cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota semarang,
Jawa tengah
INDONESIA
Jurnal Teknik PWK
Published by Universitas Diponegoro
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Engineering,
Arjuna Subject : -
Articles 55 Documents
Search results for , issue "Vol 2, No 3 (2013): Agustus 2013" : 55 Documents clear
KAJIAN TINGKAT PELAYANAN PUSKESMAS DI KABUPATEN BANJARNEGARA Umi Musrifatun Khoeriyah; Sri Rahayu
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 2, No 3 (2013): Agustus 2013
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (844.031 KB)

Abstract

Tingkat kesejahteraan masyarakat dapat diukur dengan indikator tingkat kesehatan masyarakat. Fasilitas kesehatan merupakan salah satu jenis fasilitas umum yang dibutuhkan masyarakat yang berfungsi untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.Puskesmas sebagai salah satu dari fasilitas kesehatan bertanggung jawab untuk setiap masalah kesehatan yang terjadi di wilayah kerjanya di kecamatan terutama di Kabupaten Banjarnegara. Faktor topografi, jumlah penduduk, kualitas pelayanan kesehatan, ketersediaan, tenaga kesehatan, jangkauan pelayanan dan tingkat pelayanan yang beragam dan tidak sama, merupakan masalah yang dihadapi sehingga akan berpengaruh pada status kesehatan dan tingkat pelayanan yang berkualitas bagi masyarakat di kabupaten Banjarnegara.Sehingga saat ini puskesmas di Kabupaten Banjarnegara masih kurang diminati oleh masyarakat dibanding dengan fasilitas kesehatan lain yang berada di lingkungan masyarakat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana tingkat pelayanan puskesmas di Kabupaten Banjarnegara berdasarkan pendapat masyarakat yang ada di wilayah kabupaten Banjarnegara. Metode pengambilan data yang digunakan yaitu dengan penyebaran kuesioner, dokumentasi dan observasi. Variabel tingkat pelayanan yang digunakan dalam penelitian ini yang ditanyakan kepada responden diantaranya yaitu biaya berobat, kualitas pelayanan puskesmas, kelengkapan peralatan, ketersediaan puskesmas, akses menuju puskesmas, lokasi, sarana (kondisi) puskesmas, kondisi jalan, kepemilikan asuransi kesehatan, dan proses pelayanan. Setelah data terkumpul, digunakan metode kuantitatif sebagai metode penelitian utama yang didukung dengan analisis deskriptif kualitatif. Dari penelitian yang telah dilakukan dapat dihasilkan beberapa temuan yaitu jumlah total skor variabel tingkat pelayanan yang berpengaruh terhadap penggunaan puskesmas di Kabupaten Banjarnegara rata-rata sudah masuk kategori baik (391-414), walaupun masih ada yang kurang yaitu variabel lokasi dan kondisi jalan menuju puskesmas. Untuk hasilskor rata-rata tiap variabel, tingkat pelayanan puskesmas di Kabupaten Banjarnegara masih ada yang masuk kategori kurang (25,50-27,42) yaitu puskesmas Susukan 2, Purworejo Klampok 2, Mandiraja 2,  Pungggelan 1, Punggelan 2, Pagedongan dan  Pandanarum. Sebagian masyarakat berpendapat hal ini dikarenakan akses, lokasi, dan kondisi jalan yang sulit dijangkau, namun dengan didukung oleh ketersediaan puskesmas di setiap kecamatan, sedangkan wilayah kerja puskesmas tidak hanya menjangkau setiap puskesmas tetapi ada yang diluar wilayah pelayanan puskesmas (luar kecamatan). Untuk itu tingkat pelayanan puskesmas di Kab. Banjarnegara harus terus ditingkatkan mutu pelayanannya dengan memperhatikan kebutuhan masyarakat.Terutama terkait dengan ketersediaan (persebaran) puskesmas, jangkauan pelayanan (lokasi) dan tingkat pelayanan puskesmas. Hal ini dilakukan sesuai dengan tujuan puskesmas itu sendiri yaitu pelayanan, pemerataan dan perluasan jangkauan untuk mencapai kondisi hidup sehat yang optimal.
PERKEMBANGAN WILAYAH PERI URBAN: KAJIAN PADA PERSPEKSTIF DEMOGRAFI DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT (Studi Kasus: Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman) Aninda Sarah Kinanti; Wiwandari Handayani
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 2, No 3 (2013): Agustus 2013
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (646.34 KB)

Abstract

Keterbatasan lahan di Kota Jogjakarta tidak mendukung jumlah penduduk pendatang yang semakin meningkat, padahal mereka membutuhkan ruang untuk tempat tinggal dan beraktivitas lainnya. Oleh sebab itu terjadi pergeseran urbanisasi ke wilayah peri urban Kecamatan Depok. Jika perkembangan wilayah peri urban Kecamatan Depok dibiarkan dan tidak kunjung dilihat sebagai kota di masa depan, akibatnya pembangunan yang terjadi di wilayah ini tidak dapat mensejahterakan penduduk setempat, sehingga timbul masalah-masalah pada kependudukan. Oleh karena itu perlu dipahami perkembangan wilayah peri urban dalam berbagai perspektif yang luas. Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji perkembangan wilayah peri urban Kecamatan Depok pada perspektif demografi dan kondisi sosial ekonomi masyarakat. Metode yang digunakan adalah metode desriptif kuantitatif dengan alat analisis berupa crosstab, analisis transisi demografi, analisis struktur penduduk, dan analisis transisi sosial ekonomi. Adapun hasil penelitian yang diperoleh adalah Kecamatan Depok masih memiliki karakteristik penduduk yang bersifat kedesaan pada tahun 1980-1990, akan tetapi pada tahun 1990 - 2010, urbanisasi di Kota Jogjakarta telah merubah pembangunan di area Kecamatan Depok dan karakteristik penduduknya mulai berubah menjadi karakteristik perkotaan. Perubahannya juga diikuti dengan proses perubahan peri-urbanisasi di Wilayah peri urban Kecamatan Depok. Pada tahun 1980 hingga tahun 2010, proses peri urban yang terjadi adalah sub-urbanisasi, kemudia tahun 2000 hingga tahun 2010, proses yang terjadi adalah centripetal migration dan population retention. Disamping itu, perubahan yang terjadi di Kecamatan Depok sebagai akibat dari bertambahnya penduduk pendatang juga memberikan beragam bentuk hubungan demografi dan kondisi sosial ekonomi masyarakat di Kecamatan Depok. Oleh sebab itu diperlukan arahan kebijakan untuk wilayah peri urban yang bersifat spasial.
PENETAPAN FUNGSI DAN KESESUAIAN VEGETASI PADA TAMAN PUBLIK SEBAGAI RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DI KOTA PEKALONGAN (Studi Kasus: Taman Monumen 45 Kota Pekalongan) Faidloh Nur Rochim; Joesron Alie Syahbana
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 2, No 3 (2013): Agustus 2013
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (718.329 KB)

Abstract

Salah satu bentuk ruang terbuka hijau di Pekalongan adalah taman publik yang dimanfaatkan masyarakat untuk berbagai macam kegiatan seperti rekreasi, jalan-jalan, tempat menghilangkan penat, menambah pengetahuan, istirahat, duduk-duduk ataupun sekedar singgah. Kuantitas ruang terbuka hijau memang perlu dipenuhi, namun hal yang juga penting dipenuhi adalah kualitasnya yang berkaitan dengan vegetasi yang tumbuh, menyangkut jenis, bentuk, lokasi tanam, jumlah dan kondisinya, selain juga ruang tersebut dapat dimanfaatkan secara optimal untuk kegiatan masyarakatnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana penetapan fungsi dan kesesuaian vegetasi pada taman publik sebagai ruang terbuka hijau di Pekalongan dengan lokasi penelitian Taman Monumen 45. Untuk mendapatkan tujuan yang diinginkan, maka tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah melakukan analisis kondisi fisik taman, analisis fungsi taman, analisis vegetasi taman dan analisis penetapan fungsi dan kesesuaian vegetasi taman. Adapun metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan melakukan observasi lapangan, wawancara terstruktur dan telaah dokumen. Informasi yang diperoleh dari hasil penelitian adalah secara garis besar dalam pemilihan vegetasi pengisi taman tersebut tidak memiliki kriteria tertentu, hal ini dikarenakan lokasi tersebut merupakan lokasi dengan tanah yang bebas banjir, sehingga pemilihan vegetasi pun tidak dilakukan secara mendetail.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN GUNA LAHAN DAN POLA PERKEMBANGAN PERMUKIMAN KAWASAN PINGGIRAN (Studi Kasus: Daerah Gedawang, Kota Semarang) Nastiti Puspitasari; Wisnu Pradoto
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 2, No 3 (2013): Agustus 2013
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1391.059 KB)

Abstract

Perkembangan Kota Semarang yang semakin pesat ditandai dengan semakin meluasnya perkembangan kawasan permukiman hingga ke kawasan pinggiran. Perkembangan tersebut mampu membawa dampak berupa perubahan guna lahan di kawasan pinggiran, salah satunya adalah Daerah Gedawang. Hal ini sesuai dengan pendapat Catanese (1986:266) bahwa secara alamiah perkembangan lahan di kawasan pinggiran diawali dan didominasi dengan pembangunan perumahan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi terjadinya perubahan guna lahan serta mengkaji pola perkembangan permukiman di kawasan pinggiran. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif untuk mengidentifikasi faktor-faktor tersebut dan menampilkannya secara spasial untuk menggambarkan pola perkembangan permukiman di kawasan pinggiran. Penelitian mengenai perubahan guna lahan ini berdasar pada dua analisis utama yaitu analisis perubahan guna lahan dan analisis pola perkembanganpermukiman di Daerah Gedawang. Pada analisis perubahan guna lahan ini, dibedakan menjadi dua tahap analisis yaitu analisis perubahan fisik dan analisis perubahan sosial kemasyarakatan. Output dari analisis ini merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan guna lahan yaitu pertumbuhan penduduk, aksesibilitas, kegiatan pengembang perumahan (developer), harga lahan dan ketersediaan fasilitas umum. Selain analisis perubahan guna lahan, dilakukan pula analisis pola perkembangan permukiman. Dalam analisis ini didapatkan pola perkembangan permukiman di Gedawang menyebar secara tidak teratur atau sporadis. Berdasarkan beberapa tahap analisis yang telah dilakukan, maka Kelurahan Gedawang termasuk ke dalam kawasan pinggiran Kota Semarang dan terbukti mengalami perubahan guna lahan terutama perubahan guna lahan non-terbangun menjadi guna lahan terbangun permukiman.
DAYA SAING OBYEK WISATA AIR BOJONGSARI (OWABONG), KABUPATEN PURBALINGGA DI PROVINSI JAWA TENGAH Ikfiyatul Umami; Hadi Wahyono
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 2, No 3 (2013): Agustus 2013
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (366.453 KB)

Abstract

Owabong merupakan obyek wisata air pertama yang berkembang di Provinsi Jawa Tengah. Seiring perkembangan zaman, obyek wisata ini memiliki banyak pesaing yang menawarkan atraksi menarik serupa berupa wisata air. Keadaan ini menyebabkan eksistensi Owabong menurun sehingga perlu dilakukan pengkajian terhadap daya saing Owabong untuk mempertahankan dan meningkatkan daya saing obyek wisata tersebut. Oleh karena itu, dilakukan suatu penelitian untuk mengukur kondisi daya saing Owabong melalui penggunaan indikator daya saing (competitive) yang dikemukakan oleh Michael E. Porter dan Studi Kebanksentralan BI. Kondisi tersebut kemudian memunculkan pertanyaan penelitian (research question) yang harus dijawab, yaitu “Bagaimana daya saing Obyek Wisata Air Bojongsari (Owabong), Kabupaten Purbalingga terhadap obyek wisata air lain di Provinsi Jawa Tengah?”. Penelitian ini menggunakan metode penelitian Analisis Delphi dengan menggunakan hasil kuesioner yang diperoleh dari beberapa responden yang memiliki kompetensi dan kapabilitas terkait wisata air di Provinsi Jawa Tengah, khususnya Owabong. Temuan penelitian ini adalah digunakannya 10 indikator untuk mengkaji daya saing pariwisata. Kesimpulan penelitian ini menunjukkan bahwa kondisi daya saing Owabong dalam kondisi baik terbukti dengan prosentase indikator dalam kondisi baik sebesar 70% dan dalam kondisi kurang baik sebesar 30%. Oleh karena itu, rekomendasi yang diberikan adalah dengan menggunakan sistem E-ticket untuk meningkatkan daya saing Owabong.
FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI POLA PENGGUNAAN LAHAN AKIBAT KEBERADAAN KAWASAN PENDIDIKAN UNNES (STUDI KASUS: KAWASAN SEKARAN, KECAMATAN GUNUNGPATI) Amalia Wulangsari; Wisnu Pradoto
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 2, No 3 (2013): Agustus 2013
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (730.808 KB)

Abstract

Kecamatan Gunungpati merupakan bagian wilayah Kota Semarang sebelah selatan yang ditetapkan sebagai Bagian Wilayah Kota (BWK) VIII yang memiliki 16 kelurahan. Perkembangan Kota Semarang cenderung kearah selatan yang menjangkau kawasan Kecamatan Gunungpati  dan sekitarnya. Penggunaan lahan yang beraneka ragam seperti: Permukiman, pendidikan, perdagangan dan jasa, pertanian, dan sebagainya, memberikan dorongan Kecamatan Gunungpati untuk berkembang cepat dari tahun ke tahun di dukung dengan adanya Universitas Negeri Semarang (UNNES), aktivitas perdagangan dan jasa yang berkembang di sepanjang Jalan Sukorejo - Sekaran serta adanya perkembangan kawasan permukiman yang terencana maupun yang tidak terencana dan keberadaan Kecamatan Gunungpati sebagai daerah konservasi dan daerah resapan air menjadikan permasalahan ini menarik untuk dijadikan objek penelitian. Pengaruh aktivitas baru sebagai kutub pertumbuhan seperti aktivitas pendidikan ini merubah penggunaan lahan dan aktivitas penduduk yang mengalami perubahan begitu cepat ditiap tahunnya. Berdasarkan hasil analisis dapat di ketahui bahwa keberadaan perguruan tinggi (UNNES) di kawasan Sekaran sebagai pusat pertumbuhan mampu memicu pertumbuhan di kawasan sekitarnya terutama yang memiliki kedekatan jarak yang dekat, pertumbuhan yang terjadi masih dalam kategori sedang karena pengaruhnya belum merata di setiap RW. Hal ini ditunjukkan dengan adanya banyak aktivitas ekonomi untuk melayani masyarakat dan perubahan lahan terbangun di kawasan Sekaran. Kecenderungan perubahan pola penggunaan lahan dan perkembangan aktivitas yang ada berkembang di sepanjang jalan utama (sporadis) yang bertopografi datar atau landai dengan tingkat aksesibilitas dan kelengkapan sarana prasarana yang tinggi. Hal ini dapat dibuktikan dengan temuan hasil studi bahwa terjadi peningkatan jumlah penduduk dan kepadatan penduduk  yang bertambah besar di sekitar kawasan yang berada pada tingkat aksesibilitas dan kelengkapan sarana prasarana yang ada, serta terjadi peningkatan kesempatan bekerja dan berusaha karena dengan adanya perguruan tinggi telah mampu menyerap tenaga kerja. Berdasarkan hasil temuan studi dapat direkomendasikan kepada pemerintah daerah bahwa dalam upaya pengembangan area pinggiran kota dilakukan dengan memperhatikan faktor – faktor yang mempengaruhinya agar perkembangan penggunaan lahan Kecamatan Gunungpati dimasa mendatang lebih terarah dan dampak negatif dari pergeseran dan perubahan guna lahan dapat terminimalisasi.
TRANSFORMASI PEMANFAATAN RUANG KORIDOR SULTAN AGUNG KOTA SEMARANG R Clarrio Dimassetya Jaya; Wisnu Pradoto
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 2, No 3 (2013): Agustus 2013
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (388.88 KB)

Abstract

Proses transformasi sebuah ruang akan berlangsung bersamaan dengan perkembangan tuntutan terhadap kebutuhan ruang dari masyarakat. Relokasi pusat pemerintahan pada koridor Jalan Pemuda, pusat kegiatan Kota Semarang pada kawasan simpang lima, dan adanya kebijakan pengembangan ruang koridor sultan agung sebagai koridor komersial hingga tahun 2031 telah memberikan dorongan terjadinya perkembangan kawasan perkotaan di ruang Jalan Sultan Agung sebagai koridor yang memiliki sifat menjari (poros transportasi) dengan pusat kegiatan Kota Semarang. Dijelaskan oleh Legawa (dalam Wijayanti, 1998) bahwa daerah poros transportasi akan mengalami perkembangan fisik yang berbeda dengan daerah diantara jalur-jalur transportasi. Perbedaan tersebut terletak pada perkembangan dari tampilan kawasan terbangun di sepanjang poros transportasi yang akan terlihat lebih besar dibandingkan daerah lainnya. Berdasarkan permasalahan tersebut, diperoleh sebuah research question penelitian berupa : “Bagaimana tendensi transformasi pemanfaatan ruang koridor sultan agung hingga tahun 2031?”. Merujuk pada research question, disusun sebuah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui tendensi transformasi pemanfaatan ruang koridor sultan agung hingga tahun 2031. Untuk mencapai tujuan tersebut disusunlah tahapan-tahapan penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif positivistik melalui analisis proses transformasi yang disusun dengan menggunakan teknik analisis deskriptif kuantitatif, analisis nilai tertinggi dan penggunaan terbaik dari sebuah ruang yang menggunakan model most probable use dan dijelaskan dengan teknik analisis statistik deskriptif, serta peramalan terhadap tendensi transformasi ruang koridor hingga tahun 2031 dengan menggunakan kombinasi terhadap teknik trendline dan analisis most probable use. Melalui analisis tersebut diperoleh temuan bahwa transformasi pemanfaatan ruang koridor sultan agung mulai mengalami pergeseran dari perkembangan perkotaan yang melompat menjadi perkembangan perkotaan yang memanjang, pengembangan secara horizontal menjadi vertikal, fungsi perumahan menjadi fungsi komersial dalam bentuk compact center. Bentuk tersebut akan berkembang hingga tahun 2031 seiring dengan keinginan terbesar dari partisipan aktif pembangunan yang menginginkan pembangunan ruang koridor sultan agung sebagai kawasan campuran.
KAJIAN HARGA LAHAN SEBAGAI IMPLIKASI PERKEMBANGAN AKTIVITAS KOMERSIAL DI KORIDOR JALAN GAJAHMADA, KOTA SEMARANG Nursanti Anggraeni; Ragil Haryanto
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 2, No 3 (2013): Agustus 2013
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (492.628 KB)

Abstract

Kawasan pusat kota merupakan area dengan konsentrasi aktivitas yang tinggi di suatu kota. Tingginya konsentrasi aktivitas di pusat kota menyebabkan perkembangan penggunaan lahan yang sangat dinamis sehingga berdampak pada kebutuhan lahan yang terus meningkat. Terkait dengan semakin meningkatnya aktivitas di pusat kota menyebabkan berkembangnya konsentrasi aktivitas menuju ruang di sekitar kawasan pusat kota. Koridor Jalan Gajahmada merupakan bagian dari kawasan segitiga emas Kota Semarang yang berkembang pesat setelah perluasan perkembangan aktivitas komersial dari pusat kota, yaitu kawasan Simpang Lima. Implikasi dari perkembangan aktivitas komersial tersebut dapat dilihat secara fisik dan non fisik. Perubahan penggunaan lahan non komersial menjadi komersial merupakan implikasi secara fisik akibat perkembangan aktivitas komersial di koridor Jalan Gajahmada. Sedangkan secara non fisik, harga lahan di koridor Jalan Gajahmada mengalami peningkatan. Berdasarkan informasi yang diperoleh di lapangan, harga lahan di koridor Jalan Gajahmada berada pada kisaran Rp 15 juta/m2 hingga mencapai harga tertinggi Rp 60 juta/m2. Melihat peningkatan harga lahan yang terjadi setelah adanya perkembangan aktivitas komersial, perlu dikaji apakah harga lahan yang berlaku untuk kawasan koridor Jalan Gajahmada sesuai dengan penaksiran harga lahan atau ada faktor lain yang mempengaruhi penetapan harga lahan. Adanya dugaan bahwa peningkatan harga lahan di koridor Jalan Gajahmada dipengaruhi oleh perkembangan aktivitas komersial, maka muncul pertanyaan penelitian, “Bagaimana kesesuaian penetapan harga lahan terhadap taksiran standar harga lahan di koridor Jalan Gajahmada” Untuk menjawab pertanyaan tersebut, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengkaji kesesuaian penetapan harga lahan terhadap taksiran harga lahan dengan adanya perkembangan aktivitas komersial di koridor Jalan Gajahmada. Penelitian ini menggunakan pola pikir deduktif yang dilakukan dengan pendekatan kuantitatif. Sesuai dengan pendekatan yang digunakan, penelitian ini akan mengkaji variabel-variabel yang terkait dengan perubahan harga lahan akibat perkembangan aktivitas komersial di koridor Jalan Gajahmada. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik deskriptif. Keluaran dari analisis meliputi taksiran harga lahan dan rumusan keterkaitan antara perkembangan aktivitas komersial dengan harga lahan di koridor Jalan Gajahmada. Dari keluaran tersebut, maka akan terjawab pertanyaan penelitian yang muncul. Di samping itu, hasil analisis akan digunakan pula untuk menyusun rekomendasi terkait dengan hasil penelitian.
ARAHAN INSENTIF DISENTIF UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN KAMPUNG MELAYU SEBAGAI KAWASAN CAGAR BUDAYA KOTA SEMARANG Chitra Putri Kinanti; Samsul Marif
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 2, No 3 (2013): Agustus 2013
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (516.211 KB)

Abstract

Kampung Kota dapat dianggap sebagai suatu kawasan yang memiliki kebudayaan dan kondisi sosial yang unik di dalamnya perbedaan karakteristik masyarakatnya. Oleh karena itu, keberadaan kampung kota penting di dalam perkembangan suatu kota sebagai salah satu nilai dan bukti sejarah. Kampung Melayu adalah salah satu kampung yang bersejarah di Kota Semarang yang awal mulanya sebagai kampung yang didiami oleh etnis Melayu dan kawasan kampung ini telah terbentuk pada abad ke-16. Namun, kondisi fisik maupun kondisi sosial, budaya, dan kepercayaan yang terdapat di Kampung Melayu semakin lama semakin memprihatinkan dan semakin menghilang sebagai dampak dari modernisasi perkotaan padahal kawasan Kampung Melayu merupakan salah satu kawasan yang telah ditetapkan oleh pemerintah sebagai kawasan cagar budaya. Untuk mempertahankan eksistensi kawasan Kampung Melayu sebagai cagar budaya perlu dilakukan upaya pelestarian dan penyelamatan terhadap warisan sejarah dalam bentuk pemberian insentif Metode penelitian yang dilakukan dengan menggunakan yaitu metode kuantitatif. Adapun teknik analisis yang diigunakan berupa deskriptif serta analisis komparatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan dua teknik, yaitu teknik primer wawancara, observasi dan dokumentasi, kemudian teknik sekunder dilakukan dengan survey ke instansi-instansi terkait. Metode penentuan sampel dengan metode sample non probability sampling dengan teknik purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel yang dalam mengambil sample memperhatikan faktor-faktor tertentu sehingga tidak semua anggota populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai responden. Purposive sampling dilakukan berdasarkan pertimbangan peneliti dan pengambilan sample dilakukan terhadap responden yang dianggap berkompeten dalam hal pengembangam kawasan kampung Melayu sebagai kawasan cagar budayaDengan diketahuinya arahan insentif disentif Kampung Melayu Semarang diharapkan dapat lebih mengembangakan dan melestarikan Melayu sebagai salah satu kawasan cagar budaya Kota Semarang sehingga dapat menjaga eksistensi Kampung Melayu tersebut dan pada akhirnya dapat mengatasi permasalahan dan lebih mengembangkan potensi kesejarahan Kampung Melayu sebagai kawasan cagar budaya melalui upaya arahan insentif disentif.
STRATEGI PENGEMBANGAN WILAYAH BERDASARKAN TIPOLOGI KECAMATAN DI KABUPATEN PEMALANG Sigit Pri Hastanto; Samsul Marif
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 2, No 3 (2013): Agustus 2013
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (776.438 KB)

Abstract

Pengembangan wilayah dapat dianggap sebagai suatu bentuk intervensi positif terhadap pembangunan di suatu wilayah. Diperlukan strategi-strategi yang efektif untuk suatu percepatan pembangunan. Disamping strategi-strategi untuk wilayah yang berkembang, strategi pengembangan wilayah-wilayah baru menjadi sangat penting. Strategi pengembangan wilayah maupun pelaksanaanya dewasa ini menjadi isu yang aktual dibicarakan. Keberhasilan maupun kegagalan dalam pengembangan memunculkan konsep pengembangan wilayah dari bawah atau bottom up planning yang mengekplorasi potensi dan kendala dari wilayah tersebut. Terciptanya pertumbuhan ekonomi yang rendah maupun pertumbuhan wilayah yang tidak merata merupakan bentuk kegagalan dalam pencapaian pengembangan wilayah. Keadaan ini terjadi karena setiap wilayah mempunyai karakteristik beragam. Ketidakpaduan kebijakan pengembangan ekonomi dan keruangan ini menyebabkan terjadinya ketimpangan antar wilayah. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan strategi pengembangan wilayah  berdasarkan tipologi kecamatan melalui integrasi sektor potensial terhadap perwilayahan pembangunan sehingga dapat menjadi solusi ketimpangan wilayah yang ada di Kabupaten Pemalang.Wilayah Kabupaten Pemalang merupakan salah satu Kabupaten di Propinsi Jawa Tengah yang berada di Jalur utama Pantura yang mempunyai akses untuk menuju ke daerah-daerah lainnya. Dari segi aktivitas, Kabupaten Pemalang memiliki aktivitas yang terdiri dari dua sektor, yaitu sektor primer meliputi sektor pertanian, sektor perikanan, sektor peternakan, perkebunan, kehutanan dan lain sebagainya, sedangkan sektor sekunder yaitu sektor industri, sektor perdagangan dan jasa. Dari dua sektor tersebut tingkat pelayanan antar kota kecamatan sangat mendukung perkembangan wilayahnya, terutama untuk wilayah bagian utara Kabupaten Pemalang yang lebih berkembang karena dilalui oleh jalur pantura sedangkan pada wilayah bagian selatan Kabupaten Pemalang kurang berkembang karena kondisi fisik wilayahnya berada di daerah perbukitan serta kurangnya dukungan sarana dan prasarana. Pada pengembangan peran dan fungsi kota, secara spesifik dalam rencana tata ruang kota harus mempertimbangkan potensi yang dimiliki hinterland-nya, sehingga terjadi keserasian interaksi antara pusat dengan wilayahnya (core-periphery) yang akan menguntungkan kedua belah pihak.Untuk mencapai tujuan penelitian Strategi Pengembangan Wilayah Berdasarakan Tipologi Kecamatan digunakan metode analisis kuantitatif. Secara garis besar, analisis penelitian dibagi menjadi tiga yaitu analis struktur kota, analisis potensi sektoral, analisis kategori Klaasen dan analisis tipologi kecamatan.

Filter by Year

2013 2013