cover
Contact Name
NI NYOMAN MESTRI AGUSTINI
Contact Email
nyoman.mestri@undiksha.ac.id
Phone
+6281933048631
Journal Mail Official
nyoman.mestri@undiksha.ac.id
Editorial Address
Jalan Udayana no 11 Singaraja Bali
Location
Kota denpasar,
Bali
INDONESIA
GANESHA MEDICINA
ISSN : -     EISSN : 27978672     DOI : -
Core Subject : Health,
Ganesha Medicina Journal is open access; double-blinded peer-reviewed journal aiming to communicate high-quality research articles, case report, reviews and general articles in the field. Ganesha Medicina Journal publish articles that encompass all aspects of basic research/clinical studies related to the field of medical sciences. The Journal aims to bridge and integrate the intellectual, methodological, and substantive diversity of medical scholarship, and to encourage a vigorous dialogue between medical scholars and practitioners.
Articles 39 Documents
POTENSI KECERDASAN BUATAN DALAM PENINGKATAN AKURASI PEMBACAAN HASIL MAMOGRAFI: TINJAUAN SISTEMATIS DAN META-ANALISIS AL MUNAWIR; Sekar Arum Srigati; Pipiet Wulandari
Ganesha Medicina Vol. 3 No. 1 (2023)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK Kanker payudara merupakan suatu penyakit keganasan oleh karena proliferasi tak terkontrol dari sel-sel di payudara. Jumlah morbiditas dan mortalitas yang cukup tinggi menjadikan upaya skrining dan deteksi dini kanker payudara penting untuk dilakukan. Mamografi merupakan modalitas utama skrining kanker payudara yang diinterpretasikan oleh ahli radiologi berdasarkan persepsi visual. Namun, peningkatan permintaan skrining selaras dengan peningkatan beban kerja yang dapat mempengaruhi efektivitas dan menyebabkan kesalahan interpretasi hasil mamografi. Perkembangan teknologi, salah satunya kecerdasan buatan (AI) dengan algoritma deep learning diklaim memiliki kinerja yang lebih baik daripada kinerja rata-rata ahli radiologi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji potensi AI dalam meningkatkan akurasi pembacaan hasil mamografi. Penelitian ini merupakan tinjauan sistematis dan meta-analisis menggunakan artikel dengan desain penelitian retrospektif dari lima basis data sesuai panduan Preferred Reporting Items for Systematic Reviews and Meta-Analyses (PRISMA). Risiko bias dikaji menggunakan Quality Assessment of Diagnostic Accuracy Studies-2 (QUADAS-2). Total terdapat 12 artikel terinklusi yang dianalisis berdasarkan penggunaan tunggal AI, ahli radiologi, dan kombinasi ahli radiologi-AI. Hasil meta-analisis penggunaan tunggal AI menunjukkan hasil yang lebih tinggi dibandingkan lainnya pada sensitivitas (88% (95% CI 82%-92%)), spesifisitas (89% (95% CI 81%-93%)), dan AUC (0,94 (95% CI 0,92-0,96)). Penelitian ini menunjukkan adanya potensi yang menjanjikan dari kecerdasan buatan (AI) untuk meningkatkan akurasi pembacaan hasil mamografi. Kata Kunci: AI, deep learning, kanker payudara, mamografi ABSTRACT Breast cancer is a malignancy caused by the uncontrollable proliferation of breast cells. The high morbidity and mortality make an essential excuse for screening and early detection of breast cancer. Mammography is the main modality in the examination of breast cancer screening which is interpreted by radiologists based on visual perception. The increase in screening demand leads to workload which affects the effectiveness and misinterpretation of mammography results. These years, technological development such as artificial intelligence (AI) in its deep learning algorithm claimed to have better performance than the average performance of radiologists. Hence, this study aimed to investigate the potency of AI to enhance the accuracy of a mammography reading. This systematic review and meta-analysis conducted retrospective articles from five electronic databases based on Preferred Reporting Items for Systematic Reviews and Meta-Analyses (PRISMA). The risk of biases was assessed from each study using Quality Assessment of Diagnostic Accuracy Studies-2 (QUADAS-2). Twelve articles were included and analyzed for the AI stand-alone, radiologists stand-alone, and combination of radiologists with AI. The current study showed the higher results of AI stand-alone compared to others in its sensitivity (88% (95% CI 82%-92%)), specificity (89% (95% CI 81%-93%)), and area under the curves (0,94 (95% CI 0,92-0,96)). In conclusion, this systematic review and meta-analysis provide valuable evidence about AI's promising potency to enhance mammography reading accuracy. Keywords: AI, breast cancer, deep learning, mammography
NEUROENDOCRINE: THE HYPOTHALAMUS-PITUITARY-ADRENAL AXIS AND THE RELATION TO STROKE Rr. Fitria Dwi Intan Milleniari
Ganesha Medicina Vol. 3 No. 1 (2023)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Glucocorticoids are essential components to maintain homeostasis and prepare individuals to respond and manage physical and emotional stress. Cortisol, which is a glucocorticoid, is synthesized by the adrenal cortex via the hypothalamic-pituitary-adrenal axis pathway. The hypothalamus can receive external and internal environment changes signals that disrupt the organism's homeostatic balance (stressors) which then responds by releasing corticotropin-releasing hormone (CRH) and arginine vasopressin (AVP) from the paraventricular nucleus. CRH is produced through the anterior pituitary gland which then stimulates the release of adrenocorticotropic hormone (ACTH) to produce cortisol. The body's response to the stressor will have an impact on the activation of the sympathetic nervous system and have a risk relationship to stroke.
PENATALAKSANAAN DAN PENCEGAHAN REAKSI HIPERSENSITIVITAS AKUT AKIBAT MEDIA KONTRAS Ni Made Nova Andari Kluniari; I Ketut Suardamana
Ganesha Medicina Vol. 3 No. 1 (2023)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/gm.v3i1.57851

Abstract

The used of iodinated contrast media have increased in recent years. It has been estimated that in the United States alone, 15 million procedures a year contrast media. Approximately 2-3 % patient do pyelogram and myelogram retrograde occurred anaphylactoid reaction. The reaction event during procedure using iodinated contrast media could be fatal. The activated mast cell was not mediated by IgE. Although the use of Low Osmolarity iodinated contrast media could lower the risk of allergic reaction, it was still possible to occur anaphylactoid reaction during the procedure. Here we reported allergic event after using contrast media during PCI procedure. The symptom was relieved with steroid and antihistamin therapy. In this report we focus to discuss the management of preventing allergic reaction and the therapy if the allergic reaction occur.
LAPORAN KASUS DIAGNOSTIK DAN TATA LAKSANA SEORANG PASIEN DENGAN INTRAMUCOSAL ADENOCARCINOMA COLORECTAL Ida Bagus Aditya Nugraha
Ganesha Medicina Vol. 3 No. 1 (2023)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Diare kronis merupakan diare yang terjadi lebih dari 14 hari. Diare kronis merupakan masalah diagnostik yang sangat menantang pada lansia. Salah satu gejala kanker kolorektal yaitu diare kronis. Prevalensi diare kronis meningkat dengan bertambahnya usia yakni usia 60-70 tahun. Kasus, pasien laki-laki usia 68 tahun, datang dengan keluhan diare, sebelumnya pasien sempat konstipasi. Keluhan pasien lainnya yakni penurunan berat badan dan nyeri perut bagian kiri bawah. Pada pemeriksaan abdomen ditemukan massa pada left lower quadrant dan pada pemeriksaan colok dubur ditemukan tinja dengan darah merah segar, dengan fecal occult blood test (FOBT) positif. Pemeriksaan kolonoskopi menunjukkan suatu tumor kolon sigmoid dan hemoroid internal, dengan hasil biopsi histopatologi menunjukkan suatu intramucosal adenocarcinoma colorectal. Pasien dengan suatu keganasan khususnya keganasan kolorektal tipe adenocarcinoma dengan prevalensi yang cukup tinggi di dunia, dan diprediksi akan menjadi suatu keganasan. Penegakan diagnosis telah dilakukan sesuai prosedur dan dilanjutkan kolaborasi dengan bagian bedah digestif dan hematologi onkologi untuk dilanjuutkan dengan kemoterapi. Penegakan diagnostik menjadi kata kunci dalam kasus intramucosal adenocarcinoma colorectal.
PROFIL PASIEN OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIS (OMSK) DI POLIKLINIK THT-KL RSUD KABUPATEN BULELENG TAHUN 2020-2022 Agus Bayu Dianindra Putra
Ganesha Medicina Vol. 3 No. 1 (2023)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Otitis media supuratif kronis (OMSK) adalah infeksi kronis di telinga tengah dengan adanya perforasi membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah terus menerus atau hilang timbul. OMSK ditandai dengan munculnya cairan dari telinga (otorrhea) berulang atau persisten selama 2 minggu hingga 3 bulan melalui perforasi membran timpani. Penyakit ini menyerang 65–330 juta orang di seluruh dunia, terutama di negara berkembang. Gejala klinis OMSK antara lain otorrhea yang bersifat purulen atau mukoid, terjadi gangguan pendengaran, otalgia, tinitus, rasa penuh di telinga, dan kadang-kadang vertigo. Jenis penelitian ini adalah penelitian yang menggunakan rancangan deskriptif retrospektif dengan mengambil data sekunder dari catatan rekam medis pasien OMSK yang berobat ke poliklinik RSUD Kabupaten Buleleng periode Januari 2020-Desember 2022. Penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik total sampling, di mana seluruh pasien yang datang ke poliklinik THT-KL RSUD Kabupaten Buleleng tahun 2020- 2022 yang memenuhi kriteria inklusi yakni memiliki data rekam media yang lengkap didapatkan data sebanyak 32 orang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil pasien OMSK berdasarkan usia, jenis kelamin, keluhan utama, tipe OMSK, sisi telinga yang terdampak, berdasarkan terapi dan jenis antibiotik sistemik . Profil pasien OMSK berdasarkan usia terbanyak pada kelompok usia 41-60 tahun sebanyak 17 orang atau 53%, berdasarkan jenis kelamin mayoritas diderita berjenis kelamin perempuan sebanyak 19 orang (59,375%), berdasarkan keluhan utama tertinggi dengan keluhan otorrhea yaitu sebanyak 25 orang (78,125%), berdasarkan jenis OMSK tipe benigna merupakan jenis yang paling banyak diderita yaitu 28 orang (78,125%), profil OMSK berdasakan sisi yang terdampak terbanyak pada sisi unilateral 28% atau 87,5%, berdasarkan jenis terapi terbanyak yaitu dengan medikamentosa dengan toilet telinga dikombinasikan dengan antibiotik topikal dan antibiotik sistemik, sedangkan profil berdasarkan jenis antibiotik sistemik terbanyak dengan ciprofloxacin sebanyak 15 orang atau 46,875%
ABSES SINUS PREAURIKULER SINISTRA Luh Putu Kavita Elra Veda; I Gusti Ayu Dwi Susantini
Ganesha Medicina Vol. 3 No. 1 (2023)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sinus preaurikular atau fistula preaurikular merupakan kelainan kongenital pada jaringan lunak preaurikular. Kondisi yang terjadi adalah terbentuknya fistula pada jaringan lunak preaurikular. Kelainan ini merupakan terlihatnya lubang kecil atau pit pada anterior heliks asendens dan biasanya terletak pada anterior telinga luar. Kondisi ini cenderung asimptomatik atau tidak bergejala jika dalam kondisi tidak infeksi. Kondisi infeksi pada sinus preaurikuler sering menimbulkan munculnya abses. Dilaporkan satu kasus kasus, pasien laki-laki berusia 18 tahun yang merupakan seorang pelajar dan atlet panjat tebing dengan keluhan bengkak serta muncul cairan berwarna putih dari daun telinga. Pada saat dilakukan aspirasi pada area edem yang fluktuasi didapatkan pus sehingga pasien diadiagnosis abses pada sinus preaurikular sinistra. Tatalaksana pada pasien diberikan antibiotik dan juga tindakan insisi drainase. Setelah menjalani tindakan insisi drainase, kondisi pasien membaik dan infeksi mereda. Setelah itu dilakukan perencanaan tindakan fistulektomi pada pasien sebagai tatalaksana sinus preaurikuler.
TINJAUAN PUSTAKA : ALERGI SUSU SAPI I Gusti Ngurah Kurnia Ary Wiartika; Ida Ayu Putu Purnamawati
Ganesha Medicina Vol. 3 No. 1 (2023)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Air susu ibu (ASI) adalah makanan yang baik untuk bayi. Namun pada kondisi tertentu karena suatu indikasi medis, bayi tidak diperbolehkan untuk memperoleh ASI sehingga diperlukan susu formula. Susu formula yang direkomendasikan sebagian besar berasal dari susu sapi, namun hal tersebut tidak menutup kemungkinan anak mengalami alergi akibat mengkonsumsi susu sapi. Alergi susu sapi (ASS) merupakan reaksi yang tidak diinginkan yang diperantarai secara imunologis terhadap protein susu sapi. ASS biasanya dikaitkan dengan reaksi hipersensitivitas tipe 1 yang diperantarai oleh Imunoglobulin E. Namun demikian ASS dapat juga diakibatkan oleh reaksi imunologis yang tidak diperantarai oleh Imunoglobulin E ataupun proses gabungan antara keduanya. ASS dapat menyebabkan beragam gejala dan keluhan dan tidak memiliki gejala yang khas, Gejala yang umum yang dapat terjadi antara lain pada gastrointestinal (50-60%), kulit (50-60%), dan sistem respirasi (20-30%). Gejala ini biasanya muncul sebelum usia 1 bulan dan muncul dalam 1 minggu setelah mengkonsumsi protein susu sapi. Setelah diagnosis ASS ditegakan, prinsip utama dalam tatalaksana alergi susu sapi adalah dengan menghindari susu sapi dan turunannya sambil mempertahankan diet bergizi dan seimbang untuk bayi dan ibu menyusui sehingga dapat dicegahnya komplikasi yang tidak diinginkan seperti dapat menyebabkan kondisi hipersensitivitas yang berat yang dapat mempengaruhi pertumbuhan anak.
TINEA KORPORIS ET KRURIS ET FASIALIS DENGAN TERAPI KOMBINASI ANTI JAMUR Diah Purnama Sari Ida Ayu
Ganesha Medicina Vol. 3 No. 1 (2023)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/gm.v3i1.59579

Abstract

Abstrak Tinea atau dermatofitosis merupakan infeksi superfisial pada kulit, rambut, dan kuku yang disebabkan oleh infeksi dermatofita. Dermatofita merupakan kelompok jamur yang memiliki kemampuan untuk menggunakan keratin sebagai sumber nutrisinya, oleh karena itu dermatofita menginfeksi jaringan yang mengandung keratin seperti kulit, rambut, dan kuku. Tinea disebabkan oleh tiga kelompok jamur yakni Epidermophyton, Trichophyton, dan Microsporum. Kami melaporkan seorang wanita berusia 50 tahun yang dikonsulkan dengan keluhan gatal yang dirasakan sejak 1 tahun yang lalu. Keluhan gatal disertai dengan bintik-bintik kemerahan pada kulit, yang kemudian berubah menjadi warna putih, dan akhirnya mengelupas. Pada pemeriksaan dermatologis, didapatkan pada regio fasialis, toraks, serta kruris dekstra dan sinistra berupa makula hipopigmentasi disertai skuama, berbatas tegas sirkumskrip, tepi berwarna kemerahan, multipel, berbentuk tidak beraturan, berukuran plakat, tersusun konfluen, dan tersebar regional pada regio kruris dekstra dan sinistra. Pada pemeriksaan mikrobiologi KOH 10% kerokan kruris dekstra dan sinistra, didapatkan hasil positif jamur. Pasien terdiagnosis tinea korporis et kruris et fasialis, kemudian diberikan tatalaksana topikal berupa ketokonazol krim 2%, serta sistemik berupa itrakonazol tablet 1x200 mg dan setirizin tablet 1x10 mg. Kata kunci: Tinea, Anti Fungi, Terapi, Kombinasi. Abstract Abstrak Tinea or dermatophytosis is a superficial infection of the skin, hair and nails caused by infection with dermatophytes. Dermatophytes are a group of fungi that have the ability to use keratin as a source of nutrition, therefore dermatophytes infect tissues containing keratin such as skin, hair and nails. Tinea is caused by three groups of fungi namely Epidermophyton, Trichophyton, and Microsporum. We report a 50 year old woman who was consulted with complaints of itching that was felt since 1 year ago. Complaints of itching are accompanied by reddish spots on the skin, which then turn white and eventually peel. On dermatological examination, we found hypopigmented macules with scaling, circumscribed, reddish edges, multiple, irregularly shaped, plaque-sized, confluent arranged, and spread regionally in the right and left cruris regions. left. On the microbiological examination of KOH 10% on the right and left cruris scrapings, positive results were obtained for the fungus. The patient was diagnosed with tinea corporis et cruris et facialis, then was given ketoconazole 2% cream topically, itraconazole tablets 1x200 mg and cetirizine tablets 1x10 mg. Keywords : Tinea, Anti Fungi, Therapy, Combination
PERDARAHAN INTRAKRANIAL PADA BAYI DENGAN KOLESTASIS: SEBUAH LAPORAN KASUS Nadya Gratia Juliawan; Ida Ayu Putu Purnamawati
Ganesha Medicina Vol. 3 No. 1 (2023)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Perdarahan intrakranial merupakan salah satu penyebab kecacatan dan kematian bayi yang dapat disebabkan oleh adanya suatu defisiensi kompleks protrombin didapat (DKPD). DKPD ini memicu bayi mengalami gangguan koagulasi dengan salah satu pemicunya adalah kolestasis. Pada laporan kasus ini, bayi perempuan berusia 1 bulan 8 hari datang dengan keluhan kejang dan penurunan kesadaran secara mendadak, disertai demam dan kulit berwarna kekuningan. Pada pemeriksaan fisik ditemukan ubun-ubun besar membonjol, dengan hasil CT-scan kepala menunjukkan adanya perdarahan intrakranial. Pemeriksaan darah didapatkan anemia berat (4.2 gr/dL), leukositosis (29.060/uL), trombositopenia (36.000/uL), serta kenaikan kadar prokalsitonin (>50 ng/mL). Ditemukan juga pemanjangan prothrombine time (PT), activated partial thromboplastine time (APTT), kenaikan enzim hati, serta kenaikan bilirubin direk>20% dari bilirubin total. Pasien kemudian didiagnosis mengalami perdarahan intrakranial akibat DKPD, kolestasis, dan sepsis, diberikan tatatalaksana berupa injeksi vitamin K, transfusi fresh frozen plasma (FFP), transfusi packed red cell (PRC), asam ursodeoksikolat, antibiotik, citicoline, dan fenitoin. Pada hari ke-20 perawatan pasien menunjukkan perbaikan klinis sehingga dipulangkan. Kata kunci: Perdarahan intrakranial, defisiensi kompleks protrombin didapat, DKPD, kolestasis, sepsis, bayi Abstract Intracranial haemorrhage inducing disability and death in infants can be caused by an acquired prothrombin complex deficiency (APCD). This APCD triggers the baby to experience coagulation disorders with one of the underlying etiology is cholestasis. In this case report, a baby girl (1 month 8 days) came with seizures and sudden loss of consciousness, accompanied by fever and icteric skin. On physical examination, a bulging fontanel was found, with the head CT scan showing intracranial haemorrhage. Blood tests showed severe anemia (4.2 gr/dL), leucocytosis (29.060/uL), thrombocytopenia (36.000/uL), and increased procalcitonin levels (>50 ng/mL). There was also prolongation of prothrombin time (PT) and partial thromboplastin time (APTT), elevated liver enzymes, as well as an increase in direct bilirubin >20% of total bilirubin. The patient was then diagnosed with intracranial bleeding due to APCD, cholestasis, and sepsis and was given vitamin K injection, fresh frozen plasma (FFP) transfusion, packed red cell (PRC) transfusion, ursodeoxycholic acid, antibiotics, citicoline, and phenytoin. On the 20th day of treatment, the patient showed clinical improvement, so she was sent home. Keywords: Intracranial haemorrhage, acquired prothrombin complex deficiency, APCD, cholestasis, sepsis, infant

Page 4 of 4 | Total Record : 39