cover
Contact Name
Ihwan Amalih
Contact Email
onlywawan1@gmail.com
Phone
+6282302298624
Journal Mail Official
elwaroqoh1234@gmail.com
Editorial Address
Kampus Pusat IDIA Prenduan. Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan, Sumenep, Jawa Timur. Kode Pos 69465
Location
Kab. sumenep,
Jawa timur
INDONESIA
El-Waroqoh : Jurnal Ushuluddin dan Filsafat
ISSN : 25804014     EISSN : 25804022     DOI : 10.28944
EL-WAROQOH: Jurnal Ushuluddin dan Filsafat is a peer reviewed journal which is highly dedicated as public space to deeply explore and widely socialize various creative and brilliance academic ideas, concepts, and research findings from the researchers, academicians, and practitioners who are concerning to develop and promote the religious thoughts, and philosophies. Nevertheless, the ideas which are promoting by this journal not just limited to the concept per se, but also expected to the contextualization into the daily religious life, such as, inter-religious dialogue, Islamic movement, living Quran, living Hadith, and other issues which are socially, culturally, and politically correlate to the Islamic and Muslim community development. Thereby, the substance of the article which is published expected be able to underline in promoting the value of tolerance, moderate, and contextual, especially which is setting out the values of transformative-humanistic and integrative to the value of local wisdoms.
Arjuna Subject : Umum - Umum
Articles 6 Documents
Search results for , issue "Vol 6, No 2 (2022)" : 6 Documents clear
KARAKTERISTIK WANITA ṢÃLIHAH DALAM AL-QUR’AN (Studi Komparatif Tafsîr Al-Sha’râwî Karya Syaikh Mutawallî Al-Sha’râwî Dan Tafsîr Firdaus Al-Na’îm Karya Kyai Thaifur Alî Wafâ) Elliyatul Masruroh; Ihwan Amalih
El-Waroqoh : Jurnal Ushuluddin dan Filsafat Vol 6, No 2 (2022)
Publisher : Institut Dirosat Islamiyah Al-Amien Prenduan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.28944/el-waroqoh.v6i2.704

Abstract

Di zaman sekarang banyak kaum hawa atau para wanita yang mengingkari hak-hak asasinya dengan mengatas namakan Islam, para wanita juga mengikuti gaya barat secara membabi buta tanpa memikirkan sebab dan akibatnya, dengan mengingkari serua-seruan Al-Qur’an. Juga didapati para wanita hari ini yang penuh kontradiksi, melampaui batas, dan berlebih-lebihan dalam sesuatu dan kehidupan sehari-harinya. Seharusnya sebagai wanita. Dalam permasalahan ini terdapat perbedaan wanita shalihah atau karakter wanita shalihah yang dapat dijadikan teladan para kaum wanita. Maka dari itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana Penafsiran Syekh Mutawalli Al-Sha’rawi tentang ayat-ayat karakteristik wanita Ṣalihah dalam al-Qur’an, serta bagaimana Penafsiran Kyai Thoifur Alî  Wafâ tentang ayat-ayat karakteristik wanita  Ṣalihah dalam al-Qur’an. Dan bagaiamana perbedaan penafsiran Syekh Mutawalli Al-Sha’râwî dalam Tafsîr Al-Sha’râwî dengan Penafsiran Kyai Thoifur Alî  Wafâ dalam Tafsîr  Firdaus Al-Na’îm tentang karakteristik wanita Ṣalihah. Penelitian ini di tulis dengan pendekatan kualitatif denganjenis penelitian kepustakaan (library research), yaitu penelitian yang menitik beratkan pada data-data kepustakaan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif. Dalam penafsiran Syekh Al-Sha’râwî dan Kyai Thaifur, Salah satu wanita yang dapat dijadikan teladan para kaum wanita yang diabadikan dalam al-Qur’an ialah Asiyah bint Muzahim yang  mana keimanan dan ketaqwaaannya kepada Allah SWT sangat tinggi. Yang mana dalam ketaqwaannya terhalang oleh sikap suaminya. Yaitu dengan selalu menghasutnya, menghukumnya dengan sangat kejam agar Asiyah tidak lagi menetap dalam agamanya yakni Islam.
TAFSIR BUDAYA DODENGO SEBAGAI KOHESI SOSIAL PADA MASYARAKAT GAMKONORA Rahmat Rahmat; Hendi Sugianto
El-Waroqoh : Jurnal Ushuluddin dan Filsafat Vol 6, No 2 (2022)
Publisher : Institut Dirosat Islamiyah Al-Amien Prenduan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.28944/el-waroqoh.v6i2.716

Abstract

Dodengo adalah sebuah tradisi pertarungan satu lawan satu. Permainan Dodengo ini mirip dengan tarian perang (cakalele). Biasanya permainan ini diadakan setelah perayaan hari raya Idul Fitri. Budaya Dodengo merupakan tradisi yang berguna untuk melatih dan menguji ketangkasan dan kelincahan seseorang. Umumnya permainan ini hanya dimainkan oleh laki-laki. Alat yang digunakan adalah perisai (salawaku) dan sepotong Gaba yang panjangnya 50 cm. Kedua alat tersebut berfungsi sebagai pencegah dan pentungan. Budaya Dodengo dengan tujuan mempererat tali silaturahmi antar empat desa, yaitu desa Gamkonora, Talaga, Gamsungi dan Tahafo. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (fields research) dengan pendekatan fenominoligis. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui cara komunikasi masyarakat desa Gamkonora, Talaga, Gamsungi dan Tahafo dalam melaksanakan budaya Dodengo. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik observasi, teknik wawancara dan teknik dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Dodengo tidak dapat dipisahkan dari masyarakat Desa Gamkonora, Talaga, Gamsungi dan Tahafo karena dengan adanya Dodengo maka masyarakat desa yang terdiri dari empat desa tersebut dapat menjalin hubungan silaturahmi yang baik. Dalam pelaksanaan Dodengo ke empat masyarakat desa tersebut timbul rasa saling memaafkan, mengasihi, menghormati dan saling membantu antar sesama. Pesan-pesan persaudaraan dan tali silaturrohmi tetap terjalin sampai hari ini dengan ada budaya dodengo ini.
AL-DAKHÎL DALAM TAFSÎR YÃ SÎN HAMAMI ZADAH Moh. Jufriyadi Sholeh; Fatihatur Rohmah
El-Waroqoh : Jurnal Ushuluddin dan Filsafat Vol 6, No 2 (2022)
Publisher : Institut Dirosat Islamiyah Al-Amien Prenduan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.28944/el-waroqoh.v6i2.721

Abstract

Kehidupan manusia bergantung pada hukum-hukum Alquran dan akan selalu bergantung kepadanya, serta merujuk pada keyakinan umat Islam bahwa Alquran sâlih li kulli zamân wa makân, jadi sampai sekarang Alquran tetap dikaji dan ditafsiri untuk mengatasi perkembangan peradaban dunia. Akan tetapi seiring dengan perkembangan tersebut terdapat penafsiran yang tidak sesuai dengan syarat-syarat menafsirkan Alquran, oleh karena itu muncullah term al-Dakhîl dalam penafsiran Alquran, yaitu penafsiran yang tidak memiliki landasan yang valid dalam agama dan ilmiah, baik dari Alquran, hadis{, pendapat sahabat dan tabi’in, maupun dari akal sehat yang memenuhi kriteria dan prasyarat ijtiha>d. Dengan adanya term tersebut maka akan digunakan untuk mendeteksi adanya penyusupan penafsiran dalam kitab Tafsîr Yâ Sîn karya Hamami Zadah, yang mana kitab tersebut banyak dikaji di lembaga-lembaga pendidikan Islam. Dalam penelitian ini akan berbicara mengenai bentuk-bentuk al-Dakhîl dari berbagai sumbernya (kisah Israiliyyat, Hadis Mardud, Pendapat Sahabat yang tidak valid, dan Pendapat rasio yang tidak diterima) serta dengan menjelaskan alasan atau argumen mengapa sumber-sumber tersebut ditolak. Metode yang digunakan adalah penelitian kepustakaan atau library research, kemudian pada fokus pembahasannya menggunakan metode tahlîlî yaitu meneliti sumber data sesuai dengan urutan ayat yang ada pada kitab tersebut. Serta pengkroscekkan terhadap penelitian sebelumnya yaitu Al-Dakhîl dalam Tafsîr Yâ Sîn Karya Hamami Zadah oleh Siti Zahrotul Awwaliyah. Setelah dilakukan penelitian dapat disimpulkan bahwa dalam Tafsîr Yâ Sîn ini terdapat dua bentuk al-Dakhîl. Pertama, al-Dakhîl bil-Ma’thûr yang berupa Kisah Isrâîliyyât, yaitu kisah Ashâbul Qoryah di mana pada penafsiran tersebut yang dimaksud Qoryah adalah negri Antakiyah yang mana pendapat itu sama dengan pendapat Ibnu Kasir yang menukil riwayat dari Ibn Ishaq dan dalam sanadnya terdapat perawi yang masih diperdebatkan kualitasnya yaitu Ka’ab al-Ahbar dan Wahb ibn Munabbih. Hadis Mardûd, terdapat tujuh hadis yang mana para ulama’ berbeda pendapat tentang kualitasnya akan tetapi dari ketujuh hadis tersebut tidak ada hadis yang Maqbûl. dan pendapat Sahabat yang tidak valid, yaitu penafsiran tentang orang mu’min pada hari akhir. Kedua, al-Dakhîl bil-Ra’yi yang berupa pendapat akal yang tidak dapat diterima yaitu penafsiran tentang tata surya (tempat matahari serta besarnya matahari, bumi, dan bulan), di mana penafsiran tersebut tidak sinkron dengan pengetahuan tentang tata surya yang sudah masyhur di ranah saintifik.
PANDEMI COVID-19 DALAM TINJAUAN FILSAFAT MICHEL FOUCAULT Theguh Saumantri
El-Waroqoh : Jurnal Ushuluddin dan Filsafat Vol 6, No 2 (2022)
Publisher : Institut Dirosat Islamiyah Al-Amien Prenduan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.28944/el-waroqoh.v6i2.766

Abstract

Tujuan tulisan ini adalah menguraikan dampak terjadinya fenomena pandemi covid-19 yang terjadi di Indonesia dalam tinjauan filsafat michel foucault.Adanya wabah penyakit Corona Virus (Covid-19) membuat segala aspek kehidupan terhenti. Hal ini dibuktikan dengan diberlakukannya sistem isolasi diri yang diperintahkan oleh pemerintah Indonesia. Selain itu, Banyak rencana yang terhenti dan salah satunya adalah rencana pemindahan ibu kota ke Kalimantan Timur. Dalam analisis Michel Foucault, Hal ini dibuktikan dengan diberlakukannya sistem isolasi diri yang diperintahkan oleh pemerintah Indonesia. Dalam analisis Michel Foucault, dijelaskan tentang adanya relasi kekuasaan. Metodologi dalam peneltian ini menggunakan metode deskiptif kualitatif yang merupakan upaya untuk mendiskipsikan dan menganalisis sebuah gejala fenomena yang ada. Sehubungan dengan analisis Foucault tersebut, terdapat kesimpulan yaitu kita dapat melihat adanya arogansi pemerintah terhadap proyek pemindahan ibu kota. Hal ini diperkuat dengan adanya teori dari Sigmund Freud tentang ego dan super ego. Artinya pemerintah berusaha untuk meninggalkan legacy atau warisan dan bertujuan agar  namanya selalu diingat oleh publik. Namun adanya pandemi covid-19, pada akhirnya membatalkan arogansi pemerintah tersebut.
INTERPRETASI PEMUDA MUSLIM TERHADAP SURAT AL-BAQARAH AYAT 120 (STUDI LIVING QUR’AN KOMUNITAS PEACE LEADER JEMBER) Hamim syuhada'
El-Waroqoh : Jurnal Ushuluddin dan Filsafat Vol 6, No 2 (2022)
Publisher : Institut Dirosat Islamiyah Al-Amien Prenduan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.28944/el-waroqoh.v6i2.863

Abstract

Penelitian ini berawal dari adanya pemikiran yang sebagian besar dari kalangan umat Islam yang memahami toleransi dengan menggunakan pemahaman yang salah dan tidak tepat. Misalnya, kata “toleransi” dijadikan pijakan dan landasan paham pluralisme yang menyatakan bahwa “semua agama itu benar”. Bahkan tidak sedikit menjadikannya sebagai alasan untuk memperbolehkan seorang muslim untuk mengikuti acara-acara ritual non-muslim..Selain itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mendorong, pemahaman mereka terhadap surah albaqarah ayat 120, Penelitian ini menggunakan peneltian kualitatif dengan pendekatan lapangan. Teori yang digunakan untuk mengembangkan hasil penelitian ini yaitu teori Tindakan social Max Waber , dengan teori ini diharapkan dapat membantu untuk mengembangkan dan menganalisis hasil data temuan dilapangan sesuai dengan rumusan masalah yang telah disusun.Penelitian ini menfokuskan untuk mengetahui faktor-faktor yang mendorong pemuda tentang pemahaman mereka terhadap Surah Al-Baqarah ayat 120, dan peran mereka dalam membangun kedamaian di komunitas itu. Setelah mendapatkan data-data dari narasumber penulis akan menganalisis hasil data temuan dengan teori tindakan social Max Waber  
PEMIMPIN IDEAL DALAM AL-QUR’AN (Analisis Komparatif Tafsir Al-Azhar Dan Tafsir Al-Misbah) Abd Mu'iz; Ibrahim Al-Khalil
El-Waroqoh : Jurnal Ushuluddin dan Filsafat Vol 6, No 2 (2022)
Publisher : Institut Dirosat Islamiyah Al-Amien Prenduan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.28944/el-waroqoh.v6i2.1246

Abstract

Artikel ini akan mengkaji tentang pemimpin ideal dalam Al-Qur’an (Analisis Komparatif Tafsir Al-Azhar dan Tafsir Al-Misbah). Akhir-akhir ini kita sering diperlihatkan dengan tingkah laku para pemimpin yang amat sangat memilukan dan menyusahkan rakyat Sebab keadilan tidak lagi ditegakkan, hukum hanya berlaku bagi mereka yang tidak mampu (rakyat lemah) sedangkan para pemimpin dan orang-orang kaya kebal akan hukum. Seperti adagium yang sering kita dengar “hukum tajam kebawah dan tumpul keatas.” Melalui analisis ayat tentang pemimpin ideal dalam al-qur’an ini, penulis akan menjelaskan tentang bagaimana sebenarnya pemimpin yang ideal dalam Al-Qur’an serta apa saja sifat-sifat pemimpin yang ideal dalam Al- Qur’an. Penelitian ini tergolong penelitian kepustakaan (library research), yang sifatnya termasuk penelitian deskriptif analisis. Pengumpulan data dengan cara membedakan antara data primer dan data skunder, kitab Tafsir al-Azhar dan Tafsir al-Misbah merupakan data primer, sedangkan data skunder diambil dari buku-buku lain yang masih terkait dengan judul penelitian. Adapun dalam mengambil kesimpulan digunakan metode induktif yaitu metode yang dipakai untuk mengambil kesimpulan dari uraian-uraian yang bersifat khusus kedalam uraian yang bersifat umum, dan Analisis komparatif yaitu teknik analisis yang dilakukan dengan cara membuat perbandingan antar elemen. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Hamka dan Quraish Shihab menjelaskan bahwa menjadi seorang pemimpin ideal tidaklah semudah membalikkan tangan, sebab pemimpin ideal haruslah memiliki karakter dan sifat yang berlandaskan AL-Qur’an, setidaknya memiliki sifat dan karakter yang terdapat dalam surat Ali-Imran :159, An-Nur :55, An-Nisa’:59 dan Surat Shad: 26. Karena sifat dan karakter pepmimpin ideal dalam surat tersebut sudah cukup untuk mewakili sifat-sifat lainnya menjadi pemimpin yang dirindukan Allah dan Rasulnya. Walaupun kedua tokoh diatas sama-sama menjelaskan tentang pemimpin ideal dalam Al-Qur’an surat Ali-Imran : 159, An-Nur :55, An-Nisa’ :59 dan Surat Shad: 26. Terdapat perbedaan dalam menjelaskan sifat dan karakter pemimpin ideal. Hamka menyebutkan 9 sifat yang harus dimiliki seseorang untuk menjadi pemimpin ideal berdasarkan Al-Qur’an surat Ali-Imran: 159, An-Nur:55, An-Nisa’:59 dan Surat Shad: 26. Sedangkan Quraish Shihab hanya menyebutkan 6 sifat saja. Selain itu, dalam tafsir al-Mishbah, M.Quraish Shihab menggunakan penafsiran berbasis penelitian, sedangkan Buya Hamka dalam tafsir Al-Azhar menggunakan penafsiran berbasis pemikiran.

Page 1 of 1 | Total Record : 6