influence of social media on ethics, and examine how Christian faith views in the face of bullying. Holding on to the view that the Christian existence must be the salt and light of the world means that we must be prepared to live side by side with physical differences, ideas, and all other things.Persoalan yang terjadi dimana media sosial yang sejatinya digunakan untuk meningkatkan hubungan sosial dan meningkatkan peran dalam berbagai hal. Namun dalam satu sisi media sosial dijadikan ajang perundungan (bullying) kepada sesama maupun kelompok. Menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan pendekatan studi literatur dapat dicapai tujuan penulisan dengan menyimpulkan bahwa iman Kristen dalam menghadapi perundungan di tengah disrupsi, dimana orang percaya harus mengetahui era disrupsi dalam perkembangan sosial manusia, lalu memahami adanya pengaruh media sosial dalam etika, dan mencermati bagaimana perundungan dalam pandangan iman Kristen untuk diterapkan dalam menghadapi penindasan. Sehingga ada peran orang percaya dalam menghadapi perundungan di era disrupsi. Orang percaya diharapkan mempunyai pandangan dalam menerima segala perbedaan baik fisik, ide, dan segala hal. Serta mau hidup berdampingan untuk terus menjadi garam dan terang seperti yang diinginkan Yesus dalam kehidupan kekristenan
Preaching and Teaching Sound Doctrine Based on Christocentric Doctrine by Church Leaders for the Transformation of Church Members Samuil-Ashton Satu
Angelion Vol 1, No 1 (2020): Juni 2020
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1271.781 KB) | DOI: 10.38189/jan.v1i1.41

Abstract

AbstractPreaching and teaching sound doctrine based on Christocentric doctrine is of utmost importance to Christian belief, as it is the cornerstone of the New Testament, the Holy Trinity (the Father, the Son , and the Holy Spirit), and the Apostles. So we will not do less as Christians. The purpose of a sermon is to bring about holy transformation through the Word of God in the life of the listener. The preachers need to help the audience put the Word into their lives. With respect to this, Bryan Chapell notes that “without application, a preacher has no reason to preach.” Thus he proposed five questions for the application for Christocentric doctrinal preaching, which should first be addressed to the preachers themselves. Through these questions, preachers can help to change the life of congregation by applying Christocentric doctrinal preaching. Furthermore, evidence of transformation within believers is seen in the way that the likeness and glory of Christ is increasingly reflected (2 Corinthians 3:18). The apostle Paul said, “You, however, are controlled not by the sinful nature but by the Spirit, if the Spirit of God lives in you. And if anyone does not have the Spirit of Christ, he does not belong to Christ” (Romans 8:9). Believers must be led by the Spirit of God to be considered as children of God. And it is by the power of the Spirit of God that Christ is living within them. The life transformed reflects Apostle Paul's thoughts in Galatians: “I have been crucified with Christ and I no longer live, but Christ lives in me. The life I live in the body, I live by faith in the Son of God, who loved me and gave himself for me” (Galatians 2:20). Conversely, if the church leaders ignore Christocentric doctrinal preaching and the application of the Word of God in the church members’ lives, then the transformation of the  believers’ lives will be thwarted. This study uses descriptive and phenomenological analysis of the data collected to find out why there is no change in some christians life-style and values. The results of this analysis will give impetus to revitalise the church to have a healthy theology for a healthy church of transformed lives in Christ Jesus.AbstrakBerkhotbah dan mengajar doktrin yang sehat berdasarkan dokrin Kristosentrik adalah terpenting dalam kepercayaan Kristen karena itulah penegasan Perjanjian Baru, Allah Trinitas (Allah Bapa, Allah Anak dan Allah Roh Kudus) dan Rasul-Rasul. Karena itu, seorang Kristen harus juga berbuat demikian. Tujuan dari khotbah ialah transformasi hidup melalui pendengaran Firman Allah. Pengkhotbah harus membantu jemaat mengapplikasikan Firman Allah dalam hidup mereka. Bryan Chapell menyatakan, “Tanpa aplikasi, seseorang pengkhotbah itu langsung tidak punya alasan untuk berkhotbah”. Dengan itu, ia menyarankan lima hal untuk penerapan atau applikasi kepada pengkhotbah terlebih dahulu. Melalui pertanyaan ini, pengkhotbah bisa membantu kehidupan jemaat untuk diubah dengan penerapan Fiman Allah berbasiskan doktrin Kristosentrik. Selain itu, bukti transformasi dalam hidup seseorang Kristen dilihat bagaimana seseorang itu kian mencerminkan gambar dan kemuliaan Kristus (2 Korintus 3:18). Rasul Paulus menyatakan, “Tetapi kamu tidak hidup dalam daging, melainkan dalam Roh, jika memang Roh Allah diam di dalam kamu. Tetapi jika orang tidak memiliki Roh Kristus, ia bukan milik Kristus” (Roma 8:9). Untuk dianggap sebagai anak-anak Tuhan,orang percaya harus dipimpin oleh Roh Allah. Dan melalui kuasa Roh Kudus, Kristus diam di dalam mereka. Hidup transformasi mencerminkan pemikiran Rasul Paulus dalam Galatia : “Namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidup sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku.” (Galatia 2:20). Sebaliknya, jika pemimpin gereja mengabaikan khotbah doktrin Kristosentrik dan applikasi Firman Allah dalam kehidupan jemaat, maka transformasi kehidupan jemaat akan digagalkan. Penelitian ini menggunakan kaedah deskriptif dan fenomenologi analisis atas data-data yang dikumpulkan untuk menemukan jawapan mengapa kehidupan dan cara hidup banyak jemaat tidak berubah. Hasil analisa ini akan memberi dorongan kepada gereja untuk memperoleh teologi yang sehat untuk membangun gereja yang sehat yang hidup dalam Kristus Yesus.
Penyelamatan Bumi dan Isinya dalam Pandangan Ekoteologi: Sebuah Analisis Biblikal Agustin Soewitomo Putri
Angelion Vol 1, No 2 (2020): Desember 2020
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1248.951 KB) | DOI: 10.38189/jan.v1i2.76

Abstract

The development of the world, especially in relation to the condition of the earth which includes nature and its environment, increases the time it experiences an increasingly dire situation. News about the occurrence of floods, smog that causes pollution, land damage and marine pollution due to uncontrolled plastic waste and garbage and various forms of environmental pollution have become news that is commonly heard and even tends to be considered wind. Earth's worsening conditions can no longer be underestimated. The condition of the earth will affect the continuity of human civilization in the future and the inevitable consequence is that today's humans are also responsible for the condition and health of the earth which will be passed on to their children and grandchildren. While on the other hand, religion, with its teachings that talk more about heaven, is accused of being the cause of all causes of damage due to human neglect of nature. This is where Ecotheology is expected to become a bridge to resolve this gap so that understanding of God and care for all of His creation are connected with the biblical explanation. This study aims to present the biblical idea of saving the earth and its contents, so that Christians can share responsibility for the management of the earth. As for the conclusion are: First, humans must return to the original concept of its formation, as guardians, preservers, managers of the earth with full power but not done arbitrarily. Second, saving the earth actually begins with a mandate for humans to protect their own race, the task of procreating and multiplying is the task of balancing the existing population, the task of balancing also includes being responsible for education for the next generations. Third, the laws in the Old Testament provide an important concept which until today can be a pattern for humans to care for the preservation of nature. Fourth, the concept of redemption carried out by Christ includes the restoration of the earth and everything in it and this restoration requires cooperation and awareness from humans to work for it.Perkembangan dunia, khususnya berhubungan dengan kondisi bumi yang meliputi alam dan lingkungannya, bertambah waktu mengalami keadaan yang semakin memprihatinkan. Berita tentang terjadinya banjir, kabut asap yang mengakibatkan polusi, kerusakan tanah dan pencemaran laut akibat limbah plastik dan sampah yang tak terkendali dan berbagai bentuk pencemaran-pencemaran lingkungan telah menjadi pemberitaan yang biasa didengar bahkan cenderung dianggap angin lalu. Kondisi bumi yang makin buruk ini tidak lagi bisa disepelekan. Keadaan bumi akan mempengaruhi kelangsungan peradaban manusia di masa depan dan konsekuensi yang tak dapat dielakkan adalah manusia jaman sekarang turut bertanggungjawab atas keadaan dan kesehatan bumi yang akan diwariskan kepada anak cucunya. Sementara di pihak lain, agama dengan ajarannya yang lebih banyak berbicara tentang surga, dituding menjadi penyebab segala pemicu kerusakan karena pengabaian manusia terhadap alam. Di sinilah Ekoteologi diharapkan menjadi jembatan untuk menyelesaikan kesenjangan tersebut sehingga pemahaman tentang Allah dan perawatan terhadap seluruh ciptaan-Nya terhubung dengan penjelasan Alkitab. Penelitian ini bertujuan mengemukakan gagasan Alkitab tentang penyelamatan bumi dan isinya, sehingga orang-orang Kristen ikut bertanggung jawab terhadap pengelolaan bumi. Adapun sebagai kesimpulan adalah: Pertama, manusia harus kembali kepada konsep awal pembentukannya, sebagai penjaga, pemelihara, pengelola bumi dengan kekuasaan yang penuh namun bukan dikerjakan dengan sewenang-wenang. Kedua, penyelamatan bumi justru diawali dengan mandat untuk manusia menjaga rasnya sendiri, tugas beranak cucu dan bertambah banyak adalah tugas untuk menyeimbangkan populasi yang ada, tugas menyeimbangkan juga meliputi tugas bertanggung jawab untuk pendidikan bagi generasi-generasi berikutnya. Ketiga, hukum-hukum dalam Perjanjian Lama memberikan konsep penting yang hingga hari ini dapat menjadi pola manusia untuk merawat kelestarian alam. Keempat, konsep penebusan yang dilakukan oleh Kristus mencakup pemulihan atas bumi dan segala isinya dan pemulihan tersebut memerlukan kerjasama dan kesadaran dari manusia untuk mengusahakannya.
Pengharapan Mesias pada Masa Intertestamental Ayub Sugiharto
Angelion Vol 1, No 1 (2020): Juni 2020
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1104.955 KB) | DOI: 10.38189/jan.v1i1.42

Abstract

AbstractThe arrival of a Messiah is an important hope in the life of the nation of Israel. Until now the Jews still had the expectations of the Messiah, without ever mentioning the name of the figure of the Messiah, both explicitly and implicitly. The existence of this hope can not be separated from the condition of Israel at that time, which has experienced all forms of oppression and social inequality in the era of Media-Persia, Greece, and Rome. The journey of this nation which is full of great struggles related to other nations through various wars, even captivity is very sad. In conditions of distress, persecution, captivity, they need the helping hand of others who are expected to be able to release and liberate them, they expect someone who is able to release all their suffering, but that hope does not come. This condition was made worse by the absence of a prophet among them, who became a direct link between Yahweh and them. The presence of a deliverer or personal savior who had been promised was certainly very much awaited by this nation. What was their hope for the presence of the Messiah during the Intertestamental, when God was silent and did not reveal His Word to His chosen people? This brief article, specifically, will discuss the evidence of the hope of the Messiah, where the source of hope came from, and what the expected Messiah was like.AbstrakKedatangan seorang Mesias merupakan pengharapan penting dalam kehidupan bangsa Israel.  Sampai saat ini orang Yahudi masih mempunyai pengharapan Mesias, tanpa pernah menyinggung nama dari sosok Mesias tersebut, baik secara eksplisit maupun implisit.  Adanya pengharapan tersebut sebenarnya tidak terlepas dari kondisi Israel saat itu, yang telah mengalami segala bentuk penindasan dan ketimpangan social di jaman Media-Persia, Yunani, maupun Romawi.  Perjalanan bangsa ini yang penuh dengan berbagai pergumulan hebat berkaitan dengan bangsa-bangsa lain melalui berbagai peperangan, bahkan penawanan yang sangat menyedihkan. Dalam kondisi tertekan, teraniaya, tertawan, mereka membutuhkan uluran tangan pihak lain yang diharapkan bisa melepaskan dan memerdekakan mereka, mereka mengharapkan adanya seseorang yang mampu melepaskan segala penderitaan mereka, namun harapan itu tidak kunjung datang.  Kondisi ini semakin bertambah parah dengan tidak adanya lagi seorang nabi di antara mereka, yang menjadi penghubung langsung antara Yahweh dengan mereka. Hadirnya seorang pembebas atau pribadi penyelamat yang pernah dijanjikan tentu sangat dinanti-nantikan oleh bangsa ini.  Seperti apakah pengharapan mereka akan kehadiran Mesias pada masa Intertestamental, ketika Allah berdiam diri dan tidak menyatakan Firman-Nya kepada umat pilihan-Nya?  Tulisan singkat  ini, secara spesifik akan membahas tentang bukti pengharapan Mesias, dari mana  sumber pengharapan itu berasal, dan seperti apa Mesias yang diharapkan itu. 
Retraksi: Eksistensi dan Kiprah Ahli Taurat pada Masa Intertestamental Andreas Sese Sunarko
Angelion Vol 1, No 2 (2020): Desember 2020
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Artikel ini diretraksi pada tanggal 22 Februari 2021 karena sudah diterbitkan pada Jurnal Teologi Rahmat Vol. 6, No. 2, http://sttrem.co.id/e-journal/index.php/jtr/article/view/13
Tugas Pemimpin Muda Kristen Masa Kini Sebagai Gembala Menurut 1 Timotius 4 Santy Sahartian; Samuel Brian Septiadi
Angelion Vol 1, No 1 (2020): Juni 2020
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1070.451 KB) | DOI: 10.38189/jan.v1i1.45

Abstract

Abstract: The church is God's people who need guidance and leadership so that people can know God. Therefore the Church needs a leader who understands his duties as a leader. But there are still church leaders who do not understand their duties as leaders based on Bible principles. The church is less prepared for the younger generation as leaders. This we can see in the church in general does not provide opportunities for young people to develop their potential to lead. This church's disbelief in youth leadership is increasingly apparent because of the life of the Christian youth itself. Aside from not being able to be considered capable, the church is reluctant to entrust great responsibility to the youth because the lives of Christian youth are often considered far from God's word. Today's young Christian leaders are those who carry out Christian leadership duties at a relatively young age. Today's young leaders have so many weaknesses that young leaders are less accepted and respected by many people, so that Christian youths are trusted they must carry out the duties of young Christian leaders today according to 1 Timothy 4 namely young Christian leaders should remind the congregation of the word, teach the truth of the word , be an example for God's people who are led, grow in service, supervise themselves and teachings. So that the Christian Young leaders can be respected by everyone.Keywords: Task, Young Leaders, I Timothy 4Abstrak: Gereja merupakan umat Allah  yang memerlukan pembinaan dan kepemimpinan sehingga umat dapat mengenal Allah. Maka dari itu Gereja membutuhkan sosok pemimpin yang memahami tugasnya sebagai pemimpin. Namun masih ditemukan pemimpin gereja yang kurang memahami tugasnya sebagai pemimpin berdasarkan prinsip-prinsip Alkitab. Gereja kurang mempersiapkan generasi muda sebagai pemimpin. Hal ini dapat kita lihat di dalam gereja secara umum tidak memberikan kesempatan bagi pemuda untuk mengembangkan potensinya dalam memimpin. Ketidak pecayaan gereja terhadap kepemimpinan pemuda ini semakin nyata karena kehidupan pemuda Kristen itu sendiri. Selain karena kurang di anggap mampu, gereja enggan mempercayakan tanggung jawab yang besar kepada pemuda karena kehidupan pemuda Kristen yang sering kali dianggap jauh dari firman Tuhan.  Pemimpin muda Kristen masa kini adalah seorang yang menjalankan tugas kepemimpinan Kristen dalam usia yang relative muda. Pemimpin muda masa kini memiliki banyak sekali kelemahan sehingga pemimpin muda kurang diterima dan dihargai oleh orang banyak, agar pemuda kristen dipercayai maka harus menjalankan tugas pemimpin muda Kristen masa kini t menurut 1 Timotius 4 yaitu  pemimpin muda kristen seharusnya mengingatkan jemaat akan firman, mengajarkan kebenaran firman, menjadi teladan bagi umat Tuhan yang dipimpin, bertumbuh dalam pelayanan, mengawasi diri dan ajaran. Sehingga pemimpin Muda Kristen dapat dihargai seiap orang.Kata- kata kunci: Tugas, Pemimpin Muda, I Timotius 4