cover
Contact Name
Tia Wida Ekaputri Hz
Contact Email
tiawida@unja.ac.id
Phone
+62741-60246
Journal Mail Official
jurnaljoms@unja.ac.id
Editorial Address
FKIK UNJA Jl. Letjend Soeprapto No. 33, Telanaipura, Kota Jambi, 36122
Location
Kota jambi,
Jambi
INDONESIA
Journal of Medical Studies
Published by Universitas Jambi
ISSN : 30250196     EISSN : 2988781X     DOI : -
The Journal of Medical Studies (JOMS) is a Journal for Medical And Health Issues. The scope of this journal is to promote academicians, lecturers, student, and practitioners to publish research work (original research, literature review, and case report) of Medical And Health Diciplines.
Articles 48 Documents
HUBUNGAN KADAR GULA DARAH PADA STROKE HEMORAGIK: STUDI META ANALISIS Hanna Saskia; Apriyanto; Armaidi Darmawan
Journal of Medical Studies Vol. 1 No. 1 (2021): Journal of Medical Studies
Publisher : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22437/joms.v1i1.14524

Abstract

ABSTRACT Background: Hyperglycemia often occurs during periods of acute stroke and can occur in patients with or without diabetes. Hyperglycemia is an independent risk factor for poor clinical outcome in stroke patients. Hyperglycemia occurs in 30-40% of patients with acute ischemic stroke and 43–59% of patients with hemorrhagic strokes. Many studies have shown hyperglycemia on acute phase was respons of stress. Objectives: Knowing the description and relationship of blood glucose levels in hemorrhagic stroke in 11 analyzed journals. Methods: This type of study is a meta-analysis of 11 publicated journals at PubMed and AHA/ASA Journal on 2015-2020 and accessed on August-November 2020. Results: There were 11 journals analyzed, 10 from PubMed and 1 from AHA / ASA Journal. The results of the journal's meta-analysis show The combined effect size on 11 journals has a p value> 0.05 (OR = 0.999 95% CI: 0.969-1.030). Conclusions: The meta-analysis results show that blood glucose is not an independent variable that affects the incidence of hemorrhagic stroke. Keywords: Blood Glucose, Hyperglycemia, Hemorrhagic Stroke ABSTRAK Latar Belakang: Hiperglikemia sering terjadi selama periode stroke akut dan dapat terjadi pada pasien dengan atau tanpa diabetes. Hiperglikemia adalah suatu faktor risiko independen untuk hasil klinis yang buruk pada pasien stroke. Hiperglikemia terjadi pada 30-40% dari pasien dengan stroke iskemik akut dan 43–59% pasien stroke hemoragik. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa hiperglikemia reaktif pada stroke fase akut merupakan respons terhadap stres. Tujuan Penelitian : Mengetahui gambaran dan hubungan kadar gula darah pada stroke hemoragik pada 11 jurnal yang dianalisis. Metode: Jenis studi yang digunakan adalah studi meta analisis pada 11 jurnal terpublikasi PubMed, AHA/ASA Journal yang terbit dengan rentang waktu 2015-2020 dan diakses pada Agustus-November 2020. Hasil: Terdapat 11 jurnal yang dianalisa, 10 dari PubMed dan 1 dari AHA/ASA Journal. Hasil dari meta analisis jurnal menunjukkan effect size gabungan pada 11 jurnal memiliki nilai p > 0.05 (OR = 0,999 CI 95% : 0,969-1,030). Kesimpulan: Hasil meta analisis menunjukkan bahwa gula darah bukan variabel independen yang memengaruhi kejadian stroke hemoragik. Kata Kunci: Gula Darah, Hiperglikemia, Stroke Hemoragik
STUDI LITERATUR: GAMBARAN DEPRESI PASIEN SARKOMA JARINGAN LUNAK EKSTREMITAS Sarah Fajrin; Humaryanto; Nindya Aryanty
Journal of Medical Studies Vol. 1 No. 1 (2021): Journal of Medical Studies
Publisher : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22437/joms.v1i1.14525

Abstract

ABSTRACT Background: Depression caused by feeling desperate on chronic diseases, like extremity soft tissue sarcoma and the treatment, especially excessive procedure like limb amputation, may deteriorate emotional status then further impact patient’s quality of life. Objectives: To discover depression among extremity soft tissue sarcoma patient. Methods: This study uses a literature study by using twelve articles from Search Engine Science Direct, Google Scholar, PubMed Central, DOAJ, Biomed Central, and Semantic Scholar according to the inclusion criteria set by the researcher. Results: Depression on sarcoma patients is more often found in women, aged> 39 years, do not have a job, live in a non-urban environment, do not have children, marital status, economic and functional body. Post chemotherapy patients are found to have worse quality of life. The type of tumor resection was not associated with worse quality of life. Conclusions: Psychological disorders such as depression can cause a decrease in quality of life. Highest depression that patient suffered, the quality of life will decrease. The results of the study shows that depression on extremity soft tissue sarcoma patients was found in several groups of categories. However, a decrease in patient,s quality of life are average on the beginning post therapy. Overtime, patients will show results of improvement in depressive symptoms, body function, and quality of life after 1 year post therapy. Keywords: Soft Tissue Sarcoma, Depression, Quality of Life ABSTRAK Latar Belakang: Depresi yang diakibatkan oleh rasa putus asa terhadap diagnosis penyakit kronis, seperti sarkoma jaringan lunak ekstremitas dan terapinya, yang sering kali mendapatkan tindakan berlebih seperti amputasi tungkai, dapat menyebabkan perburukan status emosional lebih lanjut. Kondisi ini akan berdampak pada kualitas hidup pasien sehingga dirasa perlu menjadi perhatian dokter. Tujuan Penelitian: Untuk mengetahui gambaran depresi pasien sarkoma jaringan lunak ekstremitas. Metode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi literatur dengan menggunakan dua belas artikel yang diperoleh dari Search Engine Science Direct, Google Scholar, PubMed Central, DOAJ, Biomed Central, dan Semantic Scholar sesuai dengan kriteria inklusi yang telah ditetapkan peneliti. Hasil: Depresi pada pasien sarkoma lebih sering ditemukan pada wanita, usia >39 tahun, tidak memiliki pekerjaan, tinggal di lingkungan bukan perkotaan, tidak memiliki anak, status perkawinan, ekonomi dan fungional tubuh. Pasien pasca kemoterapi didapat mengalami perburukan kualitas hidup. Jenis reseksi tumor tidak berhubungan dengan perburukan kualitas hidup. Kesimpulan: Hasil dari penelitian menunjukkan depresi pada pasien sarkoma jaringan lunak ekstremitas banyak ditemukan pada beberapa kelompok kategori. Namun, rata-rata pasien mengalami penurunan kualitas hidup hanya di awal pasca terapi. Seiring berjalannya waktu, pasien akan menunjukan hasil perbaikan gejala depresi dan peningkatan fungsional serta perbaikan kualitas hidup yang terjadi setelah 1 tahun pasca terapi. Kata Kunci: Sarkoma Jaringan Lunak, Depresi, Kualitas Hidup
GAMBARAN PENGGUNAAN OBAT HERBAL PADA MASYARAKAT INDONESIA DAN INTERAKSINYA TERHADAP OBAT KONVENSIONAL TAHUN 2020 Muhammad Pane; Ave Rahman; Esa Ayudia
Journal of Medical Studies Vol. 1 No. 1 (2021): Journal of Medical Studies
Publisher : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22437/joms.v1i1.14527

Abstract

ABSTRACT The percentage of Indonesia's population using traditional medicines in 2014 was 20.99%. There has been an increase in the use of herbal medicines, so there is the possibility of interactions. The data on the use of herbal medicines and their interactions with conventional medicines is still limited. This type of research is a descriptive study using a google form questionnaire. Univariate analysis was carried out to determine the characteristics of herbal medicine users and interactions of herbal medicine combinations with conventional drugs through a search on the available literature. The results of the study of 281 respondents were mostly aged 18-45 years (75.4%), women (54.4%), lived in urban areas (67.3%), graduated from high school (55,5%), and high income by the month (42%). The most widely used herbal medicine is ginger (29,2%). There are several types of herbal medicines that are used differently for each type of disease symptom / the same complaint. The most widely used herbal medicinal preparations were chopped (55.2%), and most of the respondents argued that the use of herbal medicines was due to relatively small side effects (35.6%). The majority of respondents felt efficacy (97.2%), and the others did not experience side effects (99.6%). There were also combinations of herbal medicines with conventional drugs (13.2%) with some having beneficial interactions (13.5%), adverse interactions (18.9%), and no interactions (67.6 %%). There are variations in the use of herbal remedies for the same complaints in each region. Some respondents combine it with conventional drugs. There are beneficial interactions, adverse interactions, and no interactions from these combinations. Keywords: Herbal Medicine, Indonesia, Herb-Drug Interactions, Surveys and Questionnaires ABSTRAK Persentase penduduk Indonesia yang menggunakan obat tradisional pada tahun 2014 yaitu 20,99%. Terjadi peningkatan penggunaan obat herbal, sehingga ada kemungkinan dapat terjadi interaksi. Adapun data tentang penggunaan obat herbal dan interaksinya dengan obat konvensional masih terbatas. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang menggunakan kuesioner berupa google form. Dilakukan analisis univariat untuk mengetahui karakteristik pengguna obat herbal dan interaksi dari kombinasi obat herbal dengan obat konvensional melalui pencarian pada literatur yang sudah tersedia. Hasil penelitian dari 281 responden sebagian besar berusia 18-45 tahun (75,4%), perempuan (54,4%), tinggal di perkotaan (67,3%), tamat SMA (55,5%), dan berpendapatan tinggi perbulannya (42%). Obat herbal yang paling banyak digunakan yaitu jahe (29,2%). Didapatkan beberapa jenis obat herbal yang digunakan berbeda-beda pada tiap jenis gejala penyakit/keluhan yang sama. Sediaan obat herbal yang paling banyak digunakan berupa rajangan (55,2%), dan sebagian besar responden beralasan dalam penggunaan obat herbal dikarenakan efek samping yang relatif kecil (35,6%). Mayoritas responden merasakan khasiat (97,2%), dan yang lainnya tidak merasakan efek samping (99,6%). Didapatkan juga kombinasi obat herbal dengan obat konvensional (13,2%) dengan beberapa memiliki interaksi yang menguntungkan (13,5%), interaksi merugikan (18,9%), dan tidak ada interaksi (67,6%%). Terdapat variasi dalam penggunaan obat herbal untuk keluhan yang sama pada tiap daerah. Beberapa responden mengkombinasikannya dengan obat konvensional. Didapatkan interaksi menguntungan, interaksi merugikan, dan tidak ada interaksi dari kombinasi tersebut. Kata kunci: Obat Herbal, Indonesia, Interaksi Obat Herbal, Survei dan Kuesioner
HUBUNGAN TINGKAT EKSPRESI EMOSI CAREGIVER DENGAN FREKUENSI REHOSPITALISASI PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH PROVINSI JAMBI Lisa Rahayu Pratiwi Pratiwi; Victor Eliezer; Rita Halim
Journal of Medical Studies Vol. 1 No. 1 (2021): Journal of Medical Studies
Publisher : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22437/joms.v1i1.14529

Abstract

ABSTRACT Background: Schizophrenic patients are prone to rehospitalization by 40-60% after the first hospitalization within two years despite using antipsychotic medication. This can be influenced by the caregiver's emotional expression factor. Objectives: The purpose of this study was to determine the relationship between caregiver emotional expression level and rehospitalization frequency of schizophrenic patients. Methods: This study used an analytic design with a cross sectional approach. The number of samples in this study were 100 respondents. The instrument to assess the caregiver's emotional expression level was a family questionnaire and to determine the frequency of rehospitalization of schizophrenia patients using medical records of schizophrenic patients at the Regional Mental Hospital of Jambi Province. Data analysis was univariate and bivariate using chi-square. Results: most of the schizophrenic patients had an age range of 46-55 years, were male, education level of SMP / MTS, most of the caregivers had an age range of 36-45 years, were female, SMP / MTS, informal caregiver, there was a relationship between caregiver emotional expression level and rehospitalization frequency of schizophrenia patients with p value of 0.000. Conclusions: There is a relationship between the level of caregiver's emotional expression with the frequency of rehospitalization of schizophrenia patients at the Regional Mental Hospital of Jambi Province. Keywords: Caregiver Emotional Expression Level, Frequency of Rehospitalization of Schizophrenia Patients ABSTRAK Latar Belakang: Pasien skizofrenia rentan mengalami rehospitalisasi sebesar 40-60% setelah rawat inap pertama kali dalam kurun waktu dua tahun meskipun telah menggunakan pengobatan antipsikotik. Hal ini dapat dipengaruhi oleh faktor ekspresi emosi caregiver. Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat ekspresi emosi caregiver dengan frekuensi rehospitalisasi pasien skizofrenia. Metode: Penelitian ini menggunakan desain analitik dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 100 responden. Instrumen untuk menilai tingkat ekspresi emosi caregiver adalah family questionnaire dan untuk mengetahui frekuensi rehospitalisasi pasien skizofrenia menggunakan data rekam medik pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi. Analisis data dengan univariat dan bivariat dengan menggunakan chi-square. Hasil: sebagian besar pasien skizofrenia memiliki rentang usia 46-55 tahun, berjenis kelamin laki-laki, tingkat pendidikan SMP/MTS, sebagian besar caregiver memiliki rentang usia 36-45 tahun, berjenis kelamin perempuan, SMP/MTS, caregiver informal, terdapat hubungan antara tingkat ekspresi emosi caregiver dengan frekuensi rehospitalisasi pasien skizofrenia dengan nilai p 0,000. Kesimpulan: Terdapat hubungan antara tingkat ekpresi emosi caregiver dengan frekuensi rehospitalisasi pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi. Kata Kunci : Tingkat Ekspresi Emosi Caregiver, Frekuensi Rehospitalisasi Pasien Skizofrenia
HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASSA TUBUH ( IMT ) TERHADAP KEJADIAN GENU VARUM DAN GENU VALGUM PADA ANAK-ANAK DI KOTA JAMBI Maydina Gusta; Charles A Simanjuntak; Miftahurrahmah; Fairuz
Journal of Medical Studies Vol. 1 No. 1 (2021): Journal of Medical Studies
Publisher : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22437/joms.v1i1.14530

Abstract

ABSTRACT Background: Genu varum and Genu valgum are disorders of the growth of the leg bones caused by a shift in rotation in the joints between the knee and thigh bones, resulting in an abnormal angle between the thighbones and knees. Several factors can lead to excessive genu varum and genu valgum, include the development lower extremity of children, pathological condition, genetic predisposition, and high body mass index. Based on this, a study was conducted to determine whether there was a relationship between body mass index and genu varum and genu valgum in children. Methods: This type of research used in this research is a descriptive cross sectional. The research was conducted in kindergarten or early childhood education from 4 sub-districts in the city of Jambi, namely kecamatan jambi timur, kota baru, telanaipura and danau sipin during June-October 2019. The respondents consisted of 245 children who attend kindergarten or early childhood education in the city of Jambi. This research was conducted by measuring the respondent's weight, height and leg shape. Results: The results of the Spearman Correlation test have a positive value of 0.01, so it can be said that the relationship between Body Mass Index and genu varum and genu valgum is unidirectional. Conclusions: There is a significant correlation between the Body Mass Index to Genu varum and genu valgum, where the increase in body mass index, the more risk of genu varum and genu valgum. Keywords: Body mass Index, Genu varum, genu valgum. ABSTRAK Latar Belakang: Genu varum dan Genu valgum adalah gangguan pertumbuhan tulang kaki yang disebabkan terjadinya pergeseran rotasi pada persendian antara tulang lutut dan tulang paha sehingga mengakibatkan sudut yang terbentuk diantara kedua tulang paha dan lutut menjadi tidak normal. Genu varum dan Genu valgum dipengaruhi oleh perkembangan anggota gerak bawah anak, kondisi patologis, faktor genetik, dan indeks massa tubuh yang tinggi. Berdasarkan hal tersebut, maka dilakukan penelitian untuk mengetahui apakah terdapat hubungan indeks massa tubuh terhadap kejadian Genu varum dan Genu valgum pada anak-anak. Metode: Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional yang bersifat deskriptif. Penilitian dilakukan di taman kanak-kanak (TK) atau Pendidikan anak usia dini (PAUD) dari 4 kecamatan dikota jambi yaitu kecamatan jambi timur, kota baru, telanaipura dan danau sipin selama bulan juni-oktober 2019. Responden terdiri dari 245 anak yang bersekolah di taman kanak-kanak (TK) atau Pendidikan anak usia dini (PAUD) dikota jambi. Penelitian ini dilakukan dengan cara mengukur berat badan, tinggi badan, dan bentuk kaki responden. Hasil: Hasil uji Spearman Correlation nilai positif 0,01 sehingga dapat dikatakan hubungan antara Indeks Massa Tubuh dengan Genu varum dan Genu valgum bersifat searah. Kesimpulan: Terdapat hubungan yang signifikan antara Indeks Massa Tubuh terhadap Genu varum dan Genu valgum, dimana semakin meningkatnya indeks massa tubuh maka semakin berisiko terjadinya genu varum dan genu valgum. Kata Kunci: Indeks massa tubuh, Genu varum, Genu valgum
GAMBARAN BESAR ANGKA CROSS-MATCH TO TRANSFUSION RATIO (CTR) TERHADAP JENIS PENYAKIT PADA PASIEN YANG MENERIMA TRANSFUSI DARAH DI RSUD KH. DAUD ARIF KUALA TUNGKAL, KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT, JAMBI Anasthasia Naomi; Hiratna; Fairuz
Journal of Medical Studies Vol. 1 No. 1 (2021): Journal of Medical Studies
Publisher : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22437/joms.v1i1.14531

Abstract

ABSTRACT Background: The decision to transfusion is often assumed to be the worst case, so it takes more time and effort to cross-match. To increase the efficiency of blood demand, an indicator is applied, namely the Cross-match to Transfusion Ratio (CTR). The amount of CTR is different for each type of disease. The purpose of this study was to see an overview of the CTR number for the type of disease in patients who received blood transfusions at KH Daud Arif Hospital in Tanjung Jabung Barat, Jambi. Methods: This research is a quantitative research with descriptive research. The research was conducted at KH Daud Arif Hospital Tanjung Jabung Barat, Jambi from August 2019-July 2020. Respondents consisted of 210 people who had blood transfusions. This research was conducted by looking at the data on the blood unit request form and the medical record sheets of patients who had blood transfusions. Results: The results of this study indicate that the overall CTR value is 1.55 and the highest CTR is in cesarean section with a CTR number of 2.6 and it can be said to be inefficient in the use of blood transfusions. Conclusions: The average number of CTR at KH Daud Arif Hospital, Tanjung Jabung Barat, Tungkal Ilir, Jambi is in accordance with the regulations where the implementation of blood transfusions is efficient for each type of disease. Keywords: Blood Transfusion, Cross-match to Transfusion Ratio (CTR) ABSTRAK Latar Belakang: Keputusan untuk transfusi seringkali diasumsikan dengan kemungkinan terburuk sehingga memerlukan waktu dan upaya lebih untuk melakukan cross-match. Untuk meningkatkan efisiensi permintaan darah maka diterapkan suatu indikator yaitu Cross-match to Transfusion Ratio (CTR). Besar angka CTR berbeda-beda pada tiap jenis penyakit. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat gambaran angka CTR terhadap jenis penyakit pada pasien yang menerima transfusi darah di RSUD KH Daud Arif Tanjung Jabung Barat, Jambi. Metode: Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Penelitian dilakukan di RSUD KH Daud Arif Tanjung Jabung Barat, Jambi dari Agustus 2019-Juli 2020. Responden terdiri dari 210 orang yang melakukan transfusi darah. Penelitian ini dilakukan dengan cara melihat data pada formulir permintaan unit darah dan lembar rekam medik pasien yang melakukan transfusi darah. Hasil: Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan besar angka CTR didapatkan sebesar 1,55 dan CTR paling tinggi terdapat pada sectio caesarea dengan besar angka CTR sebesar 2,6 dan dapat dikatakan tidak efisien dalam penggunaan transfusi darah. Kesimpulan: Rata-rata besar angka CTR di RSUD KH Daud Arif Tanjung Jabung Barat, Tungkal Ilir, Jambi sudah sesuai dengan peraturan dimana pelaksanaan transfusi darahnya sudah efisien pada tiap jenis penyakit. Kata Kunci: Transfusi darah, Crossmatch to Transfusion Ratio (CTR)
GAMBARAN LAMA PUASA PREANESTESI PADA PASIEN BEDAH TERENCANA DI RSUD RADEN MATTAHER JAMBI PERIODE OKTOBER-DESEMBER 2016 Wegrimel Ariegara; Ade Susanti; Lipinwati
Journal of Medical Studies Vol. 1 No. 1 (2021): Journal of Medical Studies
Publisher : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22437/joms.v1i1.16563

Abstract

ABSTRACT Background: Preanesthesia fasting is one of the patients’ physical preparations before the anesthesia actions. The length of preanesthesia fasting is different depending group of age. Prolong of preanesthesia fasting will have an impact on the condition that is not expected in patients such as the inconvenience, dehydration, hypovolemic, and hypoglycemia. Objectives: The purpose of this study is to describe of preanesthesia fasting on the elective surgery patients in RSUD Raden Mattaher Jambi. Methods: This study is a descriptive study using a cross sectional design of 67 respondents. This study was carried out in RSUD Raden Mattaher Jambi on October-December 2016. The data obtained from the interview and medical record data of respondents. Results: Result of the study from total 67 respondents shows the prolong of preanesthesia fasting on the age of the respondents <6 month as much as 100%, age 6-36 month 71,5%, and age >36 month 96,62. Conclusions: Most elective surgery patient in hospital of Raden Mattaher have prolong of preanesthesia fasting. Key words: Preanesthesia fasting, Rules of preanesthesia fasting ABSTRAK Latar Belakang: Puasa preanestesi merupakan salah satu persiapan fisik pasien sebelum dilakukan tindakan anestesi. Lamanya waktu puasa preanestesi berbeda setiap kelompok usia. Pemanjangan waktu puasa preanestesi akan berdampak kepada kondisi yang tidak diharapkan pada pasien seperti terjadinya ketidaknyamanan, dehidrasi, hipovolemik, dan hipoglikemi. Tujuan: penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran lamanya puasa preanestesi pada pasien bedah terencana di RSUD Raden Mattaher Jambi. Metode: penelitian ini merupakan penelitian deskriptif menggunakan desain cross sectional terhadap 67 orang responden. Penelitian ini dilakukan di RSUD Raden Mattaher Jambi pada Oktober-Desember 2016. Data diperoleh dari wawancara dan data rekam medis responden. Hasil: Hasil penelitian terhadap 67 responden menunjukkan pemanjangan masa puasa preanestesi pada usia <6 bulan sebanyak 100%, usia 6-36 bulan sebanyak 71,5%, dan usia >36 bulan sebanyak 96,62%. Kesimpulan: kesimpulan dari penelitian ini adalah Sebagian besar pasien bedah terencana di RSUD Raden Mattaher Jambi mengalami pemanjangan puasa preanestesi. Kata Kunci: puasa preanestesi, aturan puasa preanestesi
INDEKS MASSA TUBUH (IMT) SEBAGAI FAKTOR RISIKO PADA KECURIGAAN HERNIA NUKLEUS PULPOSUS (HNP) LUMBAL Rabanimukram Desyauri; Freddy H. Aritonang; Charles A. Simanjuntak
Journal of Medical Studies Vol. 1 No. 2 (2021): Journal of Medical Studies
Publisher : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22437/joms.v1i2.16564

Abstract

ABSTRACT Background: Herniated Nucleus Pulposus (HNP) is a condition where nucleus pulposus protruded and pressed into canalis spinalis through teared anulus fibrosus. HNP most often affected L4-L5 or L5-S1 areas. Body mass index (BMI) is one of the risk factors that may causes the HNP. The excess BMI can affect the shape of the disc and cause an increase load on the intervertebral disc. Objectives: Knowing BMI as a risk factor on suspect HNP in the Neurological Outpatient Clinic at Abdul Manap Hospital Jambi City. Methods: This is an analitycal study using cross sectional design with 55 total samples. This study conducted in Neurological Outpatient Clinic at Abdul Manap Hospitals Jambi City from February-March 2017. Results: 53.3% patients suspected HNP have type 1 obesity and 86.7% patients suspected HNP have BMI ≥23 kg/m2. The excess BMI had significant correlation (p=0.049) on suspected HNP and patients with excess BMI have 3,656 times more risk developed suspect HNP. Conclusions: The results show there is a correlation (p=0.049) between excess BMI with suspected HNP in the Neurological Outpatient Clinic at Abdul Manap Hospital Jambi City from February-March 2017. Keywords: Suspect HNP, HNP Lumbal, BMI ABSTRAK Latar Belakang: Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah keadaan dimana nukleus pulposus keluar menonjol untuk kemudian menekan ke arah kanalis spinalis melalui anulus fibrosus yang robek. HNP lumbal paling sering pada daerah L4-L5 atau L5-S1. Indeks massa tubuh (IMT) adalah salah satu faktor risiko yang dapat menyebabkan HNP. IMT berlebih dapat mempengaruhi bentuk corpus dan menimbulkan peningkatan beban pada diskus intervertebralis. Tujuan Penelitian: Mengetahui mengetahui IMT sebagai faktor risiko pada kecurigaan HNP lumbal di Poliklinik Penyakit Saraf RSUD Abdul Manap Kota Jambi. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian analitik cross sectional dengan total 55 sampel. Penelitian dilakukan di Poliklinik Penyakit Saraf RSUD Abdul Manap Kota Jambi pada Februari-Maret 2017 yang diambil secara accidental sampling. Hasil: 53,3% pasien kecurigaan HNP lumbal adalah obese 1 dan 86,7% pasien kecurigaan HNP lumbal memiliki IMT ≥23 kg/m2. IMT berlebih mempunyai hubungan yang bermakna (p = 0,049) terhadap kecurigaan HNP lumbal dan pasien dengan IMT berlebih 3,656 kali lebih berisiko mengalami kecurigaan HNP lumbal. Kesimpulan: Terdapat hubungan yang bermakna (p=0,049) antara IMT berlebih dengan kecurigaan HNP lumbal di Poliklinik Penyakit Saraf RSUD Abdul Manap Kota Jambi pada Februari-Maret 2017. Kata Kunci: Suspek HNP, HNP Lumbal, IMT
HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN TINGKAT KEPARAHAN JERAWAT (ACNE VULGARIS) PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS JAMBI Adithya Ahmad Al-falah; Subagio; Patrick William Gading
Journal of Medical Studies Vol. 1 No. 2 (2021): Journal of Medical Studies
Publisher : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22437/joms.v1i2.16565

Abstract

ABSTRACT Background: Acne is a chronic inflammatory process of the sebaceous glands. The disease can be minor with only comedones or inflammation with multiple pustules or cysts. Acne can be a psychological disorder for teenagers. Especially for those who have less knowledge and a negative attitude towards acne vulgaris. Objectives: The purpose of this study was to determine the relationship between the level of knowledge of acne and the severity of acne vulgaris. Methods: Sampling used a total sampling technique, students of the 2017 Medical Faculty of Medicine and Health Sciences (FKIK) Jambi University. This research was conducted in August-September 2018. Results: The results showed that from 135 respondents, 70.4% of respondents were female, most of the respondents were 21-22 years old 56.3%, as many as 85.9 % had acne with sufficient knowledge level category of 73 respondents 54.1%, most of the respondents had mild acne vulgaris degree 61.5%. Conclusions: In this study, there was a relationship between the level of knowledge about acne and the severity of acne. Keywords: Compliance, Acne vulgaris ABSTRAK Latar Belakang: Jerawat (akne) merupakan suatu proses peradangan kronik kelenjar-kelenjar sebasea. Penyakit ini dapat bersifat minor dengan hanya komedo atau peradangan dengan pustule multiple atau kista. Akne dapat menjadi gangguan psikis bagi remaja. Terlebih-lebih bagi mereka yang memiliki pengetahuan yang kurang dan sikap yang negatif terhadap akne vulgaris. Tujuan: Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan jerawat dengan tingkat keparahan jerawat (akne vulgaris). Metode: Pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling, yaitu semua mahasiswa Prodi Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Jambi angkatan 2017. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus-September 2018. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 135 responden, 70,4% responden dengan jenis kelamin perempuan, sebagian besar usia responden 21-22 tahun yaitu 56,3%, sebanyak 85,9% memiliki jerawat dengan kategori tingkat pengetahuan cukup sebesar 73 responden 54,1%, hampir sebagian besar responden memiliki derajat akne vulgaris ringan 61,5%. Kesimpulan: Pada penelitian ini didapat hubungan antara tingkat pengetahuan tentang jerawat dengan tingkat keparahan jerawat. Kata kunci: Kepatuhan, Akne Vulgaris
PERUBAHAN NILAI DARAH RUTIN PADA DARAH UMBILIKUS BAYI SETELAH PENYIMPANAN PERIODIK SAMPAI 28 HARI DI RSUD H. ABDUL MANAP KOTA JAMBI Putri Rahmadhanita; Hiratna; Armaidi Darmawan
Journal of Medical Studies Vol. 1 No. 2 (2021): Journal of Medical Studies
Publisher : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22437/joms.v1i2.16566

Abstract

ABSTRACT Background: Umbilical cord blood can be used safely as a substitution for blood transfusion. The changes of cord blood hematology value occur during storage until the blood can be transfused. Objectives: Knowing storage time limit for cord blood that can be transfused. Methods: The study was performed with 37 umbilical cord blood of newborns after spontanous delivery at delivery room of H. Abdul Manap Hospital from February-March 2017. Each sample separated into 5 EDTA tubes contain 3 mL of umbilical cord blood, then complete blood count was performed at days 0, 3, 7, 14 and 28 with Swelab Alfa Hematology Analyzer. Umbilical cord blood stored at blood bank of clinical laboratory H. Abdul Manap Hospital at 2 – 6 ⁰C temperature. Results: The change in complete blood count considered significant (p<0,05) compared to day 0. Erithrocyte are stable up to 28 days, hemoglobin and hematocrit increase significantly in day-28, leukocyte decrease significantly in day-3, and platelets decrease significantly in day-14. Conclusions: Erythrocyte, hemoglobin and hematocrit can be transfused until day-28, while platelet can only be transfused until day-7 of storage. Keywords: Umbilical Cord Blood, Blood Bank, Hematology. ABSTRAK Latar Belakang: Darah tali pusat dapat digunakan dengan aman sebagai pengganti darah untuk transfusi. Selama proses penyimpanan hingga darah tersebut dapat ditransfusikan, terjadi perubahan nilai pada komponen darah tersebut. Tujuan: Mengetahui batas waktu penyimpanan darah tali pusat yang masih layak ditransfusikan. Metode: Sebanyak 37 sampel darah tali pusat diambil dari bayi lahir pervaginam di VK RSUD H. Abdul Manap Kota Jambi dari Februari-Maret 2017. Setiap sampel darah tali pusat dimasukkan ke dalam 5 tabung EDTA masing-masing sebanyak 3 mL, kemudian dilakukan pemeriksaan darah rutin pada hari ke-0, 3, 7, 14 dan 28 dengan menggunakan Swelab Alfa Hematology Analyzer. Darah disimpan dalam bank darah laboratorium RSUD H. Abdul Manap Kota Jambi dengan suhu 2 – 6 ⁰C. Hasil: Perubahan hasil darah rutin dianggap bermakna (p<0,05) dibandingkan dengan hari ke-0. Eritrosit stabil sampai 28 hari penyimpanan, hemoglobin dan hematokrit mengalami peningkatan bermakna pada hari ke-28, leukosit mengalami penurunan bermakna pada hari ke-3, dan trombosit mengalami penurunan bermakna pada hari ke-14 setelah penyimpanan. Kesimpulan: Eritrosit, hemoglobin dan hematokrit masih dapat digunakan untuk transfusi hingga penyimpanan hari ke-28 sedangkan trombosit hanya sampai penyimpanan hari ke-7. Kata Kunci: Darah Tali Pusat, Bank Darah, Hematologi