cover
Contact Name
Bayu Eka Riarsa Thira
Contact Email
bayu.thira@stikesrespati-tsm.ac.id
Phone
+6281223004727
Journal Mail Official
lppm@stikesrespati-tsm.ac.id
Editorial Address
Jl. Singaparna KM. 11 Cikunir Singaparna Tasikmalaya Jawa Barat 46181
Location
Kab. tasikmalaya,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Kesehatan BIDKEMAS Respati
ISSN : 20879822     EISSN : 29882699     DOI : -
Core Subject : Health,
Jurnal Kesehatan BIDKEMAS STIKes Respati Tasikmalaya, terlahir dari motivasi dan inovasi para dosen untuk ikut berkiprah mengembangkan dunia riset dalam bidang kesehatan. Adanya tuntutan informasi yang semakin berkembang maka keberadaan jurnal kesehatan BIDKEMAS ini diharapkan mampu memberikan kontribusi yang berarti bagi lingkungan akademik khususnya bidang kesehatan dan berdaya guna bagi institusi lainnya yang sangat membutuhkan informasi riset dalam lingkup profesi Kebidanan dan Kesehatan Masyarakat. Jurnal Kesehatan BIDKEMAS akan diterbitkan setiap pertengahan tahun (6 bulan sekali) dan memuat hasil riset untuk mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan baik dalam kebidanan maupun kesehatan masyarakat. Keberadaan jurnal BIDKEMAS mendapatkan pengelolaan khusus dari dewan redaksi sehingga setiap terbitan diharapkan mampu mendapatkan penerimaan yang baik dikalangan pengguna.
Articles 172 Documents
FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGANANEMIA PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SINGAPARNA KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN 2014 Santi Susanti, SST,M.Kes; Tupriliany Danefi, SST,M.Kes; Fenty Agustini, SST, M.Kes
JURNAL KESEHATAN BIDKEMAS RESPATI Vol. 6 No. 2 (2015): Agustus 2015
Publisher : STIKes Respati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.48186/bidkes.v6i2.3

Abstract

Angka kematian ibu merupakan indikator kesehatan suatu bangsa. Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia(SDKI) tahun 2007 AKI Indonesia sebesar 228 per 100.000 Kelahiran Hidup, angka tersebut masih tertinggi di Asia. Demikian juga hasil SDKI tahun 2012 ditemukan AKI semakin tinggi yaitu 359/100.000 Kelahiran Hidup. Pendarahan menempati persentase tertinggi penyebab kematian ibu yaitu 28 persen(28%). Anemia pada ibu hamil menjadi penyebab utama terjadinya pendarahan dan infeksi yang merupakan faktor kematian utama ibu. Di Wilayah Puskesmas Singaparna ditemukan masih tingginya ibu hamil dengan anemia yaitu 255 orang atau sebanyak 20,76%. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan anemia pada ibu hamil di wilayah Puskesmas Singaparna Kabupaten Tasikmalaya tahun 2015. Metode penelitian menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan pendekatanCross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil di wilayah Puskesmas Singaparna Tahun 2014. Tekhnik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Jenis data adalah data sekunder. Waktu penelitian dilaksanakan dalam waktu 6 bulan. Hasil penelitian. Terdapat hubungan antara Umur dan Status Gizi dengan anemia dalam kehamilan. Tidak terdapat hubungan antara paritas dan usia kehamilan dengan anemia dalam kehamilan. Ibu dengan KEK memiliki resiko anemia 2 x lebih besar dibandingkan ibu yang tidak anemia. Ibu yang hamil di periode usia resiko tinggi memiliki resiko anemia 1 x lebih tinggi dibandingkaan ibu yang hamil diusia reproduksi sehat. Simpulan dan saran. Status gizi ibu merupakan faktor dominan risiko anemia kehamilan. Saran ibu dianjurkan hamil di usia reproduksi sehat dan mempersipakan kehamilan melalui asuhan prakonsepsi untuk mendapatkan status kesehatan yang baik sebelum kehamilan
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI DESA CIKUNIR WILAYAH KERJA PUSKESMAS SINGAPARNA KECAMATAN SINGAPARNA KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN 2014 Fenty Agustini, S.ST.,M.Kes
JURNAL KESEHATAN BIDKEMAS RESPATI Vol. 6 No. 1 (2015): Februari 2015
Publisher : STIKes Respati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.48186/bidkes.v6i1.4

Abstract

Program peningkatan Penggunaan Air Susu Ibu, khususnya ASI Eksklusif merupakan program prioritas, karena dampaknya yang luas terhadap status gizi dan kesehatan balita. Program prioritas ini berkaitan juga dengan kesepakatan global antara lain : Deklarasi innocenti (Italia) tahun 1990 tentang perlindungan, promosi dan dukungan terhadap penggunaan ASI, disepakati pula untuk pencapaian pemberian ASI Eksklusif sebesar 80% pada tahun 2010 (Roesli, 2000). Berdasarkan data Susenas (2007-2008) cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi 0–6 bulan di Indonesia menunjukkan penurunan dari 62,2% (2007) menjadi 56,2% (2008). Cakupan pemberian ASI eksklusif dipengaruhi beberapa hal diantaranya belum optimalnya penerapan 10 Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui (LMKM), pemahaman masyarakat serta gencarnya pemberian susu formula (Kementrian Kesehatan RI, Pekan ASI Sedunia). Dari data Dinas kesehatan Provinsi Jawa Barat pada tahun 2007 cakupan pemberian ASI Eksklusif sebanyak 502.172 (53,75%) dari jumlah 934.297 bayi. (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, 2008). Berdasarkan laporan desa Cikunir jumlah bayi periode bulan Desember 2013 sebanyak 125 bayi. Dari jumlah bayi di desa cikunir sebesar 58,4% diberikan ASI Ekslusif dan sebesar 41,6% tidak diberikan ASI Eksklusif. Desa Cikunir menempati urutan terbesar dimana bayi tidak diberikan ASI secara ekslusif di wilayah kerja Puskesmas Singaparna. Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan metode deskriptif, yaitu suatu metode penelitian yang bertujuan untuk melihat gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai bayi usia 7-12 bulan yang tidak memberikan ASI eksklusif dan berada di Desa Cikunir Wilayah Kerja Puskesmas Singaparna Kabupaten Tasikmalaya sebanyak 87 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Accidental Sampling, artinya sampel diambil pada saat dilaksanakan posyandu yaitu sebanyak 47 orang. Penelitian ini menggunakan satu variabel yaitu gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya pemberian ASI eksklusif, dengan variable yang diteliti yaitu umur, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, dan paritas. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Cikunir Wilayah Kerja Puskesmas Singaparna Kabupaten Tasikmalaya. Penelitian di lakukan pada bulan April-Mei 2014. Simpulan berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif diantaranya : umur, pendidikan, paritas dan pengetahuan. Sedangkan faktor pekerjaan tidak terlalu mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif.
ANALISIS FAKTOR KINERJA KADER POSYANDU MENUJU REVITALISASI POSYANDU DI WILAYAH PUSKESMAS SINGAPARNA DESA CIKUNIR 2013 Lilis Lisnawati, S.ST, M.Keb
JURNAL KESEHATAN BIDKEMAS RESPATI Vol. 5 No. 2 (2014): Agustus 2014
Publisher : STIKes Respati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.48186/bidkes.v5i2.7

Abstract

Kegiatan revitalisasi posyandu pada dasarnya meliputi seluruh posyandu dengan perhatian utamanya pada posyandu yang sudah tidak aktif/rendah stratanya (pratama dan madya) sesuai kebutuhan, posyandu yang berada di daerah yang sebagian besar penduduknya tergolong miskin, serta adanya dukungan materi dan non materi dari tokoh masyarakat setempat dalam menunjang pelaksanaan kegiatan posyandu. Dukungan masyarakat sangat penting karena komitmen dan dukungan mereka sangat menentukan keberhasilan dan kesinambungan kegiatan posyandu (Depkes RI, 1999). Kontribusi posyandu dalam meningkatkan kesehatan bayi dan anak balita sangat besar, namun sampai saat ini kualitas pelayanan posyandu masih perlu ditingkatkan.   Terjadinya penurunan kunjungan mengindikasikan kecenderungan masyarakat menggunakan layanan kesehatan hanya saat membutuhkan misalnya saat mereka sakit, bukan untuk mendapatkan pelayanan monitoring atatu meningkatkan pengetahuan kesehatan dan gizi seperti yang diberikan di Posyandu. Pergeseran kebutuhan menjadi penyebab Posyandu makin ditinggalkan. Semakin banyak ibu-ibu yang membawa balitanya ke fasilitas kesehatan atau praktik dokter swasta untuk imunisasi. Hasil wawancara dengna Bidan juga mengindikasikan ada beberapa kader yang tidak aktif lagi di posyandu karena kesibukan di luar kegiatan posyandu. Kedua kondisi tersebut, berdampak pada jumlah kunjungan posyandu yang variatif rendah dengan rasio sasaran posyandu (Ibu hamil, menyusui, bayi, balita) yaitu sekitar 45%. Fenomena di atas mendorong dilaksanakannya penelitian ini dengan tujuan untuk melihat bagaimana kinerja kader posyandu. Asumsi yang digunakan oleh peneliti ini adalah kinerja kader yang semakin baik akan mendorong kunjungan paea ibu ke posyandu sebagai output berhasilnya proses revitalisasi posyandu.    Penelitian ini berbentuk explanatory research dengan desain penelitian studi kuantitatif, metode survey. Dalam penelitian ini terdapat dua peubah, yakni peubah bebas dan peubah terikat. Peubah bebas terdiri dari karakteristik kader terdiri dari: usia, jumlah anggota keluarga, tingkat pendidikan, status perkawinan, adanya anak balita, status pekerjaan, dan lama menjadi kader. Faktor pendorong mencakup motivasi menjadi kader, insentif yang diterima. Kinerja kader posyandu mencakup tanggung jawab dan persiapan posyandu oleh kader  Sebagian besar kader posyandu termasuk kategori usia produktif, pendidikan Sekolah Dasar dan Menengah, sebagai besar adalah berasal dari keluarga kecil yaitu kurang dari 4, dan telah menikah dan umumnya tidak mempunyai balita yang diasuh. Rata-rata lama menjadi kader lebih dari 36 bulan, motivasi kader adalah sebagai pengabdian pada masyarakat, Semua kader mendapatkan insentif dari pihak Puskesmas, umumnya memiliki dukungan posisitif dari suami dan keluarga. Adapun sebagai upaya untuk mempertahankan bahkan meningkatkan kinerja kader posyandu perlu dipertimbangkan pemberian insentif yang lebih layak. Insentif dapat diusahakan dari iuran para ibu yang berkunjung ke posyandu atau dengan mengalokasikan dari kas desa.
Lembar Judul Jurnal Dewan Redaksi
JURNAL KESEHATAN BIDKEMAS RESPATI Vol. 4 No. 1 (2013): Februari 2013
Publisher : STIKes Respati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.48186/bidkes.v4i1.8

Abstract

Struktur Dewan Redaksi dan Daftar ini Jurnal
Lembar Judul Jurnal Dewan Redaksi
JURNAL KESEHATAN BIDKEMAS RESPATI Vol. 4 No. 2 (2013): Agustus 2013
Publisher : STIKes Respati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.48186/bidkes.v4i2.9

Abstract

Struktur Dewan Redaksi dan Daftar Isi
HUBUNGAN ANTARA LINGKUNGAN SEBAYA DENGAN PERILAKU MEROKOK REMAJA DI SMAN X TASIKMALAYA TAHUN 2013 Setiawan SH, M.Kes
JURNAL KESEHATAN BIDKEMAS RESPATI Vol. 5 No. 1 (2014): Februari 2014
Publisher : STIKes Respati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.48186/bidkes.v5i1.10

Abstract

Riskesdas tahun 2010 melaporkan bahwa rata-rata umur mulai merokok secara nasional adalah 17,6 tahun dengan persentase penduduk yang mulai merokok tiap hari terbanyak pada umur 15-19 tahun. Mayoritas prevalensi penduduk yang merokok adalah perokok yang  memiliki umur 15 tahun ke atas yang merokok tiap hari secara nasional adalah 28,2 persen. Sebagaimana perokok setiap hari, prevalensi perokok kadang-kadang tertinggi pada kelompok umur 15-24 tahun (8,1%) dan cenderung menurun dengan bertambahnya umur (Riskesdas, 2010). Dari berbagai data di atas dapat disimpulkan bahwa pada umumnya usia memulai merokok diawali pada masa remaja.  Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara faktor lingkungan sebaya dengan perilaku merokok pada siswa SMA X di Kabupaten Tasikmalaya tahun 2013. Jenis Penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan desain cross sectional. Populasi adalah seluruh siswa SMA X. Cara pengambilan sampel dengan menggunakan teknik acak stratifikasi (Stratified random sampling). Penentuan strata berdasarkan tingkatan kelas yaitu ;. Jumlah sampel 320 sampel.Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan alat bantu angke/t kuesioner yang diisi langsung oleh responden. Analisis yang dilakukan diawali dengan analisis univariat, kemudian dilanjutkan dengan analisis bivariat menggunakan uji chi square Hasil penelitian didapatkan bahwa  sebagian besar responden penelitian ini tergolong bukan perokok serta 320 orang responden 155 (48,4%) memiliki lingkungan sebaya yang tergolong baik; sedangkan 165 (51,6%) memiliki lingkungan sebaya yang tergolong tidak baik. Hasil analisis hubungan antara lingkungan teman sebaya dengan perilaku merokok diperoleh bahwa ada sebanyak 22 (42,3%) remaja dengan lingkungan teman sebaya baik sebagai perokok, sedangkan di antara remaja dengan lingkungan teman sebaya tidak baik ada 48 (60,8%) perokok. Hasil uji statistik diperoleh nilai  p sama dengan 0,058 maka dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang signifikan antara lingkungan teman sebaya dengan perilaku merokok pada remaja. Saran yang direkomendasikan adalah optimalisasi orang tua dalam memberikan contoh, kemampuan mengontrol teman sebaya serta berkontribusi langsung dalam pendidikan moral kepada anaknya.
ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUI PENGETAHUAN REMAJA TENTANG BAHAYA NARKOBA PADA ORGANISASI ORANG INDONESIA (OI) DI TASIKMALAYA TAHUN 2012 Setiawan SH, M.Kes
JURNAL KESEHATAN BIDKEMAS RESPATI Vol. 4 No. 1 (2013): Februari 2013
Publisher : STIKes Respati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.48186/bidkes.v4i1.11

Abstract

Data Badan Narkotika Nasional (BNN) pada tahun 2010  menyebutkan, dalam lima tahun terakhir jumlah kasus tindak pidana narkoba di Indonesia rata-rata naik 51,3 persen atau bertambah sekitar 3.100 kasus per tahun. Sedangkan pada tahun 2011 kasus penyalahgunaan narkoba melonjak menjadi 22.630 kasus dengan tersangka sebanyak 36.169 orang. Kelompok penyalahguna terbesar berada pada rentang usia 16 - 29 tahun sebesar 20.170 orang, dengan rincian pada tingkat pendidikan Sekolah Dasar (SD) sebanyak 4.138 siswa, SMP dan SMA sebanyak 31.213 siswa serta Perguruan Tinggi berjumlah 818 mahasiswa. (BNN : 2011). Tujuan untuk menganalisis faktor yang mempengarui pengetahuan remaja tentang bahaya narkoba pada Organisasi Orang Indonesia Di Tasikmalaya tahun 2012. Jenis Penelitian adalah kuantitatif dengan menggunakan metode analitik  pendekatan studi Cross Sectional. jumlah sampel pada penelitian ini adalah 194, ditambah 10% untuk kalau ada kemungkinan terjadi ketidak lengkapan pengisian kuesioner maka sampel menjadi 214 orang. Hasil penelitian didapatkan bahwa umur responden ada hubungan bermakna dengan pengetahuan terhadap bahaya narkoba dengan nilai p kurang dari 0,05, yaitu 0,003 dan nilai OR sama dengan 2,423, pendidikan responden ada hubungan bermakna dengan pengetahuan terhadap bahaya narkoba dengan nilai p kurang dari 0,05, yaitu 0,026 dan nilai OR sama dengan 1,936, Infromasi teman sebaya ada hubungan bermakna dengan pengetahuan terhadap bahaya narkoba dengan nilai p kurang dari 0,05, yaitu 0,000 dan nilai OR sama dengan 0,282, Informasi orangtua responden ada hubungan bermakna dengan pengetahuan terhadap bahaya narkoba dengan nilai p kurang dari  0,05, yaitu 0,000 dan nilai OR sama dengan 58,2. Saran Hendaknya para remaja lebih dapat mencari informasi yang akurat dan benar tentang narkoba, khususnya mereka yang berumur remaja awal
GAMBARAN FAKTOR LETAK GEOGRAFIS DAN KUNJUNGAN POSYANDU PASIRPARI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIAWI TAHUN 2012. Lilis lisnawati, SST, M.Keb
JURNAL KESEHATAN BIDKEMAS RESPATI Vol. 4 No. 1 (2013): Februari 2013
Publisher : STIKes Respati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.48186/bidkes.v4i1.12

Abstract

Berdasarkan sumber data yang dilihat di Puskesmas Ciawi diperoleh bahwa jumlah kader Posyandu sebanyak 315 orang yang tersebar di 76 posyandu (tiap posyandu memiliki 2-6 orang kader). Pencapaian target D/S (jumlah bayi dan anak Balita yang datang dan ditimbang di Posyandu dibanding dengan semua bayi dan anak Balita yang ada) sebesar 72,01%. Salah satu desa di Kecamatan Ciawi adalah Desa Pasirhuni dengan wilayah kerja sebanyak 14 RW yang memiliki 10 posyandu, yang dibina oleh 1 orang petugas (bidan desa) dan di bantu oleh 43 kader. Peran serta ibu yang mempunyai balita dalam kegiatan posyandu masih kurang, hal ini dapat dilihat dari sejumlah balita yang ada sebanyak 84 orang, sebesar 60% ibu balita yang datang ke Posyandu untuk menimbangkan balitanya. Tujuan Mengetahui gambaran faktor yang berhubungan dengan kunjungan Posyandu Pasirpari di wilayah kerja Puskesmas Ciawi tahun 2012. Jenis penelitian ini termasuk kuantitatif dengan menggunakan metode deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu balita usia 0-5 tahun di Posyandu Pasripari Kecamatan Ciawi pada bulan Maret tahun 2012 yang berjumlah 84 orang.Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik purposive sampling Setelah dilakukan penelitian jumlah sampel berdasarkan kriteria tersebut sebanyak 76 orang.Instrument penelitian adalah format kuesioner yang telah dibuat sendiri oleh peneliti. Analisis data yang digunakan adalalah analisis univariat untuk menganalisis variabel Letak geografis, dan kunjungan ke posyandu melalui distribusi frekuensi. Hasil penelitian didapatkan bahwa Letak Geografis Distribusi faktor letak geografis yang berhubungan dengan kunjungan ke Posyandu Pasirpari di wilayah kerja Puskesmas Ciawi tahun 2012 menunjukkan bahwa letak geografis/ keterjangkauan kke Posyandu paling banyak termasuk dekat yaitu 65 orang (85,5%), dan yang jauh sebanyak 11 orang (14,5%). Data menunjukkan bahwa sebagian besar responden tidak teratur dalam kunjungan Posyandu yaitu 43 orang (56,6%), dan teratur 33 orang (43,3%). Simpulan dari penelitian ini adalah letak geografis atau keterjangkauan ke posyandu paling banyak termasuk dekat yaitu 65 orang (85,5 %), dan yang jauh sebanyak 11 orang (14,5%) serta data kunjungan sebagian responden tidak teratur dalam kunjungan posyandu yaitu 43 orang (56,6%), dan teratur 33 orang (43,3%). Saran yang direkomendasikan adalah bagi aparatur pemerintahan bekerjasama dengan pihak puskesmas dalam menyusun kegiatan pokjanal poyandu serta menentukan lokasi posyandu yang dapat terjangkau oleh seluruh masyarakat sehingga pelayanan dasar posyandu dapat terjangkau oleh seluruh masyarakat.
GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB RENDAHNYA PENGETAHUAN AKSEPTOR SUNTIK TENTANG KONTRASEPSI SUNTIK DI DESA KURNIABAKTI KECAMATAN CIAWI TASIKMALAYA TAHUN 2012 Fenty Agustini, SST.,M.Kes
JURNAL KESEHATAN BIDKEMAS RESPATI Vol. 4 No. 1 (2013): Februari 2013
Publisher : STIKes Respati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.48186/bidkes.v4i1.13

Abstract

Pertumbuhan penduduk (Growth Rate) di Indonesia dewasa ini tidak menggembirakan. Karena angka kelahiran masih cukup tinggi. Tanpa adanya pengendalian laju pertumbuhan penduduk maka usaha-usaha dibidang pembangunan ekonomi dan sosial yang telah dilaksanakan dengan maksimal, kurang berfaedah. Tujuan umum penulisan adalah untuk mengetahui Gambaran Pengetahuan Akseptor Suntik Tentang Kontrasepsi Suntik Di Desa Kurniabakti Kecamatan Ciawi Tasikmalaya Tahun 2012. Manfaat dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi perkembangan, pengetahuan dibidang kesehatan dan dapat menambah informasi bagi pembangunan ilmu kebidanan khususnya pelayanan Keluarga Berencana. Jenis penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan metode deskriptif. Dalam penelitian ini yang dijadikan populasi adalah seluruh akseptor KB suntik di Desa Kurniabakti Kecamatan Ciawi Tasikmalaya Tahun 2012 dengan jumlah 45 orang. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Accidental Sampling dan menggunakan kriteria. Analisa data dengan menggunakan persentasi dengan distribusi frekuensi. Hasil penelitian diperoleh bahwa pengetahuan akseptor KB suntik di Desa Kurniabakti Kecamatan Ciawi Kabupaten Tasikmalaya tahun 2012 termasuk kategori kurang yaitu sebanyak 45 orang atau 66,3 persen dan faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya pengetahuan akseptor KB suntik yaitu umur, pendidikan, pekerjaan dan paritas. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah penyebab rendahnya pengetahuan akseptor KB suntik yaitu umur, pendidikan, pekerjaan dan paritas. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan untuk dijadikan tambahan dokumentasi penelitian mahasiswa sebagai acuan pengetahuan ilmu kebidanan tentang alat kontrasepsi Suntik.
GAMBARAN KARAKTERISTIK KADER POSYANDU DI DESA CIKUNIR KECAMATAN SINGAPARNA KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN 2012 Sinta Fitriani, S.KM,MKM
JURNAL KESEHATAN BIDKEMAS RESPATI Vol. 4 No. 1 (2013): Februari 2013
Publisher : STIKes Respati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.48186/bidkes.v4i1.14

Abstract

Cakupan D/S sebesar 39,20 %, cakupan K/S 100 %, dan cakupan N/S 26,47 % . Pencapaian indikator Posyandu di Desa Singaparna tidak terlepas dari peran kader posyandu yang ada di desa tersebut. Bertitik tolak dari latar belakang tersebut, maka penulis merasa tertarik untuk mengetahui gambaran karakterisrik kader Posyandu di Desa Cikunir Kabupaten Tasikmalaya tahun 2012. Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui dan memperoleh Gambaran Karakteristik Kader Posyandu di Desa Cikunir Kabupaten Tasikmalaya tahun 2012. Jenis penelitian ini menggunakan metoda deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kader Posyandu aktif di Desa Cikunir wilayah kerja Puskesmas Singaparna Kabupaten Tasikmalaya sebanyak 49 orang (periode April 2012). Tehnik pengambilan sampel dengan total sampling. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner . Analisis data yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan analisis univariat. Hasil penelitian didapatkan bahwa Pendidikan kader posyandu mayoritas lulus SD (47 %) dan yang tidak tamat SD (2 %). Mayoritas kader posyandu sebagai ibu rumah tangga (78 %). Sebanyak 98 % Kader posyandu mendapat kesempatan mengikuti Pelatihan 98 % pelatihan. Fasilitas Posyandu yang masih kurang memadai. Lama kerja kader Posyandu mayoritas lebih dari 3 Tahun (65 %). Tingkat Pengetahuan kader mayoritas kategori baik (88 %), serta 97,96 % kader mendapat Imbalan. Berdasarkan pembahasan hasil penelitian, penulis mengambil kesimpulan dan saran-saran sebagai berikut : Pendidikan kader, kader posyandu berpendidikan ada yang paling banyak lulus SD (47 %) dan yang tidak tamat SD (2 %). Mayoritas kader posyandu sebagai ibu rumah tangga (78 %). Sebanyak 98 % Kader posyandu mendapat kesempatan mengikuti Pelatihan 98 % pelatihan. Fasilitas Posyandu yang masih kurang memadai. Lama kerja kader Posyandu mayoritas lebih dari 3 Tahun (65 %). Tingkat Pengetahuan kader mayoritas kategori baik (88 %), serta 97,96 % kader mendapat Imbalan. Sehingga peneliti menyarankan aparatur desa harus selalu diikutsertakan dalam pembinaan maupun bimbingan teknis sehingga kader termotivasi untuk meningkatkan perannya dalam kegiatan posyandu

Page 1 of 18 | Total Record : 172