cover
Contact Name
Prof. Widiatmaka
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
jtl_soilipb@yahoo.com
Editorial Address
Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Jl. Meranti Wing 12 Lt 4, Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680
Location
Kota bogor,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan (Journal of Soil Science and Environment)
ISSN : 14107333     EISSN : 25492853     DOI : -
Core Subject : Agriculture, Social,
Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan merupakan media yang menyajikan artikel mengenai hasil penelitian dan telaah perkembangan mutakhir dalam bidang ilmu tanah, air, dan ilmu lingkungan sebagai bahan kajian utama.
Articles 6 Documents
Search results for , issue "Vol 13 No 1 (2011): Jurnal Tanah dan Lingkungan" : 6 Documents clear
POLISAKARIDA DAN STABILITAS AGREGAT TANAH MASAM YANG DIPERLAKUKAN DENGAN BRACHIARIA, MIKORIZA DAN KOMPOS JERAMI DIPERKAYA KALIUM Bariot Hafif; Supiandi Sabiham; Iswandi Anas; Atang Sutandi; Suyamto Suyamto
Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 13 No 1 (2011): Jurnal Tanah dan Lingkungan
Publisher : Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (433.041 KB) | DOI: 10.29244/jitl.13.1.1-7

Abstract

Stabilitas agregat menentukan kualitas tanah dan polisakarida adalah agen agregasi utama partikel tanah. Penelitian bertujuan mempelajari stabilitas agregat dan polisakarida sebagai agen agregasi partikel tanah masam yang diperlakukan dengan Brachiaria decumbens (BD), mikoriza dan kompos jerami diperkaya kalium di Kebun Percobaan Tegineneng BPTP Lampung. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap faktorial 3 faktor. Faktor 1, rumput Brachiaria decumbens, yaitu tanpa B. decumbens (B0) dan dengan baris B. decumbens (B1); faktor 2, mikoriza yaitu tanpa mikoriza (M0) dan dengan inokulasi mikoriza (M1); dan faktor 3, kompos jerami diperkaya kalium yaitu kompos 2 ton ha-1 masing-masing diperkaya KCl masing-masing 0 kg ha-1 (K0), 50 kg ha-1 (K50), 100 kg ha-1 (K100) dan 200 kg ha-1 (K200). Hasil penelitian menunjukkan perlakuan BD dan interaksi BD dan mikoriza mendorong fragmentasi agregat makro menjadi agregat meso dan mikro, namun stabilitas agregat dibawah pengaruh perlakuan tersebut lebih baik dibanding stabilitas agregat tanah kontrol. Inokulasi mikoriza memperbaiki stabilitas agregat makro 1-2 mm. Pengayaan kalium pada kompos jerami secara rata-rata tidak berpengaruh terhadap stabilitas agregat tetapi dalam interaksi dengan B. decumbens, pengayaan kompos jerami dengan 100 dan 200 kg KCl ha-1 berpengaruh cukup baik terhadap stabilitas agregat makro 2-5 mm. Polisakarida total di dalam agregat tanah pada perlakuan interaksi B. decumbens dan mikoriza nyata meningkat, demikian juga polisakarida bukan selulosa cenderung lebih baik. Perlakuan B. decumbens meningkatkan kadar polisakarida total di dalam agregat meso (0.25-1 mm) dan mikro (0.05-0.25 mm), sedangkan mikoriza meningkatkan polisakarida total dan polisakarida bukan selulosa di dalam agregat makro (> 1 mm).
PERENCANAAN LOKASI PENGEMBANGAN PERKEBUNAN KARET RAKYAT DI KABUPATEN MANDAILING NATAL, PROVINSI SUMATERA UTARA Hadijah Siregar; Santun Risma Pandapotan Sitorus; Atang Sutandi
Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 13 No 1 (2011): Jurnal Tanah dan Lingkungan
Publisher : Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (477.267 KB) | DOI: 10.29244/jitl.13.1.8-13

Abstract

Pengembangan perkebunan karet merupakan salah satu strategi yang cukup realistis bagi pemerintah Kabupaten Mandailing Natal dalam meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakatnya. Untuk mendukung hal tersebut penelitian ini bertujuan untuk: (1) menentukan lokasi yang berpotensi untuk pengembangan tanaman karet rakyat berdasarkan aspek fisik lahan dan (2) menganalisis dan menyusun arahan kebijakan pengembangan perkebunan karet rakyat di Kabupaten Mandailing Natal. Metode analisis dilakukan berdasarkan penentuan kesesuaian lahan, analisis spasial, dan analisis deskripsi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar lahan di Kabupaten Mandailing Natal sesuai untuk budidaya tanaman karet yaitu seluas 460,849 ha (70.4%). Lokasi dan luas areal pengembangan perkebunan karet rakyat di Kabupaten Mandailing Natal berdasarkan potensi lokasi dan peraturan pemerintah terkait telah dikemukakan, dan dapat diarahkan pada lahan seluas 201,875 ha (30.8%).
NERACA AIR LAHAN GAMBUT YANG DITANAMI KELAPA SAWIT DI KABUPATEN SERUYAN, KALIMANTAN TENGAH Suria Darma Tarigan
Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 13 No 1 (2011): Jurnal Tanah dan Lingkungan
Publisher : Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (436.68 KB) | DOI: 10.29244/jitl.13.1.14-20

Abstract

Penurunan muka air pada lahan gambut memicu oksidasi dan subsiden, khususnya pada musim kemarau. Agar dampak penurunan muka air dapat dikelola dengan baik, maka perlu dikaji besaran komponen neraca air (water balance) yang meliputi: a) Pre-storage, b) Evapotranspirasi, c) Ruang pori drainase, d) Konduktivitas hidrolik dan e) Drainase. Penelitian ini bertujuan mengkaji komponen neraca air tersebut pada lahan gambut yang ditanami kelapa sawit yang dapat digunakan untuk menetapkan pengelolaan drainase yang optimal. Metodologi yang digunakan dalam perhitungan kedua komponen neraca air adalah persamaan Hooghoudt Steady-State Approach yang diverifikasi dengan pengukuran data lapang terkait tinggi muka air dengan menggunakan piezometer. Penelitian lapang dilakukan pada perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Seruyan, Kalimantan Tengah. Selama musim kemarau (Juli-September), evapotranspirasi mencapai 386 mm yang melebihi besaran curah hujan (311 mm). Jumlah air drainase pada periode ini adalah 90 mm atau 1 mm hari-1. Berdasarkan nilai-nilai tersebut terdapat defisit air sebesar 25 mm selama periode musim kemarau. Jika jarak saluran drainase ditingkatkan dari 30 m menjadi 50 mm, maka terjadi surplus neraca air sebesar 34 mm. Namun surplus tersebut hanya mampu menaikan muka air tanah sebesar 2.3 cm dari kondisi awal yang berada pada kedalaman 40-50 cm. Dalam rangka menghambat penurunan muka air pada musim kemarau maka pada masa transisi dari musim penghujan ke musim kemarau perlu dilakukan konservasi air melalui peningkatan pre-storage. Di samping itu kehilangan air drainase perlu ditekan seminim mungkin melalui pengaturan jarak saluran drainase dan penggunaan cascaded stop-log pada sistem saluran tersier.
HUBUNGAN KEDALAMAN PIRIT DENGAN BEBERAPA SIFAT KIMIA TANAH DAN PRODUKSI KELAPA SAWIT (Elais guineensis) Atang Sutandi; Budi Nugroho; Bayu Sejati
Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 13 No 1 (2011): Jurnal Tanah dan Lingkungan
Publisher : Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (261.723 KB) | DOI: 10.29244/jitl.13.1.21-24

Abstract

Pekebunan kelapa sawit di Indonesia telah berkembang secara signifikan dalam 20 tahun terakhir. Perluasan areal perkebunan kelapa sawit telah mengarah ke lahan-lahan marjinal seperti lahan sulfat masam dan gambut. Lahan marjinal untuk pengembangan perkebunan kelapa sawit bukanlah suatu pilihan, tetapi karena keterbatasan lahan semata. Reklamasi lahan sulfat masam dengan mendrain lahan rawa akan membuat kemasaman tanah meningkat drastis dan dapat mengganggu pertumbuhan tanaman. Selain itu drainase juga dapat membuat sejumlah besar hara ikut tercuci. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh kedalaman pirit terhadap beberapa sifat kimia tanah serta produksi kelapa sawit. Penelitian dilaksanakan melalui survei lapangan di perkebunan kelapa sawit PTPN VII, unit usaha Bentayan, Sumatera Selatan. Analisis contoh tanah dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, IPB. Pengamatan dilakukan pada blok-blok dengan kedalaman pirit < 30 cm, 30-60 cm, dan > 60 cm, produksi dikumpulkan pada blok-blok tersebut dan diambil contoh tanahnya. Selain itu juga diambil contoh tanah berpirit yang belum dan telah mengalami drainase. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedalaman pirit < 30 cm memiliki pengaruh yang sangat nyata terhadap meningkatnya kemasaman tanah, Al yang dapat dipertukarkan, berkurangnya N-total, K dan Zn serta penurunan produksi tanaman kelapa sawit. Drainase menyebabkan kecenderungan terjadinya penurunan kadar P, Ca, Mg, dan Cu, serta kejenuhan basa.
IDENTIFIKASI LAHAN TERSEDIA DENGAN TEKNOLOGI INFORMASI SPASIAL UNTUK MENDUKUNG REFORMA AGRARIA: STUDI KASUS PROVINSI RIAU DAN JAWA BARAT Baba Barus; Dyah Retno Panuju; Diar Shiddiq
Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 13 No 1 (2011): Jurnal Tanah dan Lingkungan
Publisher : Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (633.553 KB) | DOI: 10.29244/jitl.13.1.25-34

Abstract

Pemerintah khususnya Badan Pertanahan Nasional meluncurkan program pemerintah yang dinamai dengan Reforma Agraria Plus. Program reforma agraria tersebut mempertimbangkan berbagai kriteria lahan antara lain kualitas dan ketersediaan lahan, variabel akses pasar untuk pemanfaatan lahan yang optimum. Salah satu bentuk reforma agraria plus adalah program redistribusi lahan. Percepatan redistribusi lahan dapat dilakukan jika proses identifikasi lahan tersedia memanfaatkan teknologi informasi spasial untuk efisiensi waktu dan cakupan area. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pilihan variabel penting untuk mengidentifikasi lahan tersedia untuk alokasi program reforma agraria. Penelitian dilakukan di Provinsi Riau dan Jawa Barat. Identifikasi lahan tersedia diawali dengan penyusunan database. Selanjutnya berdasarkan kriteria status kawasan, kesesuaian fisik, status penguasaan, dan penutupan lahan, luas lahan ditapis dengan metode evaluasi kriteria jamak dan dua alternatif. Alternatif-1 adalah kriteria ideal yaitu tingkat kesesuaian minimum S3, bukan lahan HGU, penggunaan untuk pertanian dan bukan kawasan lindung serta dekat jalan; dan alternatif-2 sama dengan alternatif-1 kecuali penguasaan HGU dalam waktu dekat (< 5 tahun) habis. Luas lahan yang diperoleh didistribusikan ke masyarakat petani/nelayan berlahan sempit. Hasil penelitian menunjukan penerapan kombinasi variabel terpilih yang berbeda dalam proses filter menghasilkan luasan berbeda. Hasil identifikasi luas lahan tersedia untuk alokasi program reforma agraria di Jawa Barat dan Riau menunjukkan bahwa kebutuhan hidup minimum masyarakat kedua lokasi berbeda. Perbedaan standar kebutuhan hidup minimum dan struktur harga serta tingkat kesuburan wilayah berimplikasi pada perbedaan luas lahan minimum bagi petani. Petani di Jawa Barat membutuhkan lahan lebih kecil untuk memenuhi kebutuhan hidup dibandingkan petani di Riau. Lahan tersedia di Riau menyebar di seluruh kabupaten/kota, sedangkan di Jawa Barat beberapa kabupaten tidak terdapat lahan tersedia untuk alokasi khususnya di wilayah Kabupaten Bekasi, Cirebon, Indramayu, dan kota Depok.
INOVASI DAN STRATEGI UNTUK MENGURANGI PENGARUH BANJIR PADA USAHATANI PADI Abdul Karim Makarim; Ikhwani Ikhwani
Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 13 No 1 (2011): Jurnal Tanah dan Lingkungan
Publisher : Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (364.892 KB) | DOI: 10.29244/jitl.13.1.35-41

Abstract

Pengaruh banjir pada lahan padi sawah kian semakin buruk (bertambahnya luas area terdampak, keparahan, dan frekuensinya) dari tahun ke tahun, menyebabkan penurunan secara nyata hasil padi, produksi padi dan pendapatan petani. Tujuan penelitian ini adalah (1) mengumpulkan informasi pengaruh banjir terhadap hasil padi, produksi padi dan penurunan pendapatan petani padi akibat banjir saat sekarang hingga nanti, dengan dan tanpa tindakan adaptasi; (2) mengidentifikasi teknologi inovasi yang diperlukan untuk mengatasi banjir; (3) membuat strategi untuk mengurangi dan mengatasi dampak banjir pada pertanaman padi sawah. Data dan informasi dikumpulkan dari enam lahan sawah di Jawa Barat dan Jawa Tengah pada tahun 2010. Analisis dilakukan menggunakan model matematik dan model simulasi dinamik RENDAMAN.CSM, untuk memperoleh informasi dugaan besarnya kehilangan hasil, produksi dan kerugian usahatani padi hingga tahun 2020. Banjir dan rendaman selama tahun 2006-2010 menurunkan hasil padi di Jawa Barat 2.5 ton ha-1, dan di Jawa Tengah 3.0 ton ha-1. Kerugian yang dialami petani di Jawa Barat dan Jawa Tengah berkisar antara Rp. 6.5-7.0 juta ha-1. Kehilangan produksi padi akibat banjir 10-46 ribu ton GKP, atau setara Rp. 24–112 milyar tahun-1. Kehilangan produksi ini diduga akan terus meningkat bila tanpa adanya tindakan adaptasi menjadi 12-58 ribu ton GKP atau setara Rp. 30–140 milyar pada tahun 2015. Langkah pengendalian menghadapi banjir yang segera diperlukan adalah (1) konservasi dan perbaikan DAS hulu hingga hilir secara intensif; (2) perbaikan infrastruktur saluran irigasi dan drainase dari hulu ke hilir oleh pemerintah pusat dan daerah, termasuk pengerukan endapan lumpur; (3) gerakan gotong royong pemeliharaan saluran berupa pembersihan tumbuhan air dalam saluran (eceng gondok dan sebagainya) oleh kelompok-kelompok tani dan masyarakat; (4) mengevaluasi kembali pola rotasi tanaman dalam setahun termasuk awal musim tanam; (5) penyediaan pompa-pompa pembuang air banjir. Perubahan teknologi yang diperlukan sebagai tindakan adaptasi terhadap banjir adalah (1) penggunaan varietas tahan rendaman lebih dari 10 hari, dengan kualitas gabah dan harga jual sesuai dengan keinginan petani; (2) perbaikan pupuk dan pemupukan, seperti penggunaan pupuk N lepas lambat (slow release), atau briket, hara lain dan waktu pemberian yang tepat; (3) penyiapan bibit sehat dan kuat yang siap disulamkan apabila terjadi kerusakan pertanaman akibat banjir; (4) perbaikan cara budidaya seperti pengaturan jarak tanam/populasi untuk mengurangi kerusakan/kerugian akibat banjir/rendaman; dan (5) cara pengendalian keong mas dan hama penyakit lain yang berkembang cepat akibat banjir. Teknologi di atas perlu terus diperbaiki efektivitasnya dari sekarang untuk menghadapi kondisi banjir yang lebih parah di masa mendatang.

Page 1 of 1 | Total Record : 6


Filter by Year

2011 2011


Filter By Issues
All Issue Vol 25 No 1 (2023): Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 24 No 2 (2022): Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 24 No 1 (2022): Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 23 No 2 (2021): Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 23 No 1 (2021): Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 22 No 2 (2020): Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 22 No 1 (2020): Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 21 No 2 (2019): Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 21 No 1 (2019): Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 11 No 2 (2009): Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 11 No 1 (2009): Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 20 No 2 (2018): Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 20 No 1 (2018): Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 19 No 2 (2017): Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 19 No 1 (2017): Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 18 No 1 (2016): Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 17 No 2 (2015): Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 17 No 1 (2015): Jurnal Tanah dan Lingkungan Vol 16 No 2 (2014): Jurnal Tanah dan Lingkungan Vol 16 No 1 (2014): Jurnal Tanah dan Lingkungan Vol 15 No 2 (2013): Jurnal Tanah dan Lingkungan Vol 15 No 1 (2013): Jurnal Tanah dan Lingkungan Vol 14 No 2 (2012): Jurnal Tanah dan Lingkungan Vol 14 No 1 (2012): Jurnal Tanah dan Lingkungan Vol 13 No 2 (2011): Jurnal Tanah dan Lingkungan Vol 13 No 1 (2011): Jurnal Tanah dan Lingkungan Vol 12 No 2 (2010): Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 12 No 1 (2010): Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 10 No 2 (2008): Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 10 No 1 (2008): Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 9 No 2 (2007): Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 9 No 1 (2007): Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 7 No 2 (2005): Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 7 No 1 (2005): Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 6 No 2 (2004): Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 6 No 1 (2004): Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 5 No 1 (2003): Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 3 No 2 (2000): Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 2 No 2 (1999): Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 2 No 1 (1999): Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan More Issue