cover
Contact Name
Nike Vonika
Contact Email
versahekmatyar@poltekesos.ac.id
Phone
+6281220025612
Journal Mail Official
jurnal@poltekesos.ac.id
Editorial Address
Jl. Ir. H. Juanda No. 367 Kota Bandung
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Peksos: Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial
ISSN : 14125153     EISSN : 25028707     DOI : https://doi.org/10.31595/peksos.v20i1
Core Subject : Social,
Peksos: Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial is a scholarly refereed journal to expand knowledge and promote the fields of social work, social welfare, and community development. Its major focus is on the development of social work as well as social welfare and community development issues. It aims is to explore the social work theory and practice at the micro, mezzo, and macro level. The journal wants to support the publication to embodies the aspirations and conceptual thinking of the various local, national, and international studies in the context of social work, social welfare, and community development.
Articles 6 Documents
Search results for , issue "Vol 14 No 1 (2015): PEKSOS" : 6 Documents clear
RELASI PERTOLONGAN PEKERJAAN SOSIAL BAGI PECANDU NARKOBA DI RUMAH CEMARA Widyani Tri Yolanda
Peksos: Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol 14 No 1 (2015): PEKSOS
Publisher : Politeknik Kesejahteraan Sosial Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31595/peksos.v14i1.42

Abstract

Abstract The increasing numbers of psychotropic drug users among Indonesians in the past decade have raised the concern of developing well-rounded rehabilitation centers to balance out the preventive through law enforcement, and to offer practical solutions to the drug users to cope with addiction. In drugs rehabilitation, helping relationships is one of the important indicators of success in drug user’s ability to cope. This study specifically explored three components of helping relationship which were: verbal communication skills, non-verbal skills, and leadership roles. This study used case study as its methodology, which is the main technique for data retrieval were participant observation. Participant observation was conducted over a period of one month and utilized observation checklist, field notes, counseling records in individual, also came from written artifacts and documents from the rehabilitation center as its data sources. All these data sources were then qualitatively analyzed and triangulated to yield at a descriptive account of the helping relationships. The study revealed that overall the verbal and non-verbal components of helping relationship between the counselor and the rehab patients were present. However, one aspect was not practiced, it is Confrontation. What is especially striking about helping relationship model, as this study found, is that the task roles and maintenance roles as parts of leadership skills were not just demonstrated by the counselor himself, but rather distributed among the residents and staffs, and were shown to help the residents to establish closer connections with each other. Based on these findings, this study suggests that a documentary video on helping relationships in a counceling session and in a group session be made for future training purposes. Keywords: rehabilitation, helping relationship, narcotics  Abstrak Meningkatnya jumlah pengguna narkoba di Indonesia dalam dekade terakhir ini telah mengangkat kekhawatiran pengembangan pusat rehabilitasi yang sempurna untuk mengimbangi langkah-langkah pencegahan melalui penegakan hukum, serta menawarkan solusi praktis bagi pengguna narkoba untuk mengatasi kecanduan. Dalam rehabilitasi pengguna narkoba relasi pertolongan merupakan salah satu indikator penting dari keberhasilan dalam kemampuan pecandu  mengatasi  kecanduannya. Penelitian ini secara khusus membahas tiga komponen dari relasi pertolongan yang dilakukan oleh Pusat Perawatan Pecandu Narkoba Rumah Cemara, Ciwaruga, Kabupaten Bandung, yaitu: keterampilan komunikasi verbal dan nonverbal, dan peran kepemimpinan. Penelitian ini menggunakan teknik studi kasus dengan metode deskriptif - kualitatif.  Teknik utama yang digunakan untuk pengambilan data adalah observasi partisipasi. Observasi partisipasi dilakukan selama satu bulan dan menggunakan ceklis observasi, catatan lapangan, verbatim konseling individu, serta dokumen kelembagaan sebagai sumber data. Semua sumber data kemudian dianalisis secara kualitatif dan ditriangulasikan untuk menggambarkan relasi pertolongan di Pusat Perawatan Pecandu Narkoba di Rumah Cemara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan aspek komunikasi verbal dan nonverbal dalam relasi pertolongan antara konselor dan residen ada. Namun satu teknik yang tidak dipraktikkan yaitu konfrontasi. Hal yang sangat menonjol tentang bentuk relasi pertolongan di Pusat Perawatan Pecandu Narkoba Rumah Cemara dalam penelitian ini adalah keterampilan kepemimpinan tidak hanya ditunjukkan oleh konselor saja, residen dan staf juga menunjukkan dan mendistribusikannya untuk membantu residen menjalin hubungan yang lebih dekat. Sesuai temuan di lapangan, peneliti memberikan saran untuk meningkatkan relasi pertolongan yang berkaitan dengan sesi konseling individu dan sesi kelompok dengan membuat video dokumentasi pembelajaran tentang relasi pertolongan. Kata kunci: rehabilitasi, relasi pertolongan, narkoba
PROFIL KELUARGA MIGRAN MISKIN Yana Sundayani; Bambang Sugeng; Decky Irianti; Aribowo .; Suradi .
Peksos: Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol 14 No 1 (2015): PEKSOS
Publisher : Politeknik Kesejahteraan Sosial Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31595/peksos.v14i1.43

Abstract

AbstractThe aim of the research is to gain emprical descriptions, examine and analyse deeply about the profile of poor migrant families in Babakan Surabaya Village, Kiaracondong Sub-district. The approach used is qualitative approach with descriptive qualitative method. The data resource in this research are poor migrant families, local government, city government and documentary data. Data collection technique uses in-depth interview, participative observation, documentation study and data analysis technique used is qualitative data analysis technique. The result showed that: 1) the characteristic of poor migrant families in Babakan Surabaya Village came from several regions beyond Bandung City. The basic needs fulfilment can be met  even if sober, divorced families and children and wives live in the village. Migrant workers have spirit and hopes to get a better life than their origin. 2). The livelihood of migrant workers generally in informal sector with income below the regional minimum wage. Assets in the form of house, and stalls, the educational background is elementary school. Division of labour system has been a regular and hereditary. 3). The Support network/system often shifts in accordance with the job requirements. Migrant workers always related to social system closest to jobs or social system derived from their origin and has close bond with social network. It is a system to strengthen their trading system and very useful in facing problems or needs fulfilment with their trade. The relation with nucleus family and community are mutual support and help each other. Social relationship with community in the village still stay in touch and the bond with families become a brace to back to hometown. 4). Social service accessibility and work mobility from poor migrant families not all of them can get the social service. The accessibility of formal resource system is very low. The formal system the most needed system is cooperation or credit agency. Informal system accessibility is very good and community resource can be reached and applied well. 5). Migrant workers mobility in doing activity performed in accordance with the requirements. Returning to hometown is still done by migrant workers as needed. It is indicated that migrant workers have a spirit to go to hometown because their families are waiting. According to the result in the field shows that the profile of poor migrant families in Babakan Surabaya Village, Kiaracondong Sub-district are the hard workers even though with the poor living condition and have no alternative self development. “Return to Religion” is a “coping mechanism”. The work system is division of labour that is standardised work system but must obey the existing work system rules. Mastering production tools and working tools is low, migrant workers have a strong bond in regional social capital or occupation, and it is prolonged and durable network.Keywords: migrant worker, poor families    AbstrakTujuan  penelitian adalah untuk memperoleh gambaran secara empirik, mengkaji serta melakukan analisis yang mendalam  tentang  profil keluarga migran miskin di Kelurahan Babakan Surabaya Kecamatan Kiaracondong. Pendekatan yang digunanakan adalah pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif kualitatif. Sumber data dalam penelitian adalah keluarga migran miskin, tokoh pemerintah lokal, pemerintah kota dan data dokumenter. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam, observasi partisipasi, dan studi dokumentasi serta teknik analisa data yang digunakan adalah teknik analisa data kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan: 1) Karakteristik keluarga migran miskin yang ada di Kelurahan Babakan Surabaya berasal dari berbagai daerah  luar Kota Bandung. Pemenuhan kebutuhan pokok dapat terpenuhi walaupun seadanya,  keluarga pernah bercerai dan anak beserta isteri bertempat tinggal di kampung. Para pekerja migran mempunyai semangat dan harapan untuk mendapat kehidupan yang lebih baik dari daerah asal. 2) Matapencaharian para pekerja migran pada umumnya di sektor informal dengan penghasilan dibawah Upah Minimum Regional (UMR). Aset yang berupa rumah, warung dan lapak, latar pendidikan adalah SD.  Sistem  pembagian kerja telah teratur dan bersifat turun temurun sebagai warisan dari orangtua. 3) Jaringan/sistem pendukung pekerjaan terkadang berpindah-pindah tempat sesuai dengan kebutuhan pekerjaan. Para pekerja migran selalu terkait dengan sistem sosial yang terdekat dengan pekerjaannya atau sistem sosial yang berasal dari tempat asalnya dan mempunyai ikatan yang erat dengan jaringan sosial tersebut. Hal ini sebagai sistem untuk memperkuat sistem perdagangannya dan sangat berguna dalam  menghadapi  masalah maupun pemenuhan kebutuhan dengan usaha perdagangannya. Hubungan dengan keluarga inti dan masyarakat sekitar adalah saling mendukung, saling membantu. Hubungan sosial dengan masyarakat di kampung  masih tetap terjalin dan  ikatan  dengan keluarga di kampung menjadi penguat untuk pulang kampung. 4) Aksesibilitas pelayanan sosial dan mobilitas kerja dari keluarga migran miskin tidak semua mendapatkan pelayanan sosial. Aksesibilitas sistem sumber formal sangat rendah. Sistem formal yang paling dibutuhkan adalah koperasi atau lembaga perkreditan. Aksesibilitas sistem informal sangat baik dan sistem sumber kemasyarakatan dapat dijangkau dan dimanfaatkan dengan baik. 5) Mobilitas kerja pekerja migran dalam melakukan aktivitas dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan. Kepulangan ke kampung halaman masih dilakukan para pekerja migran sesuai dengan keperluan. Hal tersebut menunjukkan bahwa para pekerja migran mempunyai semangat untuk pulang kampung karena keluarganya menanti di kampung halamannya. Berdasarkan temuan hasil di lapangan menunjukkan bahwa profil keluarga migran miskin di Kelurahan Babakan Surabaya Kecamatan Kiaracondong adalah sebagai pekerja keras, meskipun dengan  kondisi kehidupan yang buruk, dan tidak memiliki alternatif  pengembangan diri.  “Return to Religion” merupakan “coping mechanism”. Sistem kerjanya adalah division of labour  yaitu sistem kerja secara baku, akan tetapi harus tunduk pada aturan sistem kerja yang ada. Penguasaan alat produksi dan alat kerja yang  rendah, para pekerja migran mempunyai keterikatan secara kuat dalam modal sosial kedaerahan maupun pekerjaan, dan bersifat  prolonged and durable network.Kata kunci: pekerja migran, keluarga miskin
PERAN LEMBAGA KESEJAHTERAAN SOSIAL DALAM PENANGANAN PENYALAHGUNAAN NAPZA DI JAWA BARAT Ami Maryami; Jumayar Marbun; Nelson Aritonang; Epi Supiadi; Yuti Ismudiyarti
Peksos: Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol 14 No 1 (2015): PEKSOS
Publisher : Politeknik Kesejahteraan Sosial Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31595/peksos.v14i1.44

Abstract

AbstractThe purpose of this study was to obtain an overview of the role of social welfare Institution (SWI) in the prevention, rehabilitation, referrals, further guidance to of drug abuser. The research method used is descriptive-qualitative method. Source data consist of primary sources and secondary sources. Primary sources are the institution managers which totaled 19 people consist of eight social workers who have a preventive function, seven social workers who have rehabilitation function, three managers who have development function and one of the managers who have the coordination function. Secondary sources are provide information directly related to the implementation of SWI. The result were obtained information in prevention activities of supply reduction, demand reduction and harm reduction of drug abuse in order to improve immunity and resilience of individuals, families and communities to not abuse the drug. After care program undertaken to prevent recurrence with intensive counseling, guidance economic, spiritual guidance, and monitor continuously evolves ex victims of drug abuse. Advocacy  activities are also conducted by the SWI is to assist clients in obtaining their rights, get law services, resources, protection or assistance in case of law breaking and to influence policy makers to change or create policy pro to SWI.Keywords: Role of SWI and The Handling of Drug AbuserAbstrakTujuan  penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran tentang lembaga kesejahteraan sosial (LKS) dalam melakukan pencegahan, rehabilitasi, rujukan, bimbingan lanjut terhadap korban penyalahgunaan NAPZA. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif–kualitatif. Sumber data terdiri dari sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer yaitu para pengurus LKS terdiri dari 19 orang informan yang terdiri atas delapan orang berasal dari LKS yang mempunyai fungsi pencegahan, tujuh orang berasal dari LKS yang mempunyai fungsi rehabilitasi, tiga orang berasal dari organisasi yang mempunyai fungsi pengembangan, dan satu orang dari organisasi yang berfungsi koordinasi. Sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung yang memberikan informasi terkait pelaksanaan LKS. Hasil penelitian diperoleh informasi dalam pencegahan adalah pengurangan pemasokan, pengurangan permintaan, dan pengurangan dampak buruk dalam rangka meningkatkan kekebalan dan ketahanan individu, keluarga, dan masyarakat untuk tidak menyalahgunakan NAPZA. Kegiatan Program After Care yang dilakukan adalah upaya  mencegah  kekambuhan (relapse) yaitu dengan mengadakan  penyuluhan secara intensif, bimbingan ekonomi, bimbingan rohani, pendampingan dengan melibatkan kegiatan positif, memantau terus perkembangan korban eks penyalahgunaan NAPZA. Kegiatan advokasi juga dilakukan oleh LKS yaitu membantu klien dalam memperoleh hak-haknya, mendapatkan pelayanan dan sumber daya dan perlindungan atau pendampingan  dalam kasus melanggar hukum serta mempengaruhi pembuat kebijakan untuk merubah atau membuat kebijakan yang berpihak pada LKS Kata kunci: Peran LKS dan Penanganan Penyalahgunaan NAPZA
URBANISASI DI KOTA BALIKPAPAN: FORMASI SOSIAL KELUARGA PENDATANG MISKIN DI KOTA BALIKPAPAN A. Nurul Mutmainnah; Lala M Kolopaking; Ekawati Sri Wahyuni
Peksos: Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol 14 No 1 (2015): PEKSOS
Publisher : Politeknik Kesejahteraan Sosial Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31595/peksos.v14i1.45

Abstract

Abstract This aims of study to explain urbanization in Balikpapan  and poverty faced by poor migrant families through social processes and social formations that they experienced. The research method used is the method mix or combination of qualitative and quantitative methods. This study also uses primary data through surveys, in-depth interviews, field diaries and secondary data by dokumentation and articles related to the research. Urbanization in Balikpapan is inseparable by entry of poor families from various regions in Indonesia. Ethnic solidarity apparently affected relations of production, in which poor families are bound migrants in ethnic groups and used as cheap labor in production activities. Modes of subsistence and commercial production of social formation forming families of poor immigrants. Lack of capital and the role of market mechanisms in production activities make poor migrant families are in position of the working class with low incomes and experiencing poverty. Keywords: family poor immigrant, social process, social formation, modes of production,  production relationsAbstrak Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan urbanisasi di kota Balikpapan dan kemiskinan yang dihadapi keluarga pendatang miskin melalui proses sosial dan formasi sosial yang mereka alami. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan data primer  melalui wawancara mendalam dan catatan harian lapangan. Data sekunder yang digunakan adalah dokumentasi dan artikel yang berkaitan dengan penelitian untuk menjelaskan urbanisasi di kota Balikpapan. Urbanisasi di kota Balikpapan tidak terlepas dari masuknya keluarga miskin dari berbagai wilayah di Indonesia yang ingin mencari kerja. Solidaritas dan kerjasama sesama etnis merupakan salah satu bentuk proses sosial yang dialami keluarga pendatang miskin. Moda produksi subsisten dan komersil menjadi pembentuk formasi sosial keluarga pendatang miskin. Kurangnya modal dan peran mekanisme pasar dalam kegiatan produksi membuat keluarga pendatang miskin berada dalam posisi kelas pekerja dengan pendapatan rendah dan mengalami kemiskinan. Kata kunci: keluarga pendatang miskin, proses sosial, formasi sosial, moda produksi   
BRIEF STRATEGIC FAMILY THERAPY KELUARGA “TT” TERHADAP INTERAKSI SOSIAL “CA” Dewi Fitri Rakhmania
Peksos: Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol 14 No 1 (2015): PEKSOS
Publisher : Politeknik Kesejahteraan Sosial Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31595/peksos.v14i1.46

Abstract

Abstract This article based on result of the research regarding application of Brief Strategic Family Therapy (BSFT) to the "TT” family to increase "CA" social interaction. BSFT focuses on issues and aims to create changes in social interactions that are relevant to the problems identified in the family. In this study the problem of social interactions that arise between parents and teenagers come from parenting capacity constraints. This research has used quantitative approach method with a single-subject design and ABAB model, which the measurements were taken at two periods of baseline and two periods of intervention. Data analysis is applied by testing whether there was a significant increase that occurred in the measurement scores, between the measurement result of baseline condition and the intervention condition. The results using the t-test analysis showed that the application of BSFT through three stages of joining, diagnosing, restructuring of the “TT” family gave significant effect on the social interaction between “CA” and families, through the changes of nurturing made by the parents. Referring to the results, it can be concluded that BSFT can be applied as one intervention technique for children who have social interaction problems derived from the pattern of lack of proper parenting.Keywords: Brief  Strategic Family Therapy (BSFT), social interaction AbstrakArtikel berdasarkan hasil penelitian penerapan Brief Strategic Family Therapy (BSFT) terhadap keluarga “TT” dapat meningkatkan interaksi sosial “CA” dalam keluarga di Kelurahan Karang Mekar Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi. Penerapan BSFT merupakan bentuk terapi keluarga yang berfokus pada masalah dan bertujuan untuk menciptakan perubahan dalam interaksi sosial yang relevan dengan masalah yang diidentifikasi dalam keluarga. Dalam penelitian ini masalah interaksi sosial yang timbul antara remaja dan orangtua bersumber dari keterbatasan kapasitas pengasuhan orangtua. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain subjek tunggal yang menggunakan model ABAB di mana pengukuran dilakukan pada dua periode baseline dan dua periode intervensi. Analisa data dilakukan dengan menguji apakah ada peningkatan yang signifikan terjadi pada skor pengukuran, antara hasil pengukuran pada kondisi baseline dengan kondisi intervensi. Hasil penelitian dengan menggunakan uji t menunjukan bahwa penerapan BSFT yang dilakukan melalui tiga tahap yaitu joining, diagnosing, dan restructuring terhadap keluarga “TT” memberi pengaruh yang signifikan terhadap interaksi sosial “CA” dengan keluarga, melalui perubahan pengasuhan yang dilakukan oleh orangtuanya. Merujuk pada hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa BSFT dapat diterapkan sebagai salah satu teknik intervensi pada anak yang mempunyai masalah interaksi sosial yang bersumber dari pola pengasuhan orangtua yang kurang tepat.Kata Kunci: Brief Strategic Family Therapy, interaksi sosial
MODEL RATIONAL EMOTIVE BEHAVIOR THERAPY UNTUK MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI DISABILITAS NETRA “RA” Leni Marlina
Peksos: Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol 14 No 1 (2015): PEKSOS
Publisher : Politeknik Kesejahteraan Sosial Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31595/peksos.v14i1.47

Abstract

AbstractThe main problem that had been studied was not confident enough of visual disability student in the Outstanding School (SLBN A), Bandung. The problem of the RA’s subject was influenced by irrational thinking. Model of Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) with the theory of A-B-C-D to exercise the way of thinking for subject to be more rational as well as homework assignment through against anxiety of subject was the intervention that had been used to strengthen the self-confidence.The objectives of this research is to assess the REBT model through the theory of A-B-C-D and homework assignment to strengthen the self-confidence of the subject. The research methodology was based on qualitative approach with action research design, which aims to solve the RA’s problem. In natural condition, researcher must comprehend, deep explore and empathize on each process, activity, procedure, attitude, sense as well as behavior of the subject in related to confidence aspect.The result of investigation revealed that REBT model through the theory of A-B-C-D and homework assignment can strengthen the self-confidence of subject. The subject was prone to alter its cognition and as a result the emotion and behavior is changed. RA’s subject tends to intensive in socializing with his friends, courageously to give an opinion, better and consecutively in daily activities such as washing his clothes, made the bed as well as cleared everything up. Based on this research, it is recommended that the family of subject could continue the exercise that has been programmed in order to nurturing the subject in his daily life. For the next research need the improvement to obtain the best approach.Keywords: Rational Emotive Behavior Therapy (REBT), self-confidence AbstrakPermasalahan yang dikaji adalah disabilitas netra yang mengalami ketidakpercayaan diri di SLBN A Kota Bandung. Ketidakpercayaan diri yang dialami oleh subjek RA disebabkan oleh adanya pemikiran irasional. Intervensi yang dilakukan adalah dengan menerapkan model Rational Emotive Behavior Theraphy (REBT) dengan teori A-B-C-D dan penugasan pekerjaan rumah.Tujuan penelitian adalah untuk mengakaji model REBT dengan teori A-B-C-D dan penugasan pekerjaan rumah dalam meningkatkan kepercayaan diri disabilitas netra. Metode penelitian menggunakan kualitatif dengan desain penelitian tindakan (action research). penelitian kualitatif dilakukan untuk menggali dan mengekplorasi makna dari suatu fenomena sosial yang terjadi. Eksplorasi makna yang didapatkan berada dalam seting alamiah yang tidak direkayasa. Action research merupakan suatu upaya mengujicobakan ide-ide ke dalam praktek untuk memperbaiki atau mengubah sesuatu agar memperoleh dampak nyata dari suatu situasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa Rational Emotive Behavior Theraphy (REBT) yang dilakukan dapat meningkatkan kepercayaan diri “RA”. Hal ini dibuktikan dengan semakin seringnya “RA” berkumpul bersama teman-temannya, berani menyapa dan memulai percakapan. Subjek sudah memiliki inisiatif dan rasa tanggung jawab terhadap diri, Hal ini dibuktikan dengan adanya keteraturan dalam melaksanakan pekerjaan rumah seperti mencuci pakaian, membereskan tempat tidur, merapikan pakaian dan barang-barang. Pekerjaan ini dilakukan “RA” tanpa adanya perintah atau suruhan dari pembimbing asrama.Kata kunci: Rational Emotive Behavior Theraphy (REBT), kepercayaan diri                        

Page 1 of 1 | Total Record : 6