cover
Contact Name
I Putu Udiyana Wasista
Contact Email
udiyanawasista@isi-dps.ac.id
Phone
+6287861236918
Journal Mail Official
balidwipantarawaskita@isi-dps.ac.id
Editorial Address
Jl. Nusa Indah, Sumerta, Kec. Denpasar Timur, Kota Denpasar, Bali 80235
Location
Kota denpasar,
Bali
INDONESIA
Bali-Dwipantara Waskita: Seminar Nasional Republik Seni Nusantara
ISSN : 28087992     EISSN : 2808795X     DOI : -
Core Subject : Art,
Seminar Nasional Republik Seni Nusantara adalah sebuah forum akademis yang membahas berbagai aspek seni dan budaya Nusantara. Dalam prosiding ini, para peneliti dan akademisi berkumpul untuk mempresentasikan hasil penelitian mereka mengenai seni dan budaya, dengan fokus khusus pada konteks Republik Seni Nusantara. Proses ini memberikan wadah untuk bertukar gagasan dan pengetahuan dalam upaya memahami, mendokumentasikan, dan mempromosikan warisan seni dan budaya yang kaya dan beragam di wilayah Nusantara.
Articles 53 Documents
Eksistensi Ornamen Makam Kuno Raja-Raja Binamu Peninggalan Kerajaan Islam Di Sulawesi Selatan Yabu Mallabasa
Prosiding Bali Dwipantara Waskita: Seminar Nasional Republik Seni Nusantara Vol. 1 (2021): Prosiding Bali Dwipantara Waskita: Seminar Nasionar Republik Seni Nusantara
Publisher : UPT Pusat Penerbitan LP2MPP ISI Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji eksistensi ornamen makam kuno Raja-Raja Binamu. Pokok permasalahannya difokuskan pada (1) konsepsi pemikiran yang mendasari gagasan rekayasa rancang-bangun arsitekstur makam secara monumental, (2) pengkajian nilai-nilai simbolik estetik yang terkandung di dalamnya, (3) unsur-unsur budaya yang ikut mempengaruhinya. Data dan informasi ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan informasi budaya, teknologi, dan seni - baik sebagai studi maupun untuk tujuan-tujuan lainnya guna mentransformasikan konsep dan nilai-nilai luhur yang terkandung didalamnya. Penelitian ini merupakan penelitian survei yang dilakukan pada 3 situs yang tersebar pada 3 wilayah bekas kerajaan Binamu. Teknik pengumpulan datanya dilakukan melalui studi lapangan dan studi pustaka menggunakan pendekatan interdisiplin ilmu. Pendekatan sejarah dan sosial-budaya digunakan sebagai pijakan dalam memahami kondisi sosial-budaya, agama, dan kesenian. Pendekatan arkeologis dan analisis komparatif digunakan untuk menelaah keberadaan artifak makam, serta membandingkannya dengan makam-makam Islam lainnya. Pendekatan estetik, semiotik, dan hermeneutik digunakan untuk menafsirkan simbolik estetik yang implisit. Penyajian datanya menggunakan teknik analisis deskriptif-kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) konsepsi pemikiran yang mendasari gagasan rangcang-bangun arsitektur makam erat kaitannya dengan tradisi untuk menghormati leluhur dan penggambaran status sosial; 2) Bangunan makam kuno Raja-Raja Binamu selain mencerminkan unsur-unsur tradisi lama, juga dipengaruhi oleh unsur-unsur budaya asing berbaur dengan unsur-unsur lokal melalui proses changes in continuity atau continuity in changes kemudian disesuaikan dengan budaya lokal setempat, 4) Ornamen makam kuno Raja-Raja Binamu selain sebagai saksi sejarah, juga mengandung nilai-nilai simbolik-estetis yang diapresiasikan pada nisan kubur.
Musik Pop Bali Sebagai Industri Budaya NI Wayan Ardini; I Komang Darmayuda; Ricky Irawan
Prosiding Bali Dwipantara Waskita: Seminar Nasional Republik Seni Nusantara Vol. 1 (2021): Prosiding Bali Dwipantara Waskita: Seminar Nasionar Republik Seni Nusantara
Publisher : UPT Pusat Penerbitan LP2MPP ISI Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tulisan ini dibuat untuk tujuan melihat keberadaan musik pop Bali dalam hubungannya dengan industri budaya yang saat ini giat dikembangkan oleh pemerintah melalui wacana industri/ekonomi kreatif. Melalui literature review, tulisan ini disusun menurut paradigma deskriptif-kualitatif. Analisis dilakukan menurut pola reduksi data, penyajian data, dan penyimpulan. Hasil studi menunjukkan bahwa, dalam lingkup wilayah serta sosial-budaya Bali, musik pop Bali adalah bagian integral dari industri budaya itu sendiri. Sebagai industri budaya, ia adalah paduan ideal antara seni musik tradisi Bali dan aspek-aspek seni musik modern yang dibawakan oleh peralatan musikal modern. Meskipun demikian secara kajian budaya musik pop Bali adapat ditelusuri secara kritis karena aspek-aspek kapitalistiknya dan semakin hilangnya autentisitas kebalian musik pop Bali itu sendiri.
Bebondresan Dalam Wayang Kulit Tantri Sebagai Representasi Pergulatan Identitas Dalang I Wayan Wija di Desa Sukawati, Kabupaten Gianyar I Ketut Kodi
Prosiding Bali Dwipantara Waskita: Seminar Nasional Republik Seni Nusantara Vol. 1 (2021): Prosiding Bali Dwipantara Waskita: Seminar Nasionar Republik Seni Nusantara
Publisher : UPT Pusat Penerbitan LP2MPP ISI Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Disertasi berjudul “Bebondresan dalam Wayang Tantri sebagai Representasi Pergulatan Identitas oleh Dalang I Wayan Wija” oleh I Ketut Kodi ini bertujuan untuk menjawab tiga masalah penelitian, yakni: (1) Bagaimana bentuk bebondresan dalam wayang tantri sebagai representasi pergulatan identitas dalang I Wayan Wija? (2) Idiologi apakah yang ada di balik bebondresan dalam wayang tantri dalang I Wayan Wija? (3) Apa makna bebondresan dalam wayang tantri dalang I Wayan Wija? Metode kwalitatif-transkriptif analisis diterapkan terhadap data hasil interview, observasi puluhan pagelaran wayang tantri, empat rekaman video-audio, dan satu transkripsi pagelaran yang berjudul Sang Aji Dharma Kapastu. Studi kepustakaan digunakan mendukung kajian kritis analitis terhadap manifestasi idiom-idiom postmo ke dalam bebondresan wayang ini. Membedah manifestasi budaya postmo dalam bebondresan wayang tantri yang domain utamanya berada dalam ranah estetika teatrikal praktis epistemologinya dikembangkan berlandaskan pada empat teori. Teori Estetika Postmodern dan Teori Identitas digunakan untuk mengkaji bentuk-bentuk bebondresan wayang tantri yang dapat dilaporkan sebagai representasi fenomena pergulatan identitas dalang I Wayan Wija dalam konteks budaya postmo. Teori Semiotik dan Teori Praktik menjadi kerangka analisis dalam memformulasikan idologi-ideologi plural dalam wayang tantri, baik yang diyakini benar, dianut, maupun yang masih masih dipertanyakan, semua diformulasikan, diaktifkan, dikontestasi, dikritisi, dikomentari, dijunjung maupun diremehkan ke dalam aneka bentuk estetika, idiom, dan diksi-diksi wayang tantri. Teori Semiotik digunakan sebagai landasan untuk mengidentifikasi enam makna bebondresan wayang tantri, meliputi makna pergulatan identitas, makna pelestarian seni dinamis, makna pembaruan seni tradisi, makna pencarian identitas baru, makna pertahanan gaya budaya daerah, dan makna kreativitas tiada henti. Makna-makna itu terungkap melalui siluman beberapa idiom postmo seperti Pastische, Parodi, Kitch, Camp, Skitzofre. Beberapa diksi/idiom postmo yang penting tetapi sudah usang bisa diaktifkan secara atraktif, terkadang konyol dan murahan bahkan keluar konteks, tetapi justru menghibur sehat inspiratif ke dalam narasi, dialog dan tingkah polah bentuk wayang-wayang tokoh bebondresan wayang tantri. Penelitian ini menyimpulkan bahwa secara holistic wayang tantri adalah manifestasi budaya postmo, bahkan sebuah wayang tantri dapat merepresentasikan lebih dari dua idiom postmo seperti dicontohkan oleh tokoh wayang narawangsa berkepala kambing. Indikasi Pastiche terjadi atas terpahatnya kepala kambing pada badan manusia. Ini juga indikasi Camp atas ketidak singkrunan badan manusia dengan kepala kambing. Narasi bolak balok yang digunakan antara binatang yang tiba-tiba ngomong sebagai tokoh seorang budiman mengindikasikan skitsofrenia dan parodi. Disaat dia berakting dangan sekedar swara “mbaak-mbeek” mengindikasikan idom kitch murahan. Budaya postmo dalam wayang tantri direpresentasikan secara kompleks.
Mewarisi Tradisi Dari Film Dokumeter “Sang Hyang Jaran : Teja Darmaning Kauripan” I Nyoman Payuyasa; I Made Denny Chrisna Putra
Prosiding Bali Dwipantara Waskita: Seminar Nasional Republik Seni Nusantara Vol. 1 (2021): Prosiding Bali Dwipantara Waskita: Seminar Nasionar Republik Seni Nusantara
Publisher : UPT Pusat Penerbitan LP2MPP ISI Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Seni dan budaya adalah bentuk identitas yang menjadikan Bali sebagai salah satu tujuan wisata dunia. Sekilas, seni dan budaya Bali bertahan dengan baik. Faktanya berbagai media memberitakan beberapa bentuk seni sudah punah seperti tari Sang Hyang, baris kraras, wayang wong, dan lain sebagainya. Bahkan di Karangasem terdapat sepuluh seni adat yang sudah punah. Di Kabupaten Badung terdapat lima belas jenis kebudayaan yang hampir punah, begitu juga seperti Buleleng dan Denpasar. Penting kiranya digiatkan sebuah usaha untuk menyelamatkan bentuk kesenian dan tradisi yang terancam punah. Salah satu bentuk penyelamatan untuk mewarisikan segala bentuk budaya yang rentan adalah mencatatkan dalam dokumentasi audio dan visual seperti film. Terdapat sebuah film dokumenter yang sangat menarik untuk dikaji, yaitu film dokumenter yang berjudul “Sang Hyang Jaran : Teja Darmaning Kauripan”. Film ini merekam perwujudan kembali seni tari Sang Hyang Jaran di Desa Sanur Kaja yang sempat punah. Masalah menarik yang dikaji dalam penelitian ini adalah unsur pembentuk film dokumenter “Sang Hyang Jaran : Teja Darmaning Kauripan” sebagai bentuk media untuk mewariskan sebuah tradisi. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif dengan menggunakan metode pengumpulan data observasi dan wawancara. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan prosedur model interaktif Milles dengan tahapan tiga analisis data, yaitu (1) reduksi data, (2) penyajian data, dan (3) verifikasi atau penarikan simpulan. hasil penelitian ini adalah film ini dokumenter ini dapat dimanfaatkan sebagai media mewariskan seni tradisi yang dapat dilihat dari dua unsur pembentuk film : yaitu unsur visual meliputi observasionalisme proaktif dan observasional reaktif dan unsur verbal kesaksian.
Makna Simbolik Proses Pembuatan Batik Pada Proses Kehidupan Manusia Novdaly Fillamenta; R. Djoni Sumantri
Prosiding Bali Dwipantara Waskita: Seminar Nasional Republik Seni Nusantara Vol. 1 (2021): Prosiding Bali Dwipantara Waskita: Seminar Nasionar Republik Seni Nusantara
Publisher : UPT Pusat Penerbitan LP2MPP ISI Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Proses pembuatan Batik secara filosofis sangat erat kaitannya dengan proses kehidupan manusia. Karena proses batik berawal dari selembar kain dan warna yang bertumpukan/lapisan-lapisan yang membentuk sebuah warna akhir. Manusia dalam awal kehidupannya sebagai selembar kain putih yang berisikan berbagai informasi yang banyak dan berwarna-warni. Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan tentang proses kehidupan manusia yang terimplementasikan dalam proses pembuatan batik. Pendekatan penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Pengumpulan data menggunakan Teknik studi lapangan yaitu teknik pengamatan/observasi. Analisis data melalui proses reduksi data, pemaparan data dan penarikan kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis dapat disimpulkan bahwa awal proses pembuatan batik, berlandaskan ide murni dari seorang yang merupakan sebuah pesan yang tidak boleh dirubah. Pada proses pembuatannya, pesan tersebut harus “nyata” tervisual tanpa terkontaminasi pemikiran individu lain, sehingga “induk” dari ide penciptaan tidak berubah dan mempunyai makna yang sesuai dengan hasil yang tercipta. Dalam proses pembuatanya diawali dari sketsa dan dituangkan kedalam media berupa kain. Selanjutnya ketika mulai melibatkan alat berupa “canting”, “malam” dan “kompor kecil” ada penambahan bentuk, detail, isi komposisi gelap terang, jauh dekat. Batik merupakan sebuah jejak yang akan muncul ketika bertemu dengan warna sehingga tercipta sebuah karya batik yang utuh dan saling menguatkan. Hubungannya dengan proses kehidupan manusia diawali dengan sebuah ide penciptaan sampai kelahiran. Selanjutnya proses tumbuh kembang manusia mempunyai korelasi dengan proses pembuatan batik yang dalam tumbuh kembangnya mulai dari berkomunikasi, dengan tambahan “alat” serta “bahan” dari masa kanak-kanak yang sampai akhirnya memasuki masa dewasa yang matang dengan kata lain menjadi pribadi yang utuh dan saling menguatkan.
Sitilirisasi Daun Keladi pada Media Keramik Fungsional Ni Made Rai Sunarini Rai
Prosiding Bali Dwipantara Waskita: Seminar Nasional Republik Seni Nusantara Vol. 1 (2021): Prosiding Bali Dwipantara Waskita: Seminar Nasionar Republik Seni Nusantara
Publisher : UPT Pusat Penerbitan LP2MPP ISI Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Keladi merupakan sekelompok tumbuhan dari genus Caladium (Suku talas-talasan, araceace). Dalam bahasa sehari-hari keladi juga dipakai untuk menyebut beberapa tumbuhan lain yang masih sekerabat, namun tidak termasuk golongan Caladium. Keladi sejati jarang membentuk umbi yang membesar. Ciri khas dari keladi adalah bentuk daunnya yang mengandung lapisan lilin. Ukuran keladi tidak pernah lebih dari 1 meter. Bentuk daun Keladi yang sejati seperti jantung hati. Bentuk tersebut menjadi ketertarikan pencipta untuk menggali dan membangkitkan daun keladi itu sendiri, dilihat dari keindahan bentuk, garis-garis tulang daunnya, dan warna yang mewujudkan nuansa keindahan. Tujuan jangka panjang pencipta mengangkat topik ini adalah mewujudkan sebuah metafora dari hasil identifikasi dalam bentuk Stilirisasi Daun Keladi pada Media Keramik Fungsional yang diaplikasikan sebagai Dekorasi Keramik Hias. Sebagai target khusus, pencipta menginginkan sentuhan Stilirisasi Daun Keladi pada permukaan keramik. Penerapan ornamen Daun Keladi dengan berbagai Stilirisasi merupakan suatu hal yang baru, mengingat keramik tidak saja difungsikan sebagai alat upacara, tetapi difungsikan sebagai benda-benda kebutuhan profan, diantaranya termasuk keramik hias. Penciptaan karya Kriya Seni ini akan mengusung konsep inovatif dan kebaruan (Novelty) yang didukung oleh metode penciptaan seni, yaitu metode eksplorasi dan metode eksperimen. Lima buah karya yang akan diwujudkan adalah karya keramik tiga dimensional yang menggunakan berbagai bahan (media campur). Hal tersebut bertujuan agar pencipta dapat secara total mengeksplorasikan gagasan, mewujudkan suatu karya seni kriya yang unik dan artistik, menambah khasanah ide, bentuk maupun teknik penggarapan. Manfaat khusus serta urgensi (keutamaan) penciptaan Kriya Keramik ini diharapkan dapat menjadi konsumsi visual dalam penyajiannya untuk menumbuhkan apresiasi dalam penggalian seni tradisi.
Tantangan dan Upaya Pelestarian Gamelan Gambang di Masa Depan I Nyoman Mariyana
Prosiding Bali Dwipantara Waskita: Seminar Nasional Republik Seni Nusantara Vol. 1 (2021): Prosiding Bali Dwipantara Waskita: Seminar Nasionar Republik Seni Nusantara
Publisher : UPT Pusat Penerbitan LP2MPP ISI Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Perkembangan gamelan Bali memang sudah luar biasa. Penyebarannya dari pelosok daerah hingga manca negara. Produksi gamelan kian tahun semakin meningkat, apalagi dengan merebaknya bantuan sosial yang dihibahkan ke masyarakat. Secara kuantitas, jumlahnya semakin menjamur, begitu juga antusiasme generasi muda dalam memainkannya. Sungguh sangat piawi dan apiknya. Namun, tidak begitu halnya dengan apa yang terjadi pada gamelan Gambang. Gamelan Gambang merupakan salah satu gamelan Bali yang tergolong tua. Gamelan Gambang diperkirakan sudah ada pada abad ke-11 masehi, yaitu pada masa pemerintahan Prabu Erlanggga di Jawa Timur. Pada salah satu relief Candi Penataran di Jawa Timur, terdapat seorang pendeta yang sedang mengajar muridnya menabuh Gambang (bentuk seperti gambang Bali). Sebagai gamelan yang tergolong tua, kondisinya kian mengkawatirkan. Di beberapa kelompok Gambang, masih banyak instrument Gambang yang terlantarkan, “krisis” pemain, hingga hilangnya gending-gending Gambang yang menjadi identitas daerahnya. Ini merupakan tantangan bagaimana kita membangkitkan dan menjaga kesenian ini agar nantinya tidak sekedar nama bahkan yang lebih mengkawatirkan generasi kedepan belajar Gambang di dunia Barat. Menyikapi hal tersebut, maka diperlukan upaya pelestarian gamelan Gambang untuk menjaga eksistensinya di masa depan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini mempergunakan jenis metode penelitian deskriptif kualitatif melalui pengumpulan data dengan observasi, wawancara, discografi, dan dokumentasi. Melalui metode tersebut maka dapat dilakukan beberaka upaya untuk menjaga pelestarian gamelan Gambang di masa depan, yakni dengan selalu menggunakan gamelan Gambang dalam berbagai aktivitas ritual sesuai fungsi di daerahnya, penanaman mitos sebagai penguat nilai didalamnya, merekontruksi gamelan dan regenerasi pemainnya, dan sinergi peran serta pemerintah dalam memajukan kesenian Gambang sebagai kearifan lokal yang adi luhung melalui kegiatan workshop maupun pelatihan-pelatihan.
Kajang Sebagai Sarana Pengembalian Unsur Panca Mahabhuta I Dewa Made Darmawan
Prosiding Bali Dwipantara Waskita: Seminar Nasional Republik Seni Nusantara Vol. 1 (2021): Prosiding Bali Dwipantara Waskita: Seminar Nasionar Republik Seni Nusantara
Publisher : UPT Pusat Penerbitan LP2MPP ISI Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Praktik beritual di Bali tidak terlepas dari pengunaan teks atau atribut yang dipandang sakral magis. teks atau atribut sebagai media untuk menghubungkan antara pemuja dengan yang dipuja. Salah satu atribut yang menarik untuk di dibahas adalah atribut dalam upacara ngaben, yakni “Kajang”. Kajang dipergunakan sebagai peranti sakral ketika ritus kematian (ngaben) digelar. Kajang dalam bahasa bali lumrah berarti memindahkan yang dapat berarti pula “ngabein”. Dari kata “ngabein” menjadilah ngaben. Menurut keyakian pemeluk agama Hindu Bali ngaben bertujuan untuk mempercepat kembalinya ke unsur Panca Maha Bhuta. Masyarakat Hindu Bali meyakini bahwa melalui kajang sang roh akan dapat sampai dengan selamat ke Çiwa Loka (alam Çiwa). Dengan demikian kajang seolah-olah berfungsi sebagai tiket atau Pasport yang dapat mengantarkan sang roh dengan selamat sampai pada tujuan. Tidak saja demikian, kaajang dipandang memiliki makna yang lebih, karena kajang dipandang sebagai atribut sakral-magis yang dapat mengantarkan sang roh sampai pada alam para dewa atau mencapai surga dan menyatu dengan Hyang Çiwa di Çiwa Loka. Walaupun demikian sampai atau tidaknya sang roh di Çiwa Loka, masih sangat ditentukan oleh Suba-Asuba karma perbuatan baik atau buruk pada saat sang palastra (orang yang meninggal) masih hidup. Metode deskriptif kualitatif digunakan karena data yang diteliti dilapangan berupa data sosial budaya. Teks - teks yang tersurat dalam setiap lembaran kajang diyakini bersifat absolut dengan demikian maka teori yang relevan digunakan adalah teori dekonstruksi dari Derrida, karena Derrida berpandangan setiap teks selalu menghadirkan anggapan-anggapan yang dianggap absolut.
Pertunjukan Wayang Cenk Blonk Virtual Sebagai Media Sosialisasi Covid-19 Dru Hendro; Made Marajaya
Prosiding Bali Dwipantara Waskita: Seminar Nasional Republik Seni Nusantara Vol. 1 (2021): Prosiding Bali Dwipantara Waskita: Seminar Nasionar Republik Seni Nusantara
Publisher : UPT Pusat Penerbitan LP2MPP ISI Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pertunjukan Wayang Cenk Blonk adalah salah satu jenis pertunjukan wayang kulit inovatif yang ternama di Bali. Wayang Cenk Blonk selama masa pandemi Covid-19 ini telah banyak meramaikan pentas wayang secara virtual di media sosial melalui program YouTube yang diberi nama Cenk Blonk Channel. Pertunjukan Wayang Cenk Blonk virtual di media sosial disajikan dalam bentuk minimalis berdurasi antara 15-20 menit, dengan menampilkan tokoh punakawan dan bebondresan di atas layar. Iringan dan tertawa penonton disetting melalui media rekam hingga pertunjukan selesai. Peran serta Dalang I Wayan Nardayana dalam menyosialisaikan Covid-19 di Bali patut diapresiasi karena merupakan fenomena budaya dan berdampak positif terhadap upaya pemerintah untuk menyelamatkan jiwa masyarakat dari wabah penyakit yang sangat mengerikan ini. Pesan-pesan yang disampaikan sangat komunikatif dengan mengunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh penonton. Di samping itu pertunjukan virtual ini sangat menghibur karena sesuai dengan selera estetik masyarakat milenial. Dengan alasan itulah tulisan ini dibuat dengan judul “Pertunjukan Wayang Cenk Blonk Virtual Sebagai Media Sosialisasi Covid-19” dengan 3 rumusan masalah yaitu : (1) Bagaimana bentuk pertunjukan Wayang Cenk Blonk virtual sebagai media sosialisasi Covid-19 ? ; (2) Pesan-pesan apakah yang disampaikan dalam pertunjukan Wayang Cenk Blonk virtual sebagai media sosialisasi Covid-19 ? dan ; (3) Apakah makna pertunjukan Wayang Cenk Blonk virtual sebagai media sosialisasi Covid-19 bagi masyarakat Bali ?. Seluruh permasalahan dianalisis dengan menggunakan dua teori yaitu teori Budaya Media dan Teori Wacana. Adapun metode yang dipergunakan dalam menganalisis permasalahan di atas adalah metode kualitatif dengan pendekatan fenomenalogis.
Penciptaan Seni Lukis Padma Dewata I Nengah Wirakesuma
Prosiding Bali Dwipantara Waskita: Seminar Nasional Republik Seni Nusantara Vol. 1 (2021): Prosiding Bali Dwipantara Waskita: Seminar Nasionar Republik Seni Nusantara
Publisher : UPT Pusat Penerbitan LP2MPP ISI Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Padma Dewata merupakan bunga teratai yang disebut pula nawa ratna sebagai sumber inspirasi penciptaan karya seni lukis. Padma Dewata yang ada dibalik karakter nawa ratna Dewata Nawa Sangga sering dijumpai diberbagai media elektronik, media sosial, dan secara simbolis sering dijumpai sebagai simbol atau lambang identitas Pendidikan ; Akademisi, Universitas dan Perguruan Tinggi yang ada di Indonesia. Padma Dewata secara nyata sering pula kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari yang menghiasi kehidupan alam semesta beserta isinya di dunia ini. Padma Dewata dengan berbagai dinamikanya menarik perhatian untuk dijadikan konsep, ide dan gagasan penciptaan karya seni. Metode penulisan yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode Observasi, Wawancara dan Dokumentasi. Kemudian dilanjutkan dengan menggunakan Metode Penciptaan seni antara lain: Eksistensi, Elaborasi, Eksperimen, Sistesis, Evaluasi penciptaan karya seni. Presentasi dan evalusi karya seni dapat dilakukan setelah tahapan seleksi dan penilaian karya seni lukis dilakukan. Pada tahapan seleksi karya seni lukis yang bertajuk Padma Dewata, maka dapat dipresentasikan beberapa karya seni lukis yang berjudul : 9 (Sembilan) Padma Dewata, Padma Hijau, Padma Violet, Padma Red, Padma Yellow, Padma White, Padma Oranye, Padma Abu-abu dan Padma Black. Luaran dari hasil penelitian dan penciptaan seni ini dapat dipublikasikan melalui jurnal ilmiah dan juga dilakukan pameran karya seni lukis secara Virtual. Evaluasi karya seni yang dihasilkan mengarah pada bentuk-bentuk karya seni lukis abstrak deformatif.