cover
Contact Name
Sanya Anda Lusiana
Contact Email
sanyalusiana@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
ejournal.gemkes@gmail.com
Editorial Address
Jl. Padang Bulan II Kelurahan Hedam Distrik Heram, Jayapura, Papua
Location
Kota jayapura,
P a p u a
INDONESIA
Gema Kesehatan
ISSN : 20885083     EISSN : 26548100     DOI : https://doi.org/10.47539/gk.v15i1
Core Subject : Health,
Gema kesehatan is published by Poltekkes Kemenkes Jayapura twice a year. p-ISSN 2088-5083/e-ISSN 2654-8100. Kemdikbudristek has accredited the Gema Kesehatan journal to rank four from 2019 to 2023 based on the decree:164/E/KPT/2021. We believe that open-source knowledge is able to produce something more treasured, giving an advantage to researchers, policy-makers and society in general. By collaborating committedly with authors, reviewers and editors we guarantee that the academic community will be given free access to explore into a wealth of highest quality research. All articles are published under a Creative Commons license: Attribution 4.0 International (CC-BY-SA) http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/, indicative of the fact that authors retain the copyrights of their work and hence, can freely use, reuse and share their articles. Prademic also allows authors to post their work online to any academic repository any time they wish. Gema Kesehatan (GK) implements the PKP Preservation Network (PKP PN), as can be seen in the records of The Keepers Registry and Garuda
Articles 10 Documents
Search results for , issue "Vol. 15 No. 1 (2023): Juni 2023" : 10 Documents clear
MINIMUM DIETARY DIVERSITY WOMEN (MDDW) PADA WANITA USIA SUBUR KURANG ENERGI KRONIK: MINIMUM DIETARY DIVERSITY AMONG WOMEN OF REPRODUCTIVE AGE WITH CHRONIC ENERGY DEFICIENCY widya ayu kurnia putri; Ibnu Zaki; Katri Andini Surijadti
GEMA KESEHATAN Vol. 15 No. 1 (2023): Juni 2023
Publisher : POLTEKKES KEMENKES JAYAPURA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47539/gk.v15i1.324

Abstract

Rendahnya kualitas dan kuantitas makanan merupakan penyebab utama terjadinya kurang energi kronik (KEK) pada wanita usaia subur (WUS). Prevalensi KEK pada WUS cukup tinggi. Kajian Kualitas pangan pada WUS masih terbatas. Oleh karena itu studi ini bertujuan untuk mengkaji kualitas pangan pada WUS yang beresiko KEK. Desain studi yang digunakan obeservasional. Responden merupakan wanita usia subur derusia 19-23 tahun yang memiliki LILA < 23,5 cm. Data MDDW diambil menggunakan recall 24-hour. Semua makanan yang dilaporkan dikonsumsi selama recall 24-hour diklasifikasikan ke dalam sepuluh kelompok pangan. Data yang terkumpul dianalisis menggunakan program SPSS 20.0, data MDDW di sajikan dalam data frekuensi dan persentase. Hasil Penelitian ini menunjukan bahwa skor mddw 6 merupakan skor yang paling tinggi dengan presentase 31,4%. dari 35 wanita usia subur sebesar 100% wanita usia subur mengkonsumsi kelompok makanan pokok yaitu serealia dan umbi umbian, sebesar 88,6% mengkonsumsi kelompok sayuran lainnya dan 85,7 % mengkonsumsi daging. Sedangkan konsumsi terendah berada pada kelompok kacang kacangan dan kacang polong yaitu sebesar 15,3%. Skor Minimum Dietary Diversity Women (MDDW) pada Wanita Usia Subur 30% berada pada kategori Tinggi. Kesimpulan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa berdasarkan Minimum Dietary Diversity Women (MDDW) pada wanita usia subur yang beresiko KEK menunjukkan kelompok pangan makanan pokok merupakan kelompok pangan yang dikonsumsi paling banyak oleh wus dan kemudian kelompok pangan sayur lainnya. Berdasarkan MDDW pada wanita usai subur skor 6 merupakan skor dengan persentase terbanyak. Sebagian besar subjek memiliki keragaman pangan yang tinggi. Kata Kunci: Keragaman pangan, MDDW, Wanita Usia Subur   The prevalence of chronic energy deficiency among women of reproductive age in Indonesia is high. Low dietary diversity is one of the main risk factors for chronic energy deficiency in women of childbearing age. Several different tools are used to assess the variety of food consumption. One is the Minimum Dietary Diversity Women (MDDW) score. The MDDW score is an indicator recommended by FAO to provide comprehensive data on community dietary diversity as reflected in dietary diversity. The limited number of reports on dietary diversity in specific groups, particularly women of childbearing age at risk of chronic energy deficiency, and the inconsistent results of studies on dietary diversity prompted this study as an effort to provide evidence-based information. It will evaluate dietary diversity in women of reproductive age at risk of chronic energy intake. Type of study used: observational, cross-sectional. Respondents were women of childbearing age aged 19-23 years with upper arm circumference < 23.5 cm. MDDW scores were collected using 24-hour recall and analyzed. Descriptive analysis was used in this study, with MDDW score data presented as frequencies and percentages. SPSS 20.0 was used for data analysis. The results showed that the MDDW score of women of childbearing age was highest at a score of 6, with a rate of 31.4%. All respondents (100%) consumed staple food groups such as cereals and tubers, 88.6% consumed other vegetable groups, and 85.7% consumed meat. The beans and peas group had the lowest consumption, at 15.3%. In total, 30% of the respondents had a high MDDW score. The conclusion of this study shows that MDDW in women of childbearing age at risk of chronic energy deficiency consume staple foods and other vegetable food groups. Most of the subjects have a high dietary diversity. Keywords: Dietary diversity, MDDW, Women of reproductive age
EFEKTIVITAS KULIT SINGKONG, AMPAS TEBU DAN KULIT PISANG KEPOK SEBAGAI KARBON AKTIF: THE EFFICACY OF CASSAVA PEEL, SUGARCANE BAGASSE, AND KAPOK BANANA PEEL AS ACTIVATED CARBON Fara Chitra; Nuri Andriani; Hendra Budi Sungkawa
GEMA KESEHATAN Vol. 15 No. 1 (2023): Juni 2023
Publisher : POLTEKKES KEMENKES JAYAPURA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47539/gk.v15i1.325

Abstract

Limbah cair percetakan merupakan hasil dari kegiatan industri percetakan yang dapat mencemari lingkungan air dan tanah dengan cara melepaskan nitrat dan logam-logam berat yang terkandung didalamnya salah satunya yaitu timbal. Upaya yang dapat dilakukan untuk menurunkan kadar timbal (Pb) adalah dengan menggunakan adsorben. Adsorben yang paling banyak digunakan adalah karbon aktif. Ada beberapa bahan yang dapat digunakan sebagai bahan karbon aktif seperti kulit singkong, amapas tebu dan kulit pisang kepok yang mengandung selulosa. Tujuan penelitian ini adalah untuk membandingkan efektivitas karbon aktif terhadap penurunan kadar timbal limbah cair percetakan yang dibuat dengan variasi bahan yaitu kulit singkong, ampas tebu dan kulit pisang kepok. Desain penelitian ini berbentuk Pre-Experimental Design dengan metode Spektrofotometri Serapan Atom untuk menentukan kadar timbal (Pb) pada limbah cair percetakan. Populasi pada penelitian ini adalah limbah cair percetakan yang dihasilkan dari sembilan percetakan yang berada di Kabupaten Sintang. Jumlah sampel yang digunakan adalah sebanyak 27 sampel yang terdiri dari limbah cair percetakan yang belum ditambahkan karbon aktif dan limbah cair percetakan yang sudah ditambahkan dengan karbon aktif yang dibuat dari kulit singkong, kulit pisang kepok dan ampas tebu. Hasil penelitian didapatkan bahwa dengan penambahan karbon kulit singkong, karbon ampas tebu dan karbon kulit pisang kepok didapatkan presentase penurunan sebesar  82,35%, 64,70% dan 52,94% dari kadar timbal (Pb) sebelum perlakuan. Penurunan kadar timbal (Pb) yang paling baik adalah dengan penambahan karbon aktif kulit singkong dengan presentase penurunan sebesar 82,35% dari rata-rata kadar timbal (Pb) 0,17 mg/L menjadi 0,03 mg/L. Berdasarkan uji Anova diperoleh nilai signifikasi dengan p-value = 0,000.  Disimpulkan bahwa terdapat perbedaan efektivitas kulit singkong, kulit pisang kepok dan ampas tebu sebagai karbon aktif dalam menurunkan kadar timbal limbah cair percetakan. Kata kunci: Pencemaran lingkungan,  Kadar timbal, Kulit singkong, Ampas tebu, Karbon aktif   Printing liquid waste is the result of printing industry activities which can pollute the water and soil environment by releasing nitrates and heavy metals contained therein, one of which is lead. Efforts that can be made to reduce levels of information (Pb) are to use adsorbents. The most widely used adsorbent is activated carbon. Several materials can be used as active carbon materials, such as cassava peels, sugarcane pulp, and kapok banana peels containing cellulose. This study aimed to compare the effectiveness of activated carbon in reducing lead levels in printing liquid waste made with various materials, namely: cassava peel, sugarcane bagasse, and kapok banana peel. The research design is a Pre-Experimental Design with the Atomic Absorption Spectrophotometry method to determine the levels of lead (Pb) in printing wastewater. The population in this study was printing liquid waste generated from nine printing houses in Sintang District. The number of samples used was 27 consisting of printing liquid waste that had not been added activated carbon and printing liquid waste that had been added with activated carbon made from cassava peels, kapok banana peels, and sugarcane bagasse. The results showed that with cassava peel carbon, bagasse carbon, and kapok banana peel carbon, the percentage of lead (Pb) before treatment decreased by 82.35%, 64.70%, and 52.94%. The best reduction in lead (Pb) levels was the addition of activated carbon from cassava peels, with a reduction percentage of 82.35% from an average lead (Pb) content of 0.17 mg/L to 0.03 mg/L. Based on the ANOVA test, a significance value was obtained with p-value = 0.000. It was concluded that there were differences in the effectiveness of cassava peels, kapok banana peels, and bagasse as activated carbon in reducing lead levels in printing wastewater. Keywords: Environmental pollution, Lead content, Cassava peel, Sugarcane bagasse, Activated carbon
PELAYANAN KEPERAWATAN SECARA HOLISTIK BERHUBUNGAN DENGAN KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP: HOLISTIC NURSING CARE ASSOCIATED WITH INPATIENT SATISFACTION Nur Yeti Syarifah; Patria Asda
GEMA KESEHATAN Vol. 15 No. 1 (2023): Juni 2023
Publisher : POLTEKKES KEMENKES JAYAPURA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47539/gk.v15i1.330

Abstract

Pasien yang dirawat inap terutama di ruang penyakit dalam memiliki permasalahan yang lengkap tidak hanya dalam aspek biologis namun juga aspek psikologis, sosiologis dan spiritual. Dengan demikian perawat mempunyai peran yang sangat penting dalam memberikan pelayanan secara holistik. Dalam  kenyataannya, pelayanaan keperawatan di rumah sakit secara menyeluruh belum terlaksana secara optimal terutama pada pasien dengan penyakit kronis atau pasien yang berresiko mengalami masalah psikologis. Pemberian pelayanan keperawatan secara holistik dipercaya dapat meningkatkan kenyamanan pasien dalam menjalankan pengobatan, yang pada akhirnya meningkatkan kepuasan pasien. Pelayanan keperawatan secara holistik perlu dilakukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan di rumah sakit.  Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan pelayanan keperawatan holistik dengan kepuasan pasien di ruang rawat inap.  Rancangan penelitian menggunakan cross sectional survey dan sampel di pilih dengan purposive sampling sejumlah 32 orang. Analisa data menggunakan analisa univariate dan  bivariate menggunakan uji statistik somers’d. Hasil penelitian menunjukkan pelayanan keperawatan holistik dalam kategori baik (62,5%) dan kepuasan pasien kategori puas (65,6%). Hasil uji korelasi menemukan hubungan antara pelayanan keperawatan holistik dengan kepuasan pasien  (sig 0,000<0,05). Kesimpulan penelitian menyatakan bahwa pemberian pelayanan keperawatan secara holistik berhubungan dengan kepuasan pasien rawat inap. Kata kunci : Kepuasan pasien, Pelayanan keperawatan holistik, Rawat inap   Hospitalized patients, especially in the internal medicine room, have complete biological, psychological, sociological, and spiritual problems. Nurses have a vital role in providing holistic nursing services. In reality, sometimes, nursing services in hospitals have not been carried out optimally, especially in patients with chronic diseases or patients who are at risk of experiencing psychological problems. Implementing holistic nursing services could increase patient comfort in treatment, increasing patient satisfaction. Holistic nursing services need to be done to improve the quality of services in hospitals. This study aims to determine the correlation between holistic nursing services and patient satisfaction. This research design was cross-sectional, and the purposive method took 32 respondents as the sample. Data were analyzed using univariate and Somers's statistical tests. The results of this study showed that holistic nursing services were in the excellent category (62.5%), and patient satisfaction was in the satisfied class (65.6%). The results of the correlation variable found a relationship between holistic nursing services and patient satisfaction (sig 0.000<0.05). This study's conclusion showed that implementing holistic nursing services is associated with patient satisfaction. Keywords: Inpatient, Nursing holistic services, Patient satisfaction    
PENGARUH KONSTRUKSI TERHADAP KUALITAS BAKTERIOLOGIS COLI TINJA DAN STRATEGI PENGENDALIAN PADA AIR SUMUR GALI DI KOYA BARAT MUARA TAMI KOTA JAYAPURA: THE EFFECT OF CONSTRUCTION ON THE BACTERIOLOGICAL QUALITY OF FECAL COLIFORM AND STRATEGIES IN CONTROLLING DUG WELL WATER AT KOYA BARAT MUARA TAMI, JAYAPURA CITY Amiruddin; Novita Medyati; Auldry F Walukow
GEMA KESEHATAN Vol. 15 No. 1 (2023): Juni 2023
Publisher : POLTEKKES KEMENKES JAYAPURA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47539/gk.v15i1.395

Abstract

Konstruksi sumur gali yang  tidak memenuhi syarat sesuai dengan persyaratan yang dikeluarkan oleh Kepmen PUPR tahun 2016 tentang pembuatan sumur gali dapat menyebabkan air sumur gali mudah terkontaminasi melalui rembesan yang berasal dari kotoran manusia ataupun hewan, dikarenakan sumur gali menyediakan air yang berasal dari lapisan tanah yang dekat dengan permukaan. Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh konstruksi sumur gali terhadap bakteriologis coli tinja dan  menganalisis strategi pengendalian bakteriologis coli tinja air sumur gali. Jenis penelitian deskriptif analitik yang mana dilakukan penilaian kondisi fisik, menganalisis kandungan bakteriologis coli tinja menggunakan metode Most Probable Number, menganalisis pengaruh  konstruksi sumur gali terhadap bakteriologis coli tinja menggunakan uji Chi-Square dengan aplikasi SPSS versi 19, serta menganalisis strategi pengendalian kualitas bakteriologis coli tinja menggunakan analisis SWOT. Populasi berjumlah 170 sumur gali. Sampel diambil 20% berdasarkan Arikunto 170 x 0,20 = 34 sumur gali. Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh dinding dan bibir sumur gali terhadap kualitas bakteriologis coli tinja dengan nilai sig. (0,000), terdapat pengaruh lantai sumur gali terhadap kualitas bakteriologis coli tinja dengan nilai sig. (0,005), strategi yang digunakan dalam pengendalian kualitas bakteriologis coli tinja di Koya barat adalah strategi memanfaatkan kekuatan (strengths) untuk menghindari ancaman (threats) yaitu meningkatkan kualitas air sumur gali seiring bertambahnya jumlah penduduk, meningkatkan  pengelolaan limbah peternakan dengan baik, meningkatkan cara pembuatan septictank yang memenuhi syarat, meningkatkan informasi kepada masyarakat cara pembuatan sumur gali yang baik, meningkatkan informasi dan pengawasan kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga kualitas air agar terhindar dari berbagai penyakit. Kata Kunci: Air sumur, Bakteriologis coli tinja, Konstruksi   The construction of dug wells that do not meet the requirements by the requirements issued by the Minister of PUPR in 2016 can cause explored well water to be easily contaminated through seepage originating from human or animal feces because dug wells provide water that comes from layers of soil close to the surface. This study aimed to analyze the effect of the construction of drilled wells on the bacteriology of fecal coli and the bacteriological control strategies of fecal coli in searched well water. This type of research is Analytical Descriptive where the physical condition is assessed, analyzing the bacteriological content of fecal coli using the Most Probable Number method, analyzing the effect of dug well construction on the bacteriological fecal coli using the Chi-Square test with the SPSS application version 19 and exploring the bacteriological quality control strategy of fecal coli using analyzing SWOT. The population is 170 dug wells. Samples were taken 20% based on Arikunto 170 x 0.20 = 34 drilled wells. The results showed that there was an effect of the walls and lip of the dug well on the bacteriological quality of fecal coli with a sig value (0.000), there was an effect of the floor of the searched well on the bacteriological quality of fecal coli with a sig value (0.005), the strategy used in controlling the bacteriological quality of fecal coli in Koya west is a strategy of utilizing strengths to avoid threats, namely improving the quality of dug well water as the population increases, improving livestock waste management properly, improving how to make septic tanks that meet the requirements, increasing information to the public on how to make good dug wells, increasing knowledge and supervision to the public about the importance of maintaining water quality to avoid various diseases. Keywords: Bacteriology of fecal coli, Construction, Well water  
PENGARUH PEMBERIAN SUPLEMEN VITAMIN C TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH PUASA PADA PASIEN PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2: THE EFFECT OF VITAMIN C ADMINISTRATION ON FASTING BLOOD GLUCOSE LEVELS IN PATIENTS WITH DIABETES MELITUS TYPE 2 Heny Yulia Rahmawati; Mustaming; Sresta Azahra
GEMA KESEHATAN Vol. 15 No. 1 (2023): Juni 2023
Publisher : POLTEKKES KEMENKES JAYAPURA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47539/gk.v15i1.402

Abstract

Pemberian antioksidan dapat menjadi salah satu upaya mengatasi stress oksidatif. Salah satu antioksidan yaitu vitamin . Vitamin C adalah salah satu antioksidan yang bermanfaat dalam menghambat aktivitas radikal bebas dan berperan dalam meningkatkan jumlah insulin, berkontribusi mencegah penurunan massa sel beta dan mengurangi toksisitas glukosa,  memodulasi aksi insulin pada penderita DM, terutama dalam metabolisme glukosa non oksidatif. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pemberian suplemen vitamin C terhadap kadar glukosa darah puasa pada pasien diabetes melitus tipe 2. Vitamin C mempunyai struktur yang mirip dengan glukosa sehingga vitamin C dapat menggantikannya dalam proses glikolisis non enzimatik. Vitamin C sebagai antioksidan dapat meningkatkan insulin sehingga mampu menurunkan kadar glukosa darah dan mengurangi toksisitas dari glukosa.  Metode penelitian bersifat quasi eksperimen dengan pre and post test without control. Teknik sampel consecutive sampling. Sampel penelitian sebanyak 32 sampel dengan responden diberikan suplemen vitamin C dosis 250mg/hari selama 5 hari. Analisa data menggunakan uji Wilcoxon. Hasil penelitian didapatkan rata-rata kadar glukosa darah puasa sebelum konsumsi suplemen vitamin C sebesar 255mg/dL sedangkan rata-rata kadar glukosa darah puasa setelah konsumsi suplemen vitamin C sebesar 252,47 mg/dL. Hasil uji Wilcoxon didapatkan p <  (0,05), yaitu p value = 0,032 yang berarti ada pengaruh konsumsi suplemen vitamin C terhadap kadar glukosa darah puasa pada pasien penderita diabetes melitus tipe 2. Kesimpulan penelitian yaitu ada pengaruh konsumsi suplemen vitamin C terhadap kadar glukosa darah puasa pada pasien penderita diabetes melitus tipe 2. Kata kunci: Glukosa Darah, Pasien diabetes mellitus Tipe 2, Vitamin C   Giving antioxidants can be an effort to overcome oxidative stress. One of the antioxidants is vitamins. Vitamin C is a good antioxidant and helps inhibit free radical activity and contributes to increasing the amount of insulin, preventing a decrease in beta cell mass and reducing glucose toxicity, modulating insulin action in DM patients, especially in non-oxidative glucose metabolism. This study aimed to determine the effect of vitamin C supplements on fasting blood glucose levels in patients with type 2 diabetes mellitus. The research method is quasi-experimental with pre and post-test without control—consecutive sampling technique. The research sample consisted of 32 samples with respondents being given vitamin C supplements at a dose of 250 mg/day for five days—data analysis using the Wilcoxon test. The results showed that the average fasting blood glucose level before taking vitamin C supplements was 255mg/dL. In comparison, the intermediate fasting blood glucose level after taking vitamin C supplements was 252.47 mg/dL. Wilcoxon test results obtained p < (0.05), i.e., p-value = 0.032, meaning that vitamin C supplement consumption affects fasting blood glucose levels in patients with type 2 diabetes mellitus. Fasting blood in patients with type 2 diabetes mellitus. Equations. Keywords: Blood glucose, Type 2 diabetes mellitus patients, Vitamin C
FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA KEHAMILAN TRIMESTER III: FACTORS ASSOCIATED WITH ANEMIA IN THE 3rd TRIMESTER OF PREGNANCY Fitra Arsy Nur Cory'ah; Suwanti Suwanti; Ni Nengah Arini Murni
GEMA KESEHATAN Vol. 15 No. 1 (2023): Juni 2023
Publisher : POLTEKKES KEMENKES JAYAPURA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47539/gk.v15i1.406

Abstract

Prevalensi anemia secara global pada kehamilan masih cukup tinggi, salah satunya di Indonesia yang merupakan negara yang sedang berkembang Anemia dalam kehamilan berkaitan erat dengan morbiditas bahkan mortalitas pada ibu serta bayi, serta meningkatkan kasus keguguran, kelahiran prematur, infeksi, bahkan anemia zat besi yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin hingga dewasa jika tidak tertangani dengan baik. Faktor eksternal lainnya yang dapat biasa berkontribusi terhadap terjadinya anemia pada kehamilan, meliputi usia, pekerjaan, pendidikan, pendapatan keluarga, tingkat pengetahuan, jumlah anak, jarak kehamilan, dan komitmen ibu hamil untuk minum tablet tambah darah dan lain sebagainya. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis hubungan faktor penyebab dengan kejadian anemia pada kehamilan trimester III di Puskesmas wilayah kota Mataram dan Lombok Barat. Rancangan dari penelitian ini yaitu korelasional melalui pendekatan crossectional. Populasi penelitian yaitu ibu hamil dan dengan jumlah sampel 188 orang. Data di analisis  secara bivariat dan multivariat. Hasil penelitian didapatkan bahwa terdapat hubungan antara usia p-value 0,036, pendapatan p-value 0,037 dan kepatuhan mengkonsumsi Fe p-value 0,031 dengan kejadian anemia pada ibu hamil. Diharapkan pihak puskesmas secara berkesinambungan dapat meningkatkan upaya promotif dan preventif dalam mengatasi anemia pada kehamilan. Kata Kunci: Anemia, Kehamilan, Trimester III   Globally, anemia in pregnancy is still very high, mostly in developing countries, including Indonesia. Decreasing hemoglobin in our blood, primarily during pregnancy, is closely related to morbidity and mortality. It increases the risk of miscarriage, premature birth, infection, and even iron deficiency anemia which often occurs in pregnancy and can hurt the growth and development of a fetus or baby to adulthood if not appropriately handled. Other external factors contributing to anemia in pregnancy include age, profession, education, family income, level of knowledge, parity, the distance between pregnancies, and the commitment of pregnant women to take vitamins during pregnancy, etc. This study aims to analyze the relationship between the causal factors and the case of anemia in the third trimester of pregnancy at Primary Health Care in Mataram and West Lombok—the research designed by correlational study with a cross-sectional. The population of this research is pregnancies, with a total sample are 188 peoples: Bivariate and multivariate analysis. The research results were obtained. There is a correlation between age p-value of 0.036, income p-value of 0.037, and adherence to consuming Fe p-value of 0.031 with the incidence of anemia in pregnancies. It is hoped that the puskesmas can continuously improve promotive and preventive efforts in overcoming anemia in pregnancy. Keywords: Anemia, Pregnancy, 3rd Trimester
STRATEGI SEFT (SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE) DALAM MENANGGULANGI PEROKOK AKTIF PADA REMAJA: THE SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE ON DECREASING ACTIVE SMOKER AMONG ADOLESCENT Azmy Ali Muchtar; H.M.Ali Muchtar
GEMA KESEHATAN Vol. 15 No. 1 (2023): Juni 2023
Publisher : POLTEKKES KEMENKES JAYAPURA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47539/gk.v15i1.411

Abstract

Seluruh pihak sependapat bahwa rokok dapat merugikan banyak hal dan banyak orang, bungkus rokok sudah memasang berbagai himbauan agar orang tidak merokok atau sekedar berpikir efek dari rokok yang terparah yaitu dapat menyebabkan kematian, akan tetapi masih banyak orang yang menentukan untuk membeli rokok dan merokok. Fenomena remaja yang merokok merupakan bukan suatu hal baru akan tetapi semakin tahun perokok remaja jumlahnya semakin meningkat dan mengkhawatirkan. Maka dari itu sangat diperlukan sebuah metode therapy untuk menghilangkan kecanduan rokok para remaja. Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) diyakini merupakan sebuah solusi metode yang tepat untuk menghilangkan kecanduan merokok pada remaja khususnya. Tujuan dari penelitian ini ialah untuk memberitahukan hasil penerapan Strategi Seft (Spiritual Emosional Freedom Technique) dalam menanggulangi perokok aktif dikalangan remaja. Metode penelitian dalam penelitian ini ialah quasi experimental dengan model pretest dan posttest dengan sampel sebanyak 13 remaja yang masih berstatus pelajar yang berada dalam rentang usia 13 – 16 tahun dan merupakan remaja yang merokok. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa terdapat 12 data negatif (N) yang artinya ke 12 peserta penelitian “siswa” perilaku merokoknya menurun dari nilai pre test ke nilai post test. Besaran nilai rata-rata dari penurunan itu adalah 6.50. Adapun nilai 78.00 merupakan rengking negatif/Sum of Ranks. Berdasarkan output “Test Statitics” nilai Asymp Sig (2-tailed) sebesar 0,002. Nilai 0,002 lebih kecil daripada < 0,05 sehingga disimpulkan bahwa perilaku merokok pada remaja mengalami perbedaan dan ditarik sebuah kesimpulan bahwa “terapi seft dapat menurunkan kecanduan merokok pada remaja”. Kata Kunci: Perokok aktif,  Remaja, Terapi spiritual emotional freedom technique   All parties agree that smoking can harm many things. Many people, cigarette packs have posted various appeals so that people don't smoke or think the worst effect of smoking is that it can cause death. However, many people still decide to buy cigarettes and smoke. The phenomenon of teenagers smoking is not new. Still, the number of teenage smokers is increasing and worrying every year. Therefore, a therapeutic method is needed to eliminate smoking addiction among teenagers. The Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) is believed to be an appropriate solution for eliminating adolescent smoking addiction. This study aims to inform the results of implementing the Seft Strategy (Spiritual Emotional Freedom Technique) in tackling active smoking among adolescents. The research method in this study was quasi-experimental with pretest and posttest models with a sample of 13 adolescents who were still students in the age range of 13-16 years and were teenagers who smoked. The results of this study stated that there were 12 harmful data (N), which means that the 12 study participants "students" smoking behavior decreased from the pre-test scores to the post-test values. The average value of the decrease is 6.50. The value of 78.00 is a ranking..negative/Sum..of.Ranks. Based on the output of "Test Statistics," the importance of Asymp Sig (2-tailed) is 0.002. The value of 0.002 is more minor than <0.05, so it is concluded that smoking behavior in adolescents is different, and a conclusion is drawn that "soft therapy can reduce smoking addiction in adolescents. "      Keywords: Active smokers, Adolescents, Spiritual emotional freedom technique therapy  
ANALISIS DAYA TERIMA, KADAR PROTEIN DAN VITAMIN C NUGET IKAN BANDENG DENGAN PENAMBAHAN TEPUNG RUMPUT LAUT SEBAGAI CAMILAN UNTUK MENINGKATKAN IMUNITAS TUBUH: ANALYSIS OF ACCEPTANCE, PROTEIN CONTENT, AND VITAMIN C OF MILKFISH NUGGETS WITH THE ADDITION OF SEAWEED FLOUR AS A SNACK TO INCREASE BODY IMMUNITY Siti Nur Azizah Rahma Haris nur azizah; Musdalifah Syamsul; Kurnia Yusuf; Icha Dian Nurcahyani; St Nur intang
GEMA KESEHATAN Vol. 15 No. 1 (2023): Juni 2023
Publisher : POLTEKKES KEMENKES JAYAPURA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47539/gk.v15i1.415

Abstract

Ikan bandeng dan rumput laut yang mudah mengalami kerusakan dapat diolah menjadi makanan beku cepat saji yang sehat berupa nuget. Nuget merupakan makanan padat yang banyak disukai mulai dari anak-anak, remaja, dewasa hingga lansia. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis daya terima, kadar protein, vitamin C nuget ikan bandeng yang ditambahkan dengan tepung rumput laut. Penelitian eksperimental ini merupakan pre-experimental design dengan jenis penelitian one-shot case study. Analisis data untuk mencari hasil tertinggi dari uji daya produk menggunakan uji Kruskal-Wallis dengan uji lanjut Mann-Whitney. Hasil uji daya terima nuget terhadap aspek warna yang paling banyak disukai dengan kategori kuning keemasan adalah F3 sebesar 68,9%, aspek aroma paling banyak disukai dengan kategori sedikit harum adalah F2 sebesar 63,9%, aspek rasa paling banyak disukai dengan kategori gurih adalah F2 sebesar 59%%, serta aspek tekstur paling banyak disukai dengan kategori lembut adalah F2 sebesar 68,9%. Hasil analisis data menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan diantara perlakuan penambahan tepung rumput laut pada nuget baik dari aspek warna, aroma, rasa dan tekstur. Secara keseluruhan, nuget ikan bandeng yang ditambahkan tepung rumput laut yang memiliki daya terima cukup baik dengan nilai tertinggi adalah F3 dengan nilai rata-rata sebesar 64,13. Kandungan protein F3 dalam 100 gram sebesar 12,66% lebih rendah dibandingkan F0 sebesar 14,26%, sedangkan kandungan vitamin C F3 dalam 100 gram sebesar 8,72 mg lebih tinggi dibandingkan F0 sebesar 4,91 mg. Kata kunci: Daya Terima, Nuget, Protein,  Vitamin C   Milkfish and seaweed, perishable food, can be processed into healthy fast food like frozen nuggets. Nuggets are a popular solid food enjoyed by many individuals, from children and teenagers to adults and older people. This study analyzed the acceptability, protein content, and vitamin C levels of milkfish nuggets supplemented with seaweed flour. The research design employed was a pre-experimental one-shot case study type design. The Kruskal-Wallis test with the Mann-Whitney posthoc test was used to determine the optimal treatment yielding the highest results for data analysis. The results of the acceptability test for the nuggets indicated that the color aspect most preferred by the participants was a golden yellow shade, with F3 achieving 68.9%. Regarding aroma, the slightly fragrant category received the highest preference, with F2 scoring 63.9%. The tasty variety was the most favored for taste, with F2 achieving 59%. Regarding texture, the soft type was the most preferred, with F2 scoring 68.9%. Data analysis revealed significant differences between the treatments involving the addition of seaweed flour to the nuggets, encompassing color, aroma, taste, and texture aspects. Overall, milkfish nuggets supplemented with seaweed flour exhibited fairly good acceptability, with F3 attaining the highest average score of 64.13. The protein content of F3 per 100 grams was 12.66%, lower than F0, which measured 14.26%. On the other hand, the vitamin C content of F3 per 100 grams was 8.72 mg, higher than F0, which measured 4.91 mg. Keywords: Acceptance Test, Nuggets, Protein, Vitamin C
UJI DAYA TERIMA, ANALISIS KADAR ZAT GIZI PADA BISKUIT LABU KUNING DAN DAUN KELOR: THE ACCEPTANCE TEST AND ANALYSIS OF NUTRITIONAL CONTENT IN YELLOW PUMPKIN AND MORINGA LEAVES BISCUIT Nidya Pratiwi; Andi Rahmaniar MB; Fitri Wahyuni; Musdalifah Musdalifah
GEMA KESEHATAN Vol. 15 No. 1 (2023): Juni 2023
Publisher : POLTEKKES KEMENKES JAYAPURA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47539/gk.v15i1.416

Abstract

Biskuit merupakan salah satu produk pangan yang sangat diminati hampir semua kalangan, mulai dari anak-anak hingga orang tua. Biskuit dibuat melalui proses pemanggangan, memiliki rasa yang gurih, teksturnya yang renyah, dan memiliki daya simpan yang lama karena kadar air yang rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui uji daya terima dan analisis kadar zat gizi (protein, zat besi dan vitamin C) pada biskuit dengan penambahan tepung labu kuning dan tepung daun kelor. Jenis penelitian ini adalah experimental dengan esain yaitu posttest one shoot dengan 4 perlakuan. Perlakuan yang dilakukan yaitu dengan penambahan tepung labu kuning dan tepung daun kelor dengan perbandingan tepung terigu, tepung labu kuning dan tepung daun kelor yaitu masing-masing F1 (125:0:0), F2 (100:15:10), F3 (90:20:15), F4 (80:25:20). Analisis data yang digunakan uji Kruskal Wallis dengan uji lanjut Mann-Whitney. Hasil uji daya terima dari aspek warna yang paling banyak disukai adalah formula F4, sedangkan dari aspek rasa, aroma dan tekstur yang paling banyak disukai adalah formula F3. Hasil analisis kandungan protein dalam 100 gram sampel pada sampel F1 dan F3, terjadi peningkatan yaitu sebesar 5,63 mg. Hasil analisis kandungan zat besi dalam 100 gram pada sampel F1 dan F3 terjadi peningkatan yaitu sebesar 17,61 mg. Hasil analisis kandungan vit C dalam 100 gram pada sampel F1 dan F3 terjadi peningkatan yaitu sebesar 15,12 mg. Berdasarkan hasil uji daya terima biskuit dengan penambahan tepung labu kuning dan tepung daun kelor yang memiliki nilai uji organoleptik yang paling disukai adalah F3 dengan nilai total rata-rata 22,51 namun jika dibandingkan dengan kelompok kontrol F1 masih lebih disukai. Hasil analisis kandungan protein, zat besi dan vit C pada biskuit mengalami peningkatan dengan dilakukannya penambahan tepung labu kuning dan tepung daun kelor. Kata kunci: Biskuit,  Daun kelor, Labu kuning   Biscuits are a popular food product many social groups enjoy, from children to older people. Biscuits are a type of food made using a baking process. In addition, this food has a savory taste and gradually becomes less sweet, has a crunchy texture, and has a long shelf life due to its low water content. This study aims to determine the acceptance test, protein, iron, and vitamin C content in biscuits by adding pumpkin flour and Moringa leaf flour. This type of research is Experimental; the research design used is a posttest one-shoot design with four treatments. The treatment was carried out by adding pumpkin flour and Moringa leaf flour, with a ratio of wheat flour, pumpkin flour, and Moringa leaf flour (125:0:0,100:15:10, 90:20:15, 80:20:20). Data analysis used the Kruskal Wallis test with the Mann-Whitney follow-up test. The results of the research on the acceptability test from the color aspect showed that the most preferred is the F4 formula, while from the taste, aroma, and texture aspects, the most chosen is the F3 formula. The results of the analysis of the protein content in 100-gram samples in samples F1 and F3 showed an increase of 5.63 mg. The analysis of the iron content in 100 grams in samples F1 and F3 showed a rise of 17.61 mg. The study results of the vitamin C content in 100 grams in pieces F1 and F3 showed an increase of 15.12 mg. Based on the results of the biscuit acceptability test with the addition of pumpkin flour and moringa leaf flour, the most preferred organoleptic test value was F3, with an average total value of 22.51, but when compared to the control group, F1 was still selected. The analysis results of the biscuits' protein, iron, and vitamin C content increased with pumpkin flour and moringa leaf flour. Keywords: Biscuits, Moringa Leaves, Yellow Pumpkin
FORMULASI COOKIES BERBAHAN TEPUNG UBI JALAR KUNING (IPOMOEA BATATAS L.) DAN TEPUNG IKAN OCI (SELAROIDES LEPTOLEPIS) SEBAGAI ALTERNATIF MP-ASI BALITA: THE COOKIES FORMULATIONS FROM YELLOW SWEET POTATO (IPOMOEA BATATAS L.) AND OCI FISH FLOUR (SELAROIDES LEPTOLEPIS) AS ALTERNATIVES TO TODDLERS' COMPLEMENTARY FOOD Sriyanti; Merinta Sada; Ni Nengah Asti Kartika Sari
GEMA KESEHATAN Vol. 15 No. 1 (2023): Juni 2023
Publisher : POLTEKKES KEMENKES JAYAPURA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47539/gk.v15i1.421

Abstract

Makanan pendamping ASI dapat dikembangkan dari pangan lokal dengan nilai gizi yang baik seperti ubi jalar kuning (kelompok umbi-umbian) dan ikan oci (produk perikanan). Ubi jalar kuning, selain sebagai sumber energi juga mengandung mikronutrien yang mendukung tumbuh kembang anak. Sementara ikan oci merupakan sumber protein penting dan asam lemak yang sangat baik untuk pertumbuhan. Tujuan penelitian adalah untuk menghasilkan MP-ASI dalam bentuk cookies dengan memanfaatkan tepung ubi jalar kuning serta tepung ikan oci. Penelitian dilaksanakan pada September hingga November 2020 di Laboratorium Penyelenggaraan Makanan Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Sorong. Jenis penelitian adalah eksperimen dengan desain Rancangan Acak Lengkap (RAL). Formulasi cookies terdiri dari 3 formulasi berdasarkan perbandingan komposisi tepung ubi jalar kuning dengan tepung ikan oci yaitu F1 (95%:5%), F2 (80%:20%), F3 (65%:35%). Formulasi terpilih dilalukan melalui uji organoleptik berdasarkan parameter warna, rasa, aroma, dan tekstur oleh 30 orang panelis agak terlatih. Data tingkat kesukaan dari uji organoleptik dianalisis dengan uji Kruskal-wallis. Hasil penelitian memperlihatkan formula terpilih yang disukai yaitu F1 (95%:5%) dengan rata-rata tingkat kesukaan: warna (skala 3,7); aroma (skala  3,4); rasa (skala 3,9); dan tekstur (skala 3,8). Cookies formula terpilih F1 dalam 100 gram mengandung energi 430,06 kkal, karbohidrat 60,52%, protein 9,75%, lemak 16,55%, β-karoten 33,71 mg/kg, dan besi 4,13 mg. Berdasarkan nilai p-value menunjukkan proporsi komposisi tepung ubi jalar kuning dengan tepung ikan oci yang berbeda menyebabkan perbedaan tingkat kesukaan panelis terhadap cookies untuk parameter warna (p=0,038), aroma (p=0,027), dan rasa (p=0,000) cookies. Sementara parameter tekstur tidak menunjukkan ada perbedaan (p=0,178) Kata Kunci: Gizi Kurang,  MP-ASI, Ubi jalar kuning   Complementary food for breast milk can be developed from local food with good nutritional value, such as yellow sweet potato (tubers group) and one fish (fishery products). Yellow sweet potato, besides being a source of energy, also contains micronutrients that support the growth and development of children. At the same time, our fish is an essential source of protein and fatty acids, which are very good for growth.  This study aims to produce complementary food for breast milk in the form of cookies based on yellow sweet potato flour and once fish flour for undernourished toddlers. The research was conducted from September to November 2020 at the Food Administration Laboratory for the Nutrition Department of the Sorong Ministry of Health Polytechnic. This type of research is an experiment with utterly randomized design research. The cookie formulation consists of 3 formulations based on a comparison of the composition of yellow sweet potato flour with one fish flour, namely F1 (95%:5%), F2 (80%:20%), and F3 (65%:35%). The selected formulations were passed through organoleptic tests based on color, taste, aroma, and texture parameters by 30 semi-trained panelists. Data on the level of preference from organoleptic tests were analyzed using the Kruskal-Wallis test. The results showed that the preferred selected formula was F1 (95%:5%) with an average level of preference: color (scale 3.7); aroma (scale 3.4); taste (scale 3.9); and texture (scale 3.8). F1 selected formula cookies in 100 grams contain 430.06 kcal of energy, 60.52% carbohydrates, 9.75% protein, 16.55% fat, 33.71 mg/kg beta-carotene, and 4.13 mg of iron. Based on the p-value, it shows that the proportion of the composition of yellow sweet potato flour with one fish flour caused differences in the panelist's preference for cookies for the parameters of color (p=0,038), aroma (p=0,027) and taste (0,000) of cookies. While the texture parameters did not show any difference (p=0,178) Keywords: Complementary foods, Undernourished, Yellow sweet potato

Page 1 of 1 | Total Record : 10