cover
Contact Name
Hasna Khairunnisa
Contact Email
hasna@ak-tekstilsolo.ac.id
Phone
+62271-6792696
Journal Mail Official
uppm@ak-tekstilsolo.ac.id
Editorial Address
Jl. Ki Hajar Dewantara, Jebres, Kec. Jebres, Kota Surakarta, Jawa Tengah 57126, Indonesia
Location
Kota surakarta,
Jawa tengah
INDONESIA
Jurnal Tekstil
ISSN : 30249295     EISSN : 27979229     DOI : https://doi.org/10.59432/jute
Jurnal Teksil (JUTE) ISSN 2797-9229(online) is a peer-reviewed Open Access Journal (OJS) that publishes original research articles as well as review articles in several engineering fields. The subject areas covered by this journal covers broad themes in the fields of textile, apparel and garment, engineering, and industrial management both related to the production process and other supporting processes. The scope includes textile and apparel manufacturing process, textile industrial management, textile material and products, process optimization and textile industrial systems, as well as other supporting processes such as supply chain management, maintenance management, quality control, and ergonomics. Detailed focus and scope for this journal can be accessed on the focus and scope menu
Articles 8 Documents
Search results for , issue "Vol 5 No 2 (2022)" : 8 Documents clear
Setting Jarak Antara Top Flat dengan Cylinder terhadap Jumlah Neps Sliver Carding di Mesin Carding Ahmad Darmawi; Sukhatsti Jhohan Mahmudha
Jurnal Tekstil Vol 5 No 2 (2022)
Publisher : Akademi Komunitas Industri Tekstil Dan Produk Tekstil Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59432/jute.v5i2.36

Abstract

Proses di mesin carding adalah proses terpenting dari pembuatan benang, karena di mesin carding akan sangat mempengaruhi hasil produk benang yang akan dihasilkan oleh proses selanjutnya terutama untuk kerataan sliver, kebersihan sliver, serta jumlah neps yang terkandung. Ketidaksempurnaan proses di mesin akan berpengaruh untuk dapat meningkatkan hasil produksi dan menjaga kualitas benang yang dihasilkan. Kerataan pada benang dipengaruhi oleh tebal (thick), tipis (thin), dan gumpalan serat yang tidak dapat diurai lagi (neps). Salah satu cara yang dapat meningkatkan hasil produksi dan menjaga kualitas benang yang dihasilkan dengan memperkecil timbulnya neps. Lalu untuk memperkecil timbulnya neps dilakukan trial terhadap jarak setting antara top flat dengan cylinder. Metode penelitian deskriptif digunakan dalam penelitian ini menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, fenomena yang bersifat alamiah maupun fenomena berupa hasil rekayasa. Hasil penelitian didapatkan faktor penyebab tingginya jumlah neps sliver carding melebihi masa pakai (lifetime) dan setting jarak antara top flat dengan cylinder terlalu lebar.
Analisis Manajemen Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dengan Metode Hazard Identification Risk Assessment and Risk Control (HIRARC) di Workshop Garmen Kampus Tekstil Mayesti Kurnianingtias
Jurnal Tekstil Vol 5 No 2 (2022)
Publisher : Akademi Komunitas Industri Tekstil Dan Produk Tekstil Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59432/jute.v5i2.37

Abstract

Kampus Tekstil merupakan salah satu kampus jenjang diploma yang memiliki beberapa workshop yang menjadi tempat bagi mahasiswanya untuk melaksanakan mata kuliah praktik. Di dalam workshop tersebut terdapat banyak mesin yang digunaka, semakin banyak mesin yang digunakan oleh mahasiswa, semakin besar pula potensi kecelakaan kerja yang mungkin bisa terjadi. Karena seringnya mesin-mesin di workshop garmen ini digunakan oleh mahasiswa, maka penting untuk adanya analisis manajemen risiko demi menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dari mahasiswa yang menggunakan mesin-mesin tersebut.Lokasi pengambilan data dalam penelitian ini adalah di Workshop Garmen, Kampus Tekstil. Yang termasuk Workshop Garmen tersebut adalah Workshop Jahit dan Workshop Pemotongan. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode HIRARC (Hazard Identification Risk Assessment and Risk Control). Metode ini terdiri 3 langkah, yaitu dimulai dari identifikasi bahaya (hazard identification), penilaian risiko (risk assessment), hingga pengendalian risiko (risk control). Dari identifikasi bahaya yang dilakukan terhadap kondisi tidak aman dan perilaku tidak aman di Workshop Garmen tersebut, ditemukan 9 bahaya beserta risikonya. Dari 9 bahaya tersebut, terdapat 55,6% kondisi dan atau kegiatan yang memiliki tingkat bahaya ekstrim, dan diikuti persentase sebanyak 22,2% kondisi dan atau kegiatan yang memiliki tingkat risiko tinggi dan rendah. Pengendalian risiko diprioritaskan untuk kondisi dan kegiatan yang memiliki tingkat bahaya ekstrim. Beberapa langkah yang dilakukan untuk mengendalikan risiko tingkat bahaya ekstrim tersebut adalah dengan cara pengendalian administrasi, eliminasi, rekayasa engineering, dan penggunaan alat pelindung diri (APD). Setelah dilakukan pengendalian risiko, diharapkan tingkat risiko yang sebelumnya ekstrim dapat diturunkan menjadi rendah dan sedang.
Minimasi Cacat Sink mark Pada Proses Injeksi Molding Produk T-Valve Female GeNose C19 Adhi Setya Hutama; Nicolas Axel Reyhan Widyasmara
Jurnal Tekstil Vol 5 No 2 (2022)
Publisher : Akademi Komunitas Industri Tekstil Dan Produk Tekstil Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59432/jute.v5i2.38

Abstract

Peningkatan kualitas suatu produk merupakan suatu hal yang memegang peranan penting dalam dunia industri manufaktur untuk menjaga kelangsungan proses produksi dan meningkatkan keuntungan perusahaan. Seiring dengan perkembangan wabah Covid-19 di masa pandemi, telah ada alat skrining Covid-19 dengan tingkat akurasi yang tinggi yaitu 93-95% bernama GeNose C19. Terdapat cacat produk yang dominan pada proses produksi GeNose C19 yaitu cacat sink mark sebesar 1,10%. Kajian meminimalisir cacat sink mark pada proses injection moulding produk T-Valve Female GeNose C19 bertujuan untuk mendapatkan parameter yang tepat untuk mengurangi cacat sink mark yang timbul pada proses produksi dengan menggunakan simulasi moldflow dan metode Taguchi. Berdasarkan data ketika proses produksi, ditemukan faktor-faktor yang mempengaruhi cacat sink mark pada proses produksi, yaitu holding time, melt temperature, dan mold temperature. Kemudian data tersebut diolah dan disimulasikan menggunakan software moldflow untuk menentukan sampel hasil dari analisis. Berdasarkan hasil percobaan analisis aliran cetakan, terdapat variabel yang mempengaruhi bahwa kombinasi waktu penahanan (2 s), suhu leleh (40 °C), dan suhu cetakan (220 °C) dan nilai aktual 0,039 mm mendekati dengan nilai prediksi 0,035 mm. Data produksi T-Valve Female GeNose C19 Juni 2021, cacat sink mark mengalami penurunan sebesar 0,06%, hal ini membuktikan sesuai dengan manfaat penelitian untuk meminimalkan sink mark untuk menurunkan tingkat reject pada kisaran 0,08-0,05%.
Pengaruh Penggunaan Collector di Mesin Speed Frame terhadap Ketidakrataan Benang Ne 30 yang Dihasilkan Dedy Harianto; Sugiyarto Sugiyarto; Effendi Effendi
Jurnal Tekstil Vol 5 No 2 (2022)
Publisher : Akademi Komunitas Industri Tekstil Dan Produk Tekstil Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59432/jute.v5i2.39

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan collector di Mesin Speed Frame tipe JWF 1415 terhadap kualitas benang (U%) Ne 30 dari roving 100% rayon yang dihasilkan. Metodologi penelitian yang dilakukan adalah eksperimental, dimulai dengan melakukan studi pendahuluan kemudian dilanjutkan dengan mengumpulkan referensi dan dasar teori dari berbagai buku penunjang mengenai kualitas benang. Dari referensi kemudian dibuat perumusan masalah mengenai pengaruh penggunaan collector pada mesin speed frame terhadap kualitas benang Ne 30 dari roving 100% rayon. Langkah selanjutnya adalah melakukan pengujian nomor benang (Ne) dan pengujian ketidakrataan benang. Dari penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa bahwa Ne benang menggunakan material roving dengan collector lebih bagus dibandingkan Ne benang yang dihasilkan dari roving yang tidak menggunakan collector yaitu untuk spindel nomor 257 adalah 30,39 dan 33,50; serta untuk spindel nomor 258 adalah 30,32 dan 33,19. Ketidakrataan benang (U%) dari material roving dengan collector lebih bagus dibandingkan material yang dihasilkan dari roving yang tidak menggunakan collector yaitu 9,15 dan 10,36
Perbaikan Kualitas Sliver dengan Menurunkan Neps dan Trash Sliver Cotton di Mesin Carding Jing Wei F 1203 dengan mengganti Wire Top Flat berdasarkan PPSI (Point Per Square Inch) Hamdan S. Bintang
Jurnal Tekstil Vol 5 No 2 (2022)
Publisher : Akademi Komunitas Industri Tekstil Dan Produk Tekstil Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59432/jute.v5i2.40

Abstract

Penyimpangan kualitas sliver cotton di mesin  carding yaitu tingginya neps dan trash sliver cotton. Salah satu cara untuk meningkatkan hasil produksi  serta menjaga kualitas benang yang dihasilkan adalah dengan memperkecil timbulnya neps dan trash. Untuk memperkecil timbulnya neps dan trash pada sliver cotton dilakukan pengendalian terhadap persentase limbah (waste). Waste merupakan limbah dari mesin  yang terbuang ketika proses produksi berlangsung. Pengendalian waste ini sangat penting  dilakukan untuk mendapatkan hasil sliver yang bagus, dan waste yang dihasilkan sedikit sehingga dapat membuat efisiensi produksi naik. Hasil pengujian sliver cotton di mesin carding menggunakan alat uji NATI mesdan lab keisokki menunjukan bahwa angka neps dan trash tinggi dan melebihi standar maksimal dimana hasil pengetesan nilai neps dan trash mesin carding menunjuk angka neps 373  dan trash 98. Sedangkan acuan standar maksimal neps dan trash sliver carding  yaitu Neps 90 dan trash 80. Sehingga terdapat penyimpangan standar kualitas pada sliver cotton di mesin carding yang akan berdampak pada proses selanjutnya. Penelitian  ini difokuskan pada perbaikan kualitas sliver dengan menurunkan jumlah neps dan trash, serta penyelesaiannya dilakukan dengan mencari kemungkinan permasalahan dan perbaikan. Melalui pengamatan ditemukan kemungkinan penyebab tingginya neps dan trash sliver carding adalah kerusakan beberapa komponen mesin, salah satunya pada wire top flat. Untuk membuktikan pengaruh dari wire top flat itu sendiri, maka akan dilakukan penggrindingan atau pergantian wire top flat apabila sudah memasuki life time kemudian dilihat hasilnya menggunakan uji NATI. Dari hasil pengujian dapat dilihat bahwasannya angka neps dan trash mengalami penurunan , dimana angka neps menjadi 226 dan trash menjadi 86. Walaupun belum mencapai standar NATI , sliver cotton telah mengalami perbaikan neps dan trash yang awalnya neps mencapai 373 dan trash mencapai 98, setelah dilakukan perbaikan dan pergantian wire top flat, akhirnya neps mengalami penurunan menjadi 226 dan trash berkurang menjadi 86.
Pengaruh Ambrolnya Roving Pada Cup flyer Terhadap Kualitas dan Produktivitas Roving di Mesin Speed frame Type JWF 1415 Saat Terjadi Trip Pada Departemen Spinning 9 Bambang Yulianto; Fajar Pitarsi Dharma; Kaffila Karunia Shahara
Jurnal Tekstil Vol 5 No 2 (2022)
Publisher : Akademi Komunitas Industri Tekstil Dan Produk Tekstil Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59432/jute.v5i2.41

Abstract

PT X adalah perusahaan yang bergerak di bidang tekstil dengan memproduksi benang, kain, dan pakaian jadi yang bertempat di Sukoharjo, Jawa Tengah. Spinning 9 adalah departemen yang memproduksi benang 100% rayon carded. Dimana salah satunya melalui mesin speed frame yang terkadang terjadi problem elektrik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apa penyebab roving ambrol saat trip, untuk mengetahui perbandingan kualitas roving normal dengan roving ambrol, bagaimana cara penanganan roving ambrol dan bagaimana cara mengatasi agar mesin speed frame tidak ambrol. Metode penelitian ini menggunakan why-why analysis untuk menentukan root cause dari masalah dan penyelesaiannya. Hasil penelitian ini yaitu penyebabnya dikarenakan UPS (Uninterruptible Power Supply) yang lemah sehingga tidak bisa menyimpan daya, seharusnya saat trip UPS bisa memberikan sedikit putaran agar roving tidak ambrol. Kemudian untuk kualitas antara roving ambrol dengan roving normal menunjukan bahwa kualitas masih sesuai dengan standar. Untuk penanganan roving ambrol ada dua kemungkinan yaitu roving gulungan kecil (counter 100-200) akan diseset dan diolah kembali di mesin RWO (Roving Waste Opener), kemudian roving gulungan besar (counter >500) akan di doffing dan dilanjutkan ke mesin ring frame bagian cikalan. Dapat disimpulkan bahwa penyebab roving ambrol saat trip yaitu UPS lemah karena masa kapasitor, untuk itu perusahaan harus membuat jadwal perawatan pada UPS. Roving yang ambrol saat trip tidak berpengaruh terhadap kualitas melainkan mempengaruhi efisiensi produksi, sehingga efisiensi produksi mengalami penurunan yang seharusnya 80% menjadi 76%
Pengaruh Tension Benang terhadap Jumlah Putus Warping Galuh Yuli Astrini; Pauli Cristy Pakpahan; Farid Sidik
Jurnal Tekstil Vol 5 No 2 (2022)
Publisher : Akademi Komunitas Industri Tekstil Dan Produk Tekstil Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59432/jute.v5i2.42

Abstract

Proses persiapan pertenunan merupakan salah satu penentu kualitas dari kain yang dihasilkan. Terdapat korelasi positif antara baiknya kualitas proses persiapan pertenunan dengan kelancaran pada pertenunan kain. Proses persiapan pertenunan meliputi warping, sizing, reaching dan tying. Pada pembuatan kain sarung, warping yang digunakan adalah sectional warping. Tension benang yang tidak merata adalah salah satu penyebab benang putus. Selama pengamatan, ditemukan terjadinya benang putus yang tergolong tinggi pada proses warping berlangsung. Tujuan dari pengamatan dan penelitian ini adalah menurunkan jumlah putus benang warping. Setelah dilakukan penelitian dengan metode eksperimen, didapati hasil rata-rata jumlah putus benang per 10 juta meter sebelum standarisasi tension sebesar 14,3 dan setelah standarisasi sebesar 9,89. Berdasarkan hasil pengujian dengan paired sample t-test, rata-rata jumlah putus benang mengalami penurunan setelah dilakukan standardisasi tension benang. Faktor yang mempengaruhi tension benang antara lain gulungan benang yang penyok dan kotor, hilangnya sparepart, ring washer yang kotor dan kasar. salah mengatur alur benang, menambah ring washer sembarangan, dan kurang melakukan pembersihan, pengubahan tension benang tanpa tension meter dan lingkungan yang berdebu dan bersuhu panas. Rekomendasi perbaikan yang diberikan adalah material handling dengan benar. melakukan penggantian sparepart yang rusak/hilang, pengecekan dan pembersihan mesin secara berkala, memberikan training mengenai SOP dan Intruksi Kerja, menerapkan SOP oleh operator, dan pembersihan area sekitar mesin warping.
Perawatan Komponen Tucking in pada Mesin Rapier Zhengzhou Type G1611 untuk Mencegah Terjadinya Kerusakan yang Dapat Mengakibatkan Penurunan Keandalan Kinerja Komponen Wawan Ardi Subakdo
Jurnal Tekstil Vol 5 No 2 (2022)
Publisher : Akademi Komunitas Industri Tekstil Dan Produk Tekstil Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59432/jute.v5i2.43

Abstract

Sistem tucking in adalah suatu gerakan tambahan pada proses pertenunan untuk membuat pinggiran tertutup dengan metode menarik kembali sisa benang pakan pada kedua tepi kain masuk ke dalam anyaman, sehingga membuat pinggiran kain lebih kuat dan rapi. Tujuan pemasangan tucking in pada mesin  Rapier  Zhengzhou di PT SK adalah untuk membuat kain yang dihasilkan oleh mesin shuttle mempunyai pinggiran tertutup dan rapi, karena jenis kain dengan pinggiran tertutup sangat diminati oleh pasar lokal. Penelitian ini bertujuan untuk mencari penyebab terjadinya kerusakan-kerusakan pada komponen tucking in kemudian melakukan penanganan pencegahan terhadap kerusakan pada komponen tucking in. Pada saat melakukan pengamatan ditemukan beberapa kerusakan pada komponen tucking in seperti tucking gripper aus, foot cap dan foot handle terkikis, begitu juga kerusakan pada sisir tenun. Kerusakan-kerusakan komponen tersebut diakibatkan karena kurangnya perawatan. Kerusakan pada komponen tucking in dapat menyebabkan menurunnya keandalan komponen tersebut yang dapat mengakibatkan berbagai masalah salah satunya seperti gagal tucking in. Penanganan untuk mencegah terjadinya kerusakan pada komponen tucking in adalah dengan melakukan perawatan yang tepat pada masing-masing komponen. Untuk mencegah terjadinya keausan pada copper bush bisa dilakukan dengan memberi pelumasan pada lubang pelumas pada copper bush. Pelumasan cukup dilakukan dua minggu sekali dan tidak terlalu banyak karena tetesan pelumas dapat mengotori kain. Pengecekan kondisi pelumas pada box tucking harus rutin dilakukan dengan melihat indikator pelumas pada bagian samping. Jika berada di bawah batas minimum, bisa ditambahkan pelumas dengan memastikan komponen cam yang berputar menyentuh cairan pelumas. Untuk mencegah pengikisan pada foot cap diperlukan pelumasan setiap hari. Untuk mengurangi efek gesekan pada foot handle perlu dilakukan pelumasan seminggu sekali. Pengecekan baut-baut penyangga rangkaian gear dan kekencangan rantai penghubung tucking in dilakukan setiap hari dan juga perawatan berupa pelumasan akan menambah masa pakai komponen sisir. Perawatan yang terjadwal dengan baik dan benar bisa menjaga performa komponen dan menambah masa pakai komponen. Sehingga perawatan yang terjadwal dengan sangat penting dan harus dilakukan serta diawasi dengan baik.

Page 1 of 1 | Total Record : 8