cover
Contact Name
Dewi Rosiana
Contact Email
uptpublikasi@unisba.ac.id
Phone
+6285294008040
Journal Mail Official
jrp@unisba.ac.id
Editorial Address
Gedung Rektorat Lantai 4, Jl. Tamansari No. 20 Bandung 40116
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Riset Psikologi
ISSN : 28083164     EISSN : 27986071     DOI : https://doi.org/10.29313/jrp.v1i2
Jurnal Riset Psikologi (JRP) adalah jurnal peer review dan dilakukan dengan double blind review yang mempublikasikan hasil riset dan kajian teoritik terhadap isu empirik dalam sub kajian Psikologi Sosial, Pendidikan, dll. JRP ini dipublikasikan pertamanya 2021 dengan eISSN 2798-6071 yang diterbitkan oleh UPT Publikasi Ilmiah, Universitas Islam Bandung. Semua artikel diperiksa plagiasinya dengan perangkat lunak anti plagiarisme. Jurnal ini ter-indeks di Google Schoolar, Garuda, Crossref, dan DOAJ. Terbit setiap Juli dan Desember.
Articles 68 Documents
Profil Kepribadian Gamers Esports DotA 2 di Kota Bandung Aryo Triutama; Milda Yanuvianti
Jurnal Riset Psikologi Volume 1, No. 1, Juli 2021, Jurnal Riset Psikologi (JRP)
Publisher : UPT Publikasi Ilmiah Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (398.277 KB) | DOI: 10.29313/jrp.v1i1.86

Abstract

Abstract. Currently online games have become one of the branches of sports known as Esports. In the competition of Esports, DotA 2 became game the most profitablein terms of prizes. 2018 became the best year in DotA 2 Esports Indonesia, but the development of Esports Dota 2 in Indonesia has decreased in 2019. Despite having problems, the DotA 2 game is still popular in several internet cafes in the city of Bandung. According to Collins, Freeman, & Chamarro-Premuzic (2012) personality traits related to the behavior of playing online games. As the development of knowledge, personality traits can be measured through the concept of Big Five Personality Traits, according to Strus, Cieciuch, & Rowiński (2014) In big five personality traits there are 5 dimensions, namely Emotional Stability vs. Neurotism, Extraversion, Agreeableness, Conscientiousness, and Openness / Intellect. In this study, the method used is descriptive with a purposive sampling technique of 34 Esports gamers in the city of Bandung. The purpose of this study was to determine the personality profile of Esports gamers in the city of Bandng. Researchers used the IPIP BFM-25 standard measuring instrument made by Akhtar & Azwar, (2018). The results of this study show the dimensions of Conscientiousness (82.4%), Agreeableness (88.2%), and Intellect (91.2%) became dominant in the score with a high category, and Emotional Stability (64.7%) become the dominant dimension in the low score category. Abstrak. Saat ini game online sudah menjadi salah satu cabang olahraga yang dikenal dengan Esports. Dalam kompetisi Esports, DotA 2 menjadi game yang paling profit dari segi hadiah. Tahun 2018 menjadi tahun terbaik di Esports DotA 2 Indonesia, namun perkembagan Esports Dota 2 di Indonesia mengalami penurunan pada tahun 2019. Meskipun memiliki permasalahan namun game DotA 2 masih menjadi populer di beberapa warnet di kota Bandung. Menurut Collins, Freeman, & Chamarro-Premuzic (2012) personality traits terkait dengan perilaku bermain game online. Seiring perkembangan ilmunya, personality traits dapat diukur melalui konsep Big Five Personality Traits, menurut Strus, Cieciuch, & Rowiński (2014) Dalam big five personality traits terdapat 5 dimensi, yaitu Emotional Stability vs Neurotism, Extraversion, Agreeableness, Conscientiousness, dan openness / Intellect. Dalam penelitian ini, metode yang dipakai adalah deskriptif dengan teknik sampling purposive terhadap 34 gamers Esports di kota Bandung. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui profil kepribadian gamers Esports di kota Bandng. Peneliti menggunakan alat ukur baku IPIP BFM-25 yang dibuat oleh Akhtar & Azwar, (2018). Hasil dari penelitian ini menunjukan dimensi Conscientiousness (82,4%), Agreeableness (88,2%), dan Intellect (91,2%) menjadi dominan pada skor dengan kategori tinggi, dan Emotional Stability (64,7%) menjadi dimensi yang dominan pada kategori skor rendah.
Studi Deskriptif Mengenai Happiness pada Mahasiswa Pengguna Media Sosial di Kota Bandung Dzar Nurul Halimah; Endah Nawangsih
Jurnal Riset Psikologi Volume 1, No. 1, Juli 2021, Jurnal Riset Psikologi (JRP)
Publisher : UPT Publikasi Ilmiah Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (263.868 KB) | DOI: 10.29313/jrp.v1i1.87

Abstract

Abstract. Seligman explain that happiness is a measurement towards ourselves and life, those are including a positive emotions like a convenience and an overflowing happiness, or the positive activity that doesn’t fulfill with any emotions such an absorption and involvement (Seligman, 2005). In this research, there are so many positive effects that the students felt as make the interact with people easly, as an educational media, entertainment, and to fill their free time. Instead of that, so negative efects does, such as forget about the time cause of they want to keep connected, they was envy with people’s life in social media, and they feel hard to build a relations in real life. The result are 95% students feel positive emotion, engagement 95%, relationships 100%, meaning 96,7%, accomplishment 95%, negative emotion 18,3%, and health 96,7%. It shown conclude of this research that almost all of the students or 177 subjects have high level of happiness. Keywords: Happiness, Social Media, Collage Students. Abstrak. Seligman menjelaskan kebahagiaan merupakan suatu hasil penilaian terhadap diri dan hidup, yang memuat emosi positif seperti kenyamanan dan kegembiraan yang meluap-luap, maupun aktivitas positif yang tidak memenuhi komponen emosi apapun seperti absorbsi dan keterlibatan (Seligman, 2005). Pada penelitian ini banyak hal yang dihayati oleh subjek, antara lain dampak positif seperti memudahkan interaksi dengan orang lain, sebagai media edukasi, hiburan, dan untuk mengisi waktu luang. Ada pula dampak negatif yang dirasakan ketika mengakses media sosial, seperti lupa waktu karena ingin terus terkoneksi, timbul rasa iri karena membandingkan hidup mereka dengan orang lain, serta bentuk pelarian karena sulitnya membangun relasi dan interaksi di dunia nyata. Hasilnya sebanyak 95% subjek merasakan positive emotion, engagement sebanyak 95%, relationships sebanyak 100%, meaning sebanyak 96,7%, accomplishment sebanyak 95%, negative emotion sebanyak 18,3%, serta health sebanyak 96,7%. Maka secara keseluruhan mahasiswa yang menjadi subjek memiliki tingkat happiness yang tinggi, yaitu sebanyak 177 orang atau 98,3%. Kata Kunci: Happiness, Media Sosial, Mahasiswa.
Studi Deskriptif Adversity Quotient pada Guru PG/TK X Bandung Ayu Nisyia Nur Azizah; Temi Damayanti Djamhoer
Jurnal Riset Psikologi Volume 1, No. 1, Juli 2021, Jurnal Riset Psikologi (JRP)
Publisher : UPT Publikasi Ilmiah Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (579.177 KB) | DOI: 10.29313/jrp.v1i1.88

Abstract

Abstract. One of the formal education is kindergarten. PG/TK X Bandung is one of the regular schools that has several students with Special Needs and toddler students. Teachers are faced with situations where students with special needs often experience tantrums and not taking part in class activities. The teacher should pay more attention to students who have special needs and students who are still toddlers. In addition to students with special needs and students who are toddlers, there are also regular students who often annoy their friends and not obey the rules that the teacher has given. Infrastructure facilities owned by schools are still very limited. Teachers get they salary below standard minimum regional. These conditions cause teachers to be able to face the adversities and obstacles that exist. This research is intended to get the description of Adversity Quotient. The measurement tool used is Stoltz’s Adversity Response Profile (ARP) (2000). The result is 60% of teachers having high Adversity Quotient, called by Climbers and 40% teachers having moderate Adversity Quotient, called by Campers. It means, teachers are able to face adversities and obstacles that exist in the teaching process at school. Abstrak. Salah satu jalur pendidikan formal yaitu Taman Kanak-Kanak. PG/TK X Bandung merupakan salah satu sekolah reguler yang memiliki beberapa siswa ABK dan memiliki siswa dengan usia batita (Bawah Tiga Tahun). Para guru dihadapkan pada situasi dimana siswa dengan kebutuhan khusus sering mengalami tantrum dan sulit mengikuti kegiatan kelas. Guru harus memberikan perhatian lebih pada siswanya yang memiliki kebutuhan khusus dan siswa yang masih batita. Selain siswa dengan kebutuhan khusus dan siswa yang berusia batita, terdapat juga siswa normal yang sering mengganggu temannya, dan tidak patuh pada aturan yang telah guru berikan. Fasilitas sarana prasarana yang dimiliki sekolah masih sangat terbata. Para guru mendapatkan upah yang masih di bawah UMR dan guru sering mendapatkan upahnya tidak sesuai dengan seharusnya. Kondisi tersebut menyebabkan guru harus mampu menghadapi kesulitan dan hambatan yang ada. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai Adversity Quotient pada guru. Pengukuran pada penelitian ini menggunakan Adversity Response Profile (ARP) dari Paul G. Stoltz (2000). Hasil dari penelitian ini menunjukkan sebanyak 60% (6 guru) memiliki Adversity Quotient tinggi atau disebut dengan Climbers dan 40% (4 guru) memiliki Adversity Quotient sedang atau disebut dengan Campers. Artinya, guru mampu menghadapi kesulitan dan hambatan-hambatan yang ada dalam proses mengajar di sekolah.
Self Discrepancy pada Roleplayer K-Pop pada Komunitas Entertaiment ‘X’ di Twitter Yenisca Juniar; Eni Nuraeni Nugrahawati
Jurnal Riset Psikologi Volume 1, No. 1, Juli 2021, Jurnal Riset Psikologi (JRP)
Publisher : UPT Publikasi Ilmiah Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (604.42 KB) | DOI: 10.29313/jrp.v1i1.89

Abstract

Abstract. Roleplay is defined as an activity where someone parodies their idol. A roleplayer plays a character of his own. In this game everyone does not know the real identity of each, so someone must make their own character. In this community there are several players who use male sex characters even though in the real world he is a woman. Most of them are aged 18-24 years with jobs as students and private employees. Roleplayer in this study has been playing in this community for more than five years and the original self is very different from the virtual self. In these conditions, there is a mismatch of perceptions between Actual Self, Ideal Self, Ought Self and Virtual Self, this is referred to as Self Discrepancy (Higgins, 2000). This research uses descriptive analysis method to find out how Self Discrepancy in K-Pop Rollayer in the Entertiment Community 'x'. The measurement tool uses a questionnaire (SDQ) Self Discrepancies Quitionnaire on 28 roleplay players. The results showed that as many as 64.2% of subjects experienced high self discrepancy and 30% did not experience self discrepancy. Abstrak. Roleplay diartikan sebagai kegiatan dimana seseorang memparodikan idola mereka. Seorang roleplayer ada yang memainkan karakter buatannya sendiri. Dalam permainan tersebut setiap orang tidak mengetahui identitas asli masing-masing, sehingga seseorang harus membuat karakternya sendiri. Pada komunitas ini terdapat beberapa pemain yang menggunakan karakter berjenis kelamin laki-laki padahal di dunia nyata ia seorang perempuan. Kebanyakan dari mereka berusia 18-24 tahun dengan pekerjaan sebagai mahasiswa dan pegawai swasta. Roleplayer pada penelitian ini telah bermain di komunitas ini lebih dari lima tahun dan diri asli yang sangat berbeda dengan diri virtualnya. Dalam kondisi tersebut terjadi ketidakcocokan persepsi antara Actual Self, Ideal Self, Ought Self dan Virtual Self, hal ini disebut sebagai Self Discrepancy (Higgins, 2000). Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif untuk mengetahui bagaimana Self Discrepancy pada Roleplayer K-Pop di komunitas Entertaiment ‘x’. Alat ukurnya menggunakan kuisioner (SDQ) Self Discrepancies Quitionnaire pada 28 pemain roleplay. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 64.2% subjek mengalami self discrepancy tinggi dan 30% tidak mengalami self discrepancy.
Hubungan Antara Perilaku Cybersex dengan Pre-Marital Sex pada Mahasiswa Universitas X di Kota Bandung Sarah Fathia Puteri; Indri Utami Sumaryanti
Jurnal Riset Psikologi Volume 1, No. 1, Juli 2021, Jurnal Riset Psikologi (JRP)
Publisher : UPT Publikasi Ilmiah Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (351.266 KB) | DOI: 10.29313/jrp.v1i1.90

Abstract

Abstract. With the development of the internet that is increasingly fast and easy to access, a person or especially students, it is easier to see content that is inappropriate for viewing, such as adult advertisements, Western and local movie streaming sites that are not censored by related institutions, and also pornographic content on social media or on certain websites. On the other hand, at around the age of early adulthood or at the level of students, is the age of exploration of things that smelled of sex and consider it a matter of course, so that more and more pre-marital sexual behavior appears or pre-marital sex. There are differences in the results of research that researchers have explored, namely 6 studies that said that the two things had a relationship and 1 study said it had a weak relationship. After researchers interviewed 20 University X students, 14 of them had committed cybersex behavior with pre-marital sex. Because of differences in research and phenomena at the University X, researchers are interested in examining the relationship between cybersex behavior and pre-marital sex in University X students who are in Bandung. Respondents in this study were 122 students. The theory used in this study is the cybersex theory from Canners, Delmonico, and Griffin (2001) and the pre-marital sex theory from Duvall and Miller (2005). The correlation results show a correlation coefficient of 0.469 with a significance level of 0.000 which indicates that there is a close positive relationship between cybersex and pre-marital sex. Abstrak. Dengan berkembangnya internet yang semakin pesat dan mudah untuk di akses, seseorang atau khususnya mahasiswa, menjadi lebih mudah melihat konten yang kurang pantas untuk dilihat, seperti iklan-iklan dewasa, situs-situs streaming film Barat maupun lokal yang tidak disensor oleh lembaga terkait, dan juga konten pornografi di media sosial atau pada website tertentu. Di sisi lain, pada usia sekitar dewasa awal atau pada tingkatan mahasiswa, adalah usia eksplorasi pada hal-hal yang berbau seksual dan menganggap hal tersebut adalah hal yang biasa, sehingga semakin banyak muncul perilaku seksual pranikah atau pre-marital sex. Terdapat perbedaan hasl penelitian yang telah peneliti telusuri, yaitu 6 penelitian yang mengatakan bahwa kedua hal tersebut memiliki hubungan dan 1 penelitian mengatakan memiliki hubungan yang lemah. Setelah peneliti mewawancarai 20 orang mahasiswa Universitas X, 14 diantaranya pernah melakukan perilaku cybersex dengan pre-marital sex. Karena adanya perbedaan penelitian dan fenomena pada Universitas X tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti hubungan antara perilaku cybersex dengan pre-marital sex pada mahasiswa Universitas X yang berada di Kota Bandung. Responden dalam penelitian ini adalah 122 orang mahasiswa. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori cybersex dari Canners, Delmonico, dan Griffin (2001) serta teori pre-marital sex dari Duvall dan Miller (2005). Hasil korelasi menunjukkan koefisien korelasi sebesar 0.469 dengan taraf signifikasi 0.000 yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang erat antara cybersex dengan pre-marital sex.
Pengaruh Uses And Gratification terhadap Adiksi Instagram pada Emerging Adulthood di Kota Bandung Naflah Adela Adristiyani; Lilim Halimah
Jurnal Riset Psikologi Volume 1, No. 1, Juli 2021, Jurnal Riset Psikologi (JRP)
Publisher : UPT Publikasi Ilmiah Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (316.828 KB) | DOI: 10.29313/jrp.v1i1.151

Abstract

Abstract. The results of the latest study show an increase in the duration of social media use in Indonesia during the pandemic. Instagram since 2017 has been the worst SNS that impact for mental health. Instagram users in Indonesia are dominated by 18-24 year olds who belong to Generation Z or called iGen, so they are more susceptible to addiction. One of the predictors of Instagram addiction is uses and gratification. This study aims to examine the effect of uses and gratification on instagram addiction in emerging adulthood in Bandung. The analysis technique used is multiple regression. Subjects were 230 people who were selected using convenience sampling. The measuring tools are Instagram use motivations and The Instagram Addiction Scale (TIAS). The results showed that uses and gratifications had an effect on Instagram addiction based on the significance value is 0.000 < 0.05, with an effect of 21.3%. Recognition and Entertainment are have an effect on instagram addiction, while Information and Social have no effect. Recognition has an effect of 10.69% on instagram feed addiction and entertainment has an effect of 9.39% on instagram stories addiction. Abstrak. Hasil studi terbaru menunjukkan terjadinya peningkatan durasi pengunaan media sosial di Indonesia selama pandemi. Instagram sejak tahun 2017 merupakan SNS yang memiliki pengaruh paling buruk bagi kesehatan mental dan penggunanya Pengguna instagram di Indonesia didominasi usia 18-24 tahun yang termasuk ke dalam Generasi Z(iGen) sehingga lebih rentan terkena adiksi. Salah satu faktor prediktor terjadinya adiksi instagram adalah uses and gratification. Penelitian ini bertujuan melihat pengaruh uses and gratification terhadap adiksi instagram pada emerging adulthood di Kota Bandung. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis uji regresi linier berganda. Subjek berjumlah 230 orang yang dipilih menggunakan convenience sampling. Alat ukur yang digunakan adalah instagram use motivations dan The Instagram Addiction Scale (TIAS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa uses and gratification berpengaruh terhadap adiksi instagram dilihat berdasarkan nilai signifikansinya yaitu 0,000 < 0,05, dengan pengaruh sebesar 21,3%. Recognition dan Entertainment berpengaruh terhadap adiksi instagram sedangkan Information dan Social tidak berpengaruh. Recognition berpengaruh 10,69% terhadap adiksi instagram feed dan Entertaiment berpengaruh 9,39% terhadap adiksi instagram stories.
Pengaruh Perceived Behavioral Control Terhadap Intensi Mengurangi Waktu Penggunaan Instagram pada Mahasiswa Adiksi Nadia Ayu Safira; Fanni Putri Diantina
Jurnal Riset Psikologi Volume 1, No. 1, Juli 2021, Jurnal Riset Psikologi (JRP)
Publisher : UPT Publikasi Ilmiah Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (317.062 KB) | DOI: 10.29313/jrp.v1i1.152

Abstract

Abstract. Since the emergence of Covid-19 pandemic there has been an increase of time in using social media, one of which is the use of Instagram. Spending a lot of time using Instagram has a negative impact on college students' academic performance and mental health. College students in Bandung show a high tendency of addiction to social media, one of which is Instagram. Previous studies have shown that there is significant effect of perceived behavioral control on the intention of using social networking sites. To reduce the impact of Instagram addiction, this study aims to find out how much influence perceived behavioral control has on the intention to reduce Instagram usage time in addicted college students at the Bandung. Convenience sampling were conducted to reach 237 students who are addicted to Instagram at universities in Bandung. This study uses a quantitative approach with simple regression analysis. The measuring instrument used are Bergen Social Media Addiction Scale and the construction of perceived behavioral control and intention scales which compiled by researchers based on the concept from Ajzen and Francis. The results showed that perceived behavioral control had a significant effect on the intention to reduce Instagram usage time (Kd: 32.6%, Sig .000). Abstrak. Semenjak pandemi Covid-19 terjadi peningkatan penggunaan waktu dalam menggunakan media sosial, salah satunya penggunaan Instagram. Menghabiskan waktu yang banyak menggunakan Instagram ini berdampak buruk terhadap performa akademik dan kesehatan mental mahasiswa/i. Mahasiswa/i di Bandung menunjukkan kecenderungan tinggi adiksi media sosial, salah satu media sosial yaitu Instagram. Penelitian sebelumnya menunjukkan terdapat pengaruh perceived behavioral control terhadap intesi penggunaan social networking sites. Untuk mengurangi dampak perilaku adiksi Instagram, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh perceived behavioral control terhadap intensi mengurangi waktu penggunaan Instagram pada mahasiswa adiksi di Perguruan Tinggi Bandung. Teknik convenience sampling digunakan untuk menjaring 237 mahasiswa yang adiksi Instagram di Perguruan Tinggi Bandung. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan analisis regresi sederhana. Alat ukur yang digunakan yaitu Bergen Social Media Addiction Scale dan konstruksi skala perceived behavioral control dan intensi yang disusun peneliti berdasarkan konsep dari Ajzen dan Francis. Hasil penelitian menunjukkan perceived behavioral control berpengaruh signifikan terhadap intensi mengurangi waktu penggunaan Instagram (Kd: 32,6%, Sig .000).
Studi Kontribusi Spirit At Work terhadap Komitmen Organisasi Guru Honorer X Revia Eka Putri Mardianny; Ali Mubarak
Jurnal Riset Psikologi Volume 1, No. 1, Juli 2021, Jurnal Riset Psikologi (JRP)
Publisher : UPT Publikasi Ilmiah Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (406.796 KB) | DOI: 10.29313/jrp.v1i1.153

Abstract

Abstract. Welfare and career certainty for honorary teachers in Indonesia is still unclear. However, they feel that their work gives them a positive meaning that keeps them in their profession as honorary teachers in the schools where they are teaching. The aim of this study is to determine the description and contribution of Spirit At Work (SAW) to organizational commitment of honorary teachers. This study is a contribution study with quantitative methods. Respondents in this study were all 40 honorary teachers of SMAS BPI 1 Bandung. The instrument used to measure SAW is the Spirit At Work Scale developed by Kinjerski and Skrypnek (2006), while Organizational Commitment Questionnaire developed by Allen & Meyer (1990) used to measure organizational commitment, both were adapted by researcher. This study used Structural Equation Modeling (SEM) to analyze the data. The results of this study indicate that 95% of honorary teachers at SMAS BPI 1 Bandung have high SAW with most of the honorary teachers have the high AC, CC, and NC as their organizational commitment profile as much as 75%. Then SAW has a positive and significant effect on AC (0.000<0.05) by 42.5%, CC (0.000<0.05) by 23.8%, and NC (0.000<0.05) by 22.1%. Abstrak. Kesejahteraan dan kepastian karier guru honorer di Indonesia masih tidak jelas. Namun demikian, mereka merasa bahwa pekerjaannya memberi mereka makna yang positif yang membuat mereka tetap menjalani profesi mereka sebagai guru honorer di sekolah tempat mereka mengajar. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran dan kontribusi antara Spirit At Work (SAW) terhadap komitmen organisasi pada guru honorer. Metode yang digunakan adalah studi kontribusi dengan metode kuantitatif. Responden dalam penelitian ini adalah seluruh guru honorer SMAS BPI 1 Bandung sejumlah 40 orang. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur variabel SAW adalah Spirit At Work Scale yang dikembangkan oleh Kinjerski dan Skrypnek (2006), sementara untuk mengukur variabel komitmen organisasi menggunakan Organizational Commitment Questionnaire yang dikembangkan oleh Allen & Meyer (1990) yang keduanya diadaptasi oleh peneliti. Analisis data yang digunakan adalah Structural Equation Modelling (SEM). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebesar 95% guru honorer SMAS BPI 1 Bandung memiliki SAW yang tinggi dengan profil komitmen organisasi yang paling banyak dimiliki adalah AC, CC, dan NC yang seluruhnya tinggi sebanyak 75%. Kemudian SAW berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap AC (0.000<0.05) sebesar 42.5%, CC (0.000<0.05) sebesar 23.8%, dan NC (0.000<0.05) sebesar 22.1%.
Pengaruh Perceived Social Support terhadap Psychological Distress pada Remaja SMA di Masa Pandemi COVID-19 Putri Nurul Aliyah; Sulisworo Kusdiyati
Jurnal Riset Psikologi Volume 1, No. 1, Juli 2021, Jurnal Riset Psikologi (JRP)
Publisher : UPT Publikasi Ilmiah Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (538.077 KB) | DOI: 10.29313/jrp.v1i1.226

Abstract

Abstract. An increase in psychological distress is one of the side effects caused by physical distancing. Social support has the greatest influence on psychological distress. Perceived social support is a form of support that does not have to involve real support and is more subjective in nature, depending on how individuals perceive the support provided by others. A person's perception of the existence of support from social support sources is negatively related to psychological distress. This study aims to determine the effect of perceived social support from family, friends, and significant others on psychological distress in high school adolescents in West Java during the COVID-19 pandemic. This research uses causality method with quantitative approach. Measurements were made using measuring instruments that have been adapted to the Indonesian context, namely the Kessler Psychological Distress Scale (K10) and the Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS). The research sample was 680 high school teenagers in West Java who were selected through convenience sampling. The data analysis technique used linear regression test. The result of this study is that the family dimension significantly has the greatest influence (β=-.593; p<.05; R2=.126). Women had a significantly higher score than men on psychological distress (M=28.21; SD=7.937). Statistically, perceived social support had a significant effect on psychological distress (β=-.252; p<.05). The coefficient of determination for R2 is 7.5%. Abstrak. Peningkatan distres psikologis salah satu efek samping yang ditimbulkan akibat adanya physical distancing. Dukungan sosial memiliki pengaruh terbesar terhadap distres psikologis. Dukungan sosial yang dirasakan (perceived social support) merupakan bentuk dukungan yang tidak harus melibatkan adanya dukungan secara nyata dan lebih bersifat subjektif, tergantung bagaimana individu mempersepsikan dukungan yang diberikan oleh orang lain. Persepsi seseorang mengenai adanya dukungan dari sumber dukungan sosial berhubungan negatif dengan psychological distress. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perceived social support dari family, friends, dan significant other terhadap psychological distress pada remaja SMA di Jawa Barat pada masa pandemi COVID-19. Penelitian ini menggunakan metode kausalitas dengan pendekatan kuantitatif. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat ukur yang telah di adaptasi ke dalam konteks Indonesia, yaitu Kessler Psychological Distress Scale (K10) dan Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS). Sampel penelitian berjumlah 680 remaja SMA di Jawa Barat yang dipilih melalui convenience sampling. Teknik analisis data menggunakan uji regresi linear. Hasil penelitian ini adalah dimensi family secara signifikan memiliki pengaruh paling besar (β=-.593; p<.05; R2=.126). Perempuan memiliki skor yang secara signifikan lebih tinggi daripada laki-laki pada psychological distress (M=28.21; SD=7.937). Secara statistik perceived social support berpengaruh signifikan terhadap psychological distress (β=-.252; p<.05). Koefisien determinasi untuk R2 sebesar 7.5%.
Pengaruh Mindful Parenting terhadap Stres Pengasuhan pada Guru Wanita yang Memiliki Anak Sekolah Dasar Unique Nur Alifa Putri; Andhita Nurul
Jurnal Riset Psikologi Volume 1, No. 1, Juli 2021, Jurnal Riset Psikologi (JRP)
Publisher : UPT Publikasi Ilmiah Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (564.841 KB) | DOI: 10.29313/jrp.v1i1.227

Abstract

Abstract. Mindful parenting is a parenting skill that attentive and full of awareness, and accepting children without judgment. By implementing mindful parenting, parents will avoid abusive parenting and reduce parenting stress levels. This study aims to see the effect of mindful parenting on parenting stress. Teachers have a heavier burden because they have to take care of children and work with different systems during the pandemic. Having children in elementary school is also a challenge for mothers, where they need direction from parents and help in learning. This study uses the causality method and is a population study with a subject of 49 mothers who work as private elementary school teachers who have elementary school-aged children in the city of Bandung. Measurements were made using the Mindfulness in Parenting Questionnaire by McCaffrey (2015) and the Parental Stress Scale (PSS) by Berry & Jones (1995). The results showed that mindful parenting had an effect on parenting stress (r square = .152, p < .05). The effect is that when parents have high mindful parenting behavior, the stress of parenting is low. Abstrak. Mindful parenting merupakan keterampilan pengasuhan yang penuh perhatian dan kesadaran, serta menerima anak tanpa penilaian. Dengan menerapkan mindful parenting, orangtua terhindar dari melakukan pengasuhan yang kasar dan membuat tingkat stres pengasuhan orangtua berkurang. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh mindful parenting terhadap stres pengasuhan. Guru memiliki beban yang lebih berat karena mereka harus mengurus anak dan bekerja dengan sistem yang berbeda di masa pandemi. Memiliki anak yang berada di Sekolah Dasar pun menjadi tantangan tersendiri bagi ibu, di mana mereka membutuhkan Arahan dari orangtua dan pendampingan dalam belajar. Penelitian ini menggunakan metode kausalitas dan merupakan studi populasi dengan subjek berjumlah 49 ibu yang bekerja sebagai guru sekolah dasar swasta yang memiliki anak berusia sekolah dasar di Kota Bandung. Alat ukur yang digunakan yaitu Mindfulness in Parenting Questionnaire yang disusun oleh McCaffrey (2015) dan Parental Stress Scale (PSS) yang disusun oleh Berry & Jones (1995). Hasil penelitian menunjukkan bahwa mindful parenting memberikan pengaruh terhadap stres pengasuhan (r square .152, p< .05). Pengaruhnya adalah ketika orangtua memiliki perilaku mindful parenting yang tinggi, maka stres pengasuhan ibu rendah.