cover
Contact Name
Muhammad Haqqiyuddin Robbani
Contact Email
muha198@brin.go.id
Phone
+62881010041900
Journal Mail Official
jtl@brin.go.id
Editorial Address
Gedung BJ Habibie Lantai 8, Jl. M.H. Thamrin No.8 Kb. Sirih, Kec. Menteng, Kota Jakarta Pusat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 10340
Location
Kota tangerang selatan,
Banten
INDONESIA
Jurnal Teknologi Lingkungan
Published by BRIN Publishing
ISSN : 1411318X     EISSN : 25486101     DOI : https://doi.org/10.55981/jtl
Jurnal Teknologi Lingkungan (JTL) is a journal aims to be a peer-reviewed platform and an authoritative source of information. JTL is published twice annually and provide scientific publication for researchers, engineers, practitioners, academicians, and observers in the field related to science and environmental technology. We publish original research papers and case studies focused on environmental sciences, environmental technology as well as other related topics to environment including sanitation, environmental biology, waste water treatment, solid waste treatment, environmental design and management, environmental impact assessment, environmental pollution control and environmental conservation. Jurnal Teknologi Lingkungan (JTL) adalah jurnal yang bertujuan untuk menjadi platform peer-review dan sumber informasi yang otoritatif. JTL diterbitkan dua kali setahun dan menyediakan publikasi ilmiah bagi para peneliti, insinyur, praktisi, akademisi, dan pemerhati di bidang yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi lingkungan. Kami menerbitkan makalah penelitian asli dan studi kasus yang berfokus pada ilmu lingkungan, teknologi lingkungan serta topik terkait lainnya yang berhubungan dengan lingkungan termasuk sanitasi, biologi lingkungan, pengolahan air limbah, pengolahan limbah padat, desain dan manajemen lingkungan, analisis mengenai dampak lingkungan, pengendalian pencemaran lingkungan dan konservasi lingkungan.
Articles 47 Documents
Karakteristik Limbah Baglog Produksi Kulit Sintetis Miselium Jamur (Mylea) Sebagai Bioenergi: Characteristics of Baglog Waste for Synthetic Mushroom Mycelium Leather (Mylea) Production as Bioenergy NERISSA AZARINA RENALDY; SRI PENI WIJAYANTI; HISMIATY BAHUA; NADIA RIZKI ARIYANI; SAFIRA LAKSMI TRI OKTARANI; IRA NURHAYATI DJAROT; NETTY WIDYASTUTI
Jurnal Teknologi Lingkungan Vol. 24 No. 2 (2023)
Publisher : BRIN Publishing (Penerbit BRIN)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55981/jtl.2023.107

Abstract

ABSTRACT The concept of sustainability is widely used by industry to save the environment by minimizing waste and using environmentally friendly raw materials to manage used products. One of the companies in Indonesia carries the theme of sustainability to produce synthetic leather made from mushroom mycelium called Mycelium Leather (Mylea). Each production stage produces waste, one of which is baglog waste, a medium for mushroom mycelium growth. It is important to recycle this waste into more valuable products, for example, bioenergy. This study aimed to measure Mylea waste characteristics and see its potential as bioenergy. The stages of the research included taking waste samples of fresh and used baglog from Mylea production and testing characteristics, consisting of calorific value, ultimate (carbon, hydrogen, and nitrogen), sulphur and proximate content (moisture, ash, volatile matter, and fixed carbon). The results of fresh and used baglog tests for calorific values were 3,777.93 cal/g and 3,710.98 cal/g; carbon 39.67% & 39.75%; hydrogen 6.70% & 6.65%; nitrogen 0.82% & 0.83%; sulphur 0.19% & 0.13%; moisture 12.80% & 12.56%; ash 3.5% & 4.27%; volatile matter 81.81% & 79.88%; fixed carbon 14.62% & 15.85%. Based on these results, Mylea baglog waste biomass still has low quality and needs to meet the standards to be used as solid fuel. Improving the quality of baglog waste can be done by briquetting. Baglog waste biomass with low results will be more effective for liquid fuels such as bio-oil.   ABSTRAK Konsep sustainability telah banyak digunakan oleh industri sebagai upaya untuk menyelamatkan lingkungan dengan meminimalisir limbah, penggunaan bahan baku ramah lingkungan hingga pengelolaan produk bekas pakai. Salah satu perusahaan di Indonesia mengusung tema sustainability untuk memproduksi kulit sintetis terbuat dari miselium jamur yang disebut dengan Mycelium Leather (Mylea). Setiap tahapan produksi menghasilkan limbah, salah satunya adalah limbah baglog, yakni media untuk pertumbuhan miselium jamur. Pentingnya untuk mendaur ulang limbah tersebut menjadi produk yang lebih berguna contohnya bioenergi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengukur karakteristik limbah baglog produksi Mylea dan melihat potensinya sebagai bioenergi. Tahapan penelitian mencakup pengambilan sampel fresh dan waste baglog limbah produksi Mylea dan uji karakteristik, terdiri atas nilai kalor, ultimate (karbon, hidrogen dan nitrogen), kadar sulfur dan proksimat (kadar air, kadar abu, volatile matter dan fixed carbon). Hasil pengujian fresh dan waste baglog untuk Nilai Kalor yaitu 3777,93 Cal/g & 3710,98 Cal/g; Kadar Karbon 39,67% & 39,75%; Kadar Hidrogen 6,70% & 6,65%; Kadar Nitrogen 0,82% & 0,83%; Kadar Sulfur 0,19% & 0,13%; Kadar Air 12,80% & 12,56%; Kadar Abu 3,5% & 4,27%; Volatile Matter 81,81% & 79,88%; Fixed Carbon 14,62% & 15,85%. Berdasarkan hasil tersebut, beberapa pengukuran biomassa limbah baglog masih memiliki kualitas rendah dan belum memenuhi standar untuk dijadikan bahan bakar padat. Peningkatan kualitas limbah baglog dapat dilakukan dengan pembriketan. Biomassa limbah baglog dengan hasil uji yang rendah akan lebih efektif untuk bahan bakar cair contohnya bio-oil. 
Studi Proses Dewatering Di Unit Pengolahan Air Limbah menggunakan Plate-Frame Filter Press: Pengaruh Konsentrasi dan Jenis Filter: Study of Dewatering Process in Wastewater Treatment Unit using Plate-Frame Filter Press: Effect of Concentration and Filter Type NURYOTO NURYOTO
Jurnal Teknologi Lingkungan Vol. 24 No. 2 (2023)
Publisher : BRIN Publishing (Penerbit BRIN)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55981/jtl.2023.218

Abstract

Before being discharged into the environment, wastewater must meet quality standards following applicable requirements. The wastewater treatment process is based on biological processes with bacteria as the decomposition medium often produces activated sludge. The level of activated sludge in the system (wastewater treatment unit) must be controlled and reducing it by removing it from the system is necessary when it exceeds normal limits. However, directly discharging activated sludge into the environment without prior separation can impact environmental pollution. In this study, activated sludge (simulated with CaCO3) was tried to be separated from water using the plate-frame filter press method. Various variables are the concentration of activated sludge in the form of CaCO3 solid dissolved in water with a concentration of 1–4% w/w, and the type of filter used was cotton cloth and drill cloth. This study aimed to determine the performance of the solid-liquid separation process in the form of a CaCO3 solution using the plate-frame filter press method based on the resulting solids removal efficiency (CaCO3). The results showed that filter performance using cotton cloth produced better performance than drill cloth, with a solute efficiency of 56.00%, obtained at a CaCO3 concentration of 4% w/w. ABSTRAK Air limbah sebelum dibuang ke lingkungan harus memenuhi baku mutu sesuai dengan persyaratan yang berlaku. Di dalam proses pengolahan air limbah yang berbasis proses biologis dengan bakteri sebagai media pengurainya, seringkali menghasilkan lumpur aktif (activated sludge). Kadar lumpur aktif yang ada di dalam sistem (unit pengolahan air limbah) harus terkontrol kadarnya, dan ketika melebihi batas normal, maka perlu kurangi dengan cara dikeluarkan dari sistem. Tetapi pembuangan lumpur aktif secara langsung ke lingkungan tanpa pemisahan terlebih dahulu dapat berdampak kepada pencemaran lingkungan. Pada penelitian ini, lumpur aktif (disimulasikan dengan CaCO3) dicoba dipisahkan dari air menggunakan metode plate-frame filter press.  Variabel yang divariasikan adalah konsentrasi lumpur aktif (activated sludge) berupa padatan CaCO3 yang dilarutkan di dalam air dengan konsentrasi sebesar 1–4% drill, dan Jenis filter yang digunakan adalah berupa kain katun dan kain drill. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui performa dari proses pemisahan padat-cair berupa larutan CaCO3 menggunakan metode plate-frame filter press berdasarkan efisiensi penghilangan padatan (CaCO3) yang dihasilkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa performa fllter dengan menggunakan kain katun menghasilkan performa yang lebih baik dibandingkan dengan menggunakan kain drill, dengan efisiensi solute mencapai 56,00%, yang diperoleh pada konsentrasi CaCO3 sebesar 4% berat.
Back Cover JTL Vol. 24 No. 1 Januari 2023 Back Cover JTL Vol. 24 No. 1 Januari 2023
Jurnal Teknologi Lingkungan Vol. 24 No. 1 (2023)
Publisher : BRIN Publishing (Penerbit BRIN)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55981/jtl.2023.234

Abstract

Control of Indoor Pollution in The Bedroom of Tuberculosis Patients Using Cl2: Pengendalian Polusi Udara dalam Ruangan Kamar Tidur Penderita Tuberkulosis Menggunakan Cl2 Sri Puji Ganefati; Sarjito Eko Windarso; Agus Kharmayana Rubaya; Herman Santjoko; Sri Muryani
Jurnal Teknologi Lingkungan Vol. 24 No. 1 (2023)
Publisher : BRIN Publishing (Penerbit BRIN)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55981/jtl.2023.235

Abstract

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis yang ditularkan melalui udara pernapasan. Sumber penularan TBC adalah melalui penderita TBC BTA positif saat batuk atau bersin, menyebarkan kuman ke udara berupa percikan dahak dalam waktu yang lama di udara. Air garam merupakan bahan yang digunakan untuk pengawetan (anti/membunuh kuman). Bahan aktif dalam garam berfungsi sebagai anti bakteri berupa unsur klorin (Cl), karena bersifat diatomik. Proses pelepasan unsur Cl dari molekul garam meja NaCl, kemudian Cl dengan ikatan Cl lainnya membentuk gas Cl2 dengan metode elektrolisis air garam. Fungsi reaksi elektrolisis air garam merusak ikatan NaCl sehingga logam natrium (Na) dan gas klorin (Cl2) menyebar ke udara. Penelitian ini dilakukan di rumah pasien TB yang menjadi obyek penelitian di Wilayah Kerja Puskesmas Gamping II Kabupaten Sleman Yogyakarta. Penelitian ini menghasilkan waktu paparan optimal 15 menit menghasilkan gas Cl2 sebesar 0,2067 ppm dan waktu kontak optimal 15 menit dengan penurunan jumlah kuman 56,22%.   Abstract Tuberculosis (TB) is a disease caused by Mycobacterium tuberculosis which is transmitted through respiratory air. The source of TB transmission is through smear-positive TB patients when coughing or sneezing, spreading germs into the air in the form of phlegm splashes for a long time in the air. Saltwater is an ingredient used for preservation (anti/kills germs). The active ingredient in salt functions as an anti-bacterial in the form of elemental chlorine (Cl), because it is diatomic. The process of releasing Cl elements from NaCl table salt molecules, then Cl with other Cl bonds to form Cl2 gas by the salt water electrolysis method. The brine electrolysis reaction function damage the NaCl bond to metallic sodium (Na) and chlorine gas (Cl2) spread into the air. This research was conducted at the home of TB patients as the object of research in the Gamping II Health Center Work Area, Sleman Regency, Yogyakarta. This study resulted in an optimal exposure time of 15 minutes producing Cl2 gas of 0.2067 ppm and an optimal contact time of 15 minutes with a reduction in the number of germs of 56.22%.
Pra-Studi Analisis Paparan Konsentrasi PM2,5 dan CO2 di dalam Rumah: Preliminary Study Analysis of Exposure to PM2.5 and CO2 Concentrations in the House Indra Chandra; Sherly Liana Putri; Rahmat Awaludin Salam; Lulu Millatina Rachmawati; Nabil Ananta Hasmul; Muhammad Fajri Hadi Syahputra
Jurnal Teknologi Lingkungan Vol. 24 No. 1 (2023)
Publisher : BRIN Publishing (Penerbit BRIN)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55981/jtl.2023.236

Abstract

In this COVID-19 pandemic period, the majority of people do their activities indoors. A high number of activities could increase indoor pollution. Some of the pollutants easily found in the house include particulate matter with sizes of <2.5 micrometers (PM2.5) and carbon dioxide (CO2). Both types of these pollutants can enter the body and interfere with health. This study aims to measure the concentration of pollutants in the house and estimate daily exposure and risk level. This study measured the concentration of PM2.5 and CO2 in two houses, house A located in a housing complex in Bandung Regency, and house B, located on the side of Garut City main road. The measuring instruments are placed in 3 points: kitchen, family room, and outdoors. The concentration of PM2.5 in the neighborhood of house A is higher than the concentration of PM2.5 in the neighborhood of house B due to the high construction activity. Large ventilation in house A causes the PM2.5 concentration to follow the outdoor concentration pattern. As for house B, the concentration of PM2.5 is much influenced by the source from the kitchen. The activities much influence the concentration of CO2 for both houses in each room. The relative risk of PM2.5 for cardiovascular and cardiopulmonary disease in each house differed depending on the duration of exposure. Calculation of the relative risk of PM2.5 was conducted on normal people in house A and house B, and the chef in house B. The highest relative risk was obtained by the chef in house B, followed by normal people in house B and house A. The level of relative risk for the chef at house B is 30% for cardiovascular disease and 34% for cardiopulmonary disease. ABSTRAK Di masa pandemi COVID-19, mayoritas masyarakat melakukan kegiatannya di dalam rumah. Aktivitas yang tinggi dapat menyebabkan polutan dalam rumah meningkat. Beberapa jenis polutan dapat dengan mudah ditemukan di dalam rumah di antaranya adalah partikulat berukuran <2,5 mikrometer (PM2,5) dan karbon dioksida (CO2). Kedua jenis polutan tersebut dapat masuk ke dalam tubuh dan mengganggu kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur konsentrasi polutan dalam rumah dan mengestimasi paparan harian dan tingkat risikonya. Penelitian ini mengukur konsentrasi PM2,5 dan CO2 di dua tipe rumah, yaitu rumah A yang terletak di perumahan Kota Bandung, dan rumah B, terletak di samping jalan utama kota Garut. Alat ukur diletakan pada tiga ruangan, yaitu dapur, ruang keluarga, dan luar ruang. Lingkungan rumah A memiliki konsentrasi polutan PM2,5 yang lebih tinggi dari rumah B karena tingginya aktivitas pembangunan permukiman dan jalur kereta cepat. Ventilasi yang besar pada rumah A menyebabkan konsentrasi PM2,5 cenderung mengikuti pola luar ruang. Sementara itu untuk rumah B, tingginya aktivitas di dapur mempengaruhi konsentrasi polutan PM2,5 dalam rumah. Konsentrasi CO2 untuk kedua rumah pun berbeda untuk tiap ruang. Rata-rata sumber CO2 pada tiap ruang di masing-masing dipengaruhi oleh aktivitas dari tiap ruangan tersebut. Tingkat risiko PM2,5 terhadap penyakit kardiovaskular dan kardiopulmoner pada masing-masing rumah berbeda tergantung dari durasi paparannya. Perhitungan tingkat risiko PM2,5 dilakukan pada orang normal di rumah A dan B, dan juru masak di rumah B. Tingkat risiko tertinggi dihasilkan oleh juru masak di rumah B, diikuti dengan orang normal di rumah B dan A. Tingkat risiko pada juru masak di rumah B sebesar 30% untuk penyakit kardiovaskular dan 34% untuk penyakit kardiopulmoner.
Pemilihan Lokasi TPA Limbah Padat Menggunakan Metode Analisis Keputusan Multi Kriteria Berbasis Sistem Informasi Geografis: Sebuah Usul Modifikasi SNI 03-3241-1994: Selection of Solid Waste Landfill Sites Using the Multi-Criteria Decision Analysis Method Based on Geographical Information Systems: A Proposal Modification of SNI 03-3241-1994 Darman Ferianto Saragih
Jurnal Teknologi Lingkungan Vol. 24 No. 1 (2023)
Publisher : BRIN Publishing (Penerbit BRIN)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55981/jtl.2023.237

Abstract

The selection of the landfill location in Indonesia is regulated in SNI 03-3241-1994, where three stages are set in succession, namely regional, elimination, and determination. The first two stages are considered relatively long and less flexible, where the first stage produces a binary location suitability map, which only shows two types of areas, namely feasible and not feasible. This article aims to create and propose a more practical and flexible alternative landfill site selection model as a modification of the SNI model and create a continuous location suitability map based on the proposed model. The first objective is achieved by integrating the stages of the SNI model in an alternative model, called the SNI-A model, using a multi-criteria decision analysis method based on geographic information systems (GIS-MCDA). The SNI-A model was applied to a case study to achieve the second objective with six main analytical steps, namely determining criteria/factors, collecting data/maps, standardizing maps, creating factor maps, weighting factors, and combining factor maps. Sixteen factors that were determined from the literature study were involved in this GIS-MCDA model. Data processing and analysis was completed using IDRISI-Selva software version 17, where the final result was a location suitability map. The suitability map obtained has four levels of suitability, namely low, medium, high and very high, where the area with a very high level of suitability reaches 59,596.740 ha or 6.585% of the total area reviewed. The results of this study can be used as input for decision makers in terms of site selection, especially the location of urban solid waste landfill. ABSTRAK Penentuan lokasi TPA di Indonesia diatur dalam SNI 03-3241-1994 yang menetapkan tiga tahapan secara berurutan, yaitu regional, penyisih, dan penetapan. Kedua tahapan yang pertama dianggap relatif panjang dan kurang fleksibel, khususnya karena tahapan pertama tersebut menghasilkan sebuah peta kesesuaian lokasi yang bersifat biner, yang hanya menunjukkan dua jenis area yaitu layak dan tidak layak. Artikel ini bertujuan untuk membuat sekaligus mengusulkan model pemilihan lokasi TPA alternatif yang lebih praktis dan fleksibel sebagai modifikasi model SNI tersebut dan membuat peta kesesuaian lokasi yang bersifat kontinu berdasarkan model yang diusulkan tersebut. Tujuan pertama dicapai dengan mengintegrasikan tahapan model SNI dalam sebuah model alternatif, yang disebut model SNI-A menggunakan metode analisis keputusan multikriteria berbasis sistem informasi geografis (AKMK-SIG). Model SNI-A diaplikasikan pada sebuah studi kasus untuk mencapai tujuan kedua dengan enam langkah analisis utama yaitu penentuan kriteria/faktor, pengumpulan data/peta, standardisasi peta, pembuatan peta faktor, pembobotan faktor, dan kombinasi peta faktor. Enam belas faktor yang ditentukan berdasarkan studi literatur dilibatkan dalam model AKMK-SIG ini. Pengolahan dan analisis data diselesaikan menggunakan perangkat lunak IDRISI-Selva versi 17, yang akan menghasilkan sebuah peta kesesuaian lokasi. Peta kesesuaian yang diperoleh memiliki empat tingkat kesesuaian yaitu rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi. Luas wilayah dengan tingkat kesesuaian sangat tinggi mencapai 59.596,740 ha atau 6,585% dari total luas wilayah yang ditinjau. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi pengambil keputusan dalam hal pemilihan lokasi, khususnya lokasi TPA limbah padat perkotaan
Support Vector Machine Analysis for Potential Hotspot Over Papua Island: Support Vector Machine untuk Potensi Hotspot pada Pulau Papua Arie Vatresia; Rendra Regen; Ferzha Putra Utama; Rika Febrianti
Jurnal Teknologi Lingkungan Vol. 24 No. 1 (2023)
Publisher : BRIN Publishing (Penerbit BRIN)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55981/jtl.2023.238

Abstract

Pulau Papua merupakan wilayah yang sering mengalami kebakaran hutan atau lahan dan tercatat mengalami kebakaran luas dari tahun 2013 hingga 2018 mencapai 2.092,44 Ha, sedangkan penelitian yang masih sangat terbatas mengindikasikan kawasan yang mendesak untuk dipantau secara intensif untuk melindungi hutan yang tersisa di Papua. Salah satu indikator terjadinya kebakaran hutan atau lahan dapat diketahui dengan munculnya titik api di atas wilayah daratan. Sebagai upaya penanggulangan kebakaran hutan atau lahan, penelitian ini memanfaatkan data titik api (lintang, bujur, suhu kecerahan, daya pancar api, dan kepercayaan) untuk mengetahui daerah yang memiliki titik api dan mengklasifikasikan data titik api menjadi tiga potensi kebakaran (risiko rendah, risiko sedang, dan risiko tinggi). Penelitian ini berhasil mengimplementasikan metode Support Vector Machine (SVM) untuk mengklasifikasikan data hotspot. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa metode SVM dapat digunakan dalam proses klasifikasi data titik api di Pulau Papua selama tiga tahun (2019, 2020, dan 2021) dengan hasil yang didapat adalah potensi kebakaran. Terdapat 2.214 data hotspot yang termasuk dalam kategori risiko rendah; 15.412 titik api dengan risiko sedang; dan 4.479 titik api dengan potensi risiko tinggi. Selain itu, penelitian ini juga menemukan bahwa jumlah kejadian hotspot tertinggi terjadi pada bulan Agustus dan terendah pada bulan Januari untuk setiap tahun analisis. Penelitian ini memetakan posisi spasial kejadian titik api berdasarkan tingkat risiko di pulau Papua yang menunjukkan bahwa titik api paling banyak terjadi di Papua bagian Selatan (Kota Merauke, Kota Tolikara, dan Kota Puncak Jaya). Terakhir, penelitian ini menghasilkan nilai kebenaran 91,475% untuk teknik pengujian Polynomial Kernel dan 93,667% pada Confusion Matrix sebagai proses validasi. Abstract Papua Island is an area that often experiences forest or land fires and is noted to have extensive fires from 2013 to 2018 reaching 2,092.44 Ha, while there is still very limited research indicating the urgent area to be monitored intensively to protect the forest left in this area. One indicator of the occurrence of forest or land fires can be known by the appearance of hotspots over the land area. As an effort to overcome forest or land fires, this study utilizes hotspot data (latitude, longitude, brightness temperature, fire radiative power,  and confidence) to find out the area that has a hotspot and classifying hotspot data into three potential fires (low risk, medium risk, and high risk). This study succeeded to implement the Support Vector Machine (SVM) method for classifying hotspot data. The results of this study indicate that the SVM method can be used in the process of classifying hotspot data on Papua Island for three years (2019, 2020, and 2021) with the results obtained are being potential fires. There are 2,214 hotspot data included in the category of low risk; 15,412 hotspots in medium risk; and 4,479 fire hotspots in high-risk potential. Furthermore, this research also found that the highest number of hotspot occurrences was in the month of October and the lowest number was in the month of January for each year of analysis. This research mapped the spatial position of hotspots occurrences based on the rate of risk over Papua island that showed the most occurrences of fire hotspots was in the South part of Papua (Merauke City, Tolikara City, and Puncak Jaya City). Finally, this research produces 91.475% truth values for the Polynomial Kernel testing technique and 93.667% in the Confusion Matrix as a validation process.  
Pemanfaatan Limbah Sedotan Plastik sebagai Media Lekat dalam Proses Anammox: Utilization of Waste Plastic Straws as Carrier in the Anammox Process Zulkarnaini; Annisa Aulia Rasyidah; Ridwan
Jurnal Teknologi Lingkungan Vol. 24 No. 1 (2023)
Publisher : BRIN Publishing (Penerbit BRIN)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55981/jtl.2023.239

Abstract

Anaerobic ammonium oxidation (anammox) bacteria tend to settle in the reactor due to self-granulation capability. Carrier is used to enhancing nitrogen removal by anammox biofilm. This study analyzed nitrogen removal using plastic straws as carriers and compared nitrogen removal at different heights of the reactor. The study was conducted using an up-flow anaerobic sludge blanket (UASB) reactor with a volume of 300 mL with three sampling points of 8, 16, and 24 cm and operated for 72 days continuously. The artificial wastewater containing 70 mg-N/L ammonium and nitrite was continuously delivered into the reactor with a hydraulic retention time (HRT) of 6 hours and 3 hours. Cultivated anammox bacteria from Lake Koto Baru, Indonesia, was inoculated into the reactor to start the experiment. The nitrogen removal performance was calculated based on the influent and effluent concentrations of ammonium, nitrate, and nitrite. The nitrogen removal performance achieved a nitrogen removal rate (NRR) of 0.96 kg-N/m3·d, nitrogen removal efficiency (NRE) of 74.62%, and ammonium conversion efficiency (ACE) of 87%. This study shows that nitrogen removal can be optimized by using plastic straws as the carrier. The nitrogen removal mainly occurred in the bottom of the reactor where the average nitrogen removal at 1/3, 2/3, and top of reactor height was 60, 30, and 10%, respectively.   Abstrak Bakteri anaerobic ammonium oxidation (anammox) cenderung mengendap di dasar reaktor karena kemampuannya untuk membentuk granular. Media lekat sering digunakan untuk meningkatkan penyisihan nitrogen berupa biofilm anammox. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penyisihan nitrogen menggunakan sedotan plastik sebagai media lekat dan membandingkan penyisihan nitrogen pada ketinggian reaktor. Penelitian dilakukan menggunakan reaktor up-flow anaerobic sludge blanket (UASB) bervolume 300 mL dengan 3 titik sampling yaitu pada ketinggian 8, 16, dan 24 cm yang dioperasikan selama 72 hari. Bakteri anammox yang telah dikultivasi dari Telaga Koto Baru, Kabupaten Tanah Datar, Sumatra Barat, diinokulasikan ke dalam reaktor untuk memulai percobaan. Air limbah artifisial yang mengandung 70 mg-N/L amonium dan nitrit dialirkan ke dalam reaktor secara kontinu dengan hydraulic retention time (HRT) 6 jam dan 3 jam. Kinerja penyisihan nitrogen dihitung berdasarkan konsentrasi amonium, nitrit dan nitrat. Penyisihan nitrogen maksimal mencapai nitrogen removal rate (NRR) 0,96 kg-N/m3.h, nitrogen removal efficiency (NRE) 74,62%, dan ammonium conversion efficiency (ACE) 87%. Penelitian ini menunjukkan bahwa penyisihan nitrogen dapat dioptimalkan dengan menggunakan sedotan plastik sebagai media. Penyisihan nitrogen terutama terjadi di bagian bawah reaktor di mana rata-rata penyisihan nitrogen pada 1/3, 2/3, dan paling atas ketinggian reaktor masing-masing adalah 60, 30, dan 10%.
Pengaruh Suhu dan Waktu Pengukusan pada Sludge IPAL Industri Makanan sebagai Alternatif Pakan Maggot : The Effect of Temperature and Steaming Time on WWTP Sludge of Food Industry as An Alternative of Maggot Feed Arifudin; R. Nida Sopiah; Tuti Suryati; Setiyono; Sri Herlina; Hanies Ambarsari; Sati Suyanti; Atang; Sabudin
Jurnal Teknologi Lingkungan Vol. 24 No. 1 (2023)
Publisher : BRIN Publishing (Penerbit BRIN)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55981/jtl.2023.240

Abstract

Food industry sludge waste from the coagulation-flocculation process has a fairly high nutrient content so that it has the potential as an alternative source for BSF (black soldier fly) maggot feed. On the other hand, this sludge has a very strong odor as a result of the decomposition process of organic sludge by anaerobic bacteria during the waiting period for the pickup process by trucks. The purpose of this study was to determine the effect of temperature and steaming time on the odor and protein content of cake sludge used for BSF maggot feed. To eliminate odors before being used as maggot feed, treatment is carried out first, namely by steaming with temperature variations of 85, 100, and 121 ºC; and variations in steaming time of 10 minutes, 15 minutes and 20 minutes. Each treatment was repeated three times. The main responses observed were the parameters of protein content and odor. Based on the results of odor measurements on samples of cake sludge that have been steamed with temperature treatment and steaming time in general, it can reduce the odor value and protein content of cake sludge. The lowest odor value was obtained at the increased temperature of 121 ºC with a steaming time of 15 minutes, while the highest odor value occurred at a temperature treatment of 85 ºC and a steaming time of 10 minutes.   Abstrak Limbah sludge industri makanan dari proses koagulasi-flokulasi memiliki kandungan nutrisi yang cukup tinggi sehingga berpotensi sebagai sumber alternatif untuk pakan maggot BSF (black soldier fly). Di sisi lain, sludge ini memiliki bau yang sangat menyengat sebagai akibat proses dekomposisi bahan organik sludge oleh bakteri anaerobik selama masa tunggu proses pengambilan oleh truk. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh suhu dan lama pengukusan terhadap bau dan kandungan protein cake sludge yang digunakan untuk pakan maggot BSF. Untuk menghilangkan bau sebelum digunakan sebagai pakan maggot, maka dilakukan perlakuan terlebih dahulu yaitu dengan melakukan pengukusan pada variasi suhu 85, 100, dan 121 ºC; dan variasi waktu lama pengukusan 10 menit, 15 menit dan 20 menit. Setiap perlakuan diulang sebanyak tiga kali. Respon utama yang diamati adalah parameter kadar protein dan bau. Berdasarkan hasil pengukuran, bau pada contoh cake sludge yang telah dikukus dengan perlakuan suhu dan lama pengukusan secara umum dapat menurunkan nilai bau dan kadar protein dari cake sludge. Nilai bau terendah diperoleh pada perlakuan penambahan suhu 121 ºC dengan lama pengukusan 15 menit, Sedangkan nilai bau tertinggi terjadi pada perlakuan suhu pada suhu 85 ºC dan lama pengukusan selama 10 menit.
Sintesis, Karakterisasi, dan Uji Adsorpsi Komposit Silika/Karbon dari Limbah Sekam Padi sebagai Adsorben Tembaga (II): Synthesis, Characterization, and Adsorption Test of Silica/Carbon Composites from Rice Husk Waste as Copper (II) Adsorbent Haryono; Atiek Rostika Noviyanti; Engela Evy Ernawati
Jurnal Teknologi Lingkungan Vol. 24 No. 1 (2023)
Publisher : BRIN Publishing (Penerbit BRIN)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55981/jtl.2023.241

Abstract

Copper ion as one of the pollutants in industrial wastewater can be treated by the adsorption method. One type of adsorbent can be prepared from rice husk. Rice husk as agricultural waste contains carbon and silica which can act as metal adsorbents. The purpose of this study was to synthesize and characterize silica/carbon composites, as well as test their adsorption as adsorbent on copper (II) ion adsorption by determining the optimum composition of silica/carbon, adsorption capacity, and model of isotherm adsorption. The research method consisted of gasification of rice husks, extraction of silica from rice husk charcoal with potassium carbonate as solvent, manufacture of silica/carbon composites, and adsorption tests. The results showed that the mass ratio of silica to carbon of 2:1 was the optimum composition in the synthesis of silica/carbon composites as adsorbent for the adsorption of copper (II) ion. The silica/carbon composite adsorbent in this composition had the highest adsorption capacity for copper (II) ion and surface area is 75.88 mg/g and 233.45 m2/g, respectively. The optimum adsorption time was obtained for 40 minutes and the model of adsorption isotherm in the form of Freundlich adsorption with R2 = 0.9582.   Abstrak Ion tembaga sebagai salah satu polutan dalam air limbah industri dapat ditangani dengan metode adsorpsi. Salah satu jenis adsorben dapat disiapkan dari sekam padi. Sekam padi sebagai limbah pertanian mengandung karbon dan silika yang dapat berperan sebagai adsorben logam. Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan sintesis dan karakterisasi komposit silika/karbon, serta uji adsorpsinya sebagai adsorben pada adsorpsi ion tembaga (II) melalui penentuan komposisi optimum dari silika/karbon, kapasitas adsorpsi, dan model adsorpsi isoterm. Metode penelitian terdiri dari gasifikasi sekam padi, ekstraksi silika dari arang sekam padi dengan pelarut kalium karbonat, pembuatan komposit silika/karbon, dan uji adsorpsi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rasio massa silika terhadap karbon sebesar 2:1 merupakan komposisi optimum pada sintesis komposit silika/karbon sebagai adsorben untuk adsorpsi ion tembaga (II). Adsorben komposit silika/karbon pada komposisi tersebut memiliki kapasitas adsorpsi terhadap ion tembaga (II) dan luas permukaan paling tinggi yaitu berturut-turut sebesar 75,88 mg/g dan 233,45 m2/g. Waktu optimum adsorpsi diperoleh selama 40 menit dan dengan model adsorpsi isoterm berupa adsorpsi Freundlich dengan nilai R2 = 0,9582.