cover
Contact Name
Indah Asikin Nurani
Contact Email
berkala.arkeologi@brin.go.id
Phone
-
Journal Mail Official
berkala.arkeologi@brin.go.id
Editorial Address
BRIN Publishing, Directorate of Repositories, Multimedia, and Scientific Publishing Gedung B. J. Habibie, Lantai 8 Jln. M. H. Thamrin No. 8, Kebon Sirih, Menteng, Jakarta Pusat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 10340
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Berkala Arkeologi
ISSN : 02161419     EISSN : 25487132     DOI : https://doi.org/10.55981/jba.
Core Subject : Social,
We are a journal on archaeology published by the National Research and Innovation Agency every May and November each year. This journal seek to promote and shares research results and ideas on archaeology to the public. We covers original research results, ideas, theories, or other scientific works from the discipline of Archaeology mainly in the Indonesian Archipelago and Southeast Asia. Interest from other disciplines (such as history, anthropology, architecture, geology, etc.) must be related to archaeological subject to be covered in this journal. Our first edition was published on March 1980.
Arjuna Subject : Ilmu Sosial - Arkeologi
Articles 763 Documents
Appendix Volume 41 No. 2 November 2021: Lampiran Volume 41 No. 2 November 2021
Berkala Arkeologi Vol. 41 No. 2 (2021)
Publisher : BRIN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Lampiran Volume 41 No. 2 November 2021
PREFACE VOLUME 40 NO. 2 NOVEMBER 2020 Berkala Arkeologi
Berkala Arkeologi Vol. 40 No. 2 (2020)
Publisher : BRIN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

PREFACE VOL.40 NO.2 NOVEMBER 2020
Back cover Volume 41 No. 2 November 2020: Sampul Belakang Volume 41 No. 2 November 2020
Berkala Arkeologi Vol. 41 No. 2 (2021)
Publisher : BRIN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sampul Belakang Volume 41 No. 2 November 2020
IT'S TIME TO LOOK TO THE WEST: A NEW INTERPRETATION ON HOMO ERECTUS FINDINGS DISTRIBUTION OF JAVA: SAATNYA MENENGOK KE BARAT: SEBUAH INTERPRETASI BARU TENTANG DISTRIBUSI TEMUAN HOMO ERECTUS DI JAWA Harry Widianto; Sofwan Noerwidi
Berkala Arkeologi Vol. 40 No. 2 (2020)
Publisher : BRIN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30883/jba.v40i2.598

Abstract

Abstract Paleontological data indicate that the beginning of Java Islandia occupation occurred at the Plio-Pleistocene boundary, around 2.4 Mya. However, the oldest Homo erectus fossil was found in Sangiran, around 1.5 Mya. Recently, Pleistocene sites were discovered from the western part of Java, e.g. Rancah, Semedo, and Bumiayu. This paper describes the significance of archeological, paleontological, and especially paleoanthropological data from the new sites, and their implications to the future Quaternary prehistory research strategies determination. Data collection methods include literature study and surveys, while analysis is carried out on the geological, archeological, paleontological, and paleoanthropological data. The result shows the dispersal of Homo erectus is extended to the western part of Java, between 1.8-1.7 Mya, older than the oldest Homo erectus of Sangiran. A new window of the human arrival on this island is identified. So, it is time to look to the west, and intensive research should be carried out to those areas. Abstrak Data paleontologis menunjukkan bahwa awal penghunian Jawa terjadi pada batas Plio-Plestosen sekitar 2.4 juta tahun lalu, namun fosil Homo erectus tertua yang ditemukan di Sangiran, berasal dari lapisan 1.5 juta tahun lalu. Belakangan ini, ditemukan situs-situs Plestosen, dari bagian barat Pulau Jawa, yaitu Rancah, Semedo, dan Bumiayu. Tulisan ini bertujuan untuk menampilkan signifikansi data arkeologi, paleontologi dan terutama paleoanthropologi dari situs-situs tersebut, serta implikasinya bagi penentuan strategi penelitian prasejarah kuarter di masa depan. Metode pengumpulan data meliputi studi pustaka, dan survei pada ketiga situs tersebut. Analisis data dilakukan pada data geologis, arkeologis, paleontologis dan paleoantropologis. Hasilnya, distribusi lateral Homo erectus semakin luas di bagian barat Jawa, dengan kronologi 1.8-1.7 juta tahun, lebih tua dibanding Homo erectus tertua dari Sangiran. Sebuah jendela baru tentang kedatangan Homo erectus di Pulau Jawa telah teridentifikasi. Implikasinya, sudah saatnya penelitian prasejarah kuarter intensif dilakukan di bagian barat pulau ini.
BATU CAVE: PREHISTORIC OCCUPATION OF MERATUS MOUNTAINS, SOUTH KALIMANTAN: GUA BATU: HUNIAN PRASEJARAH DI PEGUNUNGAN MERATUS, KALIMANTAN SELATAN Nia Marniati Etie Fajari; Muhammad Wishnu Wibisono
Berkala Arkeologi Vol. 40 No. 2 (2020)
Publisher : BRIN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30883/jba.v40i2.518

Abstract

Abstract Preliminary studies in the karst hills of the Meratus Mountains in Kotabaru Regency found rock-shelters and caves that were indicated to have traces of prehistoric dwellings. One of them is Batu Cave which is in Batangkulur village, Kelumpang Barat district. This article discusses the results of excavations carried out in Batu Cave in 2018. The problems raised on proof of occupancy and how human life in the past in Batu Cave. Archaeological data were obtained from excavations by using test-pit at two different locations. The excavation findings analyses are quantitative and qualitative. Quantitative analysis was carried out to find out the quantity of findings. The qualitative analysis includes an initial classification, which divides archeological data according to the type, form and style. The results show that Batu Cave are cave dwelling with living activities that rely on the surrounding resources. Exploitation of environmental resources is seen in the use of several types of terrestrial fauna and water as one of the main food sources. Various types of tools were made using rocks, as well as bones and shells. Abstrak Studi awal di perbukitan karst Pegunungan Meratus di Kabupaten Kotabaru menemukan ceruk dan gua yang diindikasi memiliki jejak hunian prasejarah. Salah satunya adalah Gua Batu yang berada di Desa Batangkulur, Kelumpang Barat. Artikel ini mendiksusikan hasil ekskavasi yang dilakukan di Gua Batu pada tahun 2018. Permasalahan yang diajukan adalah apa bukti hunian dan bagaimana kehidupan manusia pada masa lalu di Gua Batu. Data diperoleh dari ekskavasi yang membuka lubang uji pada dua lokasi yang berbeda. Temuan ekskavasi dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif. Analisis kuantitatif dilakukan untuk mengetahui kuantitas dan persentase temuan. Analisis kualitatif meliputi klasifikasi awal, yang membagi data arkeologi sesuai dengan jenis, bentuk, dan gayanya. Hasil analisis menunjukkan bahwa Gua Batu merupakan gua hunian dengan aktivitas hidup yang mengandalkan pada sumber daya di sekitarnya. Eksploitasi sumber daya lingkungan terlihat pada pemanfaatan beberapa jenis fauna darat dan air sebagai salah satu sumber makanan yang utama. Berbagai jenis peralatan dibuat dengan memanfaatkan batuan, serta sisa makanan berupa pecahan tulang dan kerang.
DEVELOPMENT OF STONE FLAKE ARTIFACT TECHNOLOGY IN THE EARLY HALF OF HOLOCENE AT LEANG BATTI, SOUTH SULAWESI: PERKEMBANGAN TEKNOLOGI ARTEFAK SERPIH BATU PADA PARUH AWAL HOLOSEN DI LEANG BATTI, SULAWESI SELATAN Suryatman; Fakhri; Ratno Sardi; Budianto Hakim
Berkala Arkeologi Vol. 40 No. 2 (2020)
Publisher : BRIN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30883/jba.v40i2.585

Abstract

Abstract Intensive research in prehistoric caves in South Sulawesi has shown the cognitive capability of Sulawesi inhabitants that might not be possessed by other explorers in Wallacea. In the early half Holocene, the ability shown was to modify the shale tool known as the Toalean techno-complex. However, the view of the development of stone artifact technology in the period between before and early development of the Toalean techno-complex is rarely studied intensively. Leang Batti site is the occupation sites that can fill the information gap through the study of flakes artifact technology. 1376 artifacts were classified and analyzed for flakes by observing morphometric dynamics and tool type technology between the Early to Middle Holocene. The results that in the Early Holocene, the dominant technology was large flakes without modification. In the Middle Holocene, the size of the flakes began to change due to the influence of Toalean with the character of the modified flake technology began to enter in the basic concept of making tools, but not too strong. Abstrak Penelitian yang intensif di gua-gua prasejarah Sulawesi Selatan telah menunjukkan kemampuan kognitif penghuni Sulawesi yang mungkin jarang dimiliki populasi lain di Wallacea. Pada paruh awal Holosen kemampuan yang diperlihatkan adalah memodifikasi alat serpih yang dikenal dengan tekno-kompleks Toalean. Namun demikian, gambaran perkembangan teknologi artefak batu pada masa antara sebelum hingga awal perkembangan tekno-kompleks Toalean masih jarang diteliti secara intensif. Situs Leang Batti adalah situs hunian yang dapat mengisi kekosongan informasi melalui studi teknologi artefak serpih. Artefak berjumlah 1376 buah diklasifikasi dan dianalisis pada serpih dengan mengamati dinamika morfometrik dan teknologi tipe alat antara Holosen Awal hingga Tengah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada Holosen Awal, teknologi yang dominan adalah serpih yang digunakan sebagai alat secara langsung tanpa dimodifikasi. Pada fase Holosen Tengah, ukuran serpih mulai mengalami perubahan karena pengaruh Toalean dengan karakter teknologi serpih yang dimodifikasi mulai masuk dalam konsep dasar sipembuat alat, namun tidak terlalu kuat.
ENVIRONMENTAL INFLUENCE IN SELECTING WONOSARI BASIN AS SETTLEMENT IN EARLY HISTORY PERIOD: TINJAUAN AWAL PENGARUH LINGKUNGAN DALAM PEMILIHAN CEKUNGAN WONOSARI SEBAGAI LOKASI HUNIAN Harriyadi
Berkala Arkeologi Vol. 40 No. 2 (2020)
Publisher : BRIN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30883/jba.v40i2.479

Abstract

Abstract Wonosari Basin is a plateau area and has been inhabited by humans continuously. This research goal is to determine the environmental factors that considered by humans to settle in Wonosari Basin in proto-history until Hindu-Buddhist period. Data used in this study are proto-history and Hindu-Buddhist sites distribution in Wonosari Basin. Analysis is conducted by spatial approach through map overlaying between sites distribution and environmental variable such as water source, slope, soil, and rock formation. This study shows that Wonosari Basin has been selected by human to settle because it has greater water source compared to other landform area in Gunung Sewu. In addition, Wonosari Basin has large flat area which simplify accessibility to utilize natural resource. Abstrak Cekungan Wonosari merupakan bentuk lahan dataran tinggi yang dihuni oleh manusia secara berkelanjutan. Kajian ini bertujuan untuk mengungkap faktor lingkungan yang dipertimbangan oleh manusia di Cekungan Wonosari pada masa proto-sejarah hingga masa hindu-buddha. Data yang digunakan berupa sebaran situs masa proto-sejarah dan Hindu - Buddha di Cekungan Wonosari. Analisis dilakukan secara spasial dengan cara melakukan overlay antara peta sebaran situs dengan variabel lingkungan berupa sumber daya air, lereng, jenis tanah, dan batuan. Hasil dari kajian menggambarkan bahwa Cekungan Wonosari dipilih menjadi lokasi hunian karena memiliki potensi air yang lebih besar dibanding bentuk lahan lain di Kawasan Gunung Sewu. Selain itu, Cekungan Wonosari memiliki area datar yang luas sehingga mempermudah aksesibilitas untuk pemanfaatan sumber daya alam.
RECOMMENDATIONS ON CULTURAL HERITAGE SITE MANAGEMENT PLAN FOR THE PUNJULHARJO BOAT IN REMBANG, CENTRAL JAVA: REKOMENDASI RANCANGAN PENGELOLAAN SITUS CAGAR BUDAYA PERAHU PUNJULHARJO DI REMBANG, JAWA TENGAH Agni Sesaria Mochtar
Berkala Arkeologi Vol. 40 No. 2 (2020)
Publisher : BRIN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30883/jba.v40i2.552

Abstract

Abstract The Punjulharjo boat is a wooden watercraft, built in the traditional Southeast Asian boat building technique called lashed-lug tradition. It was found in 2008, excavated, and later was dismantled for a lengthy conservation process. In early 2018, the hull was reassembled to be displayed for public. The site where the boat was found, and now displayed, has been listed as a heritage site under the Regulation of The Minister of Culture and Tourism No. 57 of 2010, but a management plan of it is still non-existent. Recommendations in this proposed management plan was amassed in accordance to international standards on site management plan. Data was collected from direct site observation, with the assistance of consultations to related references. This plan outlines objectives and strategy in managing the Punjulharjo site, and hopefully can serve as guidelines for the Regional Government of the District of Rembang as the manager of the site. Abstrak Perahu kayu Punjulharjo adalah salah satu alat transportasi air tradisional yang dibuat dengan teknik tambuku-terikat khas Asia Tenggara. Perahu ini ditemukan pada tahun 2008, kemudian dieksvasi dan setelahnya dibongkar untuk dikonservasi dalam proses yang cukup panjang. Pada awal tahun 2018, kayu-kayu lambung kapal direkonstruksi dan dipamerkan kepada masyarakat. Perahu ini telah ditetapkan sebagai situs cagar budaya berdasarkan Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata No.57 tahun 2010. Akan tetapi, belum ada perencanaan pengelolaan yang dapat menjamin kelestarian situs Perahu Punjulharjo ini. Rekomendasi dalam rancangan pengelolaan ini disusun dengan mengacu pada standar international rencana pengelolaan situs cagar budaya. Data untuk penyusunan rencana pengelolaan ini diperoleh dari pengamatan langsung di situs dan dilengkapi dengan penelusuran referensi terkait. Rencana pengelolaan ini menjabarkan strategi dan langkah-langkah pengelolaan yang perlu diterapkan untuk perlindungan dan pelestarian situs, yang diharapkan dapat digunakan sebagai acuan bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Rembang sebagai pengelola situs perahu Punjulharjo.
THE CHARACTERISTICS OF KUTA BATAGUH IN KAPUAS, CENTRAL KALIMANTAN: KARAKTERISTIK KUTA BATAGUH DI KAPUAS, KALIMANTAN TENGAH Sunarningsih; Hartatik; Ida Bagus Putu Prajna Yogi; Unggul Prasetyo Wibowo; Nugroho Nur Susanto; Restu Budi Sulistiyo
Berkala Arkeologi Vol. 40 No. 2 (2020)
Publisher : BRIN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30883/jba.v40i2.590

Abstract

Abstract Kuta Bataguh is administratively located in Bataguh and East Kapuas Districts, Kapuas Regency, Kalimantan Tengah. The research aims to reconstruct the characteristics of Kuta Bataguh. This research is using interpretive-descriptive method with the inductive reasoning. Data collection used surveys, excavations, interviews, and literature study. The analysis included environmental, stratigraphic, artifactual, spatial, and absolute dating analysis. Survey (surface and aerial) and excavation activities were carried out inside and outside the fence, both downstream and upstream of the Karinyau River. The results illustrate that the characteristics of Kuta Bataguh are a large permanent settlement that is split by a river. The fortified settlement of Kuta Bataguh was the leader residence of Ngaju community group (as the center of power). By referring to the pattern, function and extent of this settlement, it can be assumed that the local authorities in Bataguh are on par with early state in their socio-political organization. Abstrak Kuta Bataguh secara administratif berada di Kecamatan Bataguh dan Kapuas Timur, Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah. Tujuan penelitian adalah untuk merekonstruksi karakteristik Kuta Bataguh. Penelitian ini bersifat deskriptif interpretif dengan penalaran induktif. Pengumpulan data menggunakan survei, ekskavasi, wawancara, dan studi pustaka. Analisis yang digunakan adalah analisis lingkungan, stratigrafi, artefaktual, ruang, dan analisis pertanggalan absolut. Kegiatan survei (permukaan dan udara) dan ekskavasi dilakukan di dalam dan di luar pagar benteng baik di arah muara maupun hulu Sungai Karinyau. Hasil penelitian memberi gambaran bahwa karakteristik Kuta Bataguh adalah tempat tinggal permanen yang luas dan dibelah oleh aliran sungai. Dengan berpatokan pada pola, fungsi, dan luasnya pemukiman ini, dapat diasumsikan bahwa penguasa lokal di Bataguh dalam organisasi sosial politiknya sudah setara dengan early state.
APPLICATION OF PHOTOGRAMMETRY TECHNIQUES IN RECONSTRUCTING THE CARVING ON STONE INSCRIPTIONS: PENGGUNAAN TEKNIK FOTOGRAMETRI DALAM REKONSTRUKSI PAHATAN PADA BATU PRASASTI Goenawan A Sambodo; Yoyon K. Suprapto; Eko Mulyanto Yuniarno
Berkala Arkeologi Vol. 40 No. 2 (2020)
Publisher : BRIN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30883/jba.v40i2.597

Abstract

Abstract This research discusses and applies photogrammetry techniques to determine the depth of the script carvings on some worn-out stone inscriptions so images of scripts can be more readable. Inscriptions are the backbone of ancient Indonesian historical writings. Unfortunately the significance of many such ancient inscriptions can not yet be used optimally since many inscriptions are found in a state of having poor legibility, and this due both to natural as well as human factors. To this day, photogrammetry techniques have not been widely used by Indonesian researchers in order to help analyze existing cultural heritage objects, especially stone inscriptions. In addition to previous photogrammetric techniques reviews, this article also brings forward my experiment on the photogrammetric techniques, especially those directly related to the stone inscriptions. The reconstruction was not intended to interpret the meaning of the scripts, but rather to give epigraphists a new insight into other ways of clarifying worn-out scripts. Abstrak Penelitian ini membahas dan menguji teknik fotogrametri untuk mengetahui kedalaman pahatan pada batu prasasti sehingga rekonstruksi dapat dilakukan guna memperjelas bekas pahatan aksara yang ada. Diharapkan akan dapat memunculkan gambar pahatan dengan lebih jelas sehingga pada akhirnya pahatan tersebut dapat dibaca. Prasasti adalah tulang punggung penulisan sejarah kuna Indonesia. Arti penting prasasti ini belum dapat digunakan dengan maksimal karena banyak prasasti yang ditemukan dalam keadaan aus pahatannya, baik karena kerusakan yang disebabkan oleh faktor alam maupun manusia. Teknik Fotogrametri belum banyak digunakan oleh peneliti dari Indonesia untuk membantu menganalisis benda cagar budaya yang ada terutama prasasti. Selain mengulas beberapa teknik fotogrametri dikemukan pula percobaan teknik fotogrametri yang telah dilakukan khususnya yang berhubungan langsung dengan prasasti. Rekonstruksi yang dilakukan tidak dimaksudkan untuk membaca dan mengartikan hasil pembacaan aksara prasasti, akan tetapi lebih kepada memberi pandangan baru dan potensi penggunaan teknik fotogrametri bagi para ahli epigrafi tentang cara lain dalam memperjelas bekas pahatan yang telah aus.

Page 4 of 77 | Total Record : 763


Filter by Year

1980 2023


Filter By Issues
All Issue Vol. 43 No. 1 (2023) Vol. 42 No. 2 (2022) Vol. 42 No. 1 (2022) Vol. 41 No. 2 (2021) Vol. 41 No. 1 (2021) Vol. 40 No. 2 (2020) Vol. 40 No. 1 (2020) Vol. 39 No. 2 (2019) Vol. 39 No. 1 (2019) Vol. 38 No. 2 (2018) Vol. 38 No. 1 (2018) Vol. 37 No. 2 (2017) Vol. 37 No. 1 (2017) Vol. 36 No. 2 (2016) Vol. 36 No. 1 (2016) Vol. 35 No. 2 (2015) Vol. 35 No. 1 (2015) Vol. 34 No. 2 (2014) Vol. 34 No. 1 (2014) Vol. 33 No. 2 (2013) Vol. 33 No. 1 (2013) Vol. 32 No. 2 (2012) Vol. 32 No. 1 (2012) Vol. 31 No. 2 (2011) Vol. 31 No. 1 (2011) Vol. 30 No. 2 (2010) Vol. 30 No. 1 (2010) Vol. 29 No. 2 (2009) Vol. 29 No. 1 (2009) Vol. 28 No. 2 (2008) Vol. 28 No. 1 (2008) Vol. 27 No. 2 (2007) Vol. 27 No. 1 (2007) Vol. 26 No. 2 (2006) Vol. 26 No. 1 (2006) Vol. 25 No. 1 (2005) Vol. 24 No. 1 (2004) Vol. 23 No. 2 (2003) Vol. 23 No. 1 (2003) Vol. 22 No. 1 (2002) Vol. 21 No. 2 (2001) Vol. 21 No. 1 (2001) Vol. 20 No. 1 (2000) Vol. 19 No. 2 (1999) Vol. 19 No. 1 (1999) Vol. 18 No. 2 (1998) Vol. 18 No. 1 (1998) Vol. 17 No. 2 (1997) Vol. 17 No. 1 (1997) Vol. 16 No. 2 (1996) Vol. 16 No. 1 (1996) Vol. 15 No. 3 (1995) Vol. 15 No. 2 (1995) Vol. 15 No. 1 (1995) Vol. 14 No. 2 (1994) Vol. 14 No. 1 (1994) Vol. 13 No. 3 (1993) Vol. 13 No. 2 (1993) Vol. 13 No. 1 (1993) Vol. 12 No. 1 (1991) Vol. 11 No. 1 (1990) Vol. 10 No. 2 (1989) Vol. 10 No. 1 (1989) Vol. 9 No. 2 (1988) Vol. 9 No. 1 (1988) Vol. 8 No. 2 (1987) Vol. 8 No. 1 (1987) Vol. 7 No. 2 (1986) Vol. 7 No. 1 (1986) Vol. 6 No. 2 (1985) Vol. 6 No. 1 (1985) Vol. 5 No. 2 (1984) Vol. 5 No. 1 (1984) Vol. 4 No. 2 (1983) Vol. 4 No. 1 (1983) Vol. 3 No. 1 (1982) Vol. 2 No. 1 (1981) Vol. 1 No. 1 (1980) More Issue