cover
Contact Name
Ekasatya Aldila Afriansyah
Contact Email
ekafrian@gmail.com
Phone
+628979550972
Journal Mail Official
plusminus@institutpendidikan.ac.id
Editorial Address
Jalan Terusan Pahlawan No 32, Sukagalih, Tarogong Kidul, Garut, Jawa Barat, Indonesia
Location
Kab. garut,
Jawa barat
INDONESIA
Plusminus: Jurnal Pendidikan Matematika
ISSN : 27982904     EISSN : 27982920     DOI : -
Core Subject : Education,
Plusminus: Jurnal Pendidikan Matematika (p-ISSN: 2798-2904 & e-ISSN: 2798-2798) mempublikasikan artikel ilmiah hasil penelitian dalam bidang pendidikan matematika yang belum pernah dipublikasikan. Penulis dapat berasal dari berbagai level, seperti mahasiswa (S1, S2, S3), guru, dosen, praktisi, maupun pemerhati pendidikan matematika. Plusminus terbit tiga kali dalam satu tahun, yaitu pada bulan Maret, Juli, dan November. Penerbit Plusminus adalah Program Studi Pendidikan Matematika Institut Pendidikan Indonesia.
Articles 120 Documents
Penerapan Model Pembelajaran Problem Posing dan Direct Instruction dalam Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Eris Iswara; Rostina Sundayana
Plusminus: Jurnal Pendidikan Matematika Vol 1, No 2 (2021)
Publisher : Institut Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31980/plusminus.v1i2.1258

Abstract

Penelitian dilatarbelakangi pada permasalahan rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Sebagai alternatif pemecahan permasalahan, dilakukan penelitian dengan penerapan model pembelajaran Problem Posing dan Direct Instruction dalam pembelajaran matematika. Tujuan penelitian menganalisis peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang belajar dengan model pembelajaran Problem Posing dan Direct Instruction. Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan populasi seluruh siswa kelas XI SMA Negeri di Garut. Sampel dipilih berdasarkan teknik purposive sampling, dan diperoleh dua kelas sebagai sampel penelitian. Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes kemampuan pemecahan masalah matematis. Berdasarkan hasil analisis secara statistik diperoleh kesimpulan bahwa peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang belajar dengan model pembelajaran Problem Posing lebih baik dari model pembelajaran Direct Instruction. Model pembelajaran Problem Posing direkomendasikan untuk mengembangkan kemampuan pemecahan matematis siswa.The research was motivated by the problem of the low mathematical problem-solving ability of students. As an alternative to solving problems, research was conducted by applying the Problem Posing and Direct Instruction learning model in learning mathematics. The purpose of this research is to analyze the improvement of students' mathematical problem-solving abilities who study with Problem Posing and Direct Instruction learning models. The research method used is quasi-experimental with a population of all students of class XI SMA Negeri in Garut. The sample was selected based on the purposive sampling technique, and two classes were obtained as research samples. The research instrument used was a mathematical problem-solving ability test. Based on the results of statistical analysis, it was concluded that the improvement of students' mathematical problem-solving abilities who studied with the Problem Posing learning model was better than the Direct Instruction learning model. The Problem Posing learning model is recommended to develop students' mathematical solving abilities.
Perbandingan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa antara Model Pembelajaran GI dan PBL Dessy Arisya Sutarsa; Nitta Puspitasari
Plusminus: Jurnal Pendidikan Matematika Vol 1, No 1 (2021)
Publisher : Institut Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31980/plusminus.v1i1.1035

Abstract

Penelitian ini dilatarbelakangi rendahnya kualitas pendidikan matematika di Indonesia terutama terhadap kemampuan berpikir tingkat tinggi. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa yaitu modelpembelajaran Group Investigation (GI) dan Problem Based Learning (PBL). Penelitian berbentuk kuasi eksperimen dengan desain The Static Group Pretest-Posttest Design. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMA Negeri 1 Garut.Sampel penelitiannya yaitu kelas XI MIPA 1 yang mendapatkan model pembelajaran Group Investigation, kelas XI MIPA 2 yang mendapatkan model pembelajaran Problem Based Learning. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kemampuan berpikir kritis matematis siswa dan peningkatannya antara yang mendapatkan model pembelajaran Group Investigation lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran Problem Based Learning.This research is motivated by the low quality of mathematics education in Indonesia, especially for higher order thinking skills. One learning model that can be applied to improve student's critical thinking skills is the Group Investigation (GI) and Problem Based Learning (PBL) learning model. This research was a quasi-experimental study with the design of The Static Group Pretest-Posttest Design. The population in this study were students of SMA Negeri 1 Garut. The research sample is class XI MIPA 1 who gets the Group Investigation learning model, class XI MIPA 2 who gets the Problem Based Learning learning model. The results of this study indicate that the students' mathematical critical thinking skills and the increase between those who get the Group Investigation learning model are better than the Problem Based Learning learning model.
Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP di Kampung Paledang Suci Kaler pada Materi Segiempat dan Segitiga Jaki Maulana Syah; Deddy Sofyan
Plusminus: Jurnal Pendidikan Matematika Vol 1, No 2 (2021)
Publisher : Institut Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31980/plusminus.v1i2.1270

Abstract

Beberapa penelitian terdahulu mengungkapkan bahwa tingkat kemampuan komunikasi matematis siswa berada pada kategori rendah dan harus ada upaya untuk mengatasinya.Tujuan penelitian   untuk menganalisis kemampuan komunikasi matematis siswa pada materi Segiempat dan Segitiga yang dilakukan di kampung Paladeng Suci Kaler. Metode penelitiannya yaitu penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Subjek penelitian sebanyak enam siswa SMP dengan kemampuan matematika tinggi, sedang, dan rendah, juga yang sudah mempelajari materi Segiempat dan Segitiga. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah wawancara dan tes tertulis.Teknis analisis datanya menggunakan empat tahapan, yaitu: pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil analisis jawaban siswa terhadap soal komunikasi matematis dan dari hasil wawancara menyimpulkan bahwa  kemampuan komunikasi matematis (tertulis)  dari enam  siswa yang diteliti diantaranya siswa masih sulit untuk memberikan alasan atas jawabannya, masih sulit membuat gambar dan mengekspresikan peristiwa sehari-hari ke dalam bahasa atau simbol matematik.Several previous studies revealed that the level of students' mathematical communication skills was in the low category and efforts should be made to overcome them. The purpose of the study was to analyze students' mathematical communication skills on the material of Quadrilaterals and Triangles conducted in Paladeng Suci Kaler village. The research method is descriptive research using a qualitative approach. The research subjects were six junior high school students with high, medium, and low mathematical abilities, also those who had studied the quadrilateral and triangle material. Data collection techniques in this study were interviews and written tests. Technical analysis of the data uses four stages, namely: data collection, data reduction, data presentation, and drawing conclusions. The results of the analysis of students' answers to mathematical communication questions and from the interviews concluded that the mathematical communication skills (written) of the six students studied were still difficult to give reasons for their answers, still difficult to take pictures and express everyday events into language or math symbols.
Perbandingan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa antara Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS dan CIRC Rahmi Wilianti Khairunisa; Basuki Basuki
Plusminus: Jurnal Pendidikan Matematika Vol 1, No 1 (2021)
Publisher : Institut Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31980/plusminus.v1i1.1030

Abstract

Pembelajaran matematika yang diberikan di sekolah harus dapat menuntut siswa agar mereka memiliki kompetensi dasar dalam matematika sesuai dengan tujuan umum pembelajaran matematika. Penelitian menggunakan metode kuasi eksperimen dengan tujuan penelitiannya yaitu menelaah perbandingan kemampuan komunikasi matematis siswa yang mendapatkan model pembelajaran Think Pair Square (TPS) dengan Cooperative, Integrated, Reading and Composition (CIRC), untuk mengetahui kualitas peningkatan kemampuan komunikasi matematis, dan sikap siswa terhadap model pembelajaran TPS dan CIRC. Populasi pada penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri 6 Garut dengan sampel sebanyak dua kelas yaitu kelas VII-H menggunakan model pembelajaran TPS dan VII-I menggunakan model pembelajaran CIRC. Pada penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa yang mendapatkan model pembelajaran TPS lebih baik dari pada siswa yang mendapatkan model pembelajaran CIRC. Kualitas peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang mendapatkan model pembelajaran TPS berinterpretasi baik, sedangkan siswa yang mendapatkan model pembelajaran CIRC berinterpretasi sedang.  Mathematics learning given in schools must be able to require students to have basic competencies in mathematics following the general objectives of learning mathematics. The study used a quasi-experimental method intending to research the comparison of students' mathematical communication skills who received the Think Pair Square (TPS) learning model with Cooperative, Integrated, Reading, and Composition (CIRC), to determine the quality of improving mathematical communication skills and student attitudes towards the model. TPS and CIRC learning. The population in this study were students of class VII SMP Negeri 6 Garut with a sample of two classes, namely class VII-H using the TPS learning model and VII-I using the CIRC learning model. In this study, it was concluded that the mathematical communication skills of students who received the TPS learning model were better than those who received the CIRC learning model. The quality of the improvement in mathematical communication skills of students who get the TPS learning model has good interpretations, while students who get the CIRC learning model have moderate interpretations.
Kemampuan Representasi Matematis Siswa Melalui Model STAD dan TPS Tri Budi Agustina; Tina Sri Sumartini
Plusminus: Jurnal Pendidikan Matematika Vol 1, No 2 (2021)
Publisher : Institut Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31980/plusminus.v1i2.1264

Abstract

Kemampuan representasi matematis siswa masih rendah. Upaya untuk meningkatkannya dengan menggunakan model STAD dengan TPS. Tujuan penelitian untuk menganalisis perbedaan kemampuan representasi matematis antara siswa yang mendapatkan model STAD dengan TPS. Metode penelitiannya yaitu kuasi eksperimen dengan populasinya adalah siswa kelas VII SMPN 2 Tarogong Kidul Garut. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling sebanyak dua kelas, yaitu kelas VII-F sebagai kelas eksperimen 1 dan VII-G sebagai kelas eksperimen 2, dengan banyaknya siswa yang lengkap mengikuti kegiatan mulai dari pretest, perlakuan, dan posttest untuk kelas eksperimen 1 sebanyak 32 siswa dan kelas eksperimen 2 sebanyak 32 siswa.Data yang dianalisis diperoleh dari hasil Pretest, Posttest, Gain Ternormalisasi dan penyebaran angket.Hasil penelitian diperoleh: 1) terdapat perbedaan kemampuan representasi matematis antara siswa yang mendapatkan model STAD dengan TPS, 2) interpretasi peningkatan kemampuan representasi matematis siswa kedua kelas berinterpretasi sedang, 3) sikap siswa kedua kelas terhadap masing-masing model pembelajaran berinterpretasi baik. Students' mathematical representation ability is still low. Efforts to improve it by using the STAD model with TPS. The purpose of the study was to analyze the differences in mathematical representation abilities between students who received the STAD and TPS models. The research method is quasi-experimental with the population being class VII students of SMPN 2 Tarogong Kidul Garut. Sampling was carried out by purposive sampling as many as two classes, namely class VII-F as experimental class 1 and VII-G as experimental class 2, with the number of complete students participating in activities ranging from pretest, treatment, and posttest for experimental class 1 as many as 32 students. and experimental class 2 as many as 32 students. The data analyzed were obtained from the results of Pretest, Posttest, Normalized Gain, and questionnaire distribution. The results obtained: 1) there are differences in the ability of mathematical representation between students who get the STAD model and TPS, 2) the interpretation of increasing the mathematical representation ability of students in both classes has a moderate interpretation, 3) the attitudes of students in both classes towards each learning model have good interpretation.
Kemampuan Representasi Matematis Siswa SMP pada Materi Penyajian Data di Desa Bungbulang Yais Yusriyah; Mega Achdisty Noordyana
Plusminus: Jurnal Pendidikan Matematika Vol 1, No 1 (2021)
Publisher : Institut Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31980/plusminus.v1i1.1025

Abstract

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kemampuan representasi matematis siswa masih rendah. Tujuan penelitian untuk menganalisis kemampuan representasi matematis siswa SMP pada materi penyajian data. Penelitian dilakukan di Kampung Citalahab Kaler, Desa Bungbulang-Garut. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif. Metode yang digunakan yaitu metode analisis deskriptif, yang melibatkan 3 siswa sebagai sampel, menggunakan teknik simple random sampling. Instrumen tes kemampuan representasi matematis siswa sebanyak 5 soal berbentuk uraian. Hasil penelitian yaitu (1) Kemampuan representasi matematis pada indikator representasi gambar (pictorial representation)  adalah hampir semua siswa dari ke tiga sampel sudah mampu menyelesaikan suatu masalah dengan menggunakan representasi visual. (2) Kemampuan representasi matematis pada indikator representasi simbol (symbolic representation) adalah hampir semua siswa dari ketiga sampel belum mampu dalam menyelesaikan masalah menggunakan representasi simbol. (3) Kemampuan representasi matematis pada indikator representasi verbal (verbal representation) adalah sebagian siswa sudah mampu menggunakan representasi verbal namun beberapa diantaranya masih belum bisa menyampaikan ide matematisnya dengan bahasa sendiri. Several studies have shown that students' mathematical representation skills are still low. The research objective was to analyze the mathematical representation ability of junior high school students on data presentation material. The research was conducted in Citalahab Kaler Village, Bungbulang-Garut Village. This research uses a qualitative approach. The method used is the descriptive analysis method, which involved 3 students as a sample, using a simple random sampling technique. The test instrument for the students' mathematical representation ability consisted of 5 questions in the form of descriptions. The results of the study are (1) The ability of mathematical representations on the pictorial representation indicator is that almost all students from the three samples have been able to solve a problem using a visual representation. (2) The ability of mathematical representation in the symbolic representation indicator is that almost all students from the three samples have not been able to solve problems using symbolic representations. (3) The ability of mathematical representation on the verbal representation indicator is that some students can use verbal representations, but some of them are still unable to convey their mathematical ideas in their language.
Kesulitan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP di Desa Mulyasari pada Materi Statistika Moch Robbi Nugraha; Basuki Basuki
Plusminus: Jurnal Pendidikan Matematika Vol 1, No 2 (2021)
Publisher : Institut Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31980/plusminus.v1i2.1259

Abstract

Setiap hari kita dihadapkan dengan berbagai permasalahan yang menuntut kemampuan pemecahan masalah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis kesulitan yang dialami siswa SMP dalam memecahkan masalah pada materi statistika. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data menggunakan observasi, tes kemampuan pemecahan masalah, dan wawancara. Analisis data melalui beberapa tahap pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas VIII dan IX yang berada di Desa Mulyasari Kecamatan Bayongbong Kabupaten Garut. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kesulitan yang dialami oleh siswa adalah: 1) menyajikan laporan statistik secara lisan, tertulis, tabel, diagram, dan grafik; 2) membuat pemodelan matematika; 3) menerapkan strategi untuk memecahkan masalah; 4) menarik kesimpulan; 5) memeriksa kembali jawaban. Faktor yang mempengaruhi kesulitan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa, antara lain: 1) kurangnya keterampilan dalam merencanakan penyelesaian; 2) siswa tidak melakukan pemeriksaan kembali; 3) hilangnya motivasi belajar; 4) tidak percaya diri; 5) penerapan model pembelajaran yang kurang tepat. Every day we are faced with various problems that require problem-solving skills. The purpose of this study was to analyze the difficulties experienced by junior high school students in solving statistical problems. This research is a qualitative descriptive study with data collection techniques using observation, problem-solving ability tests, and interviews. Data analysis went through several stages of data collection, data reduction, data presentation, and drawing conclusions. This research was conducted on students in grades VIII and IX in Mulyasari Village, Bayongbong District, Garut Regency. The results of this study indicate that the difficulties experienced by students are: 1) presenting statistical reports orally, in writing, tables, diagrams, and graphs; 2) make mathematical modeling; 3) apply strategies to solve problems; 4) draw conclusions; 5) recheck the answers. Factors that affect the difficulty of students' mathematical problem-solving abilities, among others: 1) lack of skills in planning solutions; 2) students do not re-examine; 3) loss of motivation to learn; 4) not confidence; 5) the application of an inappropriate learning model.
Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP Kelas VIII di Kampung Cigulawing Sri Ismayanti; Deddy Sofyan
Plusminus: Jurnal Pendidikan Matematika Vol 1, No 1 (2021)
Publisher : Institut Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31980/plusminus.v1i1.1036

Abstract

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kemampuan komunikasi matematis siswa yang masih rendah. Tujuan penelitian  untuk memperoleh deskripsi kemampuan komunikasi matematis siswa kelas VIII pada pembelajaran matematika. Metode penelitiannya deskriptif kualitatif. Subjek penelitian adalah 4 siswa kelas VIII SMP Negeri 7 Garut. Hasil penelitian menunjukkan (1) Kemampuan komunikasi matematis siswa pada materi Penyajian Data kelas VIII SMP Negeri 7 Garut di Kampung Cigulawing, secara umum dikatakan kurang baik. Dikarenakan sebagian besar siswa belum mampu memenuhi semua indikator; (2) Siswa dengan kemampuan matematika tinggi mampu mencapai hampir seluruh indikator kemampuan komunikasi matematika; (3) Siswa dengan kemampuan matematika sedang kurang menguasai beberapa indikator kemampuan komunikasi matematis; (4) Siswa dengan kemampuan matematika rendah belum mampu menguasai indikator kemampuan komunikasi matematis.This research is motivated by the students' low mathematical communication skills. The research objective was to obtain a description of the students' mathematical communication skills in class VIII in mathematics learning. The research method is descriptive qualitative. The research subjects were 4 grade VIII students of SMP Negeri 7 Garut. The results showed (1) the students' mathematical communication skills in the data presentation material of class VIII SMP Negeri 7 Garut in Cigulawing Village, were generally said to be less good. Because most students have not been able to meet all the indicators; (2) Students with high mathematical abilities can achieve almost all indicators of mathematical communication skills; (3) Students with moderate mathematical abilities have not mastered several indicators of mathematical communication skills; (4) Students with low math abilities have not been able to master the indicators of mathematical communication skills.
Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa antara Model Pembelajaran Course Review Horay dan STAD Rindu Riyanti; Dian Mardiani
Plusminus: Jurnal Pendidikan Matematika Vol 1, No 1 (2021)
Publisher : Institut Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31980/plusminus.v1i1.1031

Abstract

Kemampuan komunikasi matematis siswa yang masih rendah menjadi permasalahan dalam penelitian ini. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui perbedaan peningkatan kemampuan komunikasi matematis antara siswa yang mendapatkan model pembelajaran Course Review Horay dengan siswa yang mendapatkan model pembelajaran Student Teams Achievement Divisio. Metode penelitian yaitu kuasi eksperimen. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa salah satu SMP Negeri di Garut dengan sampel siswa kelas VII C dan VII D, sebanyak 50 siswa. Analisis data dilakukan dengan uji normalitas, uji honogenitas, dan uji t, Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan peningkatan kemampuan komunikasi matematis antara siswa yang mendapatkan model pembelajaran Cause Review Horay dengan siswa yang mendapatkan model pembelajaran Student Teams Achivment Division. Kualitas peningkatan Kelas Cause Review Horay dan kelas Student Teams Achivment Division sama-sama menunjukan kriteria sedang, kelas Cause Review Horay menunjukan sikap yang baik dan kelas Student Teams Achivment Division menujukan sikap cukup.Students' low mathematical communication skills are a problem in this study. The purpose of this study was to determine the increase in mathematical communication skills between students who received the Course Review Horay learning model and students who received the Student Teams Achievement Division learning model. The research method is quasi-experimental. The population in this study were students of one of the state junior high schools in Garut with a sample of 50 students in class VII C and VII D. Data analysis was carried out by normality test, homogeneity test, and t-test. The results showed that there was an increase in mathematical communication skills between students who received the Cause Review Horay learning model and students who received the Student Teams Achievement Division learning model. The quality of improvement in the Class Cause Horay Review and the Student Teams Achievement Division class both show moderate criteria, the Horay Review Cause class shows a good attitude, and the Student Teams Achievement Division class shows a sufficient attitude.
Studi Etnomatematika pada Candi Cangkuang Leles Garut Jawa Barat Fitriyani Nursyeli; Nitta Puspitasari
Plusminus: Jurnal Pendidikan Matematika Vol 1, No 2 (2021)
Publisher : Institut Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31980/plusminus.v1i2.1265

Abstract

Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern dalam berbagai disiplin ilmu dan mampu mengembangkan daya pikir manusia. Banyak masyarakat yang tidak menyadari bahwa semakin berkembangnya zaman, ilmu matematika selalu digunakan sebagai alat bantu dalam penerapan semua bidang ilmu maupun dalam pengembangan matematika, sehingga hal itu yang menyebabkan matematika sulit dipahami, diperlukan adanya suatu pendekatan budaya atau yang biasa disebut etnomatematika. Salah satu bentuk etnomatematika yang menarik untuk dieksplorasi yaitu pada candi cangkuang. Candi cangkuang memiliki potensi yang bisa dimanfaatkan dikarenakan memiliki nilai historis yang sudah melekat dengan masyarakat, kontekstual dan bisa digunakan dalam memudahkan pemahaman terhadap matematika. Terkhusus pada bentuk dari bagian relief dan stupa candi cangkuang yang erat kaitannya dengan pembelajaran matematika. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa melalui etnomatematika pada candi cangkuang ini dapat ditemukan konsep matematika, khususnya pada materi geometri. Mathematics is a universal science that underlies the development of modern technology in various scientific disciplines and it can develop human thinking. Many people do not realize that the development of times, mathematics is always used as a tool in the application of all fields of science and development of mathematics so that this is what makes mathematics difficult to understand, it is necessary to have a cultural approach or commonly called ethnomathematics. One form of ethnomathematics that is interesting to explore is the Cangkuang temple. Cangkuang temple has potential that can be exploited because it has historical values that are inherent in society, contextual, and can be used to facilitate understanding of mathematics. Especially in the shape of the relief and stupa of the Cangkuang temple which is closely related to mathematics learning. The results of this study indicate that through ethnomathematics in this Cangkuang temple, mathematical concepts can be found, especially in geometric material.

Page 3 of 12 | Total Record : 120