cover
Contact Name
Firdaus Noor
Contact Email
jurnalurban@pascasarjanaikj.ac.id
Phone
+6221-3159687
Journal Mail Official
jurnalurban@pascasarjanaikj.ac.id
Editorial Address
Jl. Cikini Raya No. 73 Cikini, Menteng, Jakarta Pusat, Provinsi DKI Jakarta
Location
Kota adm. jakarta pusat,
Dki jakarta
INDONESIA
Jurnal Seni Urban dan Industri Budaya
ISSN : 26142767     EISSN : 28283015     DOI : -
Urban: Jurnal Seni Urban is published twice a year (Apr and October) issued by the Postgraduate School of the Jakarta Institute of the Arts. Urban provides open access to the public to read abstract and complete papers. Urban focuses on creation and research of urban arts and cultural industries. Each edition, Urban receives a manuscript that focuses on the following issues with an interdisciplinary and multidisciplinary approach, which are: 1. Film 2. Television 3. Photograph 4. Theatre 5. Music 6. Dance 7. Ethnomusicology 8. Interior Design 9. Fine Arts 10. Art of Craft 11. Fashion Design 12. Visual Communication Design 13. Literature
Articles 76 Documents
Keurbanan dalam Berbagai Perspektif Achnas, Nan T.
Urban: Jurnal Seni Urban Vol 5, No.1: April 2021
Publisher : Sekolah Pascasarjana Institut Kesenian Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52969/jsu.v5i1.49

Abstract

Seksualitas Tokoh Perempuan Dalam Cerpen “Menyusu Ayah” dan “Saya di Mata Sebagian Orang” Karya Djenar Maesa Ayu Hodijah, Siti
Urban: Jurnal Seni Urban Vol 2, No.2: Oktober 2018
Publisher : Sekolah Pascasarjana Institut Kesenian Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52969/jsu.v2i2.23

Abstract

In so many cases we find in our society, specifically in urban areas, women are frequently discriminated. Sex behaviour as one of human central needs is often the main cause of various discriminations. This article will reveal diverse sexuality issues experienced by the female characters in two short stories written by Djenar Maesa Ayu titled “Menyusu Ayah” ‘Breastfeeding Father’ and “Saya di Mata Sebagian Orang” ‘Me in the Eyes of Some People’ included in short stories collection titled Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu). With critical analysis using literature review method and sexuality approach, the result is that the sexuality of the female characters shows freedom, strength, and power to be equal with male characters. However, the freedom of sexuality also implies that there is a weakness and limitation of the female part compared to that of the male. Furthermore, the power of sexuality demonstrated by the female characters is also a sort of confirmation that the ability and authority of woman is limited.Pada banyak kasus di masyarakat, terutama di lingkungan perkotaan, perempuan sering sekali mengalami diskriminasi. Perilaku seks sebagai salah satu kebutuhan sentral manusia kerap menjadi pemicu utama terjadinya berbagai diskriminasi itu. Tulisan ini akan mengungkap berbagai persoalan seksualitas yang dialami tokoh perempuan dalam dua cerpen 109 karya Djenar Maesa Ayu yang berjudul “Menyusu Ayah” dan “Saya di Mata Sebagian Orang” yang terdapat dalam kumpulan cerpen Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu). Lewat analisis kritis yang dilakukan dengan metode studi pustaka dan pendekatan seksualitas, didapatkan hasil bahwa seksualitas tokoh perempuan menunjukkan sebuah kebebasan, kekuatan, dan kekuasaan untuk mencapai kesetaraan dengan laki-laki. Namun, kebebasan seksualitas itu juga menyiratkan adanya suatu kelemahan dan keterbatasan perempuan itu sendiri dibanding laki- laki. Selain itu, kekuasaan seksualitas yang ditunjukkan tokoh perempuan sekaligus menjadi semacam pengukuhan bahwa kemampuan dan kewenangan perempuan bersifat terbatas.
Pergeseran Paradigma Distribusi Film Pada Masa Pandemi Covid-19 dan Prediksi Eksistensi Bioskop Pascapandemi Covid-19
Urban: Jurnal Seni Urban Vol 5, No.2
Publisher : Sekolah Pascasarjana Institut Kesenian Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Cinema is one industry that is not affected by digital disruption. As a means of distribution and exhibition of conventional films, cinemas have the ability to adapt to digital innovation; starting from the audio-visual projection device; ticket booking, and payment system; to 3D technology. In the midst of the COVID-19 pandemic which has pushed the world economy back, cinemas are dying. The existence of cinemas is influenced by two factors, namely the distribution of films and the factors of moviegoers. The restrictions on social activities due to the pandemic have really shifted the paradigm of these two factors into online distribution and online streaming movie audiences. This study analyzes the paradigm shift in film distribution during the pandemic and post-pandemic. This study uses “A three-stage model of theory building” as an analytical tool which is part of the descriptive-qualitative methodology. The results show that the COVID-19 pandemic is an anomaly that shifts the paradigm of conventional film distribution. Cinema has analytical paralysis so that it is unable to provide answers and solutions to existing problems. This proves that new media is not a deadly threat to the existence of cinema, but the value and function of the film’s socialization itself have been deprived. There are 5 factors why cinema continues to thrive as post-covid-19 film distribution and exhibition medium: cinema adaptation, presenting a unique experience of watching the big screen, the nature of entertainment and socialization, the historical value of cinema, and the economic value of cinema.Bioskop merupakan salah satu industri yang tidak terpengaruh oleh disrupsi digital. Sebagai sarana distribusi dan ekshibisi film konvensional, bioskop memiliki kemampuan beradaptasi terhadap inovasi digital, mulai dari perangkat proyeksi audio visual, sistem pemesanan dan pembayaran tiket, hingga teknologi 3Dimensi. Di tengah pandemi Covid-19 yang memukul mundur perekonomian dunia, bioskop seperti mengalami “kematian” yang sangat cepat. Eksistensi bioskop dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor distribusi film dan faktor penonton film. Pembatasan kegiatan sosial akibat pandemi telah menggeser paradigma kedua faktor tersebut sepenuhnya menjadi distribusi online dan penonton film online streaming. Penelitian ini berisi analisis pergeseran paradigma distribusi film pada masa pandemi dan pascapandemi. Penelitian ini menggunakan a threestage model of theory building sebagai alat analisis yang merupakan bagian dari metodologi deskriptif-kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pandemi Covid-19 merupakan anomali yang menggeser paradigma distribusi film konvensional, sebab bioskop mengalami kelumpuhan analitik sehingga tidak mampu memberi jawaban dan solusi terhadap persoalan yang ada. Hal ini membuktikan bahwa media baru (new media) bukanlah sesuatu yang menjadi ancaman mematikan bagi eksistensi bioskop, melainkan ancaman terbesar adalah tercabutnya nilai dan fungsi sosialisasi film itu sendiri. Terdapat lima faktor mengapa bioskop masih akan tetap berjaya sebagai media distribusi dan ekshibisi film pascapandemi Covid-19, yaitu daya adaptasi bioskop, pengalaman unik menonton layar lebar, sifat hiburan dan sosialisasi, nilai historis bioskop, serta nilai ekonomis bioskop.  
Diversity-Based Programming dan Inspiring Broadcasting: Misi NHK Sebagai Penyiar Publik Melalui Program Asadora Respati, Bawuk
Urban: Jurnal Seni Urban Vol 2, No.1: April 2018
Publisher : Sekolah Pascasarjana Institut Kesenian Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52969/jsu.v2i1.3

Abstract

This paper questions NHK’s position as a Japanese public television station that has a different mechanism compared to standard commercial TV stations. Through the analysis of three elements: funding, programme variation, and broadcasting standards, this paper tries to explain how the production process of the asadora (morning drama) programme—a programme that is considered to be one of the more popular NHK programmes, is NHK’s effort to fulfil its mission and responsibility as a public broadcaster. In the end, this essay finds that the production of asadora holds two key principles at its heart: diversity-based programming and inspiring broadcasting, two key principles NHK used to guarantee viewer trust. Tulisan ini mempertanyakan posisi NHK sebagai stasiun televisi publik di Jepang, yang memiliki mekanisme berbeda jika dibanding dengan stasiun televisi komersial pada umumnya. Dengan menganalisis tiga elemen, yakni sistem pendanaan, variasi program, dan standar penyiaran, tulisan ini mencoba untuk menjelaskan bagaimana proses produksi sebuah program, yakni asadora (drama pagi)—program yang terbilang populer di antara program NHK lainnya, merupakan usaha NHK untuk memenuhi misi dan tanggung jawabnya sebagai penyiar publik. Tulisan ini pada akhirnya menemukan bahwa produksi asadora memegang dua prinsip utama, yakni diversity-based programming dan inspiring broadcasting, yang merupakan dua prinsip kunci yang digunakan NHK untuk menjamin terjaganya kepercayaan penonton.
Representasi Gender dalam Film Dua Garis Biru (2019) Harigelita, Dian; Tandian, Erina Adeline; Sari, Nia
Urban: Jurnal Seni Urban Vol 3, No.2: Oktober 2019
Publisher : Sekolah Pascasarjana Institut Kesenian Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52969/jsu.v3i2.36

Abstract

The Indonesian film, Two Blue Stripes (2019), narrates the story of a teenage couple who gets pregnant out of wedlock. The protagonists of this film are Bima and Dara, who come from different backgrounds. Bima is responsible for Dara’s pregnancy. There are several gender discourses based on Indonesian culture, especially in the setting of Jakarta, which this film tries to convey. This article aims to examine gender representation in the film Two Blue Stripes. The research method is textual study by observing the mise-en-scene in the film. The approach is cultural studies with a focus on gender issues. The results of the study state that the representation of patriarchal mindset, which is conveyed in this film, does not only hurt Dara as a female character, but also Bima as a male character as well.Film Indonesia berjudul Dua Garis Biru (2019) menceritakan tentang pasangan remaja yang hamil di luar nikah. Protagonis film ini adalah Bima dan Dara yang memiliki latar belakang berbeda. Bima memutuskan bertanggung jawab atas kehamilan Dara. Ada beberapa wacana gender berdasarkan budaya Indonesia, terutama dengan latar Jakarta, yang coba disampaikan dalam film ini. Artikel ini bertujuan mengkaji representasi gender dalam film Dua Garis Biru. Metode penelitian yang dilakukan adalah kajian tekstual dengan mengamati mise-en-scene film. Pendekatan yang dilakukan yaitu cultural studies dengan berfokus pada masalah gender. Hasil kajian menyatakan bahwa representasi pemahaman patriarki, yang disampaikan dalam film ini, tidak hanya merugikan tokoh Dara sebagai perempuan saja, namun juga Bima sebagai tokoh laki-laki.
Representasi Identitas Suporter Dalam Logo Viking Persib Almanfaluthi, Betha
Urban: Jurnal Seni Urban Vol 1, No.1: April 2017
Publisher : Sekolah Pascasarjana Institut Kesenian Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52969/jsu.v1i1.16

Abstract

Viking Persib is a supporter group of one of Indonesian football clubs, Persib. Its members are scattered in various regions in Indonesia, even abroad. With no fixity of the standard form of Viking Persib logo, it has made the logo visually expressed differently based on the interpretation of each region or the so-called district. This study finds the pattern of Viking Persib logo variants in representing their identity. The study was conducted using Stuart Hall’s representation and Roland Barthes’ semiotics that analyzes the expansion of the signs meanings. From the analysis, it can be concluded that from the variations of the Viking Persib logos in various districts, its identity shows violence atmosphere and aggressiveness. These variations are influenced by punk ideology embraced by the Central Viking. The similar visual patterns asserts that they are proud to be part of a subculture that is exposed on the wider stage through football. Viking Persib adalah kelompok suporter salah satu klub sepakbola di Indonesia, Persib. Jumlah anggotanya tersebar di berbagai wilayah di Indonesia, bahkan luar negeri. Tidak adanya ketetapan bentuk logo yang baku membuat logo Viking Persib memiliki tampilan dengan berbagai macam bentuk sesuai interpretasi masing-masing wilayah atau yang biasa disebut ‘distrik’. Kajian ini bertujuan untuk mengetahui pola penandaan pada varian logo Viking Persib dalam merepresentasikan identitas salah satu kelompok suporter Persib tersebut. Penelitian dilakukan dengan pendekatan representasi Stuart Hall dan semiotika Roland Barthes yang menganalisis perluasan makna tanda. Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa dari variasi logo Viking yang muncul di berbagai distriknya, identitas yang ditampilkan 37 oleh suporter Viking kental dengan nuansa kekerasan dan agresif. Nuansa ini tidak lepas dari pengaruh ideologi punk yang dianut oleh Viking Pusat. Keseragaman pola elemen visual menegaskan bahwa mereka bangga menjadi bagian dari sebuah subkultur yang terekspos dalam panggung yang lebih luas melalui sepakbola.
Pengaruh Pandemi Covid-19 pada Ruang Berkesenian dan Aura Karya Seni Wahyuni, Ruslinda Dwi
Urban: Jurnal Seni Urban Vol 4, No.1: April 2020
Publisher : Sekolah Pascasarjana Institut Kesenian Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52969/jsu.v4i1.59

Abstract

The Covid-19 pandemic has had a major impact on almost all aspects of human life, including the lives of artists and works of art. The following article will describe the impact of the Covid-19 Pandemic on the art space and the aura of artwork with case studies on several presentations of artwork through virtual spaces and social media. This study uses a qualitative method through a narrative approach. The author combines several literature studies, especially regarding the review of the Covid-19 Pandemic, performing arts education, and social media along with the opinion initiated by Walter Benjamin regarding the mechanical reproduction of works of art to analyze the data studied. The results show that the communication process between the creator and the audience can still be established, even though the show is held online/ virtually. On that basis, the mechanical reproduction initiated by Walter Benjamin has actually developed and can encourage the growth of a new aura and a new form of ritual for a large number of people in appreciating works of art and creative writing as an effort to reconstruct new auras and rituals in the era of digital technology.Pandemi Covid-19 berdampak besar terhadap hampir semua aspek kehidupan manusia, tidak terkecuali pada kehidupan seniman dan karya seni. Tulisan berikut ini akan menguraikan pengaruh Pandemi Covid-19 terhadap ruang berkesenian dan aura karya seni dengan studi kasus pada beberapa penyajian karya seni melalui ruang virtual dan media sosial. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif melalui pendekatan naratif. Penulis menggabungkan beberapa kajian pustaka, khususnya mengenai tinjauan Pandemi Covid-19, pendidikan seni pertunjukan, dan sosial media beserta pendapat yang digagas Walter Benjamin mengenai reproduksi mekanis karya seni untuk menganalisis data yang diteliti. 3 Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses komunikasi antara pencipta dengan penonton tetap dapat terjalin, meskipun pertunjukan diadakan secara online/virtual. Atas dasar itu, reproduksi mekanis yang digagas Walter Benjamin sesungguhnya telah berkembang dan dapat mendorong tumbuhnya aura baru dan bentuk ritual baru pada sejumlah besar orang dalam mengapresiasi karya seni dan penulisan kreatif sebagai upaya dalam merekonstruksi aura dan ritual baru di era teknologi digital.
Glorifikasi Instrumen Biola sebagai Sarana untuk Mengembangkan Genre Heavy Metal pada Band Musik Resolution15 Fadly, Muhammad
Urban: Jurnal Seni Urban Vol 3, No.1: April 2019
Publisher : Sekolah Pascasarjana Institut Kesenian Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52969/jsu.v3i1.30

Abstract

A genre or an approach in art is an identity for the art. It is not just itself in an empty space, but it was born and developed in an established system. Likewise, the genre in music; in general stable and orderly systems are ‘broken’ to form new genres. This product of musical violation produces an innovation, and evolves by being characterized by a constant flow of new violations, mainly due to the support of technological advances. In addition to technology, the personality of the musicians also contributes significantly; they add certain characteristics that are unique and distinctive to a band. This research is a study of the glorification process on violins by Earl Maneein in the metal core music band, Resolution15; glorification is a new technique and serves as the instrumentation media in the heavy metal music genre, and metal core is a further development of the genre. This study aims to analyze the creation of new genres through violin glorification in the bigger genre of heavy metal music. As a case study with historical and musicological approaches, this research shows that the glorification of instruments can be a new part of the classification of the formation of genre.Sebuah aliran atau genre di dalam seni adalah sebuah identitas bagi sebuah seni. Tidak berada di dalam ruang hampa, genre lahir dan berkembang di dalam sebuah sistem yang mapan. Demikian juga dengan genre musik; pada umumnya sistem yang stabil dan teratur ‘dilanggar’ untuk membentuk genre baru. Produk pelanggaran ini menghasilkan sebuah inovasi, dan berevolusi dengan ditandai oleh aliran pelanggaran baru yang konstan, terutama karena dukungan kemajuan teknologi. Selain teknologi, pribadi musisi juga berkontribusi secara signifikan; ia memberikan ciri tertentu yang unik dan khas pada sebuah band. Penelitian ini merupakan kajian tentang proses glorifikasi pada biola yang dilakukan Earl Maneein di dalam band musik metalcore, yaitu Resolution15; glorifikasi itu berupa teknik serta media instrumentasi baru di dalam genre musik heavy metal, dan metalcore merupakan perkembangan lebih lanjut dari genre tersebut. Penelitian ini bertujuan menganalisis penciptaan genre baru melalui glorifikasi biola di dalam genre besar musik heavy metal. Sebagai studi kasus dengan pendekatan sejarah dan musikologi, penelitian ini menunjukkan bahwa glorifikasi instrumen dapat menjadi bagian baru untuk mengklasifikasikan terbentuknya genre.
Yogyakarta Urban Women: Expression Of Cultural Values Through Contemporary Jewelry In Experimental Installations And Live Performances Hendranto, Dhyani
Urban: Jurnal Seni Urban Vol 1, No.2: Oktober 2017
Publisher : Sekolah Pascasarjana Institut Kesenian Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52969/jsu.v1i2.10

Abstract

Women have been seen as being capable in maintaining a spiritual and physical balance allowing them to exist as part of the community. Their harmonious spiritual, moral, intellectual and psychological achievements are a form of true perfection, and are desirable by every woman as represented by symbols which are considered to represent the ‘soul’ of Java urban women. The selected inspirational objects are packed to have meanings as well as aesthetic values and to deliver motivational, inspiring messages. The creation process of generating forms, structures, selections of color and material, and also movement, is the visual language that communicates the artists’ aspirations. This artwork shows the artist’s creative characters; essentially every human being has creative potentials that could lead to the finding of his or her own original personal concepts that would eventually give birth to innovative and varied artworks. The theme of women who are members of our community possesses the potential to be expanded broadly, so that it will become a priority issue and that it will receive due attention, as women are a major stakeholder in the continuity of humanity. The way women struggle to achieve balance, in the midst of existing values and stereotyping is a remarkable feat, and the artist, as a woman, tries to visualize all their feelings in the creation of this work. Perempuan dipandang mampu menjaga keseimbangan spiritual dan fisik, sehingga mereka dapat eksis sebagai bagian dari masyarakat. Pencapaian spiritual, moral, intelektual, dan psikologis mereka adalah sebentuk kesempurnaan yang nyata dan merupakan suatu hal yang diinginkan setiap perempuan sebagaimana ditampilkan dengan simbol-simbol yang dianggap merepresentasikan ‘jiwa’ perempuan urban Jawa. Obyek-obyek inspiratif yang dipilih dianggap memiliki makna serta nilai estetika, serta mampu menyampaikan pesan-pesan motivasional dan menginspirasi. Proses penciptaan bentuk dan struktur, pemilihan warna serta material, serta bentuk, adalah bahasa visual yang menyampaikan aspirasi sang seniman. Karya seni menampilkan sifat seorang seniman dengan sangat jelas. Pada dasarnya setiap manusia memiliki potensi kreatif yang mampu menciptakan karya seni yang inovatif dan berbeda- beda. Tema peran perempuan dalam masyarakat perlu diperluas agar menjadi isu prioritas dan mendapat perhatian yang diperlukan, karena perempuan adalah stakeholder besar dalam kelanjutan kemanusiaan. Cara perempuan menciptakan keseimbangan, di tengah-tengah nilai yang sudah ada dan stereotyping, sangat menakjubkan dan sang seniman, sebagai seorang perempuan, mencoba untuk memvisualisasikan seluruh perasaannya dalam penciptaan karya ini.  
Menyimak Kandungan Damai Dalam Sentuhan Karya Shukri Zain Wasono, Sunu
Urban: Jurnal Seni Urban Vol 5, No.1: April 2021
Publisher : Sekolah Pascasarjana Institut Kesenian Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52969/jsu.v5i1.46

Abstract

The idea, creative process, and theme of a poet's poetry can be traced through in-depth reading and interpretation of a number of poems, especially those contained in an anthology. This paper will discuss the thematic and stylistic reviews of Shukri Zain's poems in the anthology Damai Dalam Touch. This study uses descriptive analysis method through reading and in-depth meaning to reveal data, circumstances, phenomena, and is not limited to data collection, but also includes interpretation analysis. Through the analysis carried out, it was found several tendencies of Shukri Zain's poetry in the anthology Damai Dalam Touch, first, thematically, Shukri Zain's poems generally raised themes related to faith and Islam. Second, Shukri Zain's poems tend to be straightforward, but far from bombastic and vulgar. Finally, because the issues raised in his poems are related to matters of faith and Islam, the tone that is built in a number of Shukri Zain's poems tends to advise—not to say patronizing—the reader.Ide, proses kreatif, dan tema puisi seorang penyair dapat ditelusuri melalui pembacaan dan penafsiran mendalam terhadap sejumlah sajak, khususnya yang termuat dalam sebuah antologi. Tulisan ini akan membahas tinjauan tematik dan stilistik sajak-sajak Shukri Zain dalam antologi Damai Dalam Sentuhan. Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif lewat pembacaan dan pemaknaan mendalam untuk mengungkapkan data, keadaan, fenomena, dan tidak terbatas pada pengumpulan data saja, namun juga meliputi analisis interpretasi. Lewat analisis yang dilakukan, ditemukan beberapa kecenderungan puisi karya Shukri Zain dalam antologi Damai Dalam Sentuhan, pertama, secara tematik, sajak-sajak Shukri Zain umumnya mengangkat tema yang berkaitan dengan keimanan dan keislaman. Kedua, sajak-sajak Shukri Zain cenderung lugas, namun jauh dari nada bombas dan vulgar. Terakhir, karena isu yang diangkat dalam sajak-sajaknya terkait dengan soal keimanan dan keislaman, nada yang terbangun dalam sejumlah sajak Shukri Zain cenderung menasihati—untuk tidak mengatakan menggurui—pembaca.