cover
Contact Name
Bayu Eka Riarsa Thira
Contact Email
bayu.thira@stikesrespati-tsm.ac.id
Phone
+6281223004727
Journal Mail Official
lppm@stikesrespati-tsm.ac.id
Editorial Address
Jl. Singaparna KM. 11 Cikunir Singaparna Tasikmalaya Jawa Barat 46181
Location
Kab. tasikmalaya,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Kesehatan BIDKEMAS Respati
ISSN : 20879822     EISSN : 29882699     DOI : -
Core Subject : Health,
Jurnal Kesehatan BIDKEMAS STIKes Respati Tasikmalaya, terlahir dari motivasi dan inovasi para dosen untuk ikut berkiprah mengembangkan dunia riset dalam bidang kesehatan. Adanya tuntutan informasi yang semakin berkembang maka keberadaan jurnal kesehatan BIDKEMAS ini diharapkan mampu memberikan kontribusi yang berarti bagi lingkungan akademik khususnya bidang kesehatan dan berdaya guna bagi institusi lainnya yang sangat membutuhkan informasi riset dalam lingkup profesi Kebidanan dan Kesehatan Masyarakat. Jurnal Kesehatan BIDKEMAS akan diterbitkan setiap pertengahan tahun (6 bulan sekali) dan memuat hasil riset untuk mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan baik dalam kebidanan maupun kesehatan masyarakat. Keberadaan jurnal BIDKEMAS mendapatkan pengelolaan khusus dari dewan redaksi sehingga setiap terbitan diharapkan mampu mendapatkan penerimaan yang baik dikalangan pengguna.
Articles 8 Documents
Search results for , issue "Vol. 6 No. 1 (2015): Februari 2015" : 8 Documents clear
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI DESA CIKUNIR WILAYAH KERJA PUSKESMAS SINGAPARNA KECAMATAN SINGAPARNA KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN 2014 Fenty Agustini, S.ST.,M.Kes
JURNAL KESEHATAN BIDKEMAS RESPATI Vol. 6 No. 1 (2015): Februari 2015
Publisher : STIKes Respati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.48186/bidkes.v6i1.4

Abstract

Program peningkatan Penggunaan Air Susu Ibu, khususnya ASI Eksklusif merupakan program prioritas, karena dampaknya yang luas terhadap status gizi dan kesehatan balita. Program prioritas ini berkaitan juga dengan kesepakatan global antara lain : Deklarasi innocenti (Italia) tahun 1990 tentang perlindungan, promosi dan dukungan terhadap penggunaan ASI, disepakati pula untuk pencapaian pemberian ASI Eksklusif sebesar 80% pada tahun 2010 (Roesli, 2000). Berdasarkan data Susenas (2007-2008) cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi 0–6 bulan di Indonesia menunjukkan penurunan dari 62,2% (2007) menjadi 56,2% (2008). Cakupan pemberian ASI eksklusif dipengaruhi beberapa hal diantaranya belum optimalnya penerapan 10 Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui (LMKM), pemahaman masyarakat serta gencarnya pemberian susu formula (Kementrian Kesehatan RI, Pekan ASI Sedunia). Dari data Dinas kesehatan Provinsi Jawa Barat pada tahun 2007 cakupan pemberian ASI Eksklusif sebanyak 502.172 (53,75%) dari jumlah 934.297 bayi. (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, 2008). Berdasarkan laporan desa Cikunir jumlah bayi periode bulan Desember 2013 sebanyak 125 bayi. Dari jumlah bayi di desa cikunir sebesar 58,4% diberikan ASI Ekslusif dan sebesar 41,6% tidak diberikan ASI Eksklusif. Desa Cikunir menempati urutan terbesar dimana bayi tidak diberikan ASI secara ekslusif di wilayah kerja Puskesmas Singaparna. Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan metode deskriptif, yaitu suatu metode penelitian yang bertujuan untuk melihat gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai bayi usia 7-12 bulan yang tidak memberikan ASI eksklusif dan berada di Desa Cikunir Wilayah Kerja Puskesmas Singaparna Kabupaten Tasikmalaya sebanyak 87 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Accidental Sampling, artinya sampel diambil pada saat dilaksanakan posyandu yaitu sebanyak 47 orang. Penelitian ini menggunakan satu variabel yaitu gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya pemberian ASI eksklusif, dengan variable yang diteliti yaitu umur, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, dan paritas. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Cikunir Wilayah Kerja Puskesmas Singaparna Kabupaten Tasikmalaya. Penelitian di lakukan pada bulan April-Mei 2014. Simpulan berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif diantaranya : umur, pendidikan, paritas dan pengetahuan. Sedangkan faktor pekerjaan tidak terlalu mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif.
GAMBARAN EFEK SAMPING METODE KONTRASEPSI JANGKA PANJANG DI KECAMATAN SINGAPARNA KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN 2014 Hapi Apriasih, SST.,M.Kes
JURNAL KESEHATAN BIDKEMAS RESPATI Vol. 6 No. 1 (2015): Februari 2015
Publisher : STIKes Respati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.48186/bidkes.v6i1.42

Abstract

Alat kontrasepsi jangka panjang (MKJP) adalah alat kontrasepsi yang digunakan untuk menunda, menjarangkan kehamilan, serta menghentikan kesuburan, yang digunakan dengan jangka panjang, yang meliputi IUD, implant, metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) paling efektif untuk menekan laju pertumbuhan penduduk. Banyak faktor yang mempengaruhi penggunaan MJKP salah satunya adalah keluhan efek samping yang terjadi. Berdasarkan data di Kecamatan Singaparna cakupan penggunaan MJKP masih rendah dibandingkan dengan metode kontrasepsi hormonal.Tujuan penelitian ini adalah mengetahui gambaran efek samping metode kontrasepsi metode jangka panjang di Desa Cikunir Kec Singaparna Kab Tasikmalaya Tahun 2014. Metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif, jenis penelitian deskriptif. Pengumpuan data yang digunakan adalah data primer dengan instrumen penelitian kuesioner. Sampel terdiri dari 23 orang akspetor KB AKDR dan 1 orang akseptor KB implant. Analisis data yang digunakan adalah univariat. Hasil penelitian dapat diketahui bahwa sebagian akseptor MJKP mengalami efek samping meskipun tidak semua efek samping terjadi. Untuk kontrasepsi AKDR yang paling banyak adalah perdarahan pada saat haid (30,4%), keputihan (21,7%), perdarahan bercak dan diluar haid serta nyeri alat kelamin suami (4,3 %), nyeri yang berlebih dan mules perut bagian bawah (2,6%) dan demam serta keputihan yang berbau (0 %). Sedangkan Akseptor KB implant dari 1 orang mengalami efek samping berupa tidak haid, rasa nyeri pada lengan dan sakit kepala hebat. Kesimpulan penelitian ini adalah sebagian akseptor KB jangka panjang mengalami efek samping tetapi tidak sampai mengalami gangguan kesehatan. Saran penelitian ini adalah meningkatkan konseling tentang KB pada pasangan suami istri, menyediakan fasilitas yang memadai, memfasilitasi tenaga kesehatan untuk pelatihan.
ANALISIS PENCAPAIAN PEMBERIAN ASI PADA BAYI BALITA USIA 0 – 24 BULAN DI DESA CIKUNIR KECAMATAN SINGAPARNA KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN 2014 Tupriliany Danefi, SST. M.Kes
JURNAL KESEHATAN BIDKEMAS RESPATI Vol. 6 No. 1 (2015): Februari 2015
Publisher : STIKes Respati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.48186/bidkes.v6i1.43

Abstract

Dalam pembangunan bangsa, peningkatan kualitas manusia harus dimulai sedini mungkin, yaitu sejak bayi. Salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas manusia adalah pemberian ASI. Berdasarkan laporan desa Cikunir jumlah bayi periode bulan Desember 2013 sebanyak 125 bayi. Dari jumlah bayi di desa cikunir sebesar 58,4% yang diberi ASI Ekslusif dan desa Cikunir memempati urutan terbesar dimana bayi tidak diberikan ASI secara ekslusif. Dengan metode deskriptif dengan sampel berjumlah 81 orang dengan menggunakan teknik pengambilan sampel dengan menggunakan proportional random sampling. Data analisis dengan menggunakan analisa univariat. Hasil penelitian dari total populasi yang masih memberian ASI sebesar 92,59% sedangkan yang tidak memberikan ASI sebesar 7,41%. Pemberian ASI usia kurang dari 6 bulan yang masih memberiakan ASI sebesar 94,44% sedangkan yang tidak memberian ASI sebesar 5,88%.Umur sebelum tiga bulan ibu ibu yang memberikan ASI pada anaknya sebesar 66,67 %. Oleh karena itu diharapkan adanya penyuluhan mengenai pentingnya ASI bagi bayi sampai dengan usia 2 tahun bagi masyarakat umum sebaiknya dilakukan secara rutin agar masyarakat memahami pentingnya ASI
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA PENGGUNAKAN ALAT KONTRASEPSI IUD DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMA DTP SUKARAME TAHUN 2014. Chanty Yunie, S.ST.,M.Kes
JURNAL KESEHATAN BIDKEMAS RESPATI Vol. 6 No. 1 (2015): Februari 2015
Publisher : STIKes Respati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.48186/bidkes.v6i1.44

Abstract

Di Wilayah UPTD Puskesma DTP Sukarame, dari 7196 peserta KB paling banyak menggunakan suntik akseptor (44,69%), menyusul akseptor yang mengggunakan pil (1,22%) sedangkan jenis alat kontrasepsi yang paling sedikit dipilih adalah IUD 367 akseptor (5,10%). Berdasarkan data tersebut pengguna alat kontrasepsi IUD adalah pengguna yang paling rendah di wilayah tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Rendahnya Penggunakan Alat Kontrasepsi IUD Di wilayah kerja UPTD Puskesma DTP Sukarame tahun 2014. Penelitian jenis kuantitatif dengan metode deskriptif,yang bertujuan untuk mengambarkan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Rendahnya Penggunakan Alat Kontrasepsi IUD Di wilayah kerja UPTD Puskesma DTP Sukarame tahun 2014.Populasi penelitian adalah seluruh pasangan usia subur sejumlah 1068 orang, dengan pengambilan sampel dalam menggunakan proportional Random Sampling. Selanjutnya dilakukan pengambilan sampel dari tiap kelurahan dengan teknik proportional random sampling. Instrumen utama dalam penelitian ini menggunakan format kusioner dengan wawancara untuk melihat penggunaan alat kontrasepsi AKDR. Hasil penelitian menyatakan bahwa sebagian besar pada kelompok usia 20-35 tahun, Paritas responden primipara, Pendidikan responden sebagian termasuk rendah, Sebagian besar responden tidak mendapat KIE dari petugas kesehatan, Sebagian besar responden tidak mendapat dukungan serta Sebagian besar responden memiliki pendapatan kurang dari UMR . Saran yang direkomendasikan bahwa penggunaan alat kontasepsi jangka panjang khususnya IUD petugas perlu melakukan sosialisasi sesuai dengan tujuan dan karakteristik akseptor. Disamping itu masyarakat perlu meningkatkan pengetahuan tentang alat kontrasepsi sesuai dengan peruntukannya
HUBUNGAN PERSONAL HIEGINE DENGAN KEJADIAN SCABIES PADA PEKERJA PABRIK PENYAMAKAN KULIT SUKAREGANG Ade Yasin, SPd, M.Kes; Dedi Brata, SKM
JURNAL KESEHATAN BIDKEMAS RESPATI Vol. 6 No. 1 (2015): Februari 2015
Publisher : STIKes Respati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.48186/bidkes.v6i1.45

Abstract

Studi morbiditas yang dilakukan oleh Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada tahun 2005 mengemukakan bahwa prevalensi penyakit kulit menempati urutan ke-8 dari 31 penyakit yaitu sebesar 12% dengan angka  tertinggi di Jawa Barat (Litbang Depkes RI, 2005). Menurut Departemen Kesehatan RI prevalensi skabies di Indonesia sebesar 4,60-12,95% dan skabies menduduki urutan ketiga dari 12 penyakit kulit tersering (Notobroto, 2005). Beberapa faktor yang menunjang perkembangan penyakit kulit, yaitu keadaan sosial ekonomi yang rendah dan higenitas yang buruk (Handoko dalam Djuanda et al., 2005). Tujuan penelitian ini adalah mengehatui hubungan anatara personal hiegiene dengan kejadian sacbies pada pekerja pabrik penyamakan kulit Sukaregang tahun 2014. Jenis penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan desain analitik. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pekerja pabrik penyamakan kulit  di Sukaregang Kelurahan Kota Wetan Kecamatan Garut Kota sebanyak 150 orang. Tehnik pengambilan sampel dengan menggunakan total sampling. Variabel dalam penelitian ini adalah variabel dependen terdiri dari personal higiene (kebiasaan mandi, kebiasaan mengganti baju serta mencuci tangan) sedangkan untuk variabel independen yaitu penyakit scabies. Instrumen penelitian adalah kuesioner untuk personal hiegiene serta hasil pemeriksaan kesehatan dokter. Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat dan bivariat.  Berdasarkan mayoritas  responden   memiliki kebiasaan mandi   lebih dari 2 x sehari tapi jarang menggunakan sabun yaitu sebanyak 50,7% sedangkan 43,1% pekerja mandi lebih dari 2 kali menggunakan air bersih dan sabun. Berdasarkan tabel diatas menyatakan bahwa 100% responden yang mandi kurang dari dua kali sehari mengalami penyakit kulit scabies, sedangkan 96,8% responden yang mandi lebih dari dua kali sehari serta menggunakan sabun dan air bersih tidak mengalami penyakit kulit scabies.Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan bahwa p value 0,000 kurang dari 0,05 artinya terdapat hubungan antara kebiasaan mandi dengan kejadian scabies pada pekerja penyamakan kulit di Kelurahan Sukaregang tahun 2014.Berdasarkan hasil penelitian  diketahui bahwa 55,6 % responden yang memiliki kebiasaan berganti pakaian kurang dari 2x sehari  mengalami penyakit  kulit scabies, sedangkan 87,5% responden yang memiliki kebiasaan mengganti pakaian lebih dari 2 kali dalam sehari tidak mengalami penyakit kulit scabies. Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan bahwa p value 0,026 kurang dari 0,05 artinya terdapat hubungan antara kebiasaan mengganti pakaian dengan kejadian scabies pada pekerja penyamakan kulit di Kelurahan Sukaregang tahun 2014.Untuk variabel kebiasaan cuci tangan bahwa 57,1% responden yang memiliki kebiasaan tidak mencuci tangani  mengalami penyakit  kulit scabies, sedangkan 53,8% responden yang memiliki kebiasaan mencuci tangan  tidak mengalami penyakit kulit scabies.Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan bahwa p value 0,230 lebih dari dari 0,05 artinya tidak terdapat hubungan antara kebiasaan cuci tangan dengan kejadian scabies pada pekerja penyamakan kulit di Kelurahan Sukaregang tahun 2014.
GAMBARAN STATUS GIZI IBU HAMIL YANG MELAHIRKAN BAYI DENGAN BBLR PUSKESMAS CIGALONTANG KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN 2014 Aam Nursalam, S.KM,M.Mkes
JURNAL KESEHATAN BIDKEMAS RESPATI Vol. 6 No. 1 (2015): Februari 2015
Publisher : STIKes Respati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.48186/bidkes.v6i1.46

Abstract

Dari data yang diperoleh dari Wilayah Kerja Puskesmas Cigalontang ada 148 ibu bersalin dan ada 51 ibu yang melahirkan bayi yang berat badannya kurang dari 2500 gram, Faktor   penyebab   masalah   kurang   gizi   yang menimpa ibu saat hamil merupakan faktor yang berperan atas tingginya kejadian BBLR .  Masa    kehamilan  merupakan  periode  yang  sangat  penting  bagi pembentukan kualitas sumber daya manusia dimasa yang akan datang, karena tumbuh kembang anak akan sangat ditentukan oleh kondisi pada saat janin dalam kandungan. Tujuan dari penelitian adalah mengetahui Gambaran status gizi ibu hamil yang melahirkan bayi dengan BBLR Puskesmas Cigalontang Kabupaten Tasikmalaya tahun 2014. Jenis Penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan metode deskriptif. Populasi untuk kelompok kasus pada penelitian ini adalah Bayi yang berat  badannya rendah  (BBLR) dan memiliki data lengkap dalam buku register  yaitu sejumlah 76 bayi. Tehnik pengambilan sampel adalah total sampling. Instrumen dalam penelitian adalah buku register Puskesmas Cigalontang. Analisis data yang digunakan adalah univariat. Hasil penelitian didapatkan bahwa mayoritas ibu hamil yang memiliki bayi BBLR adalah gizi kurang (89,4%).  Simpulan dari  penelitian didapatkan bahwa mayoritas ibu hamil yang memiliki bayi BBLR adalah gizi kurang (89,4%).Rekomendasi saran adalah untuk calon ibu hamil persiapan menghadapi kehamilan salah satunya adalah status gizi pada ibu. Dimana gizi ibu akan menentukan keadan gizi bayinya. Ibu hamil memerlukan nutrisi yang cukup dalam menjaga kebutuhan ibu dan janinnya. Bagi ibu hamil dengan gizi kurang memerlukan upaya pemantauan status gizi secara berkala serta mendapatkan bantuan PMT (pemberian makanan tambahan)
GAMBARAN FAKTOR USIA, PARITAS SERTA SOSIAL EKONOMI IBU HAMIL DENGAN ANEMIA DI KECAMATAN SUKARAME KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN 2014 Sinta Fitriani, S.KM,MKM
JURNAL KESEHATAN BIDKEMAS RESPATI Vol. 6 No. 1 (2015): Februari 2015
Publisher : STIKes Respati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.48186/bidkes.v6i1.47

Abstract

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Tasikmalaya anemia gizi khususnya pada ibu hamil adalah 49,6 %. Sedangkan  Anemia ada ibu hamil Di Kecamatan Sukarame berjumlah 125 kasus dari 255 ibu hamil atau 40% (Dinkes Tasikmalaya, 2013). Dampak yang timbul ibu hamil yang mengalami anemia yaitu mengakibatkan kematian janin didalam kandungan, abortus, cacat bawaan, kematian perinatal dan BBLR, hal ini menyebabkan morbiditas dan mortalitas ibu dan kematian perinatal semakin lebih tinggi. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui analisis faktor umur ibu, paritas serta sosial ekonomi ibu hamil dengan anemia di Kecamatan Sukarame Kabupaten Tasikmalaya tahun 2014. Jenis penelitian ini termasuk kuantitatif dengan metode deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang mengalami anemia  dalam  kehamilan.  Pengambilan  sampel  menggunakan  teknik  total sampling dimana yang menjadi sampel adalah seluruh populasi yang berjumlah 35 orang. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner. tehnik analisis data yang digunakan adalah analisis univariat. Berdasarkan  tabel  dapat  diketahui  bahwa  distribusi  responden berdasarkan umur paling banyak termasuk golongan umur lebih dari tahun  yaitu sebanyak 21 orang (60 %) dan umur 20 – 35 tahun yaitu 9 orang (25,71%) serta 5 orang (14,28%) berusia kurang dari 20 tahun.Tabel lain menunjukan bahwa sebagian besar paritas responden adalah Grandepara  yaitu  sebanyak 21  orang  (60%),  multipara  sebanyak 11  orang (31.42%), serta primipara sebanyak 3 orang (8.57%). Serta  distribusi  responden berdasarkan pekerjaan paling banyak sebagai IRT Yaitu sebanyak 21 Orang (60%), dan minoritas sebagai wiraswasta yaitu sebanyak 5 orang (14.28). Nutrisi ibu hamil mejnadi prioritas dalam pencegahan anemia. Optimalisasi PMT bagi ibu hamil dengan status ekonomi kurang serta pendistribusian konsumsi Fe sekaligus memaksimalkan peran keluarga dalam memotivasi ibu untuk mengkonsumsi Fe.
ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI DESA CIKUNIR KECAMATAN SINGAPARNA KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN 2014 Hariyani Sulistyoningsih, S.KM,M.KM; Sinta Fitriani, S.KM,MKM; Erwina Sumartini, S.ST
JURNAL KESEHATAN BIDKEMAS RESPATI Vol. 6 No. 1 (2015): Februari 2015
Publisher : STIKes Respati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.48186/bidkes.v6i1.48

Abstract

Data Susenas tahun 2012 menunjukan pemberian ASI eksklusif di Indonesia masih rendah yaitu 33,6%. Cakupan ASI eksklusif di Provinsi Jawa Barat pada tahun 2010 mencapai 67,3% (Susenas, 2010). Menurut Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Tasikmalaya, cakupan pemberian ASI eksklusif hanya mencapai 65,93%, dan Desa Cikunir sebagai desa binaan STIKes Respati termasuk salah satu desa dengan cakupan pemberian ASI eksklusif yang masih rendah. Penelitian yang dilaksanakan merupakan penelitian kuantitatif dengan metode deksriptif eksploratif. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang memiliki bayi usia 7-12 di Dusun Margamulya Desa Cikunir Kabupaten Tasikmalaya. Seluruh anggota populasi diambil sebagai sampel penelitian. Variabel yang diukur dalam penelitian ini meliputi: pengetahuan, sikap, dukungan suami dan keluarga, serta dukungan petugas kesehatan. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Pertanyaan yang diberikan berupa pertanyaan terbuka dan tertutup. Kuesioner diwawancarakan kepada responden oleh tim peneliti langsung. Hasil penelitian di dapatkan bahwa belum semua ibu di Dusun Margamulya Desa Cikunir mengetahui tentang pengertian ASI eksklusif. Masih terdapat ibu yang menyetujui pemberian makanan pendamping sebelum bayi berusia 6 bulan, serta menyetujui penghentian pemberian ASI ketika bayi sakit. Semua ibu di Dusun Margamulya Desa Cikunir mendapatkan dukungan suami dan keluarga dalam pemberian ASI Eksklusif. serta terdapat satu orang ibu yang mengatakan tidak mendapatkan informasi dan anjuran memberikan ASI eksklusif ketika memeriksakan diri kepada tenaga kesehatan. Puskesmas hendaknya mengoptimalkan program yang sudah ada dengan melibatkan semua pemegang program di Puskesmas untuk mengupayakan promosi ASI eksklusif sehingga penyampaian informasi tidak hanya dilakukan oleh bidan.

Page 1 of 1 | Total Record : 8