cover
Contact Name
Juliandry
Contact Email
juliandry.junaidi@gmail.com
Phone
+6285374719647
Journal Mail Official
juliandry.junaidi@gmail.com
Editorial Address
Laboratorium Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas PGRI Sumatera Barat, Kampus, Jalan Gunung Pangilun. Padang
Location
Kota padang,
Sumatera barat
INDONESIA
Jurnal Bakaba : Jurnal Sejarah, Kebudayaan dan Kependidikan
ISSN : 20886808     EISSN : 25979450     DOI : https://doi.org/10.22202/bakaba
Bakaba : Jurnal Sejarah, Kebudayaan dan Kependidika includes articles on the results of research and scientific work with the scope of History,Culture and Education
Articles 46 Documents
IMPLEMENTASI RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN IPS YANG BERORIENTASI PADA PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA DI TINGKAT SMP Verico Alvian Fernando; Liza Husnita; Zulfa eva
Bakaba Vol 7, No 1 (2018)
Publisher : Laboratorium Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas PGRI Sumatera Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1395.044 KB) | DOI: 10.22202/bakaba.2018.v8i2.3424

Abstract

Social lesson teachers of junior high school 35 Kerinci made a teaching plan that focus character education, but some of student are not discipline. It mean the teachers are not appropriate with lesson plan that made. They had some problems in teaching procces. The purpose is to describe the implementation of lesson plan that oriented of creating the characterstic of teacher problems. The researcher method use qualitative opproach. The result of the research showed the teachers of junior high school 35 of Kerinci, had some problems with the materials, that they created the lesson plan by copying of internet. The implementation of characters values in teaching procces as implicit not oxplicit, by giving motivation in speech. That made some of students dId not know the characteristic values. It done because the teachers had problems to find RRM valves and success indicator, tools and equipments, and the references used. 
Kajian Nilai-Nilai Tradisi Kembar Mayang Dalam Prosesi Pernikahan Abdul Malik Fajar Fanjalu; Bahrul Sri Rukmini
Bakaba Vol 10, No 1 (2022)
Publisher : Laboratorium Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas PGRI Sumatera Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1126.751 KB) | DOI: 10.22202/bakaba.2022.v10i1.5864

Abstract

Penelitian ini dilatar belakangi dengan adanya bentuk permasalahan yang menarik, yaitu mengenai tradisi kembar mayang yang masih dipertahankan dan dilestarikan oleh masyarakat Desa Karangsoko Kecamatan Trenggalek Kabupaten Trenggalek. Dalam hal ini penulis membahas beberapa macam pokok permasalahan yaitu tentang apa yang melatar belakangi sejarah awal mula munculnya kembar mayang yang ada di Desa Karangsoko, penggunaan kembar mayang dalam prosesi pernikahan adat Jawa di Desa Karangsoko dan nilai-nilai filosofis yang terkandung dalam setiap bagian yang terdapat dalam kembar mayang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang sejarah adanya kembar mayang, tata cara penggunaan kembar mayang dalam pernikahan adat Jawa dan makna yang terkandung dalam kembar mayang yang masih terus digunakan dalam upacara pernikahan. Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah dengan menggunakan metode kualitatif deskriptif, dimana penulis menggambarkan dan menceritakan apa saja yang diperoleh dan dialami penulis secara langsung dilapangan mengenai tradisi kembar mayang dengan menggunakan data hasil dari observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa tradisi kembar mayang merupakan warisan turun-temurun dari nenek moyang yang biasa digunakan dalam setiap upacara pernikahan adat Jawa maupun kematian apabila masih berstatus lajang. Kemudian dalam kembar mayang terkandung beberapa macam nilai-nilai filosofis, yang diantaranya seperti nilai kepribadian yang dilambangkan dalam bentuk candi, belalang, kupat, cambuk yang terbuat dari (janur) dan daun puring, nilai biologis yang dilambangkan dalam bentuk kipas, burung, payung yang terbuat dari (janur) dan bunga mayang, nilai agama atau kerohanian yang dilambangkan dengan bentuk keris dan kelopak bunga yang terbuat dari (janur), daun pohon beringin, daun lancuran kuning dan pohon pisang dan nilai hukum yang dilambangkan dengan daun andong. Oleh karena itu kembar mayang menjadi sebuah bentuk media sebagai perantara doa kepada sang pencipta dan pesan-pesan yang baik bagi kedua pengantin dalam membangun sebuah hubungan rumah tangga yang harmonis dan bermanfaat bagi masyarakat, nusa dan bangsa
Kearifan Lokal Makanan Tradisional: Tinjauan Etnis Dan Fungsinya Dalam Masyarakat Suku Pasmah di Kaur Deva Juniarti
Bakaba Vol 9, No 2 (2021)
Publisher : Laboratorium Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas PGRI Sumatera Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1023.432 KB) | DOI: 10.22202/bakaba.2021.v9i2.4833

Abstract

Kearifan Lokal dalam sistem sosial tercermin dalam keadaan masyarakat yang aman, terpeliharanya kehidupan yang akrab dan penuh gotong royong. Makan bukan hanya soal makan tetapi proses di balik itu, yaitu bagaimana menjadikan makan sebagai cita rasa warisan budaya. Makanan tradisional merupakan wujud budaya yang berciri kedaerahan, spasifik, beraneka  macam dan jenis yang mencerminkan potensi alam daerah masing-masing. kebudayaan ini sebuah tardisi yang turun temurun menjadi makanan tradisional, khusunya makanan lemang, bipang, dan buak yang menjadi makana yang sampai saat ini masih exsis. Di kaur makanan tersebut menjadi kearifan lokal karena makan tersebut menjadi ciri khas makanan suku pasemah.fungsi  makanan tradisional di masyarakat suku pasemah di antaranya dapat di lihat dari menjalin ikatan sosial, kerukunan antar warga, mempererat persaudaraan,  termasuk untuk penanaman nilai-nilai spiritual dengan kata  lain bahwa makanan tradisional memiliki fungsi sebagai fungsi sosial, fungsi keagamaan, dan sebagai fungsi simbolik.  
Demokrasi dan Masyarakat Madani Budi Juliardi
Bakaba Vol 8, No 2 (2020)
Publisher : Laboratorium Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas PGRI Sumatera Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1139.443 KB) | DOI: 10.22202/bakaba.2020.v8i2.4052

Abstract

Democracy and civil society are two concepts that cannot be separated from one another. In essence, democracy will only be implemented well in a civil society. Correspondingly, a civil society will definitely implement the principles of democracy. Today, all countries in the world claim that they apply the concept of democracy. However, is the implementation of democracy carried out in accordance with democratic principles that should be adhered to by civil society? Not necessarily, because many countries claim to adhere to the principle of democracy, but its implementation is still not democratic.
Peningkatan Motivasi Siswa Dalam Pembelajaran Sejarah Melalui Pendekatan Kontekstual Sejarah Lokal Febri Orza
Bakaba Vol 8, No 1 (2019)
Publisher : Laboratorium Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas PGRI Sumatera Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1015.848 KB) | DOI: 10.22202/bakaba.2019.v8i1.4303

Abstract

This research attempts to solve the problem of the low motivation of students in history learning through contextual local history. This research was conducted in two cycles in four meetings using material at the proclamation of independence on August 17, 1945 which had been carried out in Salimpaung Public High School class XII IPS 2 which used the education unit level curriculum. The results of the study prove that student motivation increased after using local contextual history of 37.50% in fisrt cycle to 58.33% in cycle 2. Student creativity increased from 20.83% in cycle 1 to 45.83% in cycle 2 while assignments increased from 50% in cycle 1 to83.34% in cycle 2. This agreement was used by history teachers in the learning process.
Penerapan Model Pembelajaran Group Investigation Pada Pembelajaran Tematik Di Kelas II 2022 SD Negeri 07 Kauman Kec. Rao Selatan Kab. Pasaman Nelyanti Nelyanti
Bakaba Vol 10, No 2 (2022)
Publisher : Laboratorium Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas PGRI Sumatera Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1148.733 KB) | DOI: 10.22202/bakaba.2022.v10i2.6614

Abstract

Through the use of the Group Investigation learning model in Class II Semester July-December 2022 SD Negeri 07 Kauman, Rao Selatan District, Pasaman Regency, this PTK seeks to boost student motivation for thematic learning. The cycle approach is mostly applied in classroom action research (PTK). Actions are completed in two cycles, each of which consists of the planning, implementing, observing, and reflecting stages. I and II cycles were taught three times each. The semester from July to December 2022 consists of instructional activities, and the percentage formula is utilized for data analysis. The study's conclusions include the following: Between Cycle I and II, the students' interest in thematic learning has increased. Average student motivation in cycle I was 45.83%. cycle II, the typical Student motivation increased from 34.45% to 80.28%. We noticed student motivation in cycles I and II. In every way, student motivation increased significantly. The research's action hypothesis, which was accepted, is that adopting the group investigation learning model in Class II semesters July–December 2022 SD Negeri 07 Kauman, South Rao District, Pasaman Regency, students' learning motivation in thematic learning can be boosted.
Pendekatan Konstruktivisme Dalam Pembelajaran Sejarah Lokal Juliandry Kurniawan Junaidi
Bakaba Vol 7, No 1 (2018)
Publisher : Laboratorium Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas PGRI Sumatera Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1318.246 KB) | DOI: 10.22202/bakaba.2018.v7i1.3431

Abstract

This article tries to give input regarding innovation in history learning, especially in the aspect of the learning approach. Learning history is often regarded as a boring subject, full lessons with memorizing facts as well as the way the teaching is sometimes still using the old paradigm, where learning activities are teacher-centered, students only become passive subjects. To overcome this problem so that teaching history becomes more interesting and meaningful, it is necessary to find alternative solutions. The solution offered in this article is to use a constructivism approach, by applying this approach it is expected that students are able to build their knowledge independently so that they are able to capture the meaningfulness of a historical event. Especially local history which has been facilitated since the curriculum changes, because so far local history has not been seriously explored in historical teaching materials in schools. 
Kajian Pemukiman Majapahit di Trowulan Melalui Peninggalan Arkeologi Annajmia Sofi Camelia Prahasinta; Camelia Prahasinta
Bakaba Vol 9, No 2 (2021)
Publisher : Laboratorium Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas PGRI Sumatera Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1536.407 KB) | DOI: 10.22202/bakaba.2021.v9i2.4900

Abstract

Kerajaan Majapahit merupakan salah satu kerajaan besar dalam periode klasik Hindu-Buddha yang pernah berdiri di Nusantara. Pendiri dari Kerajaan Majapahit adalah Raden Wijaya. Majapahit pada abad XII - XV masehi merupakan sebuah negara adidaya dan adikuasa di kawasan Asia Tenggara. Wilayah Trowulan merupakan wilayah yang diduga sebagai bekas Ibukota kerajaan Majapahit.  Untuk melacak batas bekas kota Majapahit bisa dilakukan melalui kawasan situs Trowulan yang berada di wilayah Mojokerto, Jawa Timur. Artikel ini akan membahas mengenai pemukiman Majapahit di wilayah Trowulan dan sekitarnya dan ditulis dengan menggunakan metode sejarah yang terdiri dari pemilihan topik, heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi.
Petilasan Prabu Brawijaya V di Alas Ketonggo Srigati Ngawi Dian Rahma Nur Afifah
Bakaba Vol 9, No 1 (2021)
Publisher : Laboratorium Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas PGRI Sumatera Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1055.393 KB) | DOI: 10.22202/bakaba.2021.v9i1.4516

Abstract

Pengaruh mitos Alas Ketonggo Srigati, terhadap masyarakat antara lain : membentuk watak, kepercayaan,dan perbuatan dalam kehidupan sehari-hari. Untuk memasuki tempat tersebut juga harus sopan,tidak boleh berkata jorok, jika ingin mengunjungi tempat tersebut harus izin terlebih dahulu untuk mengindari hal-hal yang tidak diinginkan. Bukan hanya itu, Prabu Brawijaya V juga sempat meninggalkan baju kebesarannya ditempat itu. Hal itu, ia lakukan sebelum berangkat ke Gunung Lawu untuk Bertapa. Beberapa pengunjung yang menyukai hal mistis juga sempat melakukan komunikasi dengan makhluk halus atau penunggu Alas Ketonggo Srigati tersebut bahkan juga ada yang sudah melihat wujud mereka. Di Alas Ketonggo Srigati ini dipercaya juga oleh masyarakat sebagai tempat Bung Karno (Presiden RI Pertama) mengasingkan diri untuk berdoa. Pada hari-hari tertentu, situs Bung Karno itu menjadi salah satu jujukan bagi peziarah yang datang. Situs tersebut awalnya hanya berbentu sebuah batu. Karena sering dikunjungi peziarah,warga setempat selanjutnya membangun semacam pendopo yang dipergunakan untuk berkumpul bagi peziarah yang datang. Biasanya pada bulan suro diadakan semacam upacara dari keratin solo. Hingga saat ini masih simpang siur karena tidak ada saksi yang melihat Bung Karno berdoa diarea Srigati tersebut. Pesanggrahan Bung Karno terlihat lebih sederhana. Karena hanya ada lima tonggak yang menompang bilik kecil beratap asbes tanpa dilengkapi dinding, dan ditengahnya ada beberapa batu. Yang pasti di area hutan ini memang memiliki banyak situs atau peninggalan yang menjadi tujuan para peziarah untuk sekedar berdoa.
Harmonisasi Antar Etnik Jawa Minang Batak Studi Kasus di Daerah di Jambak Kabupaten Pasaman Barat Meldawati Meldawati
Bakaba Vol 6, No 2 (2017)
Publisher : Laboratorium Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas PGRI Sumatera Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (980.717 KB) | DOI: 10.22202/bakaba.2017.v6i2.2420

Abstract

Daerah Pasaman Barat sebelum tahun 2004 masih bahagian dari Pasaman secara umum. Sejak memekarkan diri menjadi kabupaten sendiri kabupaten Pasaman Barat memiliki beberapa kecamatan yang salah satunya kecamatan Luhak Nan Duo. Di Salah satu kecamatan ini terdapat sebuah kenagarian Koto Baru yang memiliki keberagaman masyarakat  Jawa, Minang dan Batak tepatnya di daerah Jambak. Pasaman merupakan Kabupaten yang terletak di Propinsi Sumatera Barat, yang terletak di daerah perbatasan antara daerah budaya Minangkabau dan daerah budaya Mandahiling (Batak). Daerah Pasaman merupakan heterogenitas penduduk yang tinggi di samping didiami oleh orang Minang, di daerah ini juga bermukim sejak abad-abad yang lalu bangsa Batak (Tapanuli).Harmonisasi antar etnik Didaerah Pasaman khususnya di Jambak terjalin atara etnik Jawa, Minang dan Batak. Untuk melihat bagaimana harminisasi hubungan atra ketiga etnik, maka dirumuskanlah masalah tentang bagaimana latarbelakang kedatangan etnik Jawa, Minang dan Batak di daerah Jambak, dan bagaimana harmonisasi hubungan atara etnik Jawa, Minang dan Batak di daerah Jambak. Setelah dilakukan penelitian ditemukan bahwa Kehadiran etnik Jawa di daerah ini erat kaitannya dengan program transmigrasi, baik transmigrasi Angkatan Darat dan transmigran Lokal di Sumatera Barat.Sementara etnik Minang sudah lama juga berada di daerah Luhak Nan Duo, sementara Kedatangan etnik Batak ke Pasaman khususnya kenagarian Koto Baru berbeda dengan istilah merantau pada masyarakat Minangkabau, Pola merantau etnik Batak lebih di kenal dengan Marjajo yaitu adalah suatu bentuk kebiasaan yang digemari oleh pemuda-pemuda Batak untuk melepaskan keinginannya ke daerah lain. Dalam hal ini dilakukan tanpa tujuan yang pasti merupakan kebiasaan yang telah terjadi secara turun temurun.