cover
Contact Name
I Ketut Swarjana
Contact Email
aryindraiswara@gmail.com
Phone
+6281353111105
Journal Mail Official
ktswarjana@gmail.com
Editorial Address
Jl. Tukad Balian No.180, Renon, Denpasar Selatan, Kota Denpasar, Bali 80227
Location
Kota denpasar,
Bali
INDONESIA
JRKN
ISSN : 25806173     EISSN : 25486144     DOI : https://doi.org/10.37294
Core Subject : Health,
Jurnal Riset Kesehatan Nasional merupakan jurnal yang diterbitkan oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Institut Teknologi dan Kesehatan (ITEKES) Bali dan merupakan wadah publikasi hasil kegiatan Penelitian yang dilaksanakan oleh peneliti di Indonesia. Jurnal Riset Kesehatan Nasional diterbitkan pertama kali pada tahun 2017. Jurnal ini mempublikasikan hasil-hasil penelitian kesehatan khususnya pada bidang keperawatan, kebidanan, farmasi, anestesiologi, akupuntur, nutrition dan kesehatan masyarakat. Jurnal ini bekerjasama dengan beberapa organisasi profesi termasuk dengan Dewan Perwakilan Wilayah Persatuan Perawat Nasional Indonesia (DPW PPNI) Bali, Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Daerah Bali, Ikatan Penata Anestesi Indonesia (IPAI) DPD Bali dan juga dengan Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) Bali. Jurnal Riset Kesehatan Nasional merupakan Jurnal Elektronik yang dikelola secara profesional dengan menggunakan Open Jurnal System dengan ISSN Cetak : 2580-6173 dan e-ISSN : 2548-6144. Jurnal Riset Kesehatan Nasional diterbitkan dua kali dalam setahun yaitu pada bulan April dan Oktober. Artikel yang kami terima selanjutnya akan melewati proses review oleh reviewer kami hingga dinyatakan layak untuk dipublikasikan.
Articles 187 Documents
PENGARUH PROMOSI KESEHATAN MELALUI VIDEO VLOG TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PENYALAHGUNAAN NARKOBA PADA SISWA SISWI DI SMP STRADA MARGA MULIA JAKARTA SELATAN agnes berlina printina
Jurnal Riset Kesehatan Nasional Vol. 2 No. 1 (2018)
Publisher : Institute Teknologi dan Kesehatan (ITEKES) Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (449.823 KB) | DOI: 10.37294/jrkn.v2i1.89

Abstract

ABSTRAKPendahuluan: Penyalahgunaan narkoba merupakan masalah yang serius di berbagai negara bahkan di Indonesia. Keterbatasan informasi menjadi kendala kurangnya pengetahuan remaja tentang narkoba. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh video vlog terhadap tingkat pengetahuan tentang penyalahgunaan narkoba pada siswa siswi di SMP Strada Jakarta Selatan. Metode: Penelitian ini merupakan quasi eksperiment dengan pre -post test control group design yang dilakukan pada Oktober 2017. Kelompok kontrol terdiri dari 52 responden dari SMP Asisi Jakarta Selatan dan 67 responden merupakan kelompok intervensi dari SMP Strada Marga Mulia Jakarta Selatan. Responden didapatkan dengan cara Total Sampling. Data dianalisa dengan Uji t-test independent dan paired sampel t-test. Hasil: Penelitian ini menunjukan terdapat perbedaan tingkat pengetahuan antara kelompok kontrol yang tidak diberikan perlakuan dan kelompok intervensi yang diberikan promosi kesehatan melalui video vlog dengan p value 0,000. Penelitian ini juga menunjukan pengaruh yang signifikan terhadap tingkat pengetahuan pada kelompok intervensi dengan video vlog  p value 0,000. Simpulan: Promosi kesehatan dengan video vlog bagi siswa dapat meningkatkan pengetahuan tentang penyalahgunaan narkoba sehingga dapat terhindar dari penyalahgunaan  narkoba. Kata Kunci: promosi kesehatan,  pengetahuan,  narkoba, vlog ABSTRACT Introduction: Drug abuse is a serious problem in many countries include Indonesia. The limitdness informations of knowledge for teenegers being obstacle. This purpose of this study was to determine the influence of health promotion through a vlog toward on the level knowledge about drug abuse at students in Strada Marga Mulia Junior High School. Method: this study is an quasi eksperiment with pre test post test control group design that alrady implemented on October 2017. The control group consist of 52 respondents in Asisi Jakarta Selatan Junior High School and 62 respondents of intervention group in Strada Marga Mulia Junior High School. The respondents obtained by total sampling. The data are analysed with independent t-test anda paired sampel t-test. Result: this study show that there is difference of knowledge’s level between control group that no treatment and intervention group that significant health promotion through vlog with p value 0,000. This study show the significant influence toward knowledge level in intervention group of vlog with p value 0,000. Conclution: health promotion with vlog for students can improve the knowledge about drug abuse, allowing can be escape by drug abuse. Keywords: health promotion, knowledge, narcotics, vlog 
PENGARUH PROMOSI KESEHATAN TENTANG CUCI TANGAN TERHADAP PENGETAHUAN IBU YANG MEMILIKI BALITA DI WILAYAH UPTD PUSKESMAS LABUAN BAJO, NUSA TENGGARA TIMUR maria yosephina mulia
Jurnal Riset Kesehatan Nasional Vol. 2 No. 1 (2018)
Publisher : Institute Teknologi dan Kesehatan (ITEKES) Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (462.457 KB) | DOI: 10.37294/jrkn.v2i1.92

Abstract

PENGARUH PROMOSI KESEHATAN TENTANG CUCI TANGAN TERHADAP PENGETAHUAN IBU YANG MEMILIKI BALITA DI WILAYAH UPTD PUSKESMAS LABUAN BAJO, NUSA TENGGARA TIMUR. The Effect of Hand Washing Promotion on the Knowledge among Mother who has Toddler in UPTD Labuan Bajo Health Center, East Nusa Tenggara.Maria Yosephina Mulia1, Siska Evi Martina2. 1Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sint Carolus Jakarta PusatEmail: 1yofinmulia53@gmail.com2 evi_sastro@yahoo.com ABSTRAKPendahuluan : Cuci tangan merupakan tindakan sederhana yang dapat mencegah penyebaran berbagai kuman penyakit, seperti diare. Keterbatasan informasi menjadi penyebab kurangnya pengetahuan para ibu tentang cuci tangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh promosi kesehatan tentang cuci tangan terhadap tingkat pengetahuan para ibu yang memiliki balita di wilayah UPTD puskesmas Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur. Metode : penelitian ini merupakan quasi eksperimen berupa one group pre - post test without control yang dilakukan pada bulan Agustus 2017 terhadap 41 responden yang diperoleh secara simple random sampling. Data dianalisa menggunakan uji Wilcoxon. Hasil : penelitian menunjukkan tingkat pengetahuan baik sebelum diberikan promosi kesehatan sebesar 39% dan meningkat menjadi 87,8% setelah diberikan promosi kesehatan. Berdasarkan hasil uji Wilcoxon didapatkan nilai P value 0,000, menunjukkan terdapat pengaruh promosi kesehatan terhadap tingkat pengetahuan tentang cuci tangan para ibu di wilayah UPTD puskesmas Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur. Simpulan : Promosi kesehatan merupakan intervensi keperawatan yang efektif untuk meningkatkan pengetahuan tentang pentingnya cuci tangan. Diharapkan promosi kesehatan tentang cuci tangan dapat dijadikan salah satu program utama dalam upaya promosi kesehatan yang ada di pelayanan kesehatan.Kata kunci : Promosi Kesehatan, Cuci Tangan, Pengetahuan. ABSTRACKIntroduction : Hand washing is a simple action to preventive the spread of germs such as diarrhea. The limitdness informations caused the lack of motherʼs knowledge about hand washing. The purpose of this study was to identify effectiveness of health promotion on hand washing to the level of knowledge among mother who has toddler in UPTD Labuan Bajo health center, East Nusa Tenggara. Method : this study is an quasi experimental with one group pre - post test without control that already implemented on Agustus 2017 to the 41 respondents obtained by simple randomly sampling. The data are analysed with Wilcoxon test. Result :  this study showed that the number of knowledgeable mother is 39% before hand washing health promotion and increase dramatically at 87,8% after given health promotion. Using Wilcoxon test,it is found P value 0,000, which lead to a conclusion that hand washing hand promotion higly affects to the knowledge among mother who has toddler in UPTD Labuan Bajo health center, East Nusa Tenggara. Conclusion : health promotion is the effective nursing intervention to increase the importance of hand washing. It is expected that health promotion on  hand washing  could be one of  the program in heath promotions effort in heath service. Keywords: Health Promotion, Hand washing, Knowledge.Pendahuluan             Penyakit diare masih menjadi masalah kesehatan serius di seluruh dunia dengan jumlah penderita sebanyak 1,7 miliar  dan  menyebabkan  780.000 anak usia dibawah lima tahun (balita)  meninggal  setiap tahunnya . Sekitar 78% kematian balita tersebut terjadi di negara berkembang di wilayah Asia dan Afrika (UNICEF, 2015). Salah satu faktor yang berperan dalam penularan kuman diare adalah kebersihan perorangan saat mencuci tangan (Widoyono,2011). Penelitian yang dilakukan Alhadiyah (2015) menyebutkan kebiasaan ibu dalam mencuci tangan berhubungan dengan terjadinya diare pada balita. Upaya pencegahan perlu dilakukan untuk mencegah kejadian diare terus meningkat.            Cuci tangan dengan sabun merupakan salah satu tindakan preventif sederhana, murah dan efektif dalam mencegah penyebaran kuman penyebab diare (WHO,2008). Hasil penelitian yang dilakukan Freeman, dkk (2014) menyebutkan kebiasaan cuci tangan mengurangi resiko diare sebesar 42-47%. Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar tahun 2013 menyebutkan penduduk  Indonesia yang berusia di atas 10 tahun dan mempunyai kebiasaan cuci tangan dengan benar  hanya 47% ( Kemenkes RI, 2014). Hasil laporan United Nations Children’s Fund (2014) untuk Indonesia menyebutkan hanya 28 % warga mencuci tangan dengan sabun, 75,5 % orang tidak mencuci tangan karena merasa tangannya bersih, 29% menganggap cuci tangan tidak sehat dan 13,6% menganggap cuci tangan bukan hal penting. Hasil tersebut membuktikan kebiasaan CTPS masih rendah meskipun hal tersebut memberi manfaat dalam mencegah diare.            Hambatan yang dialami masyarakat dalam praktik cuci tangan dengan sabun adalah keterbatasan informasi  yang menyebabkan pengetahuan tentang cuci tangan berkurang (Kemenkes RI, 2014). Upaya untuk meningkatkan pengetahuan dapat dilakukan melalui promosi kesehatan tentang cuci tangan dengan metode yang menarik sehingga dapat memberdayakan masyarakat agar lebih mandiri untuk menerapkan praktek cuci tangan dalam kehidupan sehari-hari. Penelitian yang dilakukan Khodiyah dan Yuwanti (2015) menyebutkan metode ceramah dan demonstrasi efektif meningkatkan pengetahuan para ibu tentang cuci tangan.  Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Suryagustina, dkk (2016) menyebutkan penyuluhan kesehatan disertai penggunaan leaflet juga efektif meningkatkan pengetahuan para ibu tentang cuci tangan. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul pengaruh promosi kesehatan dengan metode penyuluhan dan demonstrasi tentang cuci tangan disertai penggunaan leaflet terhadap para ibu yang memiliki balita di wilayah UPTD puskesmas Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur. Metode penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain quasi eksperimen dengan rancangan one group pre test and post test without control group yang dilakukan pada bulan Agustus 2017 dan bertujuan untuk mengetahui pengaruh promosi kesehatan tentang cuci tangan dengan metode penyuluhan dan demonstrasi serta penggunaan leaflet terhadap tingkat pengetahuan ibu tentang cuci tangan. Sampel dalam penelitian ini adalah para ibu yang memiliki balita yang menderita diare sejak bulan Mei sampai Juli 2017 berjumlah 48 orang yang berobat di UPTD puskesmas Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur. Tehnik pengambilan sampel menggunakan simple random sampling. Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan kuisioner berisi 25 item pertanyaan tentang pengetahuan cuci tangan. Tehnik analisa data menggunakan uji Wilcoxon. Penelitian ini telah di presentasikan dan mendapatkan izin penelitian dari STIK Sint Carolus Jakarta Pusat. Hasil Penelitian 1.      Karakteristik responden.   Tabel 1 : Karakteristik responden berdasarkan usiaUsiaN%17-25 tahun717,126-35 tahun2048,836-45 tahunMean = 32Min = 17, Max =  441434,1 Total41100 Berdasarkan tabel 1 di atas, dapat diketahui bahwa sebagian sebagian besar responden berusia 26-35 tahun sebanyak 20 orang (48,8 %). Usia responden paling muda 17 tahun dan paling tua 44 tahun serta rata-rata usia  responden adalah 32  tahun yang dikategorikan usia dewasa awal dan menunujukkan bahwa umur ibu bersifat homogen/setara. Menurut Hurlock (1998) dalam Wawan dan Dewi (2010) semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekeatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja. Usia juga mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir sehingga pengetahuan yang diperoleh akan lebih baik. Tabel 2 : Karakteristik responden berdasarkan pekerjaanPekerjaanN%Pegawai negeri sipil24,8Pegawai swasta24,8Ibu rumah tangga2766Petani1024,4Total41100 Berdasarkan tabel 2 di atas, dapat diketahui sebagian besar responden bekerja sebagai ibu rumah tangga sebanyak 27 orang (66 %), diikuti bekerja sebagai petani 10 orang (24,4 %) serta paling sedikit bekerja sebagai pegawai swasta  2 orang (4,8 %) dan pegawai negeri 2 orang (4,8 %). Dari hasil penelitian, diketahui bahwa pekerjaan responden yang sebagian besar adalah ibu rumah tangga yang memungkinkan mereka mempunyai waktu luang lebih banyak untuk terlibat dalam kegiatan promosi kesehatan dan menyebabkan meraka memiliki pengetahuan yang lebih baik. Tabel 3 : Karakteristik responden berdasarkan  pendidikanPendidikanN%Pendidikan rendah2458,5Pendidikan sedang1536,6Pendidikan tinggi24,9Total41100 Berdasarkan tabel 3 di atas, dapat diketahui bahwa dari 41 responden yang mengikuti kegiatan penelitian, sebagian besar responden berada pada pendidikan rendah sebanyak 58,5 %. Pendidikan dapat mempengaruhi proses belajar, semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan semakin mudah orang tersebut menerima informasi. Pada penelitian ini tingkat pendidikan responden sebagian besar bependidikan rendah sebanyak 58,5%. Namun perlu ditekankan bahwa seseorang dengan pendidikan rendah mutlak berpengetahuan rendah pula, akan tetapi peningkatan pengetahuan juga dipengaruhi faktor lain seperti pengalaman, lingkungan serta informasi media massa (Budiman dan Riyanto, 2013).                 Tabel 4 : Karakteristik  responden menurut jumlah penghasilan keluarga.PenghasilanN%Penghasilan rendah1024,4Penghasilan sedang2561Penghasilan tinggi614,6Total41100Berdasarkan tabel 4 diatas dapat diketahui bahwa tingkat penghasilan keluarga  responden sebagian besar berpenghasilan sedang sebanyak 25 orang (61 %), diikuti penghasilan rendah sebanyak 10 orang (24,4 %) dan paling sedikit berpenghasilan tinggi sebanyak 6 orang (14,6 %). Jumlah penghasilan keluarga akan mempengaruhi dalam tersedianya sumber informasi seperti televisi dan media elektronik lainnya sehingga akan berdampak dalam peningkatan pengetahuan seseorang terutama dalam masalah kesehatan. Tabel 5 : Karakteristik responden berdasarkan tingkat pengetahuan sebelum intervensiPengetahuanN%Kurang2561Baik1639Total41100Berdasarkan tabel 5 di atas, dapat diketahui bahwa sebanyak 61 % (25 orang responden) memiliki pengetahuan kurang sebelum mendapatkan intervensi penyuluhan kesehatan dan demonstrasi tentang cuci tangan disertai pemberian leaflet dan  hanya 39 % (16 orang responden) memiliki pengetahuan baik. Tabel 6 : Karakteristik responden setelah mendapatkan intervensiPengetahuanN%Kurang512,2Baik3687,8Total41100Berdasarkan tabel 6 di atas, dapat diketahui bahwa sebanyak 87,8 % (36 orang responden) memiliki pengetahuan baik setelah mendapatkan intervensi penyuluhan kesehatan dan demonstrasi tentang cuci tangan disertai pemberian leaflet sedangkan 12,2 % (5 orang responden) masih memiliki pengetahuan yang kurang.   2.      Analisa uji beda Tabel 7 : Perbedaaan tingkat pengetahuan sebelum dan setelah mendapatkan intervensi penyuluhan kesehatan dan demonstrasi tentang cuci tangan disertai pemberian leaflet di puskesmas Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur, Agustus 2017.Pengetahuan Sebelum  Pengetahuan Sesudah p Value N% N% 0,000* Kurang2561Kurang512,2Baik1639Baik3687,8Total41100Total41100*Uji Wilcoxon   Pembahasan              Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa sebelum diberikan intervensi, sebagian besar responden memiliki pengetahuan kurang sebanyak 25 orang (61 %), sedangkan pengetahuan baik hanya 16 orang (39 %). Setelah mendapatkan penyuluhan dan demonstrasi tentang cuci tangan disertai pemberian leaflet, responden yang dengan pengetahuan kurang menjadi 5 orang (12,2 %) sedangkan pengetahuan baik meningkat menjadi 36 orang (87,8 %). Hasil uji statistik dengan hasil uji Wilcoxon didapatkan p Value = 0,000 (P value < 0,05) sehingga dapat disimpulkan terdapat pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan pengetahuan tentang cuci tangan. Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Ardayani (2015) dan Budiyanto (2016) yang menyatakan bahwa ada pengaruh pemberian promosi kesehatan tentang cuci tangan terhadap tingkat pengetahuan dengan nilai p value 0,000.            Penggunaan metode promosi kesehatan dalam penelitian ini adalah penyuluhan dan demonstrasi tentang cuci tangan disertai penggunaan leaflet yang merupakan modifikasi dari metode penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Saat penyuluhan, materi diberikan secara langsung kepada responden sehingga semua responden memiliki pemahaman yang sama tentang konsep yang diberikan dan memiliki kesempatan untuk mendiskusikan materi yang tidak dipahami. Setelah penyuluhan, dilanjutkan dengan melakukan demonstrasi dengan cara mengajarkan dan memperagakan secara langsung urutan cuci tangan sehinngga semua responden dapat mengingat urutan cuci tangan dengan baik. Setelah kegiatan intervensi selesai, diberikan media leaflet kepada responden untuk dibawa pulang sehingga dapat dipakai untuk belajar mandiri dan pesan tentang cuci tangan  yang ada dalam leaflet  dapat disebarluaskan kepada sasaran yang lebih luas seperti keluarga dan masyarakat yang ada disekitarnya.            Penggunaan metode tersebut tentunya menjadi lebih efisien dilakukan dengan harapan dapat mengedukasi masyarakat lebih banyak sehingga semakin banyak masyarakat dapat menjalankan perilaku hidup bersih dan sehat dengan cara sederhana, murah dan efisien melalui gerakan cuci tangan sehingga tujuan dari promosi kesehatan yaitu peningkatan pengetahuan dan adanya perubahan perilaku dapat tercapai.  Kesimpulan dan Saran KesimpulanBerdasarkan pada penelitian yang telah dilakukan terdapat pengaruh yang signifikan terhadap tingkat pengetahuan para ibu tentang cuci tangan setelah diberikan intervensi promosi kesehatan melalui metode penyuluhan dan demonstrasi tentang cuci tangan disertai pemberian leaflet. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diharapkan tenaga kesehatan lebih aktif memberikan promosi kesehatan tentang cuci tangan menggunakan beberapa metode seperti penyuluhan dan demonstrasi tentang urutan cuci tangan disertai pemberian leaflet. Responden dan masyarakat mampu melakukan cuci tangan dengan benar dan menjadikan  kebiasaan cuci tangan sebagai budaya dalam kehidupan sehari-hari.  
MENGENDALIKAN KADAR GLUKOSA DARAH PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN OLAH SEHAT LAFIDZI 21 Sulastri S; Tety Mulyati Arofi
Jurnal Riset Kesehatan Nasional Vol. 2 No. 1 (2018)
Publisher : Institute Teknologi dan Kesehatan (ITEKES) Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (515.323 KB) | DOI: 10.37294/jrkn.v2i1.94

Abstract

Pendahuluan: Diabetes Mellitus merupakan suatu sindroma klinis kelainan metabolik yang ditandai oleh adanya hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. Perawatan pasien Diabetes bertujuan mengendalikan kadar glukosa darah sehingga tidak menimbulkan komplikasi yang dapat mengganggu kehidupan normal pasien. Berbagai penatalaksanaan untuk mengendalikan kadar glukosa darah dapat dilakukan, di antaranya olah sehat Lafidzi 21. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Olah Sehat Lafidzi 21 terhadap kadar glukosa darah pasien Diabetes tipe 2 di Klub Diabetes Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan rancangan quasi-experimental dengan kelompok kontrol. Olah Sehat Lafidzi 21 dilakukan oleh penderita Diabetes setiap hari selama 14 hari. Hasil: penelitian menunjukkan penurunan kadar glukosa darah puasa yang signifikan pada kelompok intervensi setelah melakukan Olah Sehat Lafidzi 21 (p =0,00). Simpulan: Olah Sehat Lafidzi 21 mampu menurunkan kadar glukosa darah secara signifikan pada penderita diabetes tipe 2 di Diabetes Klub Jakarta Islamic Hospital Cempaka Putih. Kata kunci: Olah Sehat Lafidzi 21, kadar gula darah, diabetes mellitus tipe 2.AbstractIntroduction: Diabetes Mellitus is a clinical syndrome of metabolic abnormalities characterized by the presence of hyperglycemia that occurs due to insulin secretion abnormalities, insulin work or both. Treatment of Diabetes patients aims to control blood glucose levels so as not to cause complications that can interfere with the patient's normal life. Various management to control blood glucose levels can be done, including healthy Lafidzi 21. This study aims to determine the influence of Healthy Lafidzi 21 on blood glucose level of Type 2 Diabetes patients at Diabetes Club Jakarta Islamic Hospital Cempaka Putih. Methods: This was a quantitative study with a quasi-experimental design with a control group. Healthy Lafidzi 21 is done by diabetics every day for 14 days. Results: the study showed a significant decrease in fasting blood glucose levels in the intervention group after performing Healthy Lafidzi 21 (p = 0.00). Conclusion: Healthy Lafidzi 21 is able to lower blood glucose levels significantly in people with type 2 diabetes in Diabetes Club Jakarta Islamic Hospital Cempaka Putih. Keywords: Healthy Lafidzi 21, blood sugar level, diabetes mellitus type 2.
HUBUNGAN KOMPLIKASI INTRA HEMODIALISIS DENGAN KUALITAS HIDUP PADA PASIEN CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) STAGE V YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RUANG HEMODIALISA BRSU TABANAN TAHUN 2017 Kadek G Pebriantari; IGA Puja Astuti Dewi
Jurnal Riset Kesehatan Nasional Vol. 2 No. 1 (2018)
Publisher : Institute Teknologi dan Kesehatan (ITEKES) Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (530.558 KB) | DOI: 10.37294/jrkn.v2i1.95

Abstract

ABSTRAKLatar Belakang. Hemodialisis aman dan bermanfaat untuk pasien, namun bukan berarti tanpa efek samping. Berbagai komplikasi dapat terjadi pada saat pasien menjalani hemodialisis. Komplikasi ini dapat mengakibatkan timbulnya masalah baru yang lebih kompleks, yaitu dapat mempengaruhi kualitas hidup bahkan menimbulkan kematianTujuan. Untuk mengetahui hubungan komplikasi intra hemodialisis dengan kualitas hidup  pada pasien Chronic Kidney Disease (CKD) Stage V yang menjalani hemodialisis.Metode. Jenis penelitian adalah analitik korelasional dengan pendekatan cross-sectional. Sampel pada penelitian ini berjumlah 166 responden diambil dengan teknik non probability sampling yaitu total sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan lembar observasi,dianalisa dengan uji non parametric (Chi Square).Hasil. Rata – rata jumlah komplikasi intra hemodialisis adalah kurang dari dua komplikasi (sedikit komplikasi). Hipertensi intra hemodialisis adalah komplikasi terbanyak yang ditemukan (52,3%). Kejang dan penurunan kesadaran merupakan komplikasi yang tidak pernah dialami oleh responden selama penelitian (0%).Kualitas hidup pasien CKD stage V yang menjalani HD di BRSU Tabanan masuk dalam kategori kualitas baik. Hasil uji statistik diperoleh nilai p < 0.001 bahwa ada hubungan yang signifikan antara komplikasi intra hemodialisis dengan  kualitas hidup pada pasien yang menjalani HD. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR = 0,005, artinya responden yang memiliki banyak komplikasi mempunyai peluang 0,005 kali memiliki kualitas hidup buruk dibanding responden yang memiliki sedikit komplikasi.Kesimpulan. Ada hubungan yang signifikan antara komplikasi intra hemodialisis dengan  kualitas hidup pada pasien yang menjalani hemodialisis.KataKunci: Komplikasi Intra Hemodialisis, Kualitas Hidup, Hemodialisis ABSTRACTBackground: Hemodialysis is safe and beneficial to the patient. However, there are various complications may occur when the patients undergo hemodialysis. These complications can lead to the emergence of new problems which are more complex and affect to the quality of life and even cause death.Aim: To determine the relationship of intra hemodialysis complications with quality of life in patients with Chronic Stage Kidney Disease (CKD) Stage V who undergo hemodialysis.Method:This study employed correlational analytic design with cross-sectional approach. To conduct this study, there were 166 respondents recruited as the sample by using probability sampling with total sampling technique. The data were collected by using questionnaire and observation sheet. Further, the data were analyzed by non-parametric test (Chi Square).Finding: The findings indicated that the average number of intra hemodialysis complications is less than two complications (few complications). There were found that 52.3% patients who had complication of hypertension intra hemodialysis. On the other hand, there was 0%of the respondents experienced seizures and decreased awareness complications during the study. The quality of life of CKD stage V patients underwenthemodialysis at BRSU Tabanan is categorized as good quality. The statistical test obtained p <0.001, it meant that there was a significant relationship between intra hemodialysis complications with quality of life in patients underwenthemodialysis. It also found that the analysis results of OR = 0.005, it meant that respondents who had many complications have a chance of 0.005 times experienced poor quality of life rather than the patients who had few complications.Conclusion: There is a significant relationship between intra hemodialysis complications and quality of life in patients undergo hemodialysis. Keywords: Complications of Intra Hemodialysis, Quality of Life, Hemodialysis
PENGARUH AUDITORY VISUAL THERAPY (AVT) TERHADAP PERKEMBANGAN BAHASA ANAK GANGGUAN PENDENGARAN USIA SEKOLAH (6-12 TAHUN) DI SLB DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Ketut Mendri; Atik Badi'ah
Jurnal Riset Kesehatan Nasional Vol. 2 No. 1 (2018)
Publisher : Institute Teknologi dan Kesehatan (ITEKES) Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (675.26 KB) | DOI: 10.37294/jrkn.v2i1.96

Abstract

ABSTRAKLatar Belakang : Gangguan pendengaran yang terjadi pada anak perlu untuk dilakukan deteksi seawal mungkin mengingat peranan pendengaran dalam proses perkembangan bicara sangatlah penting. Fungsi pendengaran dan juga perkembangan bicara sudah termasuk ke dalam program evaluasi perkembangan anak secara umum yang biasa dilakukan mulai dari tingkatan Posyandu oleh profesi di bidang kesehatan khususnya profesi perawat. Perkembangan bahasa anak tunarungu pada awalnya tidak berbeda dengan perkembangan bahasa anak normal karena bahasa sangat dipengaruhi oleh pendengarannya sehingga perkembangannya terhambat.Pada awalnya perkembangan bahasa anak tuna rungu tidak berbeda dengan anak normal, pada usia awal bayi akan menangis jika lapar, haus, buang air besar, buang air kecil, atau sakit. Tujuan : Diketahuinya pengaruh Auditory Visual Therapy (AVT) terhadap perkembangan bahasa anak gangguan pendengaran usia sekolah (6-12 Tahun) di SLB Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Metode : Jenis penelitianQuasi eksperiment dengan rancangan“Pre test Post test with Control Group Design“. Rancangan ini ada kelompok pembanding (kontrol), observasi dilakukan dua kali. Observasi pertama untuk mengetahui perkembangan bahasa anak gangguan pendengaran usia sekolah (6-12 tahun) sebelum diberikan Auditory Visual Therapy (AVT) dan observasi kedua sesudah diberikan Auditory Visual Therapy (AVT). Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling dengan kriteria anak gangguan pendengaran usia sekolah (6-12 tahun) di SLB Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Data hasil pemeriksaan dianalisis secara diskriptif  dan secara analitik dengan bantuan program SPSS for windows versi 16.0 menggunakan uji pair t-test, wilcoxon, mann whitney dan uji beda delta dengan taraf signifikan 0,05.  Hasil : Perkembangan bahasa anak dengan gangguan pendengaran pada kelompok eksperimen kategori kurang dan pada kelompok kontrol kategori kurang. Nilaipre test dan post test dengan p (sig) 0,000 < 0,05 berarti ada perbedaan antara pre test dan post test pada kelompok eksperimen. Nilaipre test dan post test dengan p (sig) 0,001 < 0,05 berarti ada perbedaan antara kelompok eksperimen pre test dan post test. Hasil uji beda delta pada kelompok eksperimen dan kontrol p (sig), 0,05. Kesimpulan : Ada peningkatan pengaruh pemberian Auditory Visual Therapy (AVT) Terhadap Perkembangan Bahasa Anak Gangguan Pendengaran Usia Sekolah (6-12 Tahun) di SLB Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dengan nilai p (sig)< 0,05 berarti Ha diterima dan Ho ditolak.Kata Kunci : Auditory Visual Therapy (AVT), perkembangan bahasa, anak gangguan pendengaran, usia sekolahABSTRACTBackground : Hearing loss that occurs in children needs to be done as early as possible in view of the role of detection of hearing the speech development process is very important. Hearing and speech development is already included in the evaluation program of child development in general is usually done from IHC levels by profession in the field of health, especially in the nursing profession. Language development of deaf children at first no different from normal children's language development because the language is strongly influenced by his hearing so that its development is hampered. At first the language development of deaf children are no different from normal children, at an early age the baby will cry when hungry, thirsty, defecation, urination or pain. Objective : Knowing the influence of Auditory Visual Therapy ( AVT ) on the development of hearing impaired children's language school age ( 6-12 years ) in SLB Special Region of Yogyakarta (DIY). Method: Quasi experiment with the draft "Pre test Post test with Control Group Design". This design is no comparison group (control), observations made twice. The first observation to determine the child's language development of hearing impaired school age (6-12 years) before being given Auditory Visual Therapy (AVT) and a second observation post given Auditory Visual Therapy (AVT). Sampling was done by purposive sampling with criteria for hearing impaired children of school age (6-12 years) in SLB Special Region of Yogyakarta (DIY). Data examination results were analyzed descriptively and analytically with SPSS for Windows version 16.0 using test pair t -test, Wilcoxon, Mann Whitney and different test deltawith significance level of 0,05.Results : The development of children's language with a hearing loss in the experimental group category is less and less in the control group category. Value pre-test and post- test with p (sig) 0,000 < 0.05 means there is a difference between pre-test and post-test in the experimental group. Value pre-test and post- test with p (sig) 0,001 < 0,05 means that there is a difference between the experimental group pre-test and post test. Different test results delta in the experimental group and control p ( sig)  0,05. Conclusion :There is an increasing influence of Auditory Visual Therapy (AVT) On Language Development Hearing Impaired School-Age Children (6-12 Years) in SLB Special Region of Yogyakarta (DIY), with p (sig) <0,05 means that Ha accepted and Ho rejected.Keywords :Auditory Visual Therapy (AVT), language development, hearing impaired children, school age
MODEL KOLABORASI PERAWAT SANITARIAN DALAM PELAYANAN KESEHATAN PENDERITA DIARE BALITA DI KOMUNITAS Muryoto 1; Atik Badi'ah
Jurnal Riset Kesehatan Nasional Vol. 2 No. 1 (2018)
Publisher : Institute Teknologi dan Kesehatan (ITEKES) Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (624.5 KB) | DOI: 10.37294/jrkn.v2i1.97

Abstract

ABSTRAKLatar Belakang : Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, di Kabupaten Sleman insiden rate diare 34,8 per seribu penduduk atau 2909 balita dengan cakupan pelayanan 70% di Puskesmas Gamping I sekitar 325 balita (Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, 2013). Kolaborasi perawat dan sanitarian dalam pelayanan kesehatan di komunitas menggunakan pendekatan input-proses-output-efek-outcome.  Input meliputi jumlah penderita diare balita, perawat, sanitarian, program lintas tuntas diare. Proses meliputi penemuan penderita diregister di Puskesmas, pemeriksaan balita, botol susu, sumber air, terapi, desinfeksi, klorinasi dan konseling.  Sedangkan output meliputi jumlah balita diare yang dilayani dua kali selama empat belas hari. Efek berupa penurunan skor dehidrasi out come berupa turunnya angka kesakitan diare. Tujuan :Penelitian ini bertujuan secara umum membuat model pelayanan kesehatan kolaborasi perawat sanitarian penderita diare balita dikomunitas yang dapat mencegah dan menurunkan derajat dehidrasi. Secara khusus bertujuan menetapkan pengaruh pelayanan kesehatan kolaborasi perawat sanitarian terhadap penurunan derajat dehidrasi.  Metode : Jenis penelitianQuasi eksperiment dengan rancangan“Pre test Post test with Control Design“.Penderita diare balita3 (tiga) bulan yang lalu dicatatan medis Puskesmas diambil secara sistimatis random sampling 15 (lima belas) balita untuk kelompok kontrol dan 15 (lima belas) balita untuk kelompok perlakuan. Uji analisa data menggunakan t test. Hasil :Ada pengaruh kolaborasi terhadap penurunan skor dehidrasi anak balita diare, tidak ada pengaruh kolaborasi terhadap penurunan jumlah kuman botol susu anak balita diare. Ada pengaruh kolaborasi terhadap penurunan MPN E Coli air bersih anak balita diare. Ada pengaruh kolaborasi terhadap penurunan MPN Coliform air bersih anak balita diare. Kesimpulan :Ada pengaruh pelayanan kesehatan kolaborasi perawat sanitarian terhadap penurunan skor derajat dehidrasi penderita diare balita. Saran : Dalam kolaborasi perawat sanitarian ditingkat internal program Puskesmas perlu dibuatkan panduan yang memuat etika profesi sesuai lingkup kerja dan fungsinya.Kata Kunci : Model Kolaborasi, Perawat, Sanitarian, Pelayanan Kesehatan, Penderita diareABSTRACTBackground : Diarrhea disease is still a public health problem in Indonesia, in Sleman District incidence rate of diarrhea 34,8 per thousand population or 2909 under fives with coverage 70% service in PuskesmasGamping I about 325 balita (Profile of Sleman District Health Office, 2013). Collaboration of nurses and sanitarians in community health services using an input-process-output-effect-outcome approach. Inputs include the number of patients with diarrhea toddlers, nurses, sanitarians, diarrhea diarrhea programs. The process includes the findings of patients enrolled in Puskesmas, checking for infants, bottles of milk, water sources, therapy, disinfection, chlorination and counseling. While the output includes the number of infant diarrhea that is served twice for fourteen days. The effect of decreasing the dehydration score out come is the decrease of morbidity rate of diarrhea. Objective : This study aims at generating a model of healthcare services for the collaboration of sanitarian nurses with diarrhea in children under five who can prevent and reduce dehydration. Specifically aimed at establishing the influence of sanitarian nurse collaboration health services on dehydration degrees reduction. Method : Quasi experimental research type with "Pre testPost test with Control Design"  Patients with child diarrhea 3 (three) months ago medical Puskesmas was taken by systematic random sampling of 15 (fifteen) children under five for control group and 15 (fifteen) children under five for treatment group. Test data analysis using t-test. Result: There is influence of collaboration to decrease dehydration score of children under five diarrhea, there is no influence of collaboration to decrease amount of germ of baby milk bottle diarrhea. There is a collaboration effect on the decrease of MPN E Coli clean water for children under five diarrhea. There is a collaboration effect on the decrease of MPN Coliform clean water of children under five diarrhea. Conclusion: There is influence of health service of sanitarian nurse collaboration to decrease of dehydration degrees score of diarrhea sufferer. Suggestion: In the collaboration of sanitarian nurses at the internal level of the Puskesmas program, it is necessary to create guidelines that contain professional ethics according to the scope of work and function.Keywords: Collaboration Model, Nurse, Sanitarian, Health Service, Diarrhea Patient
Pengaruh Terapi Progressive Muscle Relaxation Terhadap Kecemasan Dan Kualitas Hidup Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Di RS Muhammadiyah Lamongan Adbul Rokhman; Lilik Supriati
Jurnal Riset Kesehatan Nasional Vol. 2 No. 1 (2018)
Publisher : Institute Teknologi dan Kesehatan (ITEKES) Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (740.46 KB) | DOI: 10.37294/jrkn.v2i1.98

Abstract

ABSTRAKPenyakit diabetes mellitus yang tidak bisa disembuhkan secara total sering berdampak pada terjadinya kecemasan dan penurunan kualitas hidup. Untuk menurunkan kecemasan dan meningkatkan kualitas hidup pasien dapat dilakukan terapi progressive muscle relaxation. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi PMR (Progressive Muscle Relaxation) terhadap kecemasan dan kualitas hidup pada pasien diabetes mellitus tipe 2 di RS Muhammadiyah Lamongan. Metode quasi eksperimental dengan pendekatan pre-post test control group design dengan simple random sampling. Jumlah sampel 50 orang dibagi menjadi 2 kelompok perlakuan dan kontrol masing-masing 25 orang. Alat ukur menggunakan kuisioner HARS untuk kecemasan dan DQOL (Diabetes Quality of Life) untuk kualitas hidup. Hasil analisis kecemasan dengan uji t pada kelompok perlakuan p 0,000, kelompok kontrol p 0,746. Analisis kualitas hidup pada kelompok perlakuan nilai p 0,000 dan kelompok kontrol p 0,098. Perbedaan kecemasan pada kelompok perlakuan dan kontrol p 0,019. Perbedaan kualitas hidup pada kelompok perlakuan dan kontrol p 0,076. Pengaruh faktor pendidikan terhadap kualitas hidup pada pasien DM tipe 2 sesudah diberikan terapi progressive muscle relaxation sebesar 4,9 % setelah dikontrol variabel lain. Terapi progressive muscle relaxation efektif untuk menurunkan kecemasan dan efektif untuk meningkatkan kualitas hidup pasien DM tipe 2. Terapi progressive muscle relaxation dapat dimasukkan kedalam intervensi keperawatan pada pelayanan rumah sakit. Kata Kunci: Diabetes Mellitus tipe 2, Kecemasan, Kualitas Hidup, Terapi Progressive Muscle Relaxation ABSTRACTDiabetes mellitus which cannot be cured completely often have an impact on the occurrence of anxiety and reduced quality of life. To reduce anxiety and improve the quality of life of patients can use progressive muscle relaxation therapy. This study aims to determine the effect of PMR therapy (Progressive Muscle Relaxation) in anxiety and quality of life in patients with type 2 diabetes mellitus in Lamongan Muhammadiyah Hospital. Quasi-experimental method with the approach of pre-posttest control group design with simple random sampling. Number of samples 50  people  were   divided  into   two   treatment   groups  and   control  each   25   people.  HARS questionnaire instrument used for measuring anxiety and DQOL (Diabetes Quality of Life) for measuring quality of life. Results of the analysis by the t-test anxiety in the experimental group p0.000, 0.746 p control group. Analysis of the quality of life in the treatment group p values of 0.000 and 0.098 p control group. Anxiety differences in the treatment group and the control p0.019. Differences in the quality of life in the treatment group and the control p 0.076. Results of the analysis by the t-test anxiety in the experimental group p 0.000, 0.746 p control group. Analysis of the quality of life in the treatment group p values of 0.000 and 0.098 p control group. Anxiety differences in the treatment group and the control p 0.019. Differences in the quality of life in the treatment group and the control p 0.076. Educational factors influence the quality of life in patients with type 2 diabetes mellitus after progressive muscle relaxation therapy by 4.9% after controlling other variables. Progressive muscle relaxation therapy is effective to reduce anxiety and effective to improve the quality of life of patients with type 2 diabetes. Progressive muscle relaxation therapy can be incorporated into nursing interventions on hospitals.Keyword : Type 2 Diabetes Mellitus, anxiety, quality of life, progressive muscle relaxation therapy
PELAKSANAAN PROGRAM PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) PADA SDN DI KOTA DENPASAR Made Rismawan; Rosa Tri Anggaraeni; Kadek Parsi Kasmini
Jurnal Riset Kesehatan Nasional Vol. 2 No. 1 (2018)
Publisher : Institute Teknologi dan Kesehatan (ITEKES) Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (527.046 KB) | DOI: 10.37294/jrkn.v2i1.99

Abstract

ABSTRAK.Latar Belakang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pelaksanaan program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada SDN di Kota Denpasar. Metode Penelitian. Desain penelitian yang digunakan adalah descriptive crosssectional. Penelitian dilakukan di empat SDN di Kota Denpasar yaitu Denpasar Selatan, Denpasar Utara, Denpasar Timur dan Denpasar Barat. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa SDN yang berjumlah 262 siswa yang dipilih menggunakan teknik random sampling. Instrumen penelitian menggunakan Instrumen penelitian menggunakan kuesioner yang dikembangkan oleh peneliti dengan berpedoman kepada Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 2269/MenKes/Per/XI/2011 dan Pedoman PHBS Tatanan Sekolah (DepKes RI, 2007). Hasil Penelitian. Sebagian besar komponen PHBS sudah mulai diterapkan di tatanan institusi pendidikan khususnya pada Sekolah Dasar. Namun, konsumsi makanan sehat seperti sayur dan buah pada saat siswa berbelanja di kantin sekolah masih kurang, namun dengan sebagian besar dari siswa mau berbelanja di kantin sekolah dapat dijadikan motivasi untuk membuat siswa lebih banyak mengonsumsi jajanan sehat daripada fast food. Pembahasan. Sekolah memiliki peran penting sebagai pendistribusian informasi ke siswa tentang pelaksanaan PHBS di sekolah atau di lingkungan. Sehingga, target 70% warga Indonesia mampu melaksanakan PHBS dapat tercapai. Simpulan. Pendekatan PHBS melalui tatanan institusi pendidikan meliputi kegiatan PHBS yang bias dilaksanakanpada institusi pendidikan yaitu cuci tangan, konsumsi jajanan sehat, jamban sehat, olahraga, pemberantasan jentik nyamuk, tidak merokok, membuang sampah dan pengukuran pertumbuhan. Kata kunci : Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), siswa sekolah dasar ABSTRACT.Backgorund. This study aims to determine the description of the implementation of Clean and Healthy Behavior program at Elemantary School in Denpasar City. Method. The research design used is descriptive crosssectional. The study was conducted in four Elemantary School in Denpasar City namely South Denpasar, North Denpasar, East Denpasar and West Denpasar. The sample in this study were 262 students of Elemantary School selected using random sampling technique. The research instrument used the research instrument using questionnaires developed by the researcher by referring to the Regulation of the Minister of Health of the Republic of Indonesia No. 2269 / Menkes / Per / XI / 2011 and Guidelines of PHBS School Order (DepKes RI, 2007). Result. Most of the Behavior Clean and Healthy components have already begun to be implemented in the educational institutions, especially in elementary schools. However, the consumption of healthy foods such as vegetables and fruits when students shop in the school cafeteria is still lacking, but with most of the students want to shop in the school canteen can be a motivation to make students eat more healthy snacks than fast food. Discussion. Schools have an important role as the distribution of information to students about the implementation of Behavior Clean and Healthy in school or in the environment. Thus, the target of 70% of Indonesian citizens able to implement Behavior Clean and Healthy can be achieved. Conclusion. The Behavior Clean and Healthy approach through the educational institution arrangement includes Behavior Clean and Healthy activities that can be implemented in educational institutions such as hand washing, healthy snack consumption, healthy latrines, exercise, eradication of mosquito larvae, no smoking, waste disposal and growth measurement.Keywords: Behavior Clean and Healthy, elementary school, students
DETEKSI DINI KETERLAMBATAN PERKEMBANGAN UMUM (KPU) PADA SISWA PAUD DI KOTA DENPASAR Made Rismawan; Kusuma Negara; Kadek Parsi Kasmini
Jurnal Riset Kesehatan Nasional Vol. 2 No. 1 (2018)
Publisher : Institute Teknologi dan Kesehatan (ITEKES) Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (422.425 KB) | DOI: 10.37294/jrkn.v2i1.100

Abstract

ABSTRAK.Latar Belakang. Masalah pertumbuhan dan perkembangan pada anak khususnya keterlambatan perkembangan umum masih terjadi. Diagnosis awal dan pengenalan tanda-tanda gangguan pertumbuhan dan perkembangan sangatlah penting dilaksanakan. Keterlambatan perkembangan umum (KPU) atau global developmental delay (GDD) adalah bagian dari ketidakmampuan mencapai perkembangan sesuai usia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran deteksi dini KPU pada siswa PAUD di Kota Denpasar. Metode Penelitian. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross-sectional. Penelitian dilakukan di empat PAUD di Kota Denpasar yaitu TK Kumara Loka, TK Mas Kumara, TK Widya Kumara dan TK Negeri Pembina Denpasar. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa PAUD yang berjumlah 131 siswa yang dipilih menggunakan teknik random sampling. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner Summary of Diabetes Self Care Activities. Instrumen penelitian adalah alat timbang berat badan, alat ukur tinggi badan dan instrumen Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP). Hasil Penelitian. Hasil analisa data menunjukkan bahwa 116 (88%) responden memiliki pertumbuhan dan perkembangan yang sesuai dengan umurnya, 5 (4%) meragukan, dan 10 (8%) responden menyimpang. Frekuensi gambaran keterlambatan perkembangan pada siswa PAUD di Kota Denpasar 15 responden yang mengalami keterlambatan perkembangan, seluruhnya (100%) mengalami keterlambatan. Pembahasan. Masalah keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan anak dapat akibat pola asuh orangtua, pengasuh ataupun suatu penyakit. Keterlambatan motorik pada anak bisa disebabkan oleh sedikitnya rangsangan yang diterima si kecil baik oleh pengasuh, orangtua ataupun mainanya.Hal ini menunjukkan bahwa keterlambatan ini sangat kompleks dan perlu upaya pencegahan agar dampaknya tidak merugikan anak. Simpulan. Oleh sebab itu, orang tua memiliki peran yang sangat penting dalam setiap tahap perkembangan anak. Kata kunci : keterlambatan perkembangan umum, siswa PAUD ABSTRACT.Background. Problems of growth and development in children, especially delay in general development still occur. Early diagnosis and introduction of signs of growth and developmental disorders. General development delays (KPUs) or the development of global delay (GDD) are part of the inability to reach the age of development. This study aims to determine early detection of PAUD students in Denpasar City. Research methods. The research design used is descriptive quantitative with cross-sectional approach. The research was conducted in four PAUD in Denpasar City namely Kumara Loka TK, TK Mas Kumara, TK Widya Kumara and TK Negeri Pembina Denpasar. The sample in this study were PAUD students who used 131 students selected using random sampling technique. The research instrument used questionnaires Summary of Diabetes Self-Care Activity. Instrument of Pre-Screening Questionnaire (KPSP). Research result. The result of data analysis showed 116 (88%) respondents had growth and development according to their age, 5 (4%) were dubious, and 10 (8%) respondents deviated. The frequency of aging in PAUD students in Denpasar City 15 respondents experiencing developmental delay, training (100%) experienced delays. Discussion. The problem of delayed growth and development of children can be caused by child care, caregiver or a disease. Motor delays in children can be demanded by the victim of stimulation received by the child either by the caregiver, old or playanya.Hal this shows the existence of this delay is very complex and need preventive efforts in order not to harm the child. Conclusion. Therefore, parents have a very important role in every stage of child development. Keywords: general development delay, PAUD students
FAMILY SUPPORT IN CARING FOR PATIENT WITH FRACTURE IN TABANAN HOSPITAL I Ketut Alit Adianta; Yogi Ismawan
Jurnal Riset Kesehatan Nasional Vol. 2 No. 1 (2018)
Publisher : Institute Teknologi dan Kesehatan (ITEKES) Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (518.354 KB) | DOI: 10.37294/jrkn.v2i1.101

Abstract

ABSTRAKLatar Belakang. Fraktur merupakan suatu masalah yang bisa menyebabkan kecacatan bahkan kematian. Pasien fraktur memerlukan penanganan dan pelayanan yang komprehensif di rumah sakit yang bertujuan untuk mencegah komplikasi yang terjadi pada pasien fraktur. Salah satu faktor yang menyebabkan pasien fraktur bisa sembuh dengan baik adalah adanya dukungan dan motivasi keluarga. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui dukungan keluarga terhadap perawatan pasien fraktur.  Metode. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan desain cross sectional. Jumlah sampel adalah 46 responden, diambil dengan menggunakan tehnik non probability sampling, dengan metode consecutive sampling. Pengumpulan data dilakukan menggunakan instrumen berupa kuesioner.Hasil Penelitian. Hasil penelitian menunjukkan 43,5% mendapatkan dukungan informasional cukup, 41,3% dukungan emosional baik, 47,8% dukungan instrumental baik, 37% dukungan penghargaan kurang.Kesimpulan. Dukungan keluarga terhadap perawatan pasien fraktur di BRSU Tabanan dalam kategori cukup. Kata Kunci : dukungan keluarga dan pasien fraktur. ABSTRACTBackground. Fracture is a problem that can cause disability or even death. Patient with fractures require some care and comprehensive service at the hospital to prevent complications that occur in patients with fractures. One of the factors that led patient to be cured is the support and motivation from the family. The purpose of this study is to determine the family support in caring for patient with fracture.Method. This research used descriptive method with cross sectional design. The number of samples was 46 respondents, taken using non-probability sampling techniques, with consecutive sampling method. Data was collected through a questionnaire.Research result. The results showed 43.5% got sufficient informational support, 41.3% got good emotional support, 47.8% got good instrumental support and 37% got less award support.Conclusion. Family support in caring for patient with fracture at BRSU Tabanan is enough. Keywords:  Keywords : family support and the fracture, patient care

Page 5 of 19 | Total Record : 187