cover
Contact Name
Nathanail Sitepu
Contact Email
psnail21@gmail.com
Phone
+6281321151320
Journal Mail Official
psnail21@gmail.com
Editorial Address
Rukan Mutiara Marina No.40 Semarang - Jawa Tengah
Location
Unknown,
Unknown
INDONESIA
Harvester: Jurnal Teologi dan Kepemimpinan Kristen
ISSN : 23029498     EISSN : 26850834     DOI : 10.52104
Aim dan Scope HARVESTER: Jurnal Teologi dan Kepemimpinan Kristen mencakup sbb: 1. Teologi Biblikal 2. Teologi Sistematika 3. Teologi Praktika 4. Kepemimpinan Kristen
Articles 45 Documents
Prinsip Rendah Hati Dalam Kepemimpinan Yosua Sebagai Role Model Pemimpin Masa Kini Sahat Martua Sinaga; Ryna Heppy Tambunan
HARVESTER: Jurnal Teologi dan Kepemimpinan Kristen Vol 6, No 1 (2021): Teologi dan Kepemimpinan Kristen - Juni 2021
Publisher : STTI Harvest Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (299.893 KB) | DOI: 10.52104/harvester.v6i1.52

Abstract

AbstractThe leadership capacity develops through a process to become a great leader, who carries out leadership with full responsibility, and completes it with a good reputation. With a qualitative method of applying the principles of biblical hermeneutics, an in-depth analysis of Joshua's leadership journey is carried out as a role model for today's leaders. It is clear one of the determining factors is humility. Joshua is a man of humility. He wants to be guided, equipped and through learning by doing his leadership capacity will develop optimally. Joshua's humility was in line with his spiritual maturity. He is a leader who has faith and is loyal to God, a man of faith and trust in God; a man of God's word; and a man of prayer.  It is very important for a leader to be humble as the outcome of the spiritual maturity so that person as a leader is able to achieve goals, free from scandals, and complete it with a good reputation.Keywords: Humility, Leadership, Joshua, Role Model
Pembelajaran dengan Sistem Konstruktivistik sebagai Usaha Mewujudkan Aktualisasi Diri yang Memiliki Gambar dan Rupa Allah Kevin Tony Rey
HARVESTER: Jurnal Teologi dan Kepemimpinan Kristen Vol 4, No 1 (2019): Teologi dan Kepemimpinan Kristen - Juni 2019
Publisher : STTI Harvest Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (418.208 KB) | DOI: 10.52104/harvester.v4i1.2

Abstract

Humans are created in the image and likeness of God. This divine image is an essential potential in human beings, which is immediately damaged and lost because of sin. But by the redemptive work of Christ, the man who believed in Him regained his self-image recovery. This article aims to show one of the learning patterns with constructive systems in Christian Religious Education in an effort to realize self-actualization that has the image and likeness of God. By using descriptive methods, the conclusion of this literature study shows that learning with this system is able to help students to realize their actualization that has the image and likeness of God. Abstrak: Manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah. Citra ilahi ini merupakan potensi hakiki dalam diri manusia, yang dalam seketika rusak dan hilang oleh karena dosa. Namun oleh karya penebusan Kristus, manusia yang percaya kepada-Nya beroleh kembali pemulihan gambar diri itu. Artikel ini bertujuan untuk menunjukkan salah satu pola belajar dengan sistem konstruk-tivistik dalam Pendidikan Agama Kristen dalam upaya mewujudkan aktualisasi diri yang memiliki gambar dan rupa Allah tersebut. Dengan menggunakan metode deskriptif, simpulan kajian literatur ini memperlihatkan bahwa pembelajaran dengan sistem ini mampu menolong siswa untuk mewujudkan aktualisasi dirinya yang memiliki gambar dan rupa Allah.
Spiritual Entrepreneurship: Memaknai Spiritualitas Kerja Kristen Ignatius Bambang Sukarno Hatta; Romi Lie
HARVESTER: Jurnal Teologi dan Kepemimpinan Kristen Vol 7, No 1 (2022): Teologi dan Kepemimpinan Kristen - Juni 2022
Publisher : STTI Harvest Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (467.001 KB) | DOI: 10.52104/harvester.v7i1.90

Abstract

The spirituality of work in secular circles is currently developing in such a way and mostly has a positive impact on the world of work itself, because of its nature which provides a balance between work and all its demands, with humans in their inner satisfaction and deepest desire to fulfill and serve the highest goals set forth. beyond existence. Efforts to explore the spirituality of Christian work have become an urgent need, not because they want to compete with the spirituality of work that is currently prevailing secularly, but as a form of fulfilling the Christian missionary call to "witness, preach the Gospel, make disciples of all nations." Apart from being an effort to fulfill the call of Christian mission, this also helps those who live the spirituality of Christian work to have a quality work ethic in their workplace, because they do it productively, independently and spiritually. Through the literature study method, it is concluded that spiritual entrepreneurship is found to be the right choice that can meet the criteria and forms of Christian work spirituality needed.AbstrakSpiritualitas kerja dikalangan sekuler saat ini berkembang sedemikian rupa dan kebanyakan memberikan dampak yang positif bagi dunia kerja itu sendiri, oleh karena sifatnya yang memberi keseimbangan antara kerja dan segala tuntutannya, dengan manusia di dalam kepuasan batin serta keinginan terdalamnya untuk memenuhi dan mengabdi pada tujuan tertinggi yang melampaui keberadaanya. Upaya menggali spiritualitas kerja Kristen menjadi sebuah kebutuhan yang mendesak dilakukan, bukan karena ingin menyaingi spiritualitas kerja yang saat ini sedang berlaku secara sekuler, melainkan sebagai bentuk pemenuhan panggilan misi orang Kristen untuk “menjadi saksi, memberitakan Injil, memuridkan segala bangsa.” Selain sebagai upaya pemenuhan panggilan misi Kristiani, hal ini turut membantu mereka yang menghidupi spiritualitas kerja Kristen untuk memiliki etos kerja berkualitas di tempat kerjanya, karena dikerjakannya secara produktif, mandiri dan rohani. Melalui metode studi kepustakaan maka disimpulkan bahwa entrepreneurship rohani di dapati sebagai pilihan tepat yang dapat memenuhi kriteria dan bentuk dari spiritualitas kerja Kristen yang dibutuhkan.
Peran Pemimpin Gereja Dalam Kepemimpinan Pelayanan Kaum Muda Masa Kini Heryanto Heryanto
HARVESTER: Jurnal Teologi dan Kepemimpinan Kristen Vol 5, No 1 (2020): Teologi dan Kepemimpinan Kristen - Juni 2020
Publisher : STTI Harvest Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (457.651 KB) | DOI: 10.52104/harvester.v5i1.21

Abstract

Today's youth ministry is a ministry that has very different challenges and struggles than the youth ministry in the previous decade. The need for leaders in the service of young people today is needed so that youth services can be strong. Through a qualitative review of the literature using a practical theological research method that will discuss the role of church leaders in the leadership of youth ministry today. The purpose of this research is expected to open new understanding for church leaders to build and guide young people to become leaders for youth ministry. The benefit of this research is that the presence of young people in the church is well served to grow prospective young leaders who bring glory to the name of the Lord Jesus. Found several things that must be done by church leaders in building and guiding young people to be leaders in youth ministry are: First, as a spiritual guide. Second, as a pilot model followed. Third, the personal example of having the love of Jesus Christ and loving others. Fourth, inspire young people to give dedication to Jesus Christ and Fifth, to encourage spiritual growth and character. Pelayanan kaum muda pada masa kini merupakan pelayanan yang memiliki tantangan dan pergumulan yang amat berbeda dibandingkan pelayanan kaum muda dalam dekade sebelumnya. Kebutuhan terhadap para pemimpin dalam pelayanan kaum muda masa kini sangat dibutuhkan agar pelayanan anak muda dapat menjadi kuat. Melalui kajian kualitatif literatur menggunakan metode penelitian teologi praktika yang akan membahas peran pemimpin gereja dalam kepemimpinan pelayanan kaum muda masa kini. Tujuan penelitian ini diharapkan membuka pengertian baru bagi para pemimpin gereja untuk membangun dan membimbing kaum muda untuk menjadi para pemimpin bagi pelayanan kaum muda. Manfaat penelitian ini adalah agar keberadaan kaum muda di gereja terlayani dengan baik sehingga menumbuhkan calon pemimpin kaum muda yang membawa kemuliaan bagi nama Tuhan Yesus. Didapati beberapa hal yang harus dilakukan para pemimpin gereja dalam membangun dan membimbing para kaum muda menjadi pemimpin dalam pelayanan kaum muda adalah : Pertama, sebagai pembimbing rohani. Kedua, sebagai model percontohan yang diiikuti. Ketiga, contoh pribadi yang memiliki kasih Yesus Kristus dan mengasihi sesama. Keempat, menginspirasi kaum muda dalam memberi dedikasi kepada Yesus Kristus dan kelima, pendorong pertumbuhan rohani dan karakter.
Meninjau Ulang Eksistensi Mukjizat Kesembuhan Di Masa Pandemik Covid-19 Perspektif Teologi Pentakosta-Kharismatik Yosep Belay; Ferry Simanjuntak; Yanto Paulus Hermanto
HARVESTER: Jurnal Teologi dan Kepemimpinan Kristen Vol 6, No 2 (2021): Teologi dan Kepemimpinan Kristen - Desember 2021
Publisher : STTI Harvest Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (410.584 KB) | DOI: 10.52104/harvester.v6i2.63

Abstract

The condition of the Covid-19 pandemic that has never subsided, raises various questions for Pentecostal-Charismatics regarding the concept of God's power and specifically regarding the existence of miraculous gifts of healing. In the context of Christianity, the view of the existence of miracles of healing is divided into two views which are pro and contra. This paper departs from the controversial side especially during this pandemic situation and seeks to present a comprehensive Pentecostal-Charismatic theological perspective. The methodological approach used is descriptive qualitative. The literature study approach is used to analyze the variety of literature related to miracles of healing, as well as brief hermeneutic studies on relevant biblical texts. The results of this study indicate the difference in conceptual framework between Pentecostal-Charismatic theology regarding miracles of healing, where the difference is not only centered on the conceptual side but also backwards on the study of hermeneutics resulting in different responses in practical theological praxis in the life of the congregation today.AbstrakKondisi pandemic covid-19 yang tak kunjung mereda, menghantarkan beragam pertanyaan bagi kalangan Pentakosta-Kharismatik perihal konsep kuasa Allah dan secara khusus mengenai eksistensi karunia mukjizat kesembuhan. Dalam konteks kekristenan, padangan mengenai eksistensi mukjizat kesembuhan terbagi dalam dua pandangan yang pro dan kontra. Tulisan ini bertolak dari sisi kontroversial terutama ditengah situasi pandemic ini serta berusaha untuk menyajikan kerangka pandangan teologi Pentakosta-Kharismatik yang komprehensif. Pendekatan metodologi yang digunakna adalah kualitiatif deskriptif. Pendekatan studi kepustakaan digunakan untuk menganalisa ragam literatur yang berkaitan dengan mukjizat kesembuhan, serta kajian hermeneutik singkat pada teks-teks Alkitab yang relevan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan perbedaan kerangka konseptual antara teologi Pentakosta-Kharismatik mengenai mukjizat kesembuhan, dimana perbedaan tersebut bukan hanya berpusat pada sisi konseptualnya namun juga mundur ke belakang pada kajian hermeneutikanya sehingga menghasilkan respons yang berbeda dalam praksis teologi praktika dalam kehidupan jemaat saat ini.
Tanggapan Etika Kristen terhadap Terorisme Agustina Pasang
HARVESTER: Jurnal Teologi dan Kepemimpinan Kristen Vol 4, No 2 (2019): Teologi dan Kepemimpinan Kristen - Desember 2019
Publisher : STTI Harvest Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (392.14 KB) | DOI: 10.52104/harvester.v4i2.15

Abstract

The problems that occur in various cities in Indonesia are not only caused by public dissatisfaction with the economic, political, social, cultural and so on, because often the problems spread to most sensitive problems to SARA (ethnic, religious, racial and intergroup). If the problems arise only because of economic problems it certainly will not have an impact on the burning of churches or acts of anarchist actions that discredit certain ethnic or religious groups that lead to the crime of terror or terrorism. The article is a literature review using reference books that contain a discussion about terror and terrorism in the Christian ethical perspective by applying descriptive methods. The conclusion is that the church and believers need to be aware of and increase their social sensitivity and concern about the problems that surround them that it is part of the Christian faith.Abstrak: Persoalan-persoalan yang terjadi di berbagai kota di Indonesia ternyata bukan saja disebabkan oleh ketidakpuasan masyarakat terhadap soal ekonomi, sosial, politik, budaya dan sebagainya, karena seringkali persoalan itu justru merembet ke masalah yang paling sensitif yakni SARA (Suku, Agama, Ras dan Antar Golongan). Artikel ini merupakan kajian literatur atau kajian pustaka dengan menggunakan buku-buku referensi yang memuat bahasan mengenai teror, teroris dan terorisme dalam pandangan etika Kristen dengan menerapkan metode deskriptif. Kesimpulannya, Gereja dan orang percaya perlu menyadari dan meningkatkan kepekaan dan kepedulian sosialnya akan masalah-masalah yang ada di sekitarnya, bahwa masalah adalah bagian dari iman Kristen. Itu sebabnya gereja perlu mengadakan seminar yang membahas teror, teroris dan terorisme secara utuh sehingga jemaat memiliki pemahaman yang benar mengenai hal ini. Demikian halnya dalam khotbah dan pembinaan jemaat mau tidak mau menyinggung masalah-masalah teroris secara terbuka. Di samping itu perlu bersikap bijaksana dalam menyikapi masalah terorisme. 
Refleksi Pemimpin Yang Memberdayakan Berdasarkan Keluaran 18:18-24 Hergyana Saras Ningtyas; Sriyati Sriyati
HARVESTER: Jurnal Teologi dan Kepemimpinan Kristen Vol 6, No 1 (2021): Teologi dan Kepemimpinan Kristen - Juni 2021
Publisher : STTI Harvest Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (276.366 KB) | DOI: 10.52104/harvester.v6i1.58

Abstract

The focus of leadership is not about position. An important role in leadership is to help those being led to grow in Jesus Christ. This study discusses the Reflections of Empowering Leaders Based on Exodus 18: 18-24. The objective is to identify the role of leaders in the empowering principles studied from Exodus 18: 18-24 regarding the leadership of Moses. One of the reasons for Moses' leadership to be ineffective was that Moses was leading alone. Therefore Jethro, who was Musa's father-in-law as well as a priest in Midian known as a prophet, suggested that Moses develop the principle of empowering capable people to become leaders for the smaller groups under his leadership. The methodology used is literature research using primary sources from books, journals and previous research as a source of study. The primary data is then analyzed and synthesized to become the novelty discussed in this study. So the orientation in empowering leadership is an effort to help the individual being led reach a better stage so that it is more light than Musa's single leadership. The leadership principles discussed include delegating leadership, increasing responsibility, increasing capacity, training independence and being willing to learn and be taught. Thus, this leadership can have a wider influence and create empowered individuals, independent of certain situations or organizations. Today's leadership succession requires to form leaders who excel in the face of competition, innovation, and leadership succession skills that can be manifested in empowering leadership. An empowering leader is a solution to leadership problems in the Indonesian nation, the church and the family as the smallest unit in the organization.
Tindakan Pastoral Gereja dalam Meningkatkan Kemampuan Resolusi Konflik Jemaat Minggus Minggus
HARVESTER: Jurnal Teologi dan Kepemimpinan Kristen Vol 4, No 1 (2019): Teologi dan Kepemimpinan Kristen - Juni 2019
Publisher : STTI Harvest Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (466.375 KB) | DOI: 10.52104/harvester.v4i1.3

Abstract

Conflicts can be found in almost every area of human interaction, but the notion that every interaction needs to involve conflict is wrong. Because humans have the ability to develop relationships, relationships, and skills in such a way without causing conflict. When examined further, one of the causes of conflict is the existence of negative perceptions about themselves and others. This perception then changes the situation from simple to complex, the namely open conflict involving many individuals or communities as well as in the church. Departing from this reality, the authors conducted a study in one community that served as a model in applying group dynamics methods. That is, all forms of treatment and response to the research illustrate that the same thing can be done in the center of the church as a pastoral action. The method of group dynamics is a concept that describes the process of a group that is always developing and can adapt to a constantly changing situation.  Here is the importance of this study, namely to determine the extent to which the application of group dynamics as a form of pastoral action can overcome the constraints of personal relationships so that through the application of this method, each person is encouraged to improve his ability to resolve conflicts.Abstrak: Konflik dapat ditemukan di hampir setiap bidang interaksi manusia, tetapi anggapan bahwa setiap interaksi perlu melibatkan konflik adalah salah. Sebab manusia mempunyai kemampuan untuk mengembangkan relasi, pergaulan dan ketrampilan sedemikan rupa tanpa menimbulkan konflik.  Bila ditelaah lebih lanjut, salah satu penyebab konflik adalah adanya persepsi negatif tentang diri dan orang lain.  Persepsi ini kemudian merubah situasi dari yang sederhana menjadi rumit, yaitu konflik terbuka yang melibatkan banyak pribadi atau komunitas seperti halnya di jemaat.  Berangkat dari realita ini, penulis  melakukan penelitian di salah satu komunitas yang berfungsi sebagai model dalam menerapkan metode dinamika kelompok.  Artinya, segala bentuk perlakuan dan respons atas penelitian itu menjadi gambaran bahwa hal yang sama dapat juga dilakukan di tengah jemaat sebagai tindakan pastoral.  Metode dinamika kelompok merupakan  sebuah konsep yang menggambarkan proses kelompok yang selalu berkembang dan dapat menyesuaikan diri dengan keadaan yang selalu berubah-ubah.  Di sinilah  kepentingan dari penelitian ini, yaitu  untuk mengetahui sejauhmana penerapan dinamika kelompok sebagai bentuk tindakan pastoral dapat mengatasi kendala-kendala relasi yang bersifat pribadi, sehingga melalui penerapan metode ini, setiap pribadi didorong untuk meningkatkan kemampuannya dalam meresolusi konflik.  
Teori Pendidikan Humanistik, Implikasinya dalam Humanistik Persaudaraan Andarweni Astuti; Ferani Mulianingsih; Muh Soleh
HARVESTER: Jurnal Teologi dan Kepemimpinan Kristen Vol 7, No 1 (2022): Teologi dan Kepemimpinan Kristen - Juni 2022
Publisher : STTI Harvest Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (422.396 KB) | DOI: 10.52104/harvester.v7i1.89

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan tentang teori Pendidikan humanistik, dan untuk menawarkan model pembelajaran untuk menuju humanistik persaudaraan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini metode penelitian kualitatif, dengan pengumpulan datanya memakai pendekatan literature study, atau kajian Pustaka. Pengumpulan data melalui literature study adalah teknik pengumpulan data dengan cara menalaah literatur, buku, beberapa catatan, beberapa laporan yang dijadikan sebagai sumber oleh penulis untuk mendapatkan data tentang penelitian yang dilakukan. Hasil dari penelitian literatur study ini adalah bahawa humanistik persaudaraan memberikan wawasan baru bahwa Pendidikan agama Katolik tidak cukup hanya menyediakan pelayanan dalam bidang Pendidikan, tetapi Pendidikan tersebut harus mampu menghasilkan peserta didik yang memiliki kemampuan personal, sosial dan moral. Pendidik dan peserta didik didesak untuk hidup, belajar dan melakukan segala tindakan untuk alasan humanistik persaudaraan. Humanistik persaudaraan tersebut dilaksanakan dalam keempat usaha berikut ini: Budaya dialog, menyebarkan pengharapan, Inklusi yang benar, membangun jaringan kerja sama
Fungsi Gembala Jemaat dalam Suksesi - Refleksi atas Kepemimpinan Yesus pada Model Gereja Otonomi Yohanes Parapat
HARVESTER: Jurnal Teologi dan Kepemimpinan Kristen Vol 5, No 2 (2020): Teologi dan Kepemimpinan Kristen - Desember 2020
Publisher : STTI Harvest Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (235.231 KB) | DOI: 10.52104/harvester.v5i2.43

Abstract

The pastor of the congregation, especially in churches that use an autonomous system of government, has a central function in preparing his successor. However, it is not uncommon for failures to occur after the implementation of succession due to the lack of functioning of the church pastor in preparing the cadre that also candidate who wil l replace him. This study aims to gain an understanding of the leadership functions that Jesus Christ performs particularly in preparing His disciples to become His substitute leaders. This research used a qualitative approach with a literature study method. The analysis is processed and reflected using the analysis description writing method. By reflecting on the leadership of Jesus Christ in preparing His successor through a session, the pastor of the church is expected to carry out the function of equipping, assigning, performing evaluation, delegating as well as exemplifying in spiritual life. By using Jesus' leadership approach, local church pastors can achieve maximum results in a leadership succession. AbstrakGembala jemaat khususnya yang berada dalam organisasi atau sinode dengan sistem pemerintahan gereja otonom memiliki fungsi sentral dalam mempersiapkan pengganti dirinya. Meskipun demikian tidak jarang terjadi kegagalan setelah pelaksanaan suksesi akibat kurang berfungsinya gembala jemaat dalam mempersiapkan kader yang juga merupakan kandidat yang akan menggantikannya. (Tujuan Penelitian) Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan pemahaman fungsi kepemimpinan yang dijalankan Yesus Kristus khusunya dalam mempersiapkan murid-murid-Nya sebagai pengganti (suksesor). (Metode Penelitian) Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kepustakaan. Analisis diolah dan direfleksikan dengan menggunakan penulisan deskriptif. (Hasil / Pembahasan) Dengan merefleksikan kepemimpinan Yesus Kristus dalam mempersiapkan pengganti-Nya melalui sebuah suskesi, gembala jemaat diharapkan menjalankan fungsi memperlengkapi, penugasan, evaluasi kinerja dan pendelegasian disamping keteladanan dalam kehidupan rohani. (Simpulan / Kesimpulan). Dengan menggunakan pendekatan fungsi-fungsi dalam kepemimpinan Yesus yang memiliki relevansi dengan pengembangan kandidat suksesor, gembala jemaat dapat mencapai hasil yang maksimal dalam sebuah suksesi.