cover
Contact Name
JOKO SANTOSO
Contact Email
ps.johnsantoso@gmail.com
Phone
+6287836107190
Journal Mail Official
jurnalberitahidup@gmail.com
Editorial Address
Jl. Solo-Kalioso KM.7.Solo
Location
Kab. sleman,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
Transformasi Fondasi Iman Kristen dalam Pelayanan Pastoral di Era Society 5.0
ISSN : 26564904     EISSN : 26545691     DOI : https://doi.org/10.38189/jtbh.v4i1.181
Core Subject : Religion,
Focus & Scope Jurnal Teologi Berita Hidup adalah: Teologi Biblikal Teologi Sistematika Teologi Pastoral Kepemimpinan Kristen Pendidikan Agama Kristen
Articles 40 Documents
Search results for , issue "Vol 4, No 2 (2022): Maret 2022" : 40 Documents clear
Metode Pendekatan Pemberitaan Injil yang Efektif Menurut Injil Matius dan Aplikasinya Bagi Orang Percaya Masa Kini Paulus Kunto Baskoro; Suhadi Suhadi
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 4, No 2 (2022): Maret 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v4i2.191

Abstract

Penginjilan menjadi bagian terpenting dalam kehidupan setiap orang percaya dan ini merupakan pesan amanat agung yang Tuhan Yesus nyatakan dalam Matius 28:19-20. Penginjilan selalu indentik dengan konsep pemberitaan Injil. Pemberitaan Injil seharusnya selalu menjadi gaya hidup setiap orang percaya. Sebab sadar atau tidak sadar pemberitaan Injil menjadi kunci pertumbuhan gereja dan juga penambahan murid Yesus yang diperlengkapi dan memperlengkapi setiap orang percaya. Ketika penginjilan tidak menjadi prioritas, yang terjadi gereja akan terjadi kelambatan dalam pertumbuhan dan pemuridan tidak berjalan secara efektif. Perlu dilakukan metode pendekatan tentang pemberitaan Injil, sehingga memberitakan Injil menjadi hal yang menyenangkan serta menggairahkan bagi setiap orang percaya. Karena beberapa orang percaya beranggapan bahwa pemberitaan Injil hanya tugas kaum misionaris dan terkadang sesuatu yang sulit untuk dilakukan. Penulisan ini menggunakan metode deskritif literatur. Tujuannya supaya lewat penulisan yaitu Pertama, menyadarkan setiap orang percaya betapa pentingnya esensi pemberitaan Injil bagi orang yang belum percaya Yesus. Kedua, orang percaya memiliki metode yang terbaik dalam pemberitaan Injil, sehingga pemberitaan Injil menjadi hal yang menyenangkan. Ketiga, banyak jiwa yang dimenangkan dan siap untuk dimuridkan. 
Moderasi Beragama Berbasis Kearifan Lokal Suku Pakpak-Aceh Singkil Erman Sepniagus Saragih
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 4, No 2 (2022): Maret 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v4i2.253

Abstract

The destruction of the church in Aceh Singkil in 2015 was phenomenal and a fact of the struggle to achieve religious moderation. The Aliansi Pemuda dan Pembela Islam (APPI) demands a firm stance from the local government to crack down on church buildings that do not have a Building Construction Law (IMB). Of course, the church community in Aceh Singkil is not indifferent to the rules and it seems as if the fulfilment of the IMB is a paradigm for the actualization of religious harmony that goes beyond the virtue of local humanism of the local community. This paper argues that even though the fulfilment of IMB is necessary, local wisdom is a “treasure” that cannot be insulted based on any policy because local wisdom can be a medium to create harmony in religious differences. The case of the destruction of the church in Aceh Singkil has certainly become a public study, but there has been no offer related to local wisdom as a basis for being moderate. The conclusions are: First, a community that emphasizes customs needs each other and maintains existing virtues that have been instilled since ancient times is virtuous. Second, simplicity, certainty, and virtue are the basis. Third, open communication by way of kinship is the openness of the philosophical schools of traditional society. If religious ideas carry a message of benefit to the wider community, of course, suspicion will be low, fanaticism will become open, extremists will become dialogical, and be radical virtue.
Masker: Pendekatan Konseling Pastoral di Era Pandemi Imanuel Teguh Harisantoso
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 4, No 2 (2022): Maret 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v4i2.169

Abstract

In the pandemic era, maskers, face shield and handsanitizer are common in society. These health protocols present difficulties in relating to others, but this study looks at the above in a different way. Research with this library approach and descriptive method helps researchers to see the phenomenon of maskers positively and then construct them in a pastoral counseling perspective. This study looked at maskers that originally presented their own hassles in relating to others; become a barrier in building togetherness, communio with others, especially supported by the government's call to keep distance, stay away from crowds and reduce mobility; into a new approach to practical counseling. Maskers provide comfort, tranquility, and hope for a better life for users and others around them. With a maskers, the counselor can ensure himself to be present, related, and build communion with the counsellor and at the same time convince himself that he is called by God to proclaim salvation. Maskers can enlivening one’s mid  from anxiety by a pandemic; ensure acceptance of others, even if they are indicated infectious diseases; joy and volunteering in performing service duties; enable people to ally oneself and cooperate; strengthen the alliance and continue to lead people to reflect on their actions. Maskers bring new hope and new approach in carrying out pastoral counseling functions.
Desain Pemuridan sebagai Model Pembinaan Warga Gereja Berkelanjutan bagi Jemaat Purim Marbun
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 4, No 2 (2022): Maret 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v4i2.259

Abstract

One of the problem for spiritual formation is finding and determining a sustainable coaching model. The church must be have sustainable spiritual formation models for carried out mature spirituality church members. The program of Church Community Development often does not reach the final goal, namely faith maturity which is marked by changing in character, this is due the absence of consistent, planned and measurable model spiritual formation. Starting from this issue, this research seeks and describe ideas about discipleship as a model sustainable spiritual formation for church growth. Discipleship as a model of sustainable church formation is carried out not only in the form of classical teaching but also individually. The research method in this paper is a qualitative study with a literature analysis approach. The final result of this research shows design nurturing by consistent and continuous discipleship is able to achieve measurable spiritual maturity.Salah satu masalah pembinaan jemaat ialah mencari dan menentukan model pembinaan yang dapat dilakukan secara berkelanjutan dalam rangka mendewasakan kerohanian jemaat. Pembinaan Warga Gereja (PWG) sering tidak mencapai tujuan akhir yakni kedewasaan iman yang ditandai dengan perubahan karakter, hal ini disebabkan belum adanya  model yang konsisten, terencana dan terukur dalam pembinaan warga gereja. Bertitik tolak pada  masalah ini, artikel ini berupaya memberikan paparan dan gagasan tentang pemuridan sebagai model pembinaan iman yang dilakukan secara konsisten dan kontiniu. Pemuridan sebagai model pembinaan warga gereja yang berkelanjutan dilaksanakan bukan hanya dalam bentuk pengajaran klasikal melainkan juga secara individual. Metode penelitian dalam tulisan ini ialah studi kualititatif dengan pendekatan analisis kepustakaan. Hasil akhir dari penelitian ini menemukan disain pembinaan melalui pemuridan yang konsisten dan berkelanjutan untuk  mencapai kedewasaan rohani yang terukur sesuai indikator yang telah ditetapkan.
Konsep Keselamatan di Dalam Yesus: Ketaatan Pada Firman Versus Ketaatan Pada Perbuatan Sutriatmo Sutriatmo
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 4, No 2 (2022): Maret 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v4i2.164

Abstract

It is often heard that salvation is not properly understood. Many Christians think that when they “believe” in the Lord Jesus, they are Christians, they feel they have been saved. But if you see his life is not in accordance with God’s will (disobedience). There are Christians who still go to witch a shaman. People who already believe in the Lord Jesus should not go to a shaman to seek escapism in their business, to get blessings, to survive or to secure their business, this is not in accordance with the teachings of salvation. in the Lord Jesus. Someone must obey according to the teachings of God's word, love God with all his heart, whole soul, and all mind. Because it is clear that the act is idolatry. How is the concept of salvation based on God's word versus based on actions? This is what needs to be researched, and straightened out, so that God’s people have the correct concept of teaching salvation. The purpose of this research is for Christians to have an understanding of the concept of salvation in the Lord Jesus Christ, and obedience to God's word, rather than just human actions or efforts that are not in accordance with God's word. Meanwhile, in Ephesians 2: 8-9 it says, “For it is by grace you have been saved, through faith—and this is not from yourselves, it is the gift of God not by works, so that no one can boast." Many Christians regard good works as a condition for being saved. But the truth is because of His grace a person can be saved by faith, and not human works or works. As for a person's good deeds are proof that he has faith. True faith must be demonstrated in the works of faith and in the righteousness of the Lord Jesus Christ.  Sering didengar bahwa keselamatan kurang dipahami secara benar. Banyak orang Kristen mengira bahwa ketika “sudah percaya” Tuhan Yesus, sudah beragama Kristen, merasa sudah diselamatkan. Namun kalau dilihat kehidupannya belum sesuai dengan kehendak Allah (tidak taat). Ada orang Kristen yang masih pergi ke dukun. SeseorangyangsudahpercayaTuhanYesusmakatidakdiperkenankankedukunmencari pelarisandalamusahanya, agar berolehberkat,agar selamatatauamanusahanya,halinitidak sesuaidenganpengajarankeselamatandidalamTuhanYesus. Seseorangharus taatsesuaiajaran firmanTuhan,mengasihiTuhandengansegenaphati,segenapjiwa,dansegenapakalbudi.Karena jelas bahwatindakan tersebut adalah penyembahan berhala. Bagaimanakah konsep keselamatan berdasarkan firman Tuhan versus berdasarkan perbuatan ? Hal inilah yang perlu diteliti, dan diluruskan, sehingga umat Tuhan memiliki konsep pengajaran keselamatan yang benar. Tujuan dari penelitian ini adalah agar orang Kristen memiliki pemahaman tentang konsep keselamatan di dalam Tuhan Yesus Kristus, dan ketaatan pada firman Tuhan, dibandingkan hanya perbuatan atau usaha manusia yang tidak sesuai dengan firman Tuhan. Sedangkan dalam Efesus 2:8-9 dikatakan bahwa, “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri.” Banyak orang Kristen menganggap bahwa perbuatan baik sebagai syarat untuk dapat diselamatkan. Namun yang benar adalah oleh karena kasih karuniaNya seseorang dapat diselamatkan oleh iman, dan bukan usaha atau pekerjaan manusia. Adapun perbuatan-perbuatan baik seseorang adalah sebagai bukti bahwa ia memiliki iman. Iman yang benar harus ditunjukkan dalam perbuatan-perbuatan iman dan dalam kebenaran Tuhan Yesus Kristus.
Perumpamaan Tentang Penabur Sebagai Kunci Memahami Esensi Kerajaan Allah The Theo Christi
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 4, No 2 (2022): Maret 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v4i2.266

Abstract

Ada begitu banyak pandangan yang berbeda tentang Kerajaan Allah di benak semua orang percaya, terutama di antara banyak denominasi, dan beberapa denominasi bahkan bertentangan satu sama lain. Akibatnya, gereja-gereja kurang memiliki dorongan untuk mencari substansi Kerajaan Allah. Dalam Injil sinoptik, peneliti menemukan sepuluh dari empat puluh lima perumpamaan yang berbicara tentang esensi Kerajaan Allah. Dalam kajian ini, menyajikan salah satunya, yaitu “perumpamaan tentang penabur”, yang membahas tentang empat tanggapan hati manusia terhadap firman Kerajaan Allah. Ketika peneliti membaca temuan penelitian sebelumnya dalam pencarian tentang esensi Kerajaan Allah, ternyata para peneliti belum membahas kaitan “benih yang ditabur dengan Kerajaan Allah”. Untuk itu,, peneliti menemukan ruang kosong untuk diteliti yaitu mencari tahu apa arti buah dan kelimpahan dalam perumpamaan tentang penabur ini dalam kaitannya dengan esensi Kerajaan Allah. Dengan menggunakan metode studi literatur, peneliti memaparkan arti Kerajaan Allah dan makna berbuah dalam kelimphaan dengan Kerajaan Allah dengan mengkaji artikel ilmiah dan buku-buku yang berkaitan dengan judul penelitian ini. Hasil penelitian menemukan bahwa esensi Kerajaan Allah itu dipahami sebagai buah dari kehidupan seseorang  yang telah mengalami transformasi hati setelah ditaburi dengan benih firman Allah. Hasilnya secara kuantitas dapat  berbeda untuk setiap orang Kristen namun secara kualitas layak dihargai sebagai bukti eksistensi Kerajaan Allah dalam hidup seorang pengikut Kristus yang sejati, 
Peranan Roh Kudus dalam Memberi Kekuatan bagi Orang Percaya Berdasarkan Efesus 3:16 Theofilus Sunarto
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 4, No 2 (2022): Maret 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v4i2.162

Abstract

AbstractPaul's prayer in Ephesians 3:16, "I pray that he, according to the riches of his glory, may be strengthened and strengthened with power through his Spirit in the inner man." The Epistle of Ephesians was written by Paul while in prison, Paul wanted to strengthen the believers in Ephesus, especially in his prayer 3: 14-21 so that they would be strengthened and strengthened so that the faith of Christ remains and is rooted in their lives of love. This is what is the discussion in this article, parsing this verse, knowing the role of the Holy Spirit in giving strength to believers. The role of the Holy Spirit is very important to believers, because human beings basically have shortcomings and weaknesses. By their own strength human beings are more often lost and unable to make a decision that comes with good. Man needs a power that exceeds his own power or even the supernatural power of the Holy Spirit. With the Holy Spirit the believer will gain the strength to strengthen his faith, as a foundation in the course of his life in the Lord Jesus Christ.Keywords: Holy Spirit; Believers; Ephesians 3:16AbstrakDoa Paulus dalam Efesus 3:16, “Aku berdoa supaya Ia, menurut kekayaan kemuliaan-Nya, menguatkan dan meneguhkan kamu oleh Roh-Nya di dalam batinmu”.  Surat Efesus di tulis Paulus waktu di penjara, Paulus ingin menguatkan orang percaya yang di Efesus, khususnya dalam doa-nya 3:14-21 supaya mereka diteguhkan dan dikuatkan sehingga iman Kristus tetap tinggal dan berakar dalam kehidupan kasih mereka. Inilah yang menjadi pembahasan dalam artikel ini, mengupas ayat ini, mengetahui peranan Roh Kudus dalam memberi kekuatan bagi orang percaya.  Peranan Roh Kudus sangat penting bagi orang percaya, karena manusia pada dasarnya mempunyai kekurangan dan kelemahan.  Dengan kekuatannya sendiri manusia lebih sering tersesat dan tidak mampu untuk memutuskan sebuah keputusan yang mendatangan kebaikan.  Manusia membutuhkan kekuatan yang melebihi kekuatan sendiri atau bahkan kekuatan supranatural yaitu Roh Kudus.  Dengan Roh Kudus orang percaya akan memperoleh kekuatan untuk meneguhkan iman-nya, sebagai landasar dalam perjalanan hidupnya di dalam Tuhan Yesus Kristus.Kata-kata kunci: Roh Kudus ; Orang Percaya; Efesus 3:16
Pendidikan Kristen dalam Pelayanan Konseling Pranikah di Era Disrupsi Carolina Etnasari Anjaya; Andreas Fernando; Wahju Astjarjo Rini
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 4, No 2 (2022): Maret 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v4i2.203

Abstract

The era of disruption encourages all humans to adapt to the changes that occur. Christian youth and Christian families are required to be able to withstand these changes by living in the firmness of the Christian faith, according to God's will. Christian education in premarital counseling is very important in this era because through it Christian families will be able to survive in an increasingly uncertain world. This research method is descriptive qualitative, with literature study and observation techniques. The author uses the Bible and various relevant literature. The purpose of this study is to provide a description of how Christian education can form premarital counseling that can guide Christian families in this era. The results of the study conclude that it is necessary to transform premarital counseling from just a church service program to Christian education to provide a new form. Christian education in pre-marital counseling is developed to post-marital counseling, which is carried out continuously throughout life according to the principles of Christian education. The implementation of Christian education in pre-marital counseling is as follows: First, the teaching materials emphasize the development of the personal dimension as a creation that is in the image and likeness of God and the relational dimension, building a relationship that is holy and pleasing to God. Second, the implementation of Christian education in pre-marital counseling includes six stages: First, the preparation of young people to find a life partner. Two, at a time when a future husband and wife decided to start a new family. Three, the young family stage. Four, pre-adolescent and adolescent family stages. Five, the family stage of adulthood, when the children in the family have started to grow up. Six, the stages of old age. Third, forming counselors as guides and guides who fear God, living the truth of God's word so that they can become examples of life.  Era disrupsi mendorong semua manusia untuk beradaptasi dalam perubahan yang terjadi. Orang muda Kristen dan keluarga Kristen dituntut untuk dapat bertahan menghadapi perubahan tersebut dengan tetap hidup dalam kekokohan iman Kristen, sesuai kehendak Allah. Pendidikan Kristen dalam konseling pranikah menjadi sesuatu hal yang sangat penting di era ini karena melaluinya  keluarga Kristen akan mampu bertahan di dalam dunia yang semakin penuh ketidakpastian.  Metode  penelitian ini adalah kualitatif deskriptif, dengan teknik studi pustaka dan observasi. Penulis mempergunakan Alkitab dan berbagai literatur yang relevan. Tujuan dari penelitian ini adalah memberikan deskripsi mengenai  bagaimana pendidikan Kristen dapat membentuk konseling pranikah dapat menjadi penuntun keluarga Kristen di era ini. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa perlu transformasi konseling pranikah dari sekadar program pelayanan gereja menjadi pendidikan Kristen untuk memberikan bentukan baru. Pendidikan Kristen dalam konseling pranikah dikembangkan sampai pada konseling paska menikah, diselenggarakan secara terus menerus berkesinambungan sepanjang hayat memenuhi prinsip pendidikan Kristen. Implementasi pendidikan Kristen dalam konseling pranikah sebagai berikut: Pertama, materi pengajaran menekankan kepada  pengembangan dimensi personal sebagai ciptaan yang segambar dan serupa Tuhan dan dimensi relasional, membangun hubungan yang kudus dan berkenan bagi Tuhan.  Kedua, Penyelenggaraan  pendidikan Kristen dalam konseling pra nikah  meliputi enam tahap: Satu, persiapan kaum muda mencari pasangan hidup. Dua,  pada masa ketika sepasang calon suami istri memutuskan untuk membina keluarga baru. Tiga, tahap keluarga usia muda. Empat, tahapan keluarga pra remaja dan remaja. Lima, tahapan keluarga masa dewasa, ketika anak-anak dalam keluarga sudah mulai tumbuh dewasa. Enam, tahapan masa tua.  Ketiga, membentuk konselor sebagai  pembimbing dan penuntun yang takut akan Tuhan, menghidupi kebenaran firman Tuhan sehingga mampu menjadi teladan hidup.  
Pandangan Etika Kristen terhadap Tindakan Aborsi pada Janin Yang Cacat Yanto Paulus Hermanto; Mishael Setiawan Wirianto
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 4, No 2 (2022): Maret 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v4i2.243

Abstract

One of the risks of pregnancy is having a defective fetus. With current technology, fetal defects can be detected as early as possible. To avoid complications and burdens in the future, the mother is allowed to have an abortion that is legally permitted and protected by laws and government regulations in Indonesia. Morally and legally, abortion due to fetal defects is allowed which gives legality of abortion to the mother. We all know that abortion is the murder of an innocent human being. But in cases of fetal defects, medical moral and legal ethics allow it to avoid hardships and burdens for the baby, mother and family. This has reaped the pros and cons for many circles. Ethically, Christians will look at this and seek the truth in the Bible.Salah satu resiko kehamilan adalah memiliki janin yang cacat. Dengan teknologi saat ini, kecacatan pada janin dapat dideteksi sedini mungkin. Untuk menghindari komplikasi dan beban di masa datang maka sang ibu diperbolehkan untuk melakukan aborsi yang secara legal diperbolehkan dan dilindungi oleh Undang-undang dan Peraturan Pemerintah di Indonesia. Secara moral dan hukum maka aborsi akibat cacat janin diperbolehkan yang memberikan legalitas aborsi bagi sang ibu. Kita semua tahu bahwa aborsi adalah pembunuhan terhadap manusia yang tidak berdosa. Tapi dalam kasus cacat janin, etika moral medis dan hukum memperbolehkannya untuk menghindari kesulitan dan beban bagi sang bayi, ibu dan keluarganya. Hal ini menuai pro dan kontra bagi banyak kalangan. Secara etika, orang Kristen akan memandang hal ini dan mencari kebenarannya di dalam Alkitab.
MODERASI BERAGAMA DI INDONESIA: Kajian Tentang Toleransi Dan Pluralitas Di Indonesia Juli Santoso; Timotius Bakti Sarono; Sutrisno Sutrisno; Bobby Kurnia Putrawan
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 4, No 2 (2022): Maret 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v4i2.167

Abstract

The reality of progress which is the wealth of the nation has been misinterpreted by religious groups that divide the nation. The reality today is that religion has become a commodity that exploits "bottenless" substandard morality like barbarians who are as violent as early humans. Spiritual leaders should not use the congregation as a commodity for self-popularity and hedonism, on the contrary, church leaders should make God's people truly have an attachment to God and not this world. Religious moderation is to minimize violence against different beliefs. This article aims to offer religious moderation that builds tolerance and plurality in Indonesia. Realitas kemajukan yang merupakan kekayaan bangsa sudah disalahartikan oleh kelompok agamis yang memecah belah bangsa. Realitas saat ini agama menjadi komoditas yang mengeksplotasi moralitas yang “bottenless” dibawah standar bagaikan bar-bar yang beringas seperti manusia purba. Para pemimpin rohani seharusnya tidak memanfaatkan jemaat sebagai komoditas popularitas diri dan hidup hedon sebaliknya pemimpin gereja harus membuat umat Tuhan sungguh-sungguh memiliki kemelekatan dengan Tuhan bukan dunia ini. Moderasi agama adalah meminimalis akan kekerasan terhadap kepercayaan yang berbeda. Artikel ini bertujuan menawarkan moderasi beragama yang membangun toleransi dan pluralitas di Indonesia.

Page 2 of 4 | Total Record : 40