cover
Contact Name
I KETUT MUDITE ADNYANE
Contact Email
adnyane@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
acta.vet.indones@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kota bogor,
Jawa barat
INDONESIA
ACTA VETERINARIA INDONESIANA
ISSN : 23373207     EISSN : 23374373     DOI : -
Core Subject : Health,
Acta Veterinaria Indonesiana (Indonesian Veterinary Journal) mempublikasikan artikel-artikel dalam bentuk: penelitian, ulasan, studi kasus, dan komunikasi singkat yang berkaitan dengan berbagai aspek ilmu dalam bidang kedokteran hewan, biomedis, peternakan dan bioteknologi. Artikel ditulis dalam bahasa Indonesia atau Inggris. Acta Veterinaria Indonesiana diterbitkan oleh Fakultas Kedokteran Hewan bekerjasama dengan Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia. Terbit dua kali dalam satu tahun pada bulan Januari dan Juli. [ISSN 2337-3202, E-ISSN 2337-4373]
Arjuna Subject : -
Articles 11 Documents
Search results for , issue "Vol. 11 No. 1 (2023): Maret 2023" : 11 Documents clear
Kuantifikasi Kepucatan Konjungtiva menggunakan Sensor TCS 34725 pada Domba Model Anemia Haemonchosis Ridi Arif; Elok Budi Retnani; Fadjar Satrija; Raudhatul Fitri; Mochamad Alfinanda Santriagung; Dina Nurzuliana
Acta VETERINARIA Indonesiana Vol. 11 No. 1 (2023): Maret 2023
Publisher : IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/avi.11.1.1-8

Abstract

Infeksi Haemonchus contortus (haemonchosis) sering menimbulkan gejala anemia karena sifatnya yang menghisap darah. Penelitian ini bertujuan menilai tingkat kepucatan konjungtiva mata domba menggunakan scanner berbasis sensor TCS 34725. Alat scanner konjungtiva dibuat menggunakan Arduino Uno sebagai mikrokontroler dan dilengkapi dengan sensor kecerahan, sensor jarak, dan layar LCD 16 x 2. Domba percobaan dibuat mengalami anemia sebagai model dari kondisi haemonchosis anemia dan dibagi ke dalam kelompok D1 dan D2. Selanjutnya dilakukan pengambilan data warna konjungtiva menggunakan scanner dan sampel darahnya untuk diperiksa jumlah sel darah merah (RBC), nilai hematokrit (PCV), Hb, dan indeks eritrositnya. Pengambilan sampel dilakukan pada hari ke 0, 3, dan 6. Kondisi anemia buatan berhasil tercapai dengan dibuktikannya warna konjungtiva yang terlihat semakin pucat pada hari ke-3 dan 6. Hasil pengukuran scanner menunjukkan rata-rata brightness di dalam kandang selama pengambilan data sensor adalah 433.56±122.62 dengan nilai RGB yang bervariasi pada kelompok D1 dan D2. Seiring dengan kondisi warna yang semakin pucat terlihat nilai Red dan Green juga menurun sedangkan nilai Blue tidak. Hasil pemeriksaan darah menunjukkan bahwa nilai RBC, Hb, PCV, dan indeks eritrosit pada D1 terlihat menurun pada hari ke 3 dan mulai recovery pada hari ke-6 meski warna konjungtiva masih terlihat pucat. Pada kelompok D2, hasil pemeriksaan darah menunjukkan nilai yang terus menurun sampai hari ke-6 seiring dengan konjungtiva yang bertambah pucat. Hubungan yang terlihat kuat adalah nilai Red hasil dari alat scanner dengan nilai Hb hasil pemeriksaan darah. Simpulan dari penelitian ini adalah sensor TCS 34725 dapat digunakan untuk mengkuantifikasi kepucatan konjungtiva dan mampu untuk menduga kondisi anemia pada domba karena memiliki korelasi dengan kadar Hb di dalam darah.
PERANAN HEWAN PELIHARAAN DALAM KAITANNYA SEBAGAI STRESS RELIEVER PADA MAHASISWA UNPAD Defornatasya Indah Sinta Nadania Zega; Tyagita; Hanna
Acta VETERINARIA Indonesiana Vol. 11 No. 1 (2023): Maret 2023
Publisher : IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/avi.11.1.87-95

Abstract

Stres akademik selama perkuliahan daring ketika pandemi covid 19 menunjukan level yang cukup tinggi, karena berkurangnya interaksi langsung antar mahasiswa yang menimbulkan berbagai stresor mengakibatkan penurunan fokus dalam belajar serta pemahaman materi. Upaya yang dapat dilakukan dalam mengurangi stres yaitu menjauhi stresor dan melakukan aktivitas yang menyenangkan salah satunya adalah berinteraksi dengan hewan peliharaan. Tujuan penelitian ini yaitu menggambarkan perbedaan tingkat stres pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Fakultas Kedokteran gigi Universitas Padjadjaran yang memiliki hewan peliharaan dan tidak memiliki hewan peliharaan, mengetahui interaksi mahasiswa dengan hewan peliharaannya, mengetahui gambaran mengenai peranan hewan peliharaan sebagai stress reliever pada mahasiswa. Penelitian ini merupakan penelitian analitik kategorik, dengan desain cross sectional. Melibatkan 100 mahasiswa aktif Fakultas Kedokteran dan Fakultas Kedokteran gigi. Pengumpulan data menggunakan kuesioner daring. Kemudian dianalisis setiap variabelnya meliputi karakteristik umum responden, jenis hewan peliharaan serta karakteristik pemeliharaan, dan tingkat stres responden. Hasil penelitian menunjukan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kepemilikan hewan dengan tingkat stres karena didapatkan hasil uji chi square p value >0,05 dan nilai hitung lebih besar daripada nilai tabel. Pada penelitian ini tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat interaksi responden dengan tingkat stres yang ditunjukan dengan hasil uji korelasi pearson p >0,05. Kata-kata kunci: Pelepas stres, hewan peliharaan, stres mahasiswa.
Sindrom Pernapasan Akut Parah Akibat Infeksi Virus Corona-2 (Sars Cov-2) pada Kucing Bengal Nur Liliana Puri Prihatiningsih; Sri Kayati Widyastuti; I Wayan Batan
Acta VETERINARIA Indonesiana Vol. 11 No. 1 (2023): Maret 2023
Publisher : IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/avi.11.1.26-33

Abstract

Sindrom pernapasan akut yang parah coronavirus-2 (SARS CoV-2) adalah agen etiologi covid-19 merupakan agen jenis baru yang sebelumnya belum pernah diidentifikasi pada manusia atau hewan, juga tidak terkait dengan virus corona kucing (FCoV) yang umum terjadi terkait dengan infeksi peritonitis kucing. Seekor kucing bengal betina steril bernama Inka berumur 8 tahun 7 bulan dengan bobot 5,45 kg dibawa ke klinik dengan keadaan terdapat luka terbuka di dekat anus dan ekor. Setelah 5 hari perawatan di klinik, kucing mengalami gejala bersin, batuk, adanya leleran pada mata, dan juga terdapat perubahan pada konsistensi feses. Pemeriksaan hematologi rutin ditemukan peningkatan jumlah total leukosit dan neutrofil serta penurunan platelet. Pada pemeriksaan biokimia darah ditemukan kenaikan aktiva Alanine Aminotransferase. Hasil pemeriksaan rapid tes antigen dan Reverse Trancription Polymerase Chain Reaction menunjukkan kucing positif SARS Cov-2. Berdasarkan anamesis, gejala klinis dan pemeriksaan laboratoris kucing didiagnosis SARS Cov-2. Penanganan yang dilakukan dengan memberikan nebulasi Ventolin® sebanyak 1,25mL, Pulmicort® sebanyak tiga tetes, dan gentamycin 0,1 mL. Kucing mengalami perbaikan klinis pada hari ke-21 dan dinyatakan sembuh dari SARS Cov-2 pada hari ke-32.
Pemodelan Matematik untuk Menentukan Faktor-faktor Penyebab Repeat Breeding pada Sapi Aceh Arman Sayuti; Cut Nila Thasmi; Tongku Nizwan Siregar; Husnurrizal; Sri Wahyuni
Acta VETERINARIA Indonesiana Vol. 11 No. 1 (2023): Maret 2023
Publisher : IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/avi.11.1.34-42

Abstract

Penelitian ini bertujuan membuat pemodelan untuk diagnosis repeat breeding (RB) pada sapi aceh berdasarkan intensitas estrus, profil hormonal, profil biokimia darah, dan jumlah infeksi bakteri pada saluran uterus. Hewan yang digunakan pada penelitian ini adalah 16 ekor sapi aceh yang terdiri atas 7 ekor sapi aceh fertil dan 9 ekor sapi aceh RB, yang berumur 3-8 tahun dengan skor kondisi tubuh (BCS) 3-4. Seluruh sapi aceh fertil dan RB dilakukan sinkronisasi estrus menggunakan hormon PGF2α dengan pola penyuntikan ganda dengan interval 11 hari. Setelah penyuntikan PGF2α, intensitas estrus diamati 3 kali sehari yakni pada pukul 08.00, 12.00, dan 16.00 WIB, masing-masing pengamatan selama 20 menit. Koleksi serum dilakukan pada pagi hari (jam 07.00-09.00 WIB). Koleksi serum dilakukan untuk pemeriksaan kadar hormon estradiol dan progesteron menggunakan teknik enzyme linked immunosorbent assay (ELISA). Selain itu, sampel darah juga digunakan untuk pemeriksaan profil biokimia darah. Koleksi sampel bakteri dilakukan dengan metode swab uterus. Hasil pemodelan diagnosis RB pada sapi aceh diperoleh model matematis regresi linear sebagai berikut : Y= a + bX1 + bX2 .............+ bX11S/C = -5.28 + 1,27X1 - 0,69X2 - 0,99X3 - 0,23X4 + 2,28X5 – 0,53X6 + 0,71X7 - 0,29X8 + 0,09X9 + 3,04X10 Berdasarkan hasil dari pemodelan diagnosis RB pada sapi aceh menunjukkan bahwa penyebab utama RB pada sapi aceh adalah infeksi bakteri pada uterus yang kemungkinan mengakibatkan sapi tersebut mengalami stres yang ditandai dengan tingginya kadar glukosa dalam darah. Selain itu, RB pada sapi aceh juga dipengaruhi oleh ketidakseimbangan nutrisi dan hormonal yang mengakibatkan intensitas estrus menjadi rendah.
Feline Atopic Skin Syndrome: an Introduction to Recently Proposed Terminology and How to Work Up the Case Michael Gunawan; Andhika Hardani Putra; Tiara Widyaputri
Acta VETERINARIA Indonesiana Vol. 11 No. 1 (2023): Maret 2023
Publisher : IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/avi.11.1.79-86

Abstract

Atopic disease remains as an enigmatic hypersensitivity disorder in feline patients. Studies of cutaneous atopic syndrome in cats have reported several reaction patterns in cats, presenting as a diagnostic challenge, and a recent literature review has proposed a new set of terminologies for such diagnoses. This paper aims to report a case workup of feline atopic skin syndrome in a patient presented with severe pruritus and reaction patterns of self-inducd alopecia and facial excoriation. Feline food allergy and flea allergic dermatitis were ruled out by a 6-week elimination diet and use of fluralaner respectively. Clinical symptoms were successfully managed with the use of oral glucocorticoid (GC) and systemic and topical antimicrobial, the use of all of which for 8 weeks was deemed successful based on the degree of clinical relief provided. It is concluded that feline atopic skin syndrome is a clinical diagnosis and pharmacological interventions, including drugs to treat skin inflammation and secondary infection, are warranted.
Koinfeksi Fasciola dan Paramphistomum pada Kerbau Lumpur (Bubalus bubalis) di Kabupaten Sumba Timur Ghiandra Naufal Syazily Saukhan; Fadjar Satrija; Sri Murtini; Agik Suprayogi; Riki Siswandi; R. Harry Soehartono
Acta VETERINARIA Indonesiana Vol. 11 No. 1 (2023): Maret 2023
Publisher : IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/avi.11.1.17-25

Abstract

Kerbau lumpur (Bubalus bubalis) merupakan ternak yang memegang peranan dalam kehidupan ekonomi dan sosial masyarakat Kabupaten Sumba Timur. Salah satu penyakit yang hingga kini masih menjadi masalah kesehatan pada ternak, termasuk kerbau, adalah infeksi Trematoda. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi jenis cacing Trematoda yang menginfeksi serta mengukur prevalensi dan intensitas infeksinya. Metode filtrasi bertingkat digunakan untuk mendeteksi keberadaan Trematoda pada penelitian ini. Hasil pemeriksaan 105 sampel tinja kerbau asal Kabupaten Sumba Timur menunjukkan sebanyak 17/105 (16,19%) kerbau mengalami Trematodosis yang disebabkan oleh infeksi tunggal Fasciola gigantica (0,95%; rataan telur tiap gram tinja [TTGT] 1,00) dan Paramphistomum sp. (14,29%; rataan TTGT 2,26), serta infeksi campuran (koinfeksi) kedua Trematoda tersebut (0,95%; rataan TTGT 2,45). Prevalensi infeksi Trematoda kerbau betina (17,33%) ditemukan jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kerbau jantan (13,33%). Umur dan jenis kelamin diketahui tidak berasosiasi nyata (p > 0,05) dengan kejadian dalam penelitian ini. Intensitas infeksi Trematoda pada penelitian ini dikategorikan ringan, dengan rataan geometrik 2,18 TTGT. Temuan ini menunjukkan bahwa kerbau lumpur di Kabupaten Sumba Timur terinfeksi oleh cacing Trematoda, sehingga diperlukan upaya pengendalian untuk mencegah kerugian akibat infeksi tersebut.
Blood Cells Morphometry and Descriptive Morphology of Captive Changeable Hawk Eagles (Nisaetus chirratus) at Wildlife Rescue Centre Jogja Andreas Bandang Hardian; Warih Pulung Nugrahani; Irhamna Putri Rahmawati; Dorothea Vera Megarani
Acta VETERINARIA Indonesiana Vol. 11 No. 1 (2023): Maret 2023
Publisher : IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/avi.11.1.69-78

Abstract

Providing qualitative and quantitative haematologic references of neglected captive wild animals is pivotal for the sanctuary health management and improvement. Changeable hawk eagles (Nisaetus chirratus) are abundantly kept in sanctuary in which no haematologic reference is ever reported. This study aimed to present the visual keys and morphometric references of changeable hawk eagles’ blood cells as the standard for further haematologic count. The peripheral blood smears were prepared and collected from eight changeable hawk eagles kept at Wildlife Rescue Centre Jogja then stained with 10-fold diluted Giemsa stain following the standard manners. All slides were inspected and captured under camera-equipped microscope which then were morphologically and morphometrically evaluated using ImageJ version 1.52a. As the changeable hawk eagles are naturally present in dark and bright morph, we statistically compared the blood cells morphometric parameters between morph-based groups. Changeable hawk eagles’ erythrocytes were oval shaped with occasional morphologic variation. Leukocyte consisted of polymorphonucleated granulocytes - with exception of basophils which lacked nuclear lobulation - and mononucleated agranulocytes. There were significant differences (P<0.05) of all erythrocyte morphometric parameters, heterophils diameter, and lymphocytes diameter between dark and bright morph group. Overall, the morphologic properties of changeable hawk eagles’ blood cells were visually identical to other avian species though the blood cells morphometry might be comparatively different.
Surgical Repair Hernia Ventralis dengan Omentum Flap Erwin Erwin; Amiruddin Amiruddin; Rusli Rusli; Razali Daud; Etriwati Etriwati; Hefri Yunaldi; Novredha Rahmadita
Acta VETERINARIA Indonesiana Vol. 11 No. 1 (2023): Maret 2023
Publisher : IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/avi.11.1.63-68

Abstract

Hernia ventralis merupakan penonjolan area vetral abdomen yang terjadi akibat kegagalan penutupan dinding abdomen setelah tindakan bedah. Penelitian ini bertujuan untuk observasi klinis dan pencitraan imaging penutupan defek hernia ventralis menggunakan omentum flap pada kucing lokal. Penelitian ini menggunakan pasien kucing lokal betina berusia 2 tahun dengan bobot badan 3,6 kg dari Rumah Sakit Hewan Pendidikan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala (RSHP FKH USK). Kondisi kucing secara klinis sehat dan hanya menunjukan penonjolan area abdomen yang terjadi setelah tindakan bedah sebelumnya. Tindakan bedah dilakukan secara steril dan aseptis. Defek hernia ventralis ditutup menggunakan omentum flap yang diambil dari omentum kucing yang sama dengan ukuran 5 x 10 cm. Observasi kondisi klinis luka dilakukan setiap hari, pengamatan Digital Radiography (DR X-ray) dan Ultrasonografi (USG) dilakukan pada hari ke- 0, 5, 10 dan 20 setelah bedah penutupan defek hernia. Hasil pengamatan kondisi klinis luka sembuh dengan baik. Pencitraan DR X-ray defek hernia ventralis tertutup dengan baik dan tidak ditemukan peradangan disekitar omentum flap. Pencitraan USG, struktur lapisan dinding abdomen tertutup dengan baik, omentum flap menunjukkan ekhogenisitas hypoechoic dan tidak ditemukan masa anechoic pada hari-20 setelah bedah. Omentum flap mempercepat penyembuhan luka, menguatkan jaringan dinding abdomen, sehingga mencegah terjadi risiko hernia berulang.
The Potential of Ciplukan Leaf Extract (Physalis Angulata L.) to Improve Kidney Function Bella Tampie; Damiana R Astuti; I Ketut M Adnyane; Aryani S Satyaningtijas
Acta VETERINARIA Indonesiana Vol. 11 No. 1 (2023): Maret 2023
Publisher : IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/avi.11.1.9-16

Abstract

Gagal ginjal merupakan penyakit tidak menular namun dapat mengancam nyawa manusia. Penyakit ini dapat dialami dari berbagai macam usia mulai dari anak-anak hingga lansia. Salah satu tanaman yang biasanya dijadikan sebagai obat herbal ialah tanaman ciplukan (Physalis angulata L.). Gagal ginjal merupakan penyakit tidak menular namun dapat mengancam nyawa manusia. Penyakit ini dapat dialami dari berbagai macam usia mulai dari anak-anak hingga lansia. Salah satu tanaman yang biasanya dijadikan sebagai obat herbal ialah tanaman ciplukan (Physalis angulata L.). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi dari daun tanaman ciplukan dalam memperbaiki fungsi ginjal. Penelitian ini dilakukan di Kampus IPB Dramaga, IPB University, Bogor. Tikus putih digunakan sebanyak 24 ekor dan dibagi menjadi 8 kelompok dengan perlakuan dosis 150mg/kg BB dan 300mg/kg BB. Perlakuan dilakukan selama 14 hari dan 28 hari.Etilen glikol digunakan sebagai agen nefrotoksik. Pemberian kombinasi etilen glikol 1 ml/100g BW secara oral dan ekstrak ciplukan dosis 300mg/kg BB secara bersamaan mampu menormalkan kadar ureum dalam darah. Hasil histologi juga menunjukkan adanya perbaikan pada glomerulus ginjal. Ekstrak daun ciplukan memiliki kandungan flavonoid yang berpotensi memperbaiki fungsi dan morfologi ginjal.
Edible Bird’s Nest as Potential Food with Anti-Viral and Anti-Inflammatory Properties Against Covid-19: an in Silico Study Siti Gusti Ningrum; Rochiman Sasmita; Viol Dhea Kharisma
Acta VETERINARIA Indonesiana Vol. 11 No. 1 (2023): Maret 2023
Publisher : IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/avi.11.1.43-50

Abstract

The Chinese believe consuming edible bird’s nests (EBN) can increase immunity to various diseases, including Covid-19. This study attempts to identify SARS COV-2-specific anti-viral and anti-inflammatory agents of EBN. We gathered samples from PubChem and Protein Data Bank (PDB). Afterwards, drug likeness was examined using the Lipinski model from the SCFBIO online service. The PASS web server analyzed the bioactive likelihood of chemicals found in EBN. Using PyRx 0.8 software with the blind docking technique. The PoseView web server and PyMol v2.4.1 software were utilized to ascertain molecular interactions. The in silico results show the potential of EBN as food therapy for Covid-19 sufferers, which is indicated by the presence of bioactive compounds from edible bird’s nest consisting of 9-O-acetylated GD3, glycopeptide, N-acetyl neuraminic acid, N-glycolyl-neuraminic acid, sialic acid, and tetra acetyl-thymol-beta-D-glucoside. These bio compounds are predicted to work as anti-viral and anti-inflammatory candidates against SARS-COV-2.

Page 1 of 2 | Total Record : 11