cover
Contact Name
Ekasatya Aldila Afriansyah
Contact Email
ekafrian@gmail.com
Phone
+628979550972
Journal Mail Official
plusminus@institutpendidikan.ac.id
Editorial Address
Jalan Terusan Pahlawan No 32, Sukagalih, Tarogong Kidul, Garut, Jawa Barat, Indonesia
Location
Kab. garut,
Jawa barat
INDONESIA
Plusminus: Jurnal Pendidikan Matematika
ISSN : 27982904     EISSN : 27982920     DOI : -
Core Subject : Education,
Plusminus: Jurnal Pendidikan Matematika (p-ISSN: 2798-2904 & e-ISSN: 2798-2798) mempublikasikan artikel ilmiah hasil penelitian dalam bidang pendidikan matematika yang belum pernah dipublikasikan. Penulis dapat berasal dari berbagai level, seperti mahasiswa (S1, S2, S3), guru, dosen, praktisi, maupun pemerhati pendidikan matematika. Plusminus terbit tiga kali dalam satu tahun, yaitu pada bulan Maret, Juli, dan November. Penerbit Plusminus adalah Program Studi Pendidikan Matematika Institut Pendidikan Indonesia.
Articles 120 Documents
Kesalahan Siswa SMP pada Soal Pemecahan Masalah Berdasarkan Tahapan Teori Newman Irna Rahmayanti; Iyam Maryati
Plusminus: Jurnal Pendidikan Matematika Vol 1, No 1 (2021)
Publisher : Institut Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31980/plusminus.v1i1.1026

Abstract

Salah satu faktor rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematika siswa adalah karena siswa menganggap matematika sebagai mata pelajaran yang sulit. Bagaimanapun, matematika membutuhkan ketelitian dalam perhitungan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis kesalahan siswa dalam pemecahan masalah berdasarkan prosedur teoritis Newman dan untuk mengetahui mengapa siswa melakukan kesalahan tersebut. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII kelas VIII tahun pelajaran 2020/2021 yang berjumlah 4 orang di Kp Cilengkeng Ds Wangunjaya Kecamatan Banjarwangi. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, soal tes, dan wawancara, sedangkan teknik analisis datanya menggunakan model Milles dan Huberman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa melakukan kesalahan hanya pada tahap memahami masalah sebanyak 31,25%, sedangkan pada tahap keterampilan proses sebanyak 50% dan pada tahap menulis jawaban akhir sebanyak 12,50%. Faktor-faktor yang menyebabkan mahasiswa tidak mampu memahami soal dengan baik, kurang paham dengan soal yang diberikan peneliti, tidak mampu mentransformasi kalimat bahasanya untuk menyusun langkah-langkah membuat diagram garis, tidak meluangkan waktu dengan baik. , tidak berhati-hati, cepat dan tidak. dapat menyimpulkan masalah menggunakan kalimat bahasa mereka. One of the factors of the low ability of students' mathematical problem solving is because students think that mathematics is a difficult subject. After all, mathematics requires accuracy in calculations. The purpose of the study was to determine the types of students' mistakes in problem-solving based on Newman's theoretical procedures and to find out why students made these mistakes. The research method used is qualitative. The research subjects were 4 grade VIII students for the 2020/2021 academic year at Kp Cilengkeng Ds Wangunjaya, Banjarwangi District. The data collection techniques used observation, test questions, and interviews, while the data analysis techniques used the Milles and Huberman model. The results showed that students made mistakes only at the stage of understanding the problem as much as 31.25%, while at the stage of process skills as much as 50% and at the stage of writing the final answer as much as 12.50%. The factors that cause students to do this are not being able to understand the questions well, not being familiar with the questions given by the researcher, not being able to transform their language sentences to compile steps to make a line diagram, not taking good time, not being careful, hurry and not. can conclude a problem using their language sentences.
Perbedaan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis dan Self-Confidence Siswa antara Model TPS dan PBL Alpia Nadia Lesi; Reni Nuraeni
Plusminus: Jurnal Pendidikan Matematika Vol 1, No 2 (2021)
Publisher : Institut Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31980/plusminus.v1i2.1260

Abstract

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematis. Terdapat aspek penting lain juga yaitu self-confidence (kepercayaan diri), menjadi salah satu sikap yang mendapatkan perhatian.Model pembelajaran yang diduga dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis dan Self-cofidence pada siswa adalah model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share dan Problem Based Learning. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematis dan self-confidence antara siswa yang mendapatkan model TPSdan PBL. Metode penelitiannya adalah kuasi eksperimen dengan populasi seluruh siswa kelas X MAN 2 Garut. Sampel penelitian sebanyak dua kelas yaitu kelas X MIA-1 sebanyak 29 siswa dan kelas  X MIA-3 sebanyak 31 siswa.Instrumen penelitian berupa tes uraian kemampuan pemecahan masalahdan angket self-confidence.Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan pencapaian dan peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis antara siswa yang mendapatkan model TPS danPBL. Interpretasiself-confidencesiswa model TPS dan PBL berada pada kategori cukup. This research is motivated by the low ability to solve mathematical problems. There is also another important aspect, namely self-confidence, which is one of the attitudes that get attention. The learning model that is supposed to be used to improve students' mathematical problem-solving skills and self-confidence is the Think Pair Share and Problem Based Learning cooperative learning model. This study aims to determine the differences in mathematical problem-solving abilities and self-confidence between students who received the TPS and PBL models. The research method is quasi-experimental with the entire population of class X MAN 2 Garut. The research sample consisted of two classes, namely class X MIA-1 as many as 29 students and class X MIA-3 as many as 31 students. The research instrument is a description of the problem-solving ability test and a self-confidence questionnaire. The results of the analysis showed that there was no difference in the achievement and improvement of mathematical problem-solving abilities between students who received the TPS and PBL models. The students' self-confidence interpretation of the TPS and PBL models is in the sufficient category.
Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep Geometri Ruang pada Pembelajaran Daring dengan Model Discovery learning Retno Wulandari; Suwarto Suwarto; Novaliyosi Novaliyosi
Plusminus: Jurnal Pendidikan Matematika Vol 1, No 2 (2021)
Publisher : Institut Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31980/plusminus.v1i2.1224

Abstract

Online learning atau yang disebut pembelajaran daring merupakan pembelajaran yang membutuhkan jaringan internet dengan memanfaatkan aplikasi sepertimedia social, google classroom, google meet, zoom. Proses pembelajaran yang menitikberatkan peserta didik untuk dapat menyelesaikan pemecahan masalah, guna mengembangkan pengetahuan dan keterampilan merupakan model pembelajaran discovery learning. Penelitian ini bermaksud untuk menganalisis proses pembelajaran yang dilakukan secara daring dengan model pembelajaran discovery learnig. Kesimpulan yang didapat adalah penggunaan belajar secara daring masih mengalami kendala, seperti jaringan internet yang tidak stabil, kesulitan siswa dalam bergabung dengan google meet, kurang disiplin siswa dalam mengaktifkan kamera. Walaupun memiliki kendala dalam pembelajaran daring namun model pembelajaran discovery learning dapat diterapkan dengan baik, hal ini terlihat dari hasil pekerjaan siswa dalam menjawab soal dengan baik. Online learning or what is called online learning is learning that requires an internet network by utilizing applications such as social media, google classroom, google meet, zoom. The learning process that focuses on students being able to solve problem-solving, to develop knowledge and skills is a discovery learning model. This study intends to analyze the online learning process using the discovery learning model. The conclusion obtained is that the use of online learning is still experiencing problems, such as unstable internet networks, difficulties for students in joining google meet, lack of student discipline in activating the camera. Although it has obstacles in online learning, the discovery learning model can be applied well, this can be seen from the results of students' work in answering questions well.
Perbandingan Kemampuan Koneksi Matematis Siswa antara Model Pembelajaran Discovery Learning dan Ekspositori Qoriah Istiqomah; Cici Nurulhaq
Plusminus: Jurnal Pendidikan Matematika Vol 1, No 1 (2021)
Publisher : Institut Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31980/plusminus.v1i1.1032

Abstract

Masalah dalam penelitian ini yaitu pembelajaran matematika yang masih berpusat pada guru. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah kemampuan koneksi matematis siswa yang mendapat model pembelajaran Discovery Learning lebih baik dibandingkan dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran ekspositori. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi eksperimen. Populasinya adalah seluruh siswa kelas X MIA SMAN 6 Garut tahun ajaran 2016/2017, sedangkan sampelnya yaitu kelas X MIA 1 sebagai kelas eksperimen dan kelas X MIA 2 sebagai kelas kontrol. Instrumen yang digunakan untuk mengukur kemampuan koneksi matematis siswa dalam pembelajaran matematika adalah tes tertulis berupa uraian dan non tes berupa angket. Dari hasil analisis data diperoleh kesimpulan : kemampuan koneksi matematis siswa yang mendapat model pembelajaran Discovery Learning lebih baik dibandingkan dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran ekspositori, peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa yang mendapatkan model pembelajaran Discovery Learning berinterpretasi tinggi, sikap siswa terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran Discovery Learning berinterpretasi baik. The problem in this research is mathematics learning which is still teacher-centered. The purpose of this study was to determine whether the mathematical connection ability of students who received the Discovery Learning learning model was better than students who received expository learning. The method used in this study is quasi-experimental. The population is all students of class X MIA SMAN 6 Garut in the academic year 2016/2017, while the sample is class X MIA 1 as the experimental class and class X MIA 2 as the control class. The instrument used to measure students' mathematical connection skills in learning mathematics was a written test in the form of a description and a non-test in the form of a questionnaire. From the results of data analysis, it was concluded that the mathematical connection ability of students who received the Discovery Learning learning model was better than students who received expository learning, increased mathematical connection skills of students who received high-interpretation Discovery Learning learning models, students' attitudes towards learning mathematics using the learning model Discovery Learning has a good interpretation.
Kemampuan Koneksi Matematis Melalui Model Pembelajaran Connecting, Organizing, Reflecting, and Extending dan Means Ends Analysis Nuri Dwi Indriani; Mega Achdisty Noordyana
Plusminus: Jurnal Pendidikan Matematika Vol 1, No 2 (2021)
Publisher : Institut Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31980/plusminus.v1i2.1266

Abstract

Kemampuan koneksi matematis siswarendah. Upaya meningkatkan kemampuan koneksi matematis siswa diantaranya dengan menerapkan model pembelajaran yang menekankan keaktifan siswa seperti Connecting, Organizing, Reflecting, and Extending (CORE) dan Means Ends Analysis (MEA). Penelitian bertujuan mengkaji perbedaan peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa antara yang mendapatkan model pembelajaran CORE dengan MEA. Metode penelitian adalah kuasi eksperimen dengan populasi seluruh siswa kelas XI salah satu SMA Negeri di Garut. Sampel penelitian yaitu kelas XI MIPA 4 dan XI MIPA 5. Teknik pengumpulan data menggunakan tes uraian kemampuan koneksi matematis siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa antara yang mendapatkan model pembelajaran CORE dengan MEA, dengan kualitas peningkatan berinterpretasi sedang. Model pembelajaran CORE lebih baik dalam meningkatkan kemampuan koneksi matematis.The students' mathematical connection ability is low. Efforts to improve students' mathematical connection skills include applying learning models that emphasize student activity such as Connecting, Organizing, Reflecting, and Extending (CORE) and Means Ends Analysis (MEA). This study aims to examine the differences in the improvement of students' mathematical connection skills between those who received the CORE learning model and the MEA. The research method is quasi-experimental with a population of all students of class XI one of the Public SMA in Garut. The research sample is class XI MIPA 4 and XI MIPA 5. The data collection technique uses a description test of mathematical connection abilities and student attitude questionnaires. The results showed that there were differences in the improvement of students' mathematical connection skills between those who received the CORE and MEA learning models, with moderate improvement in interpreting quality. The CORE learning model is better at improving mathematical connection skills.
Model Pembelajaran REACT Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Duroh Siti Nurhasanah; Irena Puji Luritawaty
Plusminus: Jurnal Pendidikan Matematika Vol 1, No 1 (2021)
Publisher : Institut Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31980/plusminus.v1i1.1027

Abstract

Pentingnya kemampuan pemecahan masalah matematis yang tidak diimbangi dengan prestasi belajar yang optimal pada siswa menjadi latar belakang dilakukannya penelitian ini. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dengan menggunakan model pembelajaran REACT dan respon siswa terhadap model pembelajaran REACT. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas X SMA di salah satu SMA Negeri di Kabupaten Garut. Sampel yang dipilih adalah kelas X MIPA 4 yang berjumlah 31 siswa. Instrumen penelitian terdiri dari instrumen tes berupa soal uraian dan non tes berupa angket. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan uji Normalized Gain. Hasil analisis data menunjukkan bahwa kualitas peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang memperoleh model pembelajaran REACT memiliki interpretasi yang tinggi. Selain itu, sikap siswa secara umum terhadap pembelajaran dengan model pembelajaran REACT mendapatkan respon dengan interpretasi yang cukup. Dengan demikian, model pembelajaran REACT dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa dan direspon dengan cukup baik oleh siswa. The importance of mathematical problem-solving abilities that are not balanced with optimal achievement in students to be the background for conducting this research. The research objective was to determine the increase in students 'mathematical problem-solving abilities using the REACT learning model and students' responses to the REACT learning model. This research was conducted on class X high school students in one of the public high schools in Garut Regency. The sample chosen was class X MIPA 4 with as many as 31 students. The research instrument consisted of a test instrument in the form of description questions and a non-test in the form of a questionnaire. The data obtained were analyzed by using the Normalized Gain test. The results of the data analysis showed that the quality of the improvement in the mathematical problem-solving abilities of students who received the REACT learning model had a high interpretation. Also, students' attitudes in general towards learning using the REACT learning model get responses with sufficient interpretations. Thus, the REACT learning model can improve students' problem-solving abilities and is responded to quite well by students
Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis ditinjau dari Self-Confidence Siswa pada Materi Aljabar dengan Menggunakan Pembelajaran Daring Rd. Rina Rosmawati; Teni Sritresna
Plusminus: Jurnal Pendidikan Matematika Vol 1, No 2 (2021)
Publisher : Institut Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31980/plusminus.v1i2.1261

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimanakah kemampuan dalam memahami konsep matematis pada materi aljabar dengan menggunakan pembelajaran daring di Kecamatan Malangbong. Sumber data diambil 6 orang untuk meneliti self-confidence siswa dan 3 sampel di ambil berdasarkan teknik purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel dengan menentukan kriteria-kriteria tertentu yaitu berdasarkan kategori self-confidence tinggi, sedang, dan rendah. Analisis data pada penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan analisis studi kasus. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu siswa kelas VII dan VIII yang sudah mempelajari materi aljabar. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan angket, tes tertulis, dan wawancara yang dibutuhkan untuk memperoleh data pendukung. Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa siswa dengan self-confidence tinggi lebih baik di bandingkan dengan self confidence sedang atau rendah dalam memahami konsep matematis.  This study aims to determine how the ability to understand mathematical concepts in algebraic material using online learning in Malangbong District. 6 people are taken to examine students’ self-confidence. And 3 samples were taken based on the purposive sampling technique, namely the sampling technique by determining certain criteria, namely based on the high, medium, and low self-confidence categories. Data analysis in this study used a qualitative method with a case study analysis approach. Sources of data used in this study are students of class VII and VIII who have studied algebraic material. The data collection technique used in this study is to use a self-confidence questionnaire, a written test, and interviews needed to obtain supporting data. From the results of this study, it was found that students with high self-confidence were better than those with moderate or low self-confidence in understanding mathematical concepts. 
Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik terhadap Hasil Belajar Matematika dan Self Confidence Siswa SMP Asdar Asdar; Fajar Arwadi; Rismayanti Rismayanti
Plusminus: Jurnal Pendidikan Matematika Vol 1, No 1 (2021)
Publisher : Institut Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31980/plusminus.v1i1.1022

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan pendekatan pendidikan matematika realistik (PMR) terhadap hasil belajar matematika dan kepercayaan diri siswa kelas VII SMP Negeri 4 Takalar. Jenis penelitian yang akan digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan metode eksperimen semu. Kelas yang akan dipelajari adalah kelas VII B sebagai kelas eksperimen dan kelas VII A sebagai kelas kontrol. Pengumpulan data dilakukan dengan memberikan instrumen berupa angket pretes dan kepercayaan diri untuk memperoleh data awal hasil belajar matematika siswa dan tes kepercayaan diri, kemudian instrumen berupa posttest, dan angket kepercayaan diri untuk memperolehnya. data akhir hasil belajar matematika siswa dan rasa percaya diri. Analisis data dilakukan dengan menggunakan program SPSS 25 yang terdiri dari analisis statistik deskriptif dan inferensial, analisis gain, uji prasyarat, dan uji hipotesis. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh penerapan pendekatan pendidikan matematika realistik terhadap hasil belajar matematika dan kepercayaan diri siswa.  This study aims to determine the effect of implementing a realistic mathematics education approach (PMR) on mathematics learning outcomes and self-confidence of grade VII students at SMP Negeri 4 Takalar. The type of research to be used is quantitative research with quasi-experimental methods. The classes to be studied are class VII B as the experimental class and class VII A as the control class. Data collection was carried out by providing instruments in the form of a pretest and self-confidence questionnaire to obtain initial data on students 'mathematics learning outcomes and self-confidence tests, then instruments in the form of posttest, and self-confidence questionnaires to obtain final data on students' mathematics learning outcomes and self-confidence. Data analysis was performed using the SPSS 25 program, which consists of descriptive and inferential statistical analysis, gain analysis, prerequisite tests, and hypothesis testing. Based on the results of the study, it can be concluded that there is an effect of implementing a realistic mathematics education approach on mathematics learning outcomes and students' self-confidence. 
Bahasa Matematis dalam Penentuan Waktu Siang - Malam menurut Tradisi Sunda Dedi Muhtadi; Rochmad Rochmad; Isnarto Isnarto
Plusminus: Jurnal Pendidikan Matematika Vol 1, No 2 (2021)
Publisher : Institut Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31980/plusminus.v1i2.1221

Abstract

Tasikmalaya merupakan wilayah Tatar Sunda yang julukannya sebagai: “Sang Mutiara Priangan Timur”, memiliki peran penting di Provinsi Jawa Barat Selatan. Peran ini sangat berpengaruh terhadap potensi masyarakat, termasuk di bidang kebudayaan. Namun seiring dengan perkembangan zaman, budaya tersebut kurang dikenal oleh generasi muda saat ini. Tujuan dari penelitian adalah untuk melestarikan budaya masyarakat Sunda khususnya di Tasikmalaya agar budaya tersebut tetap terjaga. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan etnografi yang bersumber dari studi literatur, observasi lapangan dan wawancara dengan seorang ahli budaya Sunda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat bahasa matematis dalam penentuan waktu sehari semalam yang digunakan oleh masyarakat Sunda di Tasikmalaya dan hal itu dapat menjadi sebagai titik tolak untuk acuan dalam pembelajaran matematika. Tasikmalaya is a Sundanese region whose nickname is: "The Pearl of East Priangan", an important role in South West Java Province. This role is very influential on the potential of the community, including in the field of culture. But along with the times, this culture is less well known by today's young generation. The purpose of this research is for the culture of the Sundanese people, especially in Tasikmalaya so that the culture is maintained. This study uses a qualitative approach with an ethnographic approach derived from literature studies, field observations and interviews with a Sundanese cultural expert. The results of the study indicate that there is a mathematical language in the right time of day and night that is used by the Sundanese people in Tasikmalaya and it can be a starting point to be used as a reference in learning mathematics.
Kesulitan Belajar Siswa SMP mengenai Kemampuan Koneksi Matematis pada Materi Statistika Rani Permatasari; Reni Nuraeni
Plusminus: Jurnal Pendidikan Matematika Vol 1, No 1 (2021)
Publisher : Institut Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31980/plusminus.v1i1.1033

Abstract

Penelitian ini untuk menganalisis kesulitan belajar siswa SMP mengenai kemampuan koneksi matematis pada materi Statistika, menganalisis kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal dan mengetahui faktor penyebab siswa mengalami kesulitan belajar. Subjek penelitian adalah siswa SMP kelas IX sebanyak 7 orang. Jenis penelitiannya deskriptif kualitatif. Data diperoleh dari tes tertulis dan wawancara. Hasil penelitian yaitu siswa dengan kemampuan koneksi matematis tinggi tidak mengalami kesulitan belajar konsep, prinsip dan masalah verbal hanya  terdapat kesalahan encoding error dalam mengerjakan soal, siswa dengan kemampuan koneksi matematis sedang sedikit mengalami kesulitan belajar konsep dan prinsip serta melakukan kesalahan transformation error, process skills error, dan encoding error; siswa dengan kemampuan koneksi matematis rendah  mengalami kesulitan belajar konsep, prinsip dan masalah verbal serta melakukan kesalahan di semua aspek.  Penyebab kesulitan belajar dan kesalahan siswa saat mengerjakan soal yaitu tidak menyukai matematika, malas belajar, guru mengajar terlalu cepat, kelas tidak kondusif, perhatian keluarga, teman pergaulan yang tidak mendukung.This study is to analyze the learning difficulties of junior high school students regarding the mathematical connection ability of the statistics material, to analyze students' errors in solving questions and to find out the factors that cause students to experience learning difficulties. The research subjects were 7 students of grade IX in junior high school. This type of research is descriptive qualitative. Data obtained from written tests and interviews. The results showed that students with high mathematical connection skills did not have difficulty learning concepts, principles and verbal problems, there were only encoding errors in working on questions, students with moderate mathematical connection skills had a little difficulty learning concepts and principles and made transformation errors, process skills errors. , and encoding errors; students with low mathematical connection skills have difficulty learning concepts, principles and verbal problems and make mistakes in all aspects. The causes of learning difficulties and mistakes of students when working on questions are disliking mathematics, lazy learning, teachers teaching too fast, class is not conducive, family attention, unsupportive friends.

Page 1 of 12 | Total Record : 120