cover
Contact Name
Mohamad Zaenal Arifin
Contact Email
mzaenalarifin@stai-binamadani.ac.id
Phone
+6282249559482
Journal Mail Official
jurnaltarbawi@stai-binamadani.ac.id
Editorial Address
Jl. K.H. Hasyim Ashari kav dpr 236 gg. ambon. Kec. Pinang Kota Tangerang Post Code: 15145
Location
Kota tangerang,
Banten
INDONESIA
Jurnal Pemikiran dan Pendidikan Islam
ISSN : 20885733     EISSN : 27154777     DOI : https://doi.org/10.51476/tarbawi.v4i1
Core Subject : Religion, Education,
jurnal tarbawi adalah jurnal yang dipublikasikan oleh prodi pendidikan agama islam yang membahas mengenai pemikiran dan pendidikan islam. Adapun scope dan focus jurnal ini adalah strategi pembelajaran islam, manajemen pendidikan islam, kurikulum pendidikan islam, konsep pemikiran, perencanaan dan evaluasi pembelajaran islam.
Arjuna Subject : Umum - Umum
Articles 63 Documents
Pembentukan Karakter Melalui Kurikulum: Analisa Praktik Pembelajaran di Sekolah Dasar Islam (SDI) Cikal Harapan BSD Ferdinal Lafendry
Tarbawi : Jurnal pemikiran dan Pendidikan Islam Vol 1 No 1 (2019): Tarbawi
Publisher : STAI BINAMADANI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (188.226 KB)

Abstract

Tulisan ini inging menunjukan bahwa Kurikulum tidak hanya sebatas dokumen pelajaran dan kebijakan, tetapi kurikulum lebih penting untuk dipahami sebagai pengalaman. Karena, , kurikulum berdasarkan pengalaman dengan pembiasaan berdampak pada pembentukan karakter berbeda jika kurikulum dipahami hanya sebuah kebijakan. Tulisan ini mendukung pendapat John Dewey (2004:21) yang mengatakan bahwa tujuan dan proses dari kurikulum dan pendidikan adalah pembangunan manusia yang tidak terpisahkan dari sebuah proses, yaitu pengalaman.Iren Ozgur (2012:67) dalam bukunya mengatakan bahwa sisi pengalaman dalam pendidikan meliputi segala sesuatu yang dipelajari siswa melalui interaksi mereka dengan teman sebaya, guru dan lingkungan yang memiliki estetika, normatif yang kuat, dan mengelilingi mereka. Kurikulum sebagai pengalaman dalam artian ini diperkuat oleh Sara Dimerman (2009:57) yang mengatakan bahwa cara terbaik bagi seseorang untuk berkembang dan memahami karakter adalah dengan pengalaman. Tulisan ini menggunakan data utama dari SDI Cikal Harapan BSD sebagai lokasi penelitian.Teknik pengumpulan data berupa observasi, wawancara dengan kepala sekolah, guru, siswa dan orang tua siswa di SDI Cikal Harapan BSD. Sedangkan sumber sekunder yang digunakan penulis merujuk pada buku-buku, jurnal, majalah, dan berbagai dokumen-dokumen. Data primer dan sekunder tersebut dianalisis secara kritis dengan pendekatan deskriptif kualitatif.
Kesetaraan Gender dalam Dunia Pendidikan Achmad Saeful
Tarbawi : Jurnal pemikiran dan Pendidikan Islam Vol 1 No 1 (2019): Tarbawi
Publisher : STAI BINAMADANI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (160.349 KB)

Abstract

Proses pendidikan di Indonesia saat ini, nampaknya masih didominasi oleh ketimpangan gender. Pada umumnya masyarakat Indonesia, masih menganut paham perempuan merupakan kelompok kelas dua, dan posisinya terdapat di bawah laki-laki. Padahal dalam dunia pendidikan semua manusia, laki-laki dan perempuan memiliki hak sama untuk memperolehnya. Pendidikan yang merupakan ranah belajar bagi laki-laki dan perempuan, justru keberadaannya lebih digandrungi oleh laki-laki daripada perempuan. Kondisi ini dilatarbelakangi oleh pandangan patriarki, yaitu pendapat yang berpandangan bahwa laki-laki lebih tinggi kedudukan dan derajatnya daripada perempuan. Tidak jarang pula pendapat tersebut dijadikan pembenaran melalui doktrin agama. Dalam Islam salah satu doktrin agama yang terkenal perihal tersebut adalah QS. Annisa [4]: 34. Pembenaran dengan menggunakan argumentasi teologis tersebut, akhirnya berdampak pada pemahaman secara sosial, yakni pandangan masyarakat yang meyakini bahwa laki-laki memiliki posisi yang lebih unggul dari perempuan. Akhirnya kiprah perempuan menjadi terbatasi, termasuk ketika mereka memiliki keinginan berikiprah dalam dunia pendidikan. Agar tidak terjadi ketimpangan dalam dunia pendidikan, maka kesetaraan gender dalam kehidupan sosial perlu dilestarikan.
Peran dan Manajemen Perguruan Tinggi di Era Globalisasi Imam Turmidzi
Tarbawi : Jurnal pemikiran dan Pendidikan Islam Vol 1 No 1 (2019): Tarbawi
Publisher : STAI BINAMADANI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (118.349 KB)

Abstract

Globalisasi menjadikan dunia semakin sempit, sehingga memudahkan manusia berinteraksi antara satu dengan yang lainya. Perubahan-perubahan penting yang dapat dijadikan indikator terhadap proses terjadinya globalisasi di dalam suatu masyarakat adalah adanya perubahan di lapangan ekonomi, gaya hidup (lifestyles), sains dan teknologi. Globalisasi yang bercirikan ekonomi bebas ini meniscayakan terjadinya perdagangan bebas dan dinilai menjadi ajang persaingan mutu bukan hanya pada barang dan jasa, tetapi juga pada tenaga kerja. Terjadinya globalisasi ini bagi Indonesia memberi dampak ganda, disatu sisi Indonesia memiliki kesempatan untuk bekerjasama dengan negara-negara asing, khususnya dengan negara-negara maju. Tetapi disisi yang lain, jika Indonesia tidak mampu bersaing, maka Indonesia akan tertinggal dan bahkan akan cenderung dirugikan. Oleh karena itu, bangsa ini harus mampu menjawab tantangan globalisasi dengan meningkatkan daya saing dan keunggulan kompetitif di semua sektor, baik sektor riil maupun moneter, dengan mengandalkan teknologi, informasi dan manajemen, termasuk kekuatan sumber daya manusia (SDM). Faktor lemahnya SDM di Indonesia selama ini dituding sebagai faktor yang paling mempengaruhi lemahnya kemampuan bersaing bangsa kita menghadapi era globalisasi bila dibandingkan dengan negara-negara lain. Dalam hal ini Perguruan Tinggi mempunyai peran yang sangat strategis dalam peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM). Maka peguruan tinggi harus selalu ditingkatkan dan diarahkan kepada keseimbangan, yaitu keseimbangan peningkatan di bidang akademik dan proses pembelajaran, keseimbangan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Manajemen pengembangan staf dan dosen perlu disertai pengembangan hubungan lembaga dengan dunia luar dan instansi yang terkait yang dikenal dengan human relation and public relation
Pendidikan Berbasis Adab Untuk Keberhasilan Pendidikan Bermisi Konstitusi Abdul Ghofur
Tarbawi : Jurnal pemikiran dan Pendidikan Islam Vol 1 No 1 (2019): Tarbawi
Publisher : STAI BINAMADANI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (181.169 KB)

Abstract

Pasal 31 UUD 1945 ayat 2 berbunyi "Setiap warga negara wajib mengikuti Pendidikan Dasar dan pemerintah wajib membiayainya. Ayat 3 nya “Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur denganuundang-undang". Pendiri Nahdatul Ulama (NU) Hadratus Syaikh Hasyim Asy'ari telah dengan fantastis menampilkan sosok dirinya sebagai Ulama Penuh Iman, Tinggi Takwa serta Berakhlak Mulia; Pendiri Ormas terbesar tanah air; Sang Arsitek Resolusi Jihad Nasional yang berujung lumpuhnya mesin-mesin perang Kampiun Perang Dunia II dan Ketua Majelis Syuro Masyumi serta menulis buku "Adabul 'Alim wal Muta'allim. Lalu putranya menjadi Ulama Pejuang~Perumus Kemerdekaan Negara.Kemudian cucu beliau jadi Presiden Ummat Islam terbesarddunia. Rahasia kebesaran pribadi Hadratus Syaikh Hasyim terletak pada pendidikan adab yang beliau tempuh.Sebagai cucu dan anak dari orang-orang yang dekat pendidikan pesantren ini beliau langsung mendapatkan pendidikan adab di lingkungan yang baik yang hadir ditengah-tengahnya pribadi yang meneladani.Hingga beliau menulis buku terkait adab diatas dan amat sangat memandang pentingnya adab.Beliau pernah berujar pelajarilah adab layaknya seorang ibu yang sedang mencari anak sematawayangnya yang hilang.
Metode Dalam Mencari Pengetahuan: Sebuah Pendekatan Rasionalisme Empirisme dan Metode Keilmuan Fuad Masykur
Tarbawi : Jurnal pemikiran dan Pendidikan Islam Vol 1 No 1 (2019): Tarbawi
Publisher : STAI BINAMADANI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (89.312 KB)

Abstract

Proses pencarian pengetahuan yang bersifat mutlak dan pasti telah berlangsung begitu lama. Setidaknya ada tiga pendekatan yang digunakan dalam konteks ini, yaitu rasionalisme, empirisme dan metode ilmiah. Ketiga pendekatan inilah yang biasa dikenal sebagai sebuah metodologi dalam mencari pengetahuan. Bagi yang sedang mendidik diri untuk menjadi ilmuan maka tema pokok dari metode ilmiah harus dikuasai. Sebab tanpa kemampuan dasar ini dikhawatirkan bahwa fariasi yang dikembangkan itu mungkin saja tidak mencerminkan ciri yang seharusnya dipenuhi oleh suatu kegiatan keilmuan. Kata Kunci: Rasionalisme, Empirisme, Metode Ilmiah, Deduktif, Induktif.
Proses Pembelajaran Kritis di Pesantren Umar Samsudin
Tarbawi : Jurnal pemikiran dan Pendidikan Islam Vol 1 No 1 (2019): Tarbawi
Publisher : STAI BINAMADANI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (391.766 KB)

Abstract

Pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan Islam asli Indonesia. Dalam perkembangannya sampai saat ini telah muncul beberapa tipe pesantren, di antaranya adalah pesantren salafiyah, khalafiyah dan kombinasi. Dari tipe-tipe pesantren tersebut, muncul pembahasan seputar proses pembelajaran yang lebih dominan pada pesantren salafiyah. Misalnya terkait dengan metode dan strategi pembelajaran serta hubungan pendidik-peserta didik yang cenderung monoton. Padahal pada pesantren modern telah berkembang sistem dan proses pembelajaran yang lebih baik. Penelitian ini akan membahas tentang proses pembelajaran kritis yang berkembang di pesantren dengan orentasi dan sistem modern yang berlokasi di Ponorogo. Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan tentang proses pembelajaran kritis di pesantren. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Untuk mendapatkan data dan menjelaskan hasil penelitian yang mendalam, maka data diperoleh dari sumber data primer dan sekunder. Sumber data primer meliputi kyai, pengasuh, asatidz (5 ustadz pada masing-masing pesantren), wali santri, tokoh dan masyarakat sekitar dan santri (20 santri pa/pi untuk Ponpes Al-Islam dan Darul Huda dan 10 santri khusus putra untuk PM Gontor pusat). Dari data primer ini peneliti akan menggali informasi yang mendalam dan akurat tentang persoalan-persoalan yang peneliti ajukan. Adapun sumber data sekunder diperoreh dari literatur-literatur yang meliputi buku-buku, kitab-kitab, jurnal ilmiah, dokumen-dokumen dan majalah-majalah atau tulisan-tulisan yang berkaitan dengan permasalahan yang diangkat. Dari sumber data sekunder ini diharapkan peneliti dapat menggali informasi tentang masalah penelitian dan dapat membandingkanya dengan data primer, sehingga dapat ditemukan informasi yang valid. Penelitian ini menyimpulkan bahwa proses pembelajaran didesain sebagai suatu kegiatan peserta didik agar mereka memiliki keinginan belajar. Pada saat proses pembelajaran, pendidik tidak memposisikan diri sebagai orang yang berusaha mendominasi dan merasa paling hebat di dalam kelas atau di luar kelas. Bahwa pendidik di kelas pada dasarnya adalah belajar. Dalam konteks ini, pendidik bukanlah satu-satunya sumber belajar. Semua yang dapat dilihat, didengar dan dirasakan merupakan sumber belajar. Dalam menyampaikan materi pelajaran, pendidik selalu merujuk kepada tujuan khusus dan umum pendidikan dan pengajaran di pesantren dan selalu bersentuhan dengan nilai-nilai kebebasan yang dapat menumbuhkan jiwa peserta didik berpikir kritis, terbuka dan dialogis.
Pendidikan Multi Iman Dalam Al-Qur'an Achmad Saeful
Tarbawi : Jurnal pemikiran dan Pendidikan Islam Vol 2 No 2 (2019): Tarbawi
Publisher : STAI BINAMADANI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (300.711 KB)

Abstract

Tulisan ini menjelaskan tentang pendidikan multi iman dalam Alquran. Pendidikan multi iman adalah pendidikan yang terbuka terhadap sumber-sumber pengetahuan yang berasal dari luar keyakinan seseorang. Konsep pendidikan ini mengisyaratkan seorang muslim bisa belajar pengetahuan dari orang di luar muslim, seorang nasrani belajar pengetahuan dari orang di luar nasrani atau seorang yahudi belajar dari orang di luar yahudi dan sebagainya. Pendidikan multi iman mensyarakatkan setiap orang untuk bersikap terbuka terhadap setiap perkembangan ilmu pengetahuan, tanpa melihat dari mana pengetahuan itu berasal. Jenis ilmu pengetahuan apa pun yang dipelajari jika membawa korelasi positif bagi kemanusiaan, maka hal itu tidak masalah untuk dilakukan. Pendidikan multi iman adalah pendidikan yang bersifat inklusif kepada setiap ilmu pengetahuan dan tidak membatasi diri pada pengetahuan yang dipelajari dari satu agama saja. Pendidikan ini ingin mendobrak paradigma berpikir ekslusif terhadap ilmu pengetahuan. Melalui semangat ini setiap orang dapat mengembangkan pengetahuan secara luas.
Pendidikan Karakter Berbasis Pondok Pesantren: Studi di Pondok Pesantren Daarul Ishlah, Cilegon Ferdinal Lafendry
Tarbawi : Jurnal pemikiran dan Pendidikan Islam Vol 2 No 2 (2019): Tarbawi
Publisher : STAI BINAMADANI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (149.932 KB)

Abstract

Pendidikan merupakan aktivitas bimbingan yang disengaja untuk membentuk karakter luhur. Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran, kemauan, dan tindakan. Perubahan sikap peserta didik ke arah yang lebih baik merupakan salah satu tujuan terpenting dalam pendidikan karakter. Dalam pembentukan karakter peserta didik, pendidikan yang diberikan tidak hanya diarahkan pada pembentukan pengetahuan semata, tetapi perlu melibatkan sisi emotional anak (EQ). Menurut Daniel Goleman, pendiri Collaborative for Sosial and Emotional Learning di Yale University Child Studi Center, EQ tidak kalah penting jika dibandingkan dengan IQ. Ia mengatakan bahwa kontribusi IQ bagi keberhasilan seseorang hanya sebesar 20%. Adapun EQ memberi kontribusi sebesar 80% bagi keberhasilan seseorang. EQ dapat menjadikan seseorang tinggi akan kesadaran dan perasaan terhadap diri sendiri dan orang lain. EQ merupakan prasyarat dasar untuk menggunakan IQ secara efektif.
Pendidikan Penyandang Disabilitas Dalam Al-Qur'an Fuad Masykur Abdul Ghofur
Tarbawi : Jurnal pemikiran dan Pendidikan Islam Vol 2 No 2 (2019): Tarbawi
Publisher : STAI BINAMADANI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (362.992 KB)

Abstract

Tulisan ini bertujuan menggali konsep tentang pendidikan terhadap penyandang disabilitas yang diisyaratkan dalam al-Qur'an. Eksistensi kaum penyandang cacat tidak dapat dinafikan sebab merupakan bagian dari kehidupan manusia. Pada tataran realita, para penyandang cacat masih sering mendapatkan perlakuan diskriminasi dan stigma negatif dari beberapa pihak. Berangkat dari hal ini maka diperlukan upaya terstruktur baik secara teoritis maupun praktis untuk melindungi, melayani, maupun mengembangkan potensi yang dimiliki para penyandang disabilitas. Salah satu jalan yang ditempuh adalah melalui jalur pendidikan dalam arti yang luas, dimana tujuan akhirnya adalah meniadakan stereotip, terpenuhinya hak-hak dan mendorong kemandirian kelompok disabilitas tersebut. Penelitian ini adalah library research (riset kepustakaan) dengan menggunakan pendekatan deskriptif analitis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan terhadap penyandang disabilitas dalam al-Qur'an adalah dengan jalan penguatan konsep diri, pengakuan atas eksistensi penyandang disabilitas, perlakuan setara terhadap penyandang disabilitas, pelayanan akses bagi penyandang disabilitas dan pemberdayaan penyandang disabilitas.
Guru Tersertifikasi = Guru Kompeten? Imam Turmidzi
Tarbawi : Jurnal pemikiran dan Pendidikan Islam Vol 2 No 2 (2019): Tarbawi
Publisher : STAI BINAMADANI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (82.911 KB)

Abstract

Tulisan ini menjelaskan tentang guru tersertifikasi sama dengan guru kompeten. Tulisan ini pun menegaskan guru memiliki peranan yang sangat strategis dan menentukan keberhasilan pendidikan dan meningkatkan kualitas pembelajaran serta membentuk kompetensi peserta didik. Tulisan ini senada dengan E. Mulyasa (2007:8) yang mengatakan bahwa keberhasilan pembaharuan sekolah sangat ditentukan oleh gurunya karena guru adalah pemimpin pembelajaran, fasilitator dan sekaligus merupakan pusat inisiatif pembelajaran. Tanpa penguasaan materi dan strategi pembelajaran serta tanpa dapat mendorong siswanya untuk belajar sungguh-sungguh, segala upaya peningkatan mutu pendidikan tidak akan mencapai hasil yang maksimal. Hal tersebutlah yang mendorong pemerintah untuk melaksanakan sertifikasi guru dalam jabatan sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 18 tahun 2007 mengenai sertifikasi bagi guru dalam jabatan.