cover
Contact Name
T Faizin
Contact Email
jurnalattabayyun@gmail.com
Phone
+6285277367635
Journal Mail Official
jurnalattabayyun@gmail.com
Editorial Address
https://journal.iainlhokseumawe.ac.id/index.php/attabayyun/about/editorialTeam
Location
Kota lhokseumawe,
Aceh
INDONESIA
AT-TABAYYUN: Journal Islamic Studies
ISSN : 24775614     EISSN : 30218659     DOI : https://doi.org/10.47766/atjis.v1i1
At-Tabayyuun: Journal Islamic Studies (P-ISSN: 2477-5614; e-ISSN: 3021-8659) is a multi-disciplinary publication dedicated to the scholarly study of all aspects of Islam and of the Islamic world. Particular attention is paid to works dealing with history, geography, political science, economics, anthropology, sociology, law, literature, religion, philosophy, international relations, environmental and developmental issues, as well as ethical questions related to scientific research. The Journal seeks to place Islam and the Islamic tradition as its central focus of academic inquiry and to encourage comprehensive consideration of its many facets; to provide a forum for the study of Islam and Muslim societies in their global context; to encourage interdisciplinary studies of the Islamic world that are cross-national and comparative; to promote the diffusion, exchange, and discussion of research findings; and to encourage interaction among academics from various traditions of learning.
Articles 6 Documents
Search results for , issue "Vol. 4 No. 1 (2022): AT-TABAYYUN - JOURNAL ISLAMIC STUDIES" : 6 Documents clear
ATAS NAMA JIHAD: KONSTRUKSI PEMIKIRAN RADIKALISME DAN TERORISME Reflani Fitrah Rochmadina; Aisha Alvina; Dina Nur Halimah; Ahnaf Maulana Putra; Aditia Muhammad Noor
At-Tabayyuun: Journal Islamic Studies Vol. 4 No. 1 (2022): AT-TABAYYUN - JOURNAL ISLAMIC STUDIES
Publisher : Pascasarjana IAIN Lhokseumawe

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Terorisme dan radikalisme adalah dua kata yang saling berkaitan. Terorisme adalah faham yang menghalalkan segala cara agar tercapainya suatu tujuan tertentu secara radikal. Sedangkan radikalisme adalah tindakan yang menginginkan perubahan yang disertai tindakan anarkis. Kebanyakan dari mereka yang melancarkan aksi, berlindung dibalik kata jihad. Jihad adalah tindakan pengorbanan untuk membela agama di jalan Allah. Padahal seluruh agama mengajarkan kedamaian dan persatuan tanpa adanya konflik. Mereka yang menganggap bahwa yang tidak satu iman adalah kafir dan perlu diberantas. Berdasarkan dari analisis sederhana kami, di masyarakat FPIK banyak dari mereka yang mengartikan jihad sebagai kekerasan. Padahal jihad tidak hanya perang pada umumnya, banyak hal-hal lain yang dapat di artikan seperti jihad, seperti belajar, menjaga diri dari hawa nafsu, menjaga perdamaian antar umat, dan memperbaiki kualitas ibadah.
ISLAM DAN NASIONALISME ARGUMENTASI DAN AKTUALISASI Hanum Tsania Fitri; Muhammad Hilmy Karim; Fiki Lesmana; Bagus Yaqi Amala; Aditia Muhammad Noor
At-Tabayyuun: Journal Islamic Studies Vol. 4 No. 1 (2022): AT-TABAYYUN - JOURNAL ISLAMIC STUDIES
Publisher : Pascasarjana IAIN Lhokseumawe

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Islam Dan Nasionalisme : Argumentasi Dan Aktualisasi. Artikel ini akan membahas tentang pandangan islam terhadap nilai nasionalisme dan rasa cinta tanah air. Artikel ini dibuat berdasarkan keadaan lingkungan masyarakat saat ini, dimana masih ada pemikiran beberapa kelompok masyarakat yang beranggapan bahwa cinta tanah air sendiri sering kali disangkut-pautkan dengan seberapa besar sikap nasionalisme seseorang dan terlepas dari nilai keagamaan. Oleh karena itu, artikel ini dirangkai dari beberapa sumber ataupun referensi terkait ajaran islam yang mengandung nilai nasionalisme dan cinta tanah air. Tiga aspek yang akan difokuskan dalam artikel ini adalah Al-Qur’an, Hadits dan sejarah islam di Indonesia. Metode yang kami gunakan dalam pengamatan kali ini adalah dengan cara mencari informasi terkait masalah yang dibahas melalui informasi yang sudah ada atau sudah tersedia, baik dari jurnal, makalah dan lain sebagainya. Tujuan ditulisnya artikel ini adalah untuk membuat suatu kesimpulan bahwa ajaran dalam agama islam memiliki kaitan yang erat dengan ajaran tentang nasionalisme dan rasa cinta tanah air.
ISLAM DAN GLOBALISAS: ANTARA MORALITAS DAN AKTUALITAS DI ERA SOCIETY keziavarda keziayanita; Ajeng Regina Fortunata; Ayunindya Lintang Gayatri; Deva Vera Frizylia
At-Tabayyuun: Journal Islamic Studies Vol. 4 No. 1 (2022): AT-TABAYYUN - JOURNAL ISLAMIC STUDIES
Publisher : Pascasarjana IAIN Lhokseumawe

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dekadensi moral merupakan suatu bentuk kemunduran atas perilaku manusia yang mengacu pada sifat atau kepribadian. Dekadensi moral ini memiliki pola dalam konsep yang memperlihatkan struktur perubahan yang semakin menurun. Kemunduran moral ini akan menjadikan semakin melemahnya akhlak yang ada pada diri manusia terlebih semakin maju atau modern nya zaman di era globalisasi. Globalisasi ini ditandai dengan banyaknya revolusi atau perubahan salah satunya adalah dengan berkembangnya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi atau biasa disebut Iptek. Berkembangnya teknologi di era modern ini tidak hanya menuai dampak positif, akan tetapi juga memberikan banyak dampak negatif khususnya terhadap perilaku atau moral manusia. Bersamaan dengan perkembangan teknologi pada era modern banyak perilaku westernisasi seperti tindakan sekularisme, hedonisme, konsumerisme, serta hal yang lain. Hal tersebut lah yang menjadi awal akan dekadensi moral terbentuk yang menyebabkan banyak problematika di era modern. Dekadensi moral atau kemunduran moralitas ditandai dengan mulai hilangnya akhlak mulia seperti toleransi, kejujuran, keadilan dan banyak hal mulia lain yang berganti menjadi maraknya permusuhan, penipuan, pengambilan dan perbuatan tercela lainnya. Kata Kunci : dekadensi moral; teknologi; era modern
HUBUNGAN RETORIKA DAN KOMUNIKASI ISLAM DALAM PROSES INTERAKSI SOSIAL muhammad saleh
At-Tabayyuun: Journal Islamic Studies Vol. 4 No. 1 (2022): AT-TABAYYUN - JOURNAL ISLAMIC STUDIES
Publisher : Pascasarjana IAIN Lhokseumawe

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sebagai makhluk yang zon pilitikal keberadaan manusia di muka bumi sampai detik ini merupakan sebuah kenyataan bahwa manusia mampu menangani segala persoalan dan memenuhi kebutuhannya yang bersifat individu sekaligus universal. Manusia sebagai makhluk zon politikal pastinya akan selalu menjalin interaksi dengan sesamanya. Bentuk interaksi yang paling dasar bahkan dijalani manusia sejak ia terlahir adalah interaksi komunikasi. Komunikasi yang secara umum diartikan sebagai proses pertukaran informasi atau penyampaian informasi ini sering dianggap sebagai hal yang tidak penting, yang pada akhirnya menyebabkan tidak tercapainya Maksud awal komunikasi yang diinginkan pihak komunikator. Beringsut dari uraian ini, dapat dipahami bahwa seni, gaya dan kemahiran dalam berpekara (seni retorika) merupakan aspek yang sangat dibutuhkan dalam berbagai format kehidupan, di mana tanggapan yang baik hanya akan didapatkan dari pola komunikasi yang baik pula. Perspektif retoris secara tidak langsung memainkan peran penting dalam proses pengembangan kepribadian, terutama bagi pembicara publik atau mereka yang memiliki keterampilan komunikasi. Kualitas diri di ruang publik ditentukan oleh penampilan, perilaku dan gaya komunikasi.Ketiga pola ini sering dijadikan acuan atau sebagai sarana utama untuk menciptakan stigma pribadi. Penguasaan seni retorika merupakan aspek penting dalam proses pengembangan diri itu sendiri, karena intensitas persaingan di dunia publik menuntut seseorang untuk mengembangkan kemampuannya baik secara emosional maupun intelektual. retorika kurang penting. Sebagaimana diketahui, tujuan komunikasi Islam adalah untuk menyampaikan pesan Dai kepada publik dengan tujuan membujuk Madhu dan mengajaknya ke Boulevard of Goodness.
Fenomena Nomophobia dalam Persfektif Alquran oknita
At-Tabayyuun: Journal Islamic Studies Vol. 4 No. 1 (2022): AT-TABAYYUN - JOURNAL ISLAMIC STUDIES
Publisher : Pascasarjana IAIN Lhokseumawe

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Fenomena Nomophobia dalam Persfektif Alquran. pemilihan judul ini dilatar belakangi oleh keinginan penulis untuk mengetahui bagaimana pandangan alquran terhadap fenomena Nomophobia. Nomophobia yang merupakan singkatan dari “ no mobile phone phobia” pertama kali diperkenalkan pada tahun 2008 oleh UK Post office. Dalam penelitian ini penulis menggunakan teori determinisme teori. Yaitu teori yang berasumsi bahwa inovasi atau perkembangan teknologi komunikasi akan mengubah kebudayaan, kebiasaan manusia. Menurut Mc-Luhan, bagi manusia media dianggap lebih penting dari pada isi pesan yang disampaikan oleh media tersebut. Sehingga manusia semakin didominasi oleh teknologi yang diciptakannya sendiri, teknologi komunikasi bukan dikontrol oleh manusia melainkan manusia yang dikontrol oleh teknologi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi dimana pengumpulan data penelitian penulis lakukan dengan wawancara dan observasi serta menelaah buku-buku yang berhubungan dengan penelitian ini. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi komunikasi selain berdampak positif tetapi juga membawa dampak negatif bagi manusia. Salah satu dampak negatif adalah munculnya fenomena nomophobia. Dan Allah subhanahuwata’ala yang Maha Pengasih Maha Penyayang kepada hambaNya, memberi kabar gembira dan mengingatkan manusia agar kita tidak termasuk golongan orang-orang yang rugi. Menghabiskan waktu sia-sia melalui surat Al-Ashr: 1-3 yaitu agar kita mampu mengelola waktu dengan baik, mengisi dengan beramal shaleh dan saling mengingatkan dalam kebenaran dan kesabaran.
REKONSTRUKSI KOMUNIKASI BUDAYA DALAM KAJIAN LINGUISTIK Muhammad Nazar
At-Tabayyuun: Journal Islamic Studies Vol. 4 No. 1 (2022): AT-TABAYYUN - JOURNAL ISLAMIC STUDIES
Publisher : Pascasarjana IAIN Lhokseumawe

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Various people who study historical linguistics may have their own reasons against this field. Anyone can enjoy the intellectual challenge by applying the technique is difficult to 'dig' the past and find out about things that we cannot know about otherwise. There are probably looking for features of the language of 'universal' and how language changes, in an effort to determine what makes us 'human' to be unique (assuming, in fact, that we are very different from other animals). And others may learn the historical linguistic studies in an effort to use information that can tell us about non-linguistic history of the people who use the language. In the last chapter, I will show you the kinds of linguistic history information that can tell us about the history of non-linguistic communities, and how this information is reliable.You have seen that by comparing the number of languages ​​which have certain similarities, it is possible to reconstruct the proto-language ancestors of that language. If we consider the system involves the culture of the facts related to each other, in the same way the language is a system of interrelated facts, it is logically possible to reconstruct the proto-culture in the same way as we reconstruct proto-languages.Clearly, any cultural reconstruction method based on comparative cultivation methods like this will not produce results with the same probability level as we are able to make the reconstruction of phonology, as we approach should involve methods that are not so good, we have to reconstruct the grammar or semantics. In fact, the actual units of a cultural system and the exact nature of the relationship between these units may be more difficult to determine from the reciprocal unit in the grammar and semantics. (Anthropologists have long been envious of the techniques have been developed by linguists to describe a scientific language, and have tried to copy it to describe the culture.) Range 'possibility' of cultural change is more difficult to determine from a variety of possible changes in the grammar and semantics, which again makes it more difficult cultural reconstruction. So, while the reconstruction of culture through the adaptation of the comparative method might be expected, any conclusions we reach in this way should be considered as something that is uncertain.

Page 1 of 1 | Total Record : 6