cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota semarang,
Jawa tengah
INDONESIA
Management of Aquatic Resources Journal (Maquares)
Published by Universitas Diponegoro
ISSN : -     EISSN : 27216233     DOI : -
Core Subject : Science,
Jurnal Management of Aquatic Resources diterbitkan oleh Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Departemen Sumberdaya Akuatik, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro. Jurnal Management of Aquatic Resources menerima artikel-artikel mengenai bidang perikanan, manajemen sumberdaya perairan.
Arjuna Subject : -
Articles 18 Documents
Search results for , issue "Vol 7, No 1 (2018): MAQUARES" : 18 Documents clear
KELAYAKAN KUALITAS AIR BAGI BEBERAPA PERUNTUKAN DI KAWASAN PESISIR (STUDI KASUS: DESA PESANTREN DAN DESA MOJO, KECAMATAN ULUJAMI KABUPATEN PEMALANG) Puspita, Like Viantika Jala; Afiati, Norma; Purnomo, Pujiono Wahyu
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) Vol 7, No 1 (2018): MAQUARES
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (704.897 KB) | DOI: 10.14710/marj.v7i1.22531

Abstract

Permasalahan sediaan air di kawasan pesisir sangat kompleks sesuai dengan ragam peruntukan seperti halnya di Desa Pesantren dan Desa Mojo. Penelusuran tentang kualitas air untuk ragam peruntukan sangat penting dalam meningkatkan kualitas sosial dan ekonomi masyarakat. Tujuan penelitian adalah untuk mengkaji kelayakan sumber daya air untuk beberapa peruntukan dan menganalisis variabel penurun kualitas air di kawasan pesisir. Penelitian didasarkan kepada metode survei dan dilaksanakan pada bulan Mei 2017 di Desa Pesantren dan Desa Mojo, Ulujami, Pemalang. Pengambilan sampel mengacu pada metode purposive sampling di 3 lokasi sungai, 2 lokasi sumur, 1 lokasi sawah, serta 2 lokasi tambak. Variabel yang diukur adalah bau, warna, rasa, suhu, TDS, kekeruhan air, debit sungai, kesadahan, pH, amonia, nitrit, nitrat, Cd, dan Pb. Mutu air dievaluasi berdasarkan Indeks Pencemaran (IP) sesuai KEPMEN LH No.115 Tahun 2003 dan PP No.82 Tahun 2001. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tambak, sawah, dan sungai dinyatakan tidak memenuhi  kelayakan air, dengan status tambak 1 yang terletak cukup jauh dari laut telah tercemar berat (IP= 21,17), tambak 2 yang terletak dekat dengan laut memiliki status tercemar sedang (IP= 8,18), sawah yang terletak cukup jauh dari laut dinyatakan tercemar ringan (IP= 3,88), sungai 1 yang letaknya kearah kawasan hulu tergolong tercemar ringan (IP= 3,14), sungai 2  yang terletak di tengah dan dekat dengan cabang Sungai Comal telah tercemar sedang (IP= 5,12), sungai 3 yang letaknya dekat dengan laut yaitu tercemar ringan (IP= 4,99), sedangkan mutu air sumur 1 dan 2 yang terletak di kawasan pemukiman cukup jauh dari laut dinyatakan layak karena masih memenuhi baku mutu (IP= 0,91 dan 0,85). Warna, kekeruhan air, amonia, TDS, logam Pb dan Cd merupakan variabel penurun kualitas air di tambak, sawah, sungai dan sumur. Warna, kekeruhan air, amonia, dan TDS kemungkinan besar berasal dari sisa pakan ikan di tambak dan pupuk di sawah yang tidak terserap oleh padi, sedangkan logam Pb dan Cd dalam penelitian ini kemungkinan berasal dari limbah domestik di kawasan hulu yang terbawa oleh Sungai Comal. Water supply problems in the coastal areas are very complex in accordance with the variety of designation as well as in the Pesantren and Mojo Villages. The study of water quality for various purposes is very important in improving the social and economic quality of the community. The aim of this study is to assess the feasibility of water resources for several designations and to analyze the variables that cause water degradation in coastal areas. This study was based on survey method and was conducted in May 2017 at Pesantren and Mojo Villages, Ulujami, Pemalang. Sampling refers to purposive sampling method in 3 rivers location, 2 wells location, 1 rice field location, and 2 ponds location. The measured variables are odour, colour, taste, temperature, TDS, turbidity, river discharge, hardness, pH, ammonia, nitrite, nitrate, Cd, and Pb. Water quality was evaluated based on Pollution Index (PI) according to KEPMEN LH No.115 of 2003 and PP No.82 of 2001. The results showed that ponds, rice fields, and rivers were not found to meet water quality standard, with the status of pond 1 being heavily polluted (PI = 21,17), medium polluted ponds (PI = 8,18), lightly polluted rice fields (PI = 3,88), river 1 was lightly polluted (PI = 3,14), medium polluted river 2 (PI = 5.12), lightly polluted river 3 (PI = 4,99), while water quality for wells 1 and 2 was eligible because it still meets the quality standard (PI = 0,91 and 0,85). Ammonia, TDS, color, turbidity, Pb and Cd are water quality-lowering variables in ponds, fields, rivers and wells. Ammonia, TDS, color and water turbidity are most likely derived from the remain of fish feed in ponds and fertilizers in paddy fields that are not absorbed by rice; whereas Pb and Cd in this study might originate from domestic waste in the upstream areas carried by the Comal river. 
PERUBAHAN TUTUPAN TERUMBU KARANG DITINJAU DARI BANYAKNYA WISATAWAN DI TANJUNG GELAM KEPULAUAN KARIMUNJAWA MENGGUNAKAN CITRA SATELIT LANDSAT 8 OLI Farid, Moch; Purnomo, Pujiono Wahyu; Supriharyono, Supriharyono
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) Vol 7, No 1 (2018): MAQUARES
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (755.41 KB) | DOI: 10.14710/marj.v7i1.22521

Abstract

Terumbu karang merupakan salah satu sumberdaya pesisir dan lautan yang mempunyai produktifitas dan keanekaragaman hayati yang tinggi. Keberadaan terumbu karang banyak memberikan pengaruh pada masyarakat Karimunjawa, sebagai panorama alam yang menarik untuk kegiatan wisata. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat perkembangan wisata, tingkat sensitifitas dan kondisi terumbu karang serta perubahan luasanya di kawasan Tanjung Gelam. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus 2017 bertempat di kawasan pemanfaatan bahari Tanjung Gelam, Kepulauan Karimunjawa Jepara. Metode pengukuran sensitifitas mengacu pada pengukuran kerentanan ekosistem terumbu karang parameter pengamatan yang diambil yaitu kondisi tutupan karang hidup, kerapatan terumbu karang, kelimpahan ikan, tipe pertumbuhan terumbu karang, status perlindungan, spesies yang dilindungi, dan kelandaian. Kuesisoner digunakan untuk mengetahu respon dan prilaku wisatawan pada kawasan tanjung gelam dengan jumlah responden yang diambil yaitu 25 wisatawan, 10 pedagang dan 10 operator wisata. Pengolaan citra satelit menggunakan transformasi Lyzenga. Hasil penelitian menunjukkan perkembangan wisata di Kepulauan karimunjawa dari tahun 2014-2016 mencapai kenaikan sebanyak 39.178 orang, sedangkan tingkat sensitifitas ekosisitem terumbu karang di kawasan tanjung gelam berada pada kategori rendah dengan nilai 2,14, dengan kondisi tutpan karang hidup pada kriteria rusak buruk dengan nilai rata rata 10,28% dan perubahan luasan tutupan terumbukarang di Tanjung Gelam didapatkan perubahan luasan habitat terumbu karang yang berkurang sebesar 4,22 Ha dari tahun 2015-2017. Coral reefs are one of the coastal and ocean resources that have high productivity and biodiversity. The existence of coral reefs give much influence to the people of Karimunjawa, as an interesting natural panorama for tourism activities. This research aims to determine the level of tourism development, the level of sensitivity and condition of coral reefs and changes in the area of Tanjung Gelam. The research was conducted in August 2017 located in Tanjung Gelam marine utilization area, Karimunjawa island of Jepara. Methods of measurement of sensitivity include the measurement of living coral cover conditions, coral reef density, fish abundance, coral growth type, protection status, protected species, and cleverness. Questionnaires are used to find out the responses and behavior of tourists in the region of Tanjung Pinam with the number of respondents taken are 25 tourists, 10 merchants and 10 tour operators. Satellite image managers use the Lyzenga transformation. The results showed that the development of tourism in Karimunjawa Islands from 2014-2016 reached as much as 39,178 people, while the level of coral reef ecosystem sensitivity in the region of Tanjung Pinang was in the low category with a value of 2.14, with the living coral study on badly damaged criteria with value the average of 10.28 and the change of cover area in Tanjung Gelam found a change in coral reef habitat area which decreased by 4.22 Ha from 2015-2017 year.
ANALISIS PERUBAHAN LUASAN TERUMBU KARANG DENGAN MENGGUNAKAN DATA PENGINDERAAN JAUH CITRA LANDSAT 7 ETM+ DAN 8 OLI DI PERAIRAN PULAU MENJANGAN KECIL KARIMUNJAWA (JEPARA) Ilham, Muhammad; Supriharyono, Supriharyono; Widyorini, Niniek
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) Vol 7, No 1 (2018): MAQUARES
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (706.379 KB) | DOI: 10.14710/marj.v7i1.22536

Abstract

Ekosistem terumbu karang menjadi salah satu potensi sumberdaya pesisir yang memiliki banyak manfaat bagi lingkungan sekitar. Pulau Menjangan Kecil merupakan salah satu pulau di Karimunjawa yang memiliki ekosistem terumbu karang. Beraneka ragam ekosistem terumbu karang yang ada, menjadikan pulau ini sebagai salah satu destinasi wisata yang menarik untuk wisatawan. Penelitian dilaksanakan pada Bulan September 2017. Penelitian bertujuan untuk mengetahui kondisi terumbu karang ditinjau dari nilai persentase luasam penutupan terumbu karang, tingkat akurasi penggunaan citra Landsat 7 ETM+ dan 8 OLI tahun 2013, 2015, dan 2017. Sampling dilakukan pada empat titik. Metode yang digunakan Line Transect, Lyzenga Transformation dan Confusion Matrix. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase tutupan luasan terumbu karang sebesar 54,31%, perubahan luasan terumbu karang berkurang sebesar 14,1 Ha (3,2%), uji akurasi citra satelit yang dihasilkan sebesar 86,95%. Coral reef ecosystems become one of the potential of coastal resources that have many benefits for the surrounding environment. Menjangan Kecil Island is one of the islands in Karimunjawa which has coral reef ecosystem. A wide range of coral reef ecosystems, making this island as one of the tourist destinations to attract tourists. The research was conducted in September 2017. The objectives of this study were to determine the condition of coral reefs from the percentage of coral cover coverage, the accuracy of Landsat 7 ETM + and 8 OLI imagery in 2013, 2015 and 2017. Sampling was conducted on four stations. The method used is Line Transect, Lyzenga Transformation and Confusion Matrix. The results showed that the percentage of coral cover cover was 54,31%, the coral reef area decreased by 14,1 Ha (3,2%), the test of satellite image accuracy was 86,95%. 
HUBUNGAN KELIMPAHAN KEPITING DENGAN BAHAN ORGANIK DAN TEKSTUR SEDIMEN PADA MANGROVE DI PANTAI MARON, TIRANG DAN MANGUNHARJO SEMARANG Siahaan, Donal; Muskananfola, Max Rudolf; Suryanto, Agung
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) Vol 7, No 1 (2018): MAQUARES
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (825.506 KB) | DOI: 10.14710/marj.v7i1.22526

Abstract

Pantai Maron, Pantai Tirang dan Pantai Mangunharjo Semarang memiliki hutan mangrove yang tumbuh secara alami dan buatan untuk mencegah erosi. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui tekstur sedimen dan bahan organik, kelimpahan kepiting serta hubungan kelimpahan kepiting dengan bahan organik dan tekstur sedimen di kawasan hutan mangrove. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling, dilakukan 3 kali pengulangan selama 3 minggu pada bulan Desember 2016. Langkah pertama dilakukan pengukuran parameter lingkungan; kedua diambil sampel kepiting dan sedimen, ketiga dilakukan analisis laboratorium, analisis tekstur sedimen dan analisis bahan organik, keempat perhitungan kelimpahan kepiting dan analisis korelasi Pearson. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tekstur sedimen yang didapatkan pada ketiga stasiun yaitu clay (liat). Persentasi liat 59,80% - 74,99% dengan persentasi tertinggi pada Pantai Maron. Fraksi sand (pasir) 22,44% - 38,29% dengan persentasi tertinggi pada Pantai Tirang. Fraksi silt (lumpur) 1,83% - 2,57% dengan persentasi tertinggi pada Pantai Maron. Kandungan bahan organik 7,33% - 9,33% dengan persentasi tertinggi pada Pantai Maron. Kepiting yang didapatkan pada ketiga stasiun yaitu Metopograpsus latifrons dan Scylla serrata. Struktur komunitas kepiting didapatkan nilai kelimpahan stasiun I 5720 ind/m2, stasiun II 5432 ind/m2 dan stasiun III 5802 ind/m2. Indeks keanekaragaman kepiting dalam kategori rendah dan hubungan tekstur sedimen dengan bahan organik memiliki hasil yang sedang. Hubungan tekstur sedimen dengan kelimpahan kepiting memiliki hasil korelasi yang sedang dan hasil dari hubungan bahan organik dengan kelimpahan kepiting memiliki hasil korelasi yang sedang.  Maron Beach, Tirang Beach and Mangunharjo Beach Semarang have mangrove forests that grow both naturally and artificially to prevent erosion. The purpose of this research are to analyze the texture of sediment and organic material, crab abundance, and the relation of crab abundance with organic material and sediment texture in mangrove forest area. The sampling technique used in this research is purposive sampling method, with 3 repetitions conducted in three weeks in December 2016. The first step was the measurement of environmental parameters. The second step was samples collections of crabs and sediments. The third step conducted was laboratory analysis on sediment texture and organic material. The last step was to calculate crab abundance and perform Pearson correlation analysis. The results showed that the sediment texture obtained in three stations was clay. Clay percentage was 59.80% - 74.99% with the highest percentage on Maron Beach. Sand fraction percentage was 22.44% - 38.29% with the highest percentage on Tirang Beach. The silt fraction was 1.83% - 2.57% with the highest percentage on Maron Beach. The content of organic materials is 7.33% - 9.33% with the highest percentage on Maron Beach. Crabs in the three stations obtained are Metopograpsus latifrons and Scylla serrata. Crab abundance on station I is 5720 ind / m2, while on station II and station III is 5432 ind / m2 and 5802 ind / m2, respectively. The index of crab diversity is low and the relationship of sediment texture with organic matter is moderate. The relationship of sediment texture with crab abundance has a moderate correlation, while the relationship of organic material with crab abundance also has a moderate correlation result.
KONDISI KUALITAS AIR WADUK JATIBARANG DITINJAU DARI ASPEK SAPROBITAS PERAIRAN Susanti, Renita; Anggoro, Sutrisno; Suprapto, Djoko
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) Vol 7, No 1 (2018): MAQUARES
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (727.034 KB) | DOI: 10.14710/marj.v7i1.22532

Abstract

Pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya suatu zat, energi kedalam air oleh kegiatan manusia sehingga kualitas air dapat menurun sampai tingkat tertentu yang mengakibatkan air tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya. Waduk Jatibarang merupakan bendungan yang menampung beberapa aliran sungai yang kemudian menjadi sarana dan prasarana akuatik dan mendukung kegiatan pariwisata yang ada. Masuknya air dari beberapa sungai ke dalam waduk dapat membawa bahan pencemar sehingga dapat mengakibatkan perairan waduk menjadi tercemar. Salah satu indikator penting dalam penentuan kualitas air adalah dengan melihat tingkat saprobitas di perairan. Berdasarkan hal tersebut maka perlu dikaji lebih lanjut mengenai kondisi kualitas perairan Waduk Jatibarang ditinjau dari aspek saprobitas. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat saprobitas perairan Waduk Jatibarang. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei – Juni 2017. Penelitian ini menggunakan metode studi kasus dengan analisis deskriptif dan analisis korelasi, dengan mengukur parameter pendukung yaitu parameter fisika, kimia, indeks biologi, dan indeks saprobitas. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa nilai kelimpahan fitoplankton berkisar antara 236-865 ind/l, indeks keanekaragaman berkisar antara 1.02-1.77 indeks keseragaman berkisar antara 0.58-0.85 dan indeks dominasi berkisar antara 0.14-0.96. Indeks Kualitas Air (IKA) yang didapatkan berkisar antara 51.74-55.06 sehingga kualitas perairan dalam kategori sedang. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa nilai indeks saprobitas berkisar antara 0.60-2.75 dan nilai indeks tropik saprobik berkisar antara 2.02-4.06 sehingga dapat disimpulkan bahwa perairan Waduk Jatibarang termasuk dalam golongan β-mesosaprobik/ oligosaprobik atau tercemar ringan. Water pollution is entry or inclusion by a substance, energy into water by the human activities so that quality of the water can decrease till the certain level which it can cause the water can be not function in accordance with the designation. Jatibarang Reservoir is a dam that holds several streams from the river which then becomes the aquatic facilities and infrastructure and can support the tourism activities. The entry of the water to reservoir, can carry pollutants it can cause the reservoir be polluted. One of the important indicators to determine the quality of the water is the saprobic level in the water. Based on the matter, it is necessary to study further about condition of the water quality of Jatibarang Reservoir in terms of saprobic aspect. The objective of the research has to know the level of waters saprobic in Jatibarang Reservoir. The research was conducted in May – June 2017. This research used case study method with descriptive analysis and correlation analysis, with measuring the supporting parameters like physics, chemistry, biology index, and saprobic index. The result of the observation showed that the phytoplankton abundance value ranged between 236-865 ind/l, index of diversity ranged between 1.02-1.77, uniformity index ranged between 0.49-0.85, and the index of dominance range between 0.14-0.96.  Water Quality Index (WQI) obtained ranged between 51.74-55.06 so that quality of the water in medium category . The result of the research, found that the Saprobic Index value ranged between 0.60-2.75, and the Tropic Saprobic Index value ranged between 2.02-4.06, so it can be concluded that the Jatibarang Reservoir belongs to the class of β-mesosaprobic/oligosaprobic or light polluted.
ANALISIS KESESUAIAN WISATA PANTAI BLEBAK SEBAGAI OBYEK REKREASI PANTAI DI KABUPATEN JEPARA JAWA TENGAH Febrilia, Anggita Yohana; Rudiyanti, Siti; Purwanti, Frida
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) Vol 7, No 1 (2018): MAQUARES
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (635.895 KB) | DOI: 10.14710/marj.v7i1.22538

Abstract

Pantai Blebak adalah destinasi wisata pantai di Desa Sekuro Kecamatan Mlonggo Kabupaten Jepara yang memiliki peluang untuk dikembangkan akan tetapi terdapat kendala yaitu informasi mengenai pantai ini belum terekspose dengan baik. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui potensi wisata, persepsi masyarakat dan pengunjung tentang daya tarik, fasilitas, aksesibilitas dan kepedulian lingkungan; serta menilai kesesuaian wisata Pantai Blebak. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2018. Metode yang digunakan dalam penelitian yaitu metode kualitatif dengan membagikan kuesioner kepada 30 responden masyarakat menggunakan teknik purposive sampling, 30 responden pengunjung menggunakan teknik accidental sampling dan metode kuantitatif untuk mengukur kesesuaian wisata Pantai Blebak. Potensi wisata  yaitu 1). Potensi Biologi : empat jenis mangrove (Rhizopora mucronata , R. apiculata, Avicenia alba, Sonneratia sp) dan terdapat satu jenis lamun (Thalassia hemprichii) serta makrofauna (kepiting, gastropoda dan bivalvia); 2.) Potensi Fisik : Atraksi wisata (Pemandangan alam, pasir putih, perairan jernih dan ombak tenang); Aksesibilitas (sejauh 13 km dari Kota Jepara, kondisi jalan sudah beraspal); Fasilitas (akomodasi penginapan, kurangnya penerangan jalan, tersedianya air bersih dari sumur tanah, hanya terdapat 4 toilet dan 2 mushola; Aktivitas masyarakat dan pengujung berjalan dengan baik 3.) Potensi Budaya : sedekah laut dilaksanakan satu minggu setelah hari raya Idul Fitri. Persepsi responden tentang daya tarik wisata yaitu baik, fasilitas yaitu kurang baik, aksesibilitas dan kepedulian lingkungan yaitu baik. Hasil perhitungan Indeks Kesesuaian Wisata Pantai Blebak yaitu tergolong dalam kategori pantai yang sesuai untuk kegiatan rekreasi pantai Blebak Beach is coastal tourist destinations in the Sekuro Village, Mlonggo Sub-district that has a chance to be developed but there are constraints on information about this beach that has not being well exposed. The purpose of this study were to reveal the potential of tourism, perception of community and visitors about attractivenees, facility, accessibility and environmental awareness; and to assess the tourism suitability of the beach. This research was conducted in March 2018. The methods used in this research was qualitative method by distribute questionnaires to 30 community respondents using purposive sampling technique, 30 visitors respondents using accidental sampling technique and quantitative method to measure the tourism suitability of the beach. Tourism potentials include 1). Biological Potentials: four types of mangrove (Rhizopora mucronata, R. apiculata, Avicenia alba, Sonneratia sp) and one type lamun (Thalassia hemprichii), macrofauna (crabs, gastropods and bivalves); 2.) Physical Potentials: Tourist attraction (Natural scenery, white sand, clear waters and calm waves); Accessibility (as far as 13 km from Jepara City, road conditions have been paved); Facilities (Hotel accommodation, poor lighting, availability of clean water  from ground wells, 4 toilets and 2 mushollas, Activity of community and visitors are going well 3.) Cultural Potentials: sea charity which held in a week after Eid Mubarak. Perception of the respondents  about attraction are good, facilities are deficient, accessibility and environmental awareness are good. The calculation result of Suitability Index of Blebak Beach is classified into the appropriate category for recreational beach activities. 
APLIKASI BIOROCK TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP TRANSPLANTASI KARANG DAN KEANEKARAGAMAN IKAN DI PULAU KARIMUNJAWA Siahaan, Sahala Bonardo; Purnomo, Pujiono Wahyu; Sulardiono, Bambang
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) Vol 7, No 1 (2018): MAQUARES
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (732.969 KB) | DOI: 10.14710/marj.v7i1.22537

Abstract

Taman Nasional Karimunjawa (TNKJ) merupakan tempat konservasi bagi lingkungan dan biota. Kualitas terumbu karang di Karimunjawa mempunyai keanekaragaman yang tinggi. Ada berbagai teknik yang dapat digunakan untuk merehabilitasi terumbu karang, salah satunya adalah Biorock.Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui kelangsungan hidup dan pertumbuhan karang yang ditransplantasi pada biorock dan mengetahui keanekaragaman ikan yang berada di sekitar biorock. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen lapangan di mana terdapat 2 stasiun penelitian. Biorock digunakan sebagai tempat untuk dijadikannya proses transplantasi karang jenis Acropora sp. Pengukuran pertumbuhan karang dilakukan di dalam air dengan periode selama 2 bulan dengan tenggang waktu 1 bulan menggunakan jangka sorong. Untuk mengevaluasi perbedaan  perbedaan pertumbuhan dan kelangsunggan hidup setiap spesies yang ditransplantasi mempergunakan uji t independen. Spesies terumbu karang yang memiliki persentase kelangsungan hidup paling tinggi adalah Acrophora nasuta. Berdasarkan uji t tentangperbedaan kelulushidupan karang stasiun 1 dan 2 menunjukkan bahwa tidak adanya perbedaan yang signifikan (α>0,05). Jenis ikan yang ditemukan pada lokasi penelitian adalah Zanclus sp, Selaroides sp, dan Sigauns sp. Ditemukan pula spesies bulu babi yaitu Diadema sp. Parameter Fisika-Kimia kedalaman, kecerahan, temperatur, pH, dan salinitas pada 2 stasiun sudah memenuhi syarat untuk pertumbuhan karang.  Karimunjawa National Park  is a conservation area for the environment and biota.There are various techniques that can be used to rehabilitate coral reefs, one of which is Biorock. The purpose of this research is to know the survival and growth of transplanted corals in biorock and to know the diversity of fish that are around the biorock. The method used in this research is the field experimental method. The location of this research consists of 2 research stations. Biorock is used as a place to make its transplant coral process type Acropora sp. Measurement of coral growth measured in water for a period of 2 months with a period of 1 month using a vernier caliper. To evaluate differences in growth and survival of each transplanted species using independent t test. The coral reef species that have the highest survival rate is Acrophora nasuta. Based on the result of t test about difference of coral reef life at station 1 and 2 shows that there is no significant difference between them (α> 0,05). Fish species found at the study sites were Zanclus sp, Selaroides sp, and Siganus sp. Also found species of sea urchin is Diadema sp. Physical-Chemical parameters of depth, brightness, temperature, pH, and salinity at 2 stations have included requirements for coral growth.
KANDUNGAN BAHAN ORGANIK SEDIMEN DAN KADAR H2S AIR DI DALAM DAN DI LUAR TEGAKAN MANGROVE DESA BEDONO, KABUPATEN DEMAK Sa’diyah, Halimatus; Afiati, Norma; Purnomo, Pujiono Wahyu
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) Vol 7, No 1 (2018): MAQUARES
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (632.476 KB) | DOI: 10.14710/marj.v7i1.22527

Abstract

Kawasan mangrove dapat memproduksi bahan organik dari proses dekomposisi serasah yang jatuh yang menjadi penyuplai nuterien ke lingkungannya. Proses tersebut menggunakan oksigen terlarut yang apabila oksigen terlarut habis maka proses tersebut beralih ke proses dekomposisi secara anaerob yang menyebabkan terbentuknya senyawa H2S. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kandungan bahan organik sedimen dan kadar H2S air di dalam dan di luar kawasan mangrove serta untuk mengetahui hubungan kandungan kadar H2S air dengan bahan organik sedimen dan oksigen terlarut di kawasan mangrove desa Bedono. Metode penelitian adalah metode survey. Penelitian ini dilakasanakn pada bulan Mei- Juni 2017 di lokasi yang mewakili kawasan mangrove dan lingkungan sekitarnya. Data yang diukur adalah suhu air, kecerahan, kedalaman, kecepatan arus, oksigen terlarut, pH, bahan organik sedimen dan H2S air yang dilaksanakan empat kali dengan selang pengukuran dua minggu. Hasil yang didapat yaitu suhu air 28-31oC, kecerahan 14,5-68 cm, kedalaman 33-165 cm, kecepatan arus 0-0,1 m/s, oksigen terlarut , pH 5-6, bahan organik sedimen 7,73-20,27%, H2S air 0,003-0,037 mg/l. Kandungan bahan organik sedimen dan kadar H2S air tertinggi di dalam kawasan mangrove dengan rata-rata 16,36% dan 0,031 mg/l, dan terendah di luar kawasan mangrove dengan rata-rata 9,78% dan 0,01 mg/l. Kadar H2S tinggi di dalam kawasan mangrove dan lebih rendah di luar kawasan mangrove. Kadar H2S air dengan bahan organik sedimen dan oksigen terlarut berhubungan linier dengan persamaan H2S= 0,027 + 0,001BOS- 0,006 DO (r= 0,7246, BOS= Bahan Organik Sedimen, DO= Dissolved Oxygen). Mangroves produce organic matter from the decomposition of falling leaves, twigs etc, which supply nutrient to the environment. The process uses dissolved oxygen; when dissolved oxygen exhausted, it switches into anaerobic decomposition which causes the formation of H2S compounds. This study aims to knowing differences in sediment organic materials and H2S within and adjacent of mangrove areas and to determine the relation of H2S with sediment organic materials and dissolved oxygen in the mangrove areas of Bedono. Survey method is refered, and the study was conducted in May - June 2017 on locations representing mangrove areas and the surrounding environment. The data measured are water temperature, brightness, depth, current speed, dissolved oxygen, pH, sediment organic materials and H2S in the water. Sampling was conducted four times every fortnight. The result of the water temperature is  28-31 ° C, brightness 14.5 to 68 cm, 33-165 cm depth, current speed 0-0.1 m/s, dissolved oxygen 2-5,2 mg/l, pH 5-6, sediment organic material 7,73 to 20.27%, H2S 0.003 to 0.037 mg/l. Sediment organic materials and H2S were highest within the mangrove area, with an average 16.36% and 0.031 mg/l, and the lowest outside of mangrove area with an average 9.78% and 0.01 mg/l. H2S higher in the inside of  the mangrove areas compared to the outside of it. The relation of H2S with sediment organic materials and dissolved oxygen is linearly related according to the equation H2S= 0.027+ 0.001SOM- 0.006DO (r= 0.7246, SOM= Sediment Organic Materials, DO= Dissolved Oxygen).
MONITORING PERIKANAN LEMURU DI PERAIRAN SELAT BALI Nugraha, Satria Wiratama; Ghofar, Abdul; Saputra, Suradi Wijaya
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) Vol 7, No 1 (2018): MAQUARES
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (762.003 KB) | DOI: 10.14710/marj.v7i1.22533

Abstract

Perairan Selat Bali merupakan perairan yang berada diantara Pulau Jawa dan Pulau Bali. Perairan ini memiliki sumber daya perikanan pelagis kecil yang melimpah, terutama ikan lemuru. Pendaratan ikan lemuru di Perairan Selat Bali berpusat di UPT PP (Unit Pelaksana Teknis Pelabuhan Perikanan) Muncar, Kabupaten Banyuwangi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah dan ukuran kapal, serta alat bantu penangkapan, Catch Per Unit Effort penangkapan, dan pengelolaan  perikanan lemuru di perairan Selat Bali. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 20 Maret – 21 Mei  2017. Metode yang digunakan adalah observatif. Data yang digunakan adalah data produksi ikan lemuru di  UPT PP Muncar dan PPN (Pelabuhan Perikanan Nusantara) Pengambengan dari tahun 1980-2016, data kapal dan alat tangkap dari tahun 2010-2016. Berdasarkan data tersebut, dilakukan perhitungan Maximum Sustainable Yield (MSY) dengan menggunakan model surplus produksi Gordon Scheafer. Jumlah kapal yang digunakan untuk penangkapan ikan lemuru saat ini adalah 326 armada dengan ukuran 10-30 GT (gross ton) yang didominasi oleh kapal ukuran 29/30 GT . Jumlah kapal 10 – 30 GT di Muncar 190 unit, sedangkan di Pengambengan 136 unit. Alat tangkap yang digunakan adalah purse seine dengan jumlah 326 dengan panjang 180 depa ( ± 338 meter) dan mesh size 0,5 inchi, dengan rata – rata kekuatan mesin 120 – 240 PK, lampu 700 - 1200 watt sebanyak 5 – 12 unit / kapal. Nilai CPUE terendah adalah 0,378 ton/trip, dengan rata – rata 3,43 ton/ trip. Nilai MSY yang didapatkan sebesar 25.107,32 ton/tahun, sementara nilai JTB (Jumlah Tangkapan Diperbolehkan) adalah 20.085,86 ton per tahun. Perairan Selat Bali berada dalam otonomi Pemerintah Provinsi Jawa Timur, dan Provinsi Bali. Sehingga pada tahun 1977 dikeluarkan Surat Keputusan Bersama Gubernur Jawa Timur, dan Gubernur Bali, untuk mengatur sistem penangkapan ikan di Perairan Selat Bali. Surat Keputusan Bersama ini diperbarui beberapa kali, kemudian dikeluarkan Peraturan Menteri Kelautan Perikanan dan Kelautan Nomor 68 Tahun 2016 tentang Rencana Pengelolaan Perikanan  Ikan Lemuru di Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia.   Bali Strait waters is a located between Java Island and Bali Island. This waters has a lot of pelagic fish resources, especially lemuru fish. Lemuru fisheries centered on UPT PP ( Unit Techic Implementers Fisheries Port) Muncar, Banyuwangi Region. This research goals are to knows the amount of  boat and it size, total fishing gears, Catch Per Unit Effort lemuru fisheries on Bali Strait waters, and know the status of lemuru fishings. This research held on 20 Maret – 21 Mei 2017. The method of the research is observative. The data wich used is the data  production of lemuru fishing on UPT PP Muncar and PPN (Archipelago Fisheries Port) Pengambengan on 1980 -2016, boats data and fishing gears on 2010 – 2016. Based on the data, calculating MSY using surplus production model by Gordon Scheafer. Total boats for lemuru fishes are 326 boats, wich sizes 10-30 GT (gross tonnage) and dominated by 29/30 GT . The boats 10 – 30 GT in Muncar 190 units, event on Pengambengan 136 units. Fishing gears using purse seine wich 326 units, width 180 depa ( ± 338 meters) and mesh size 0,5 inchi, wich average powers 120 – 240 PK, lightning 700 - 1200 watt  5 – 12 units / boats. The value of lowest  CPUE is 0,378 ton/trip, with average is 3,43 ton/trip. The value of MSY is 25.107,32 ton/year, and TAC (Total Allowable Catch) is 20.085,86 ton/year. Bali Strait waters under otonomy by East Java and Bali Government. So, in 1977 formed GRC (Government Regulatory Compliance) by East Java and Bali Government to ruled fisheries systems on Bali Strait waters. This GRC renew few times, and then formed Regulation by Minister of Marine and Fisheries number 68 year 2016 about Plans Management Fisheries of Lemuru Fish in Indonesia Region Management.
PERANAN TATA GUNA LAHAN BAGIAN HULU TERHADAP KESUBURAN PERAIRAN PADA WADUK JATIBARANG, SEMARANG Silitonga, Yohana T. E.; Sulardiono, Bambang; Purnomo, Pujiono Wahyu
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) Vol 7, No 1 (2018): MAQUARES
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1452.912 KB) | DOI: 10.14710/marj.v7i1.22523

Abstract

Kota Semarang dikenal sebagai kota yang sering mengalami banjir. Pembangunan Waduk Jatibarang merupakan salah satu cara untuk mengatasi permasalahan banjir di kota Semarang. Tata guna lahan adalah sebuah pemanfaatan lahan dan penataan lahan yang dilakukan sesuai dengan kondisi eksisting alam. Kegiatan manusia dan penggunaan kawasan yang tidak terkendali memberikan pengaruh negatif yang berpotensi menyumbang limbah rumah tangga dan mempengaruhi tingkat kesuburan perairan Waduk Jatibarang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi tata guna lahan bagian hulu di sekitar Waduk Jatibarang dan mengetahui tingkat kesuburan perairan Waduk Jatibarang. Metode yang digunakan adalah metode survey. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 15 - 27 September 2017. Penelitian ini dilakukan pada 6 titik sampling di Waduk Jatibarang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lahan bagian hulu Waduk Jatibarang terdiri dari 50 % vegetasi, 20% pemukiman, 25% persawahan,dan 5% tegalan. Karakter fisika dan kimia perairan Waduk Jatibarang tergolong baik. Kandungan DO antara 4,80 – 6,96 mg/l, kandungan nitrat antara 0,64 – 1,10 ppm, total fosfat antara 0,13 – 0,26 ppm, dan klorofil-a antara 2,72 – 4,29 ppm. Indeks TSI Carlson berkisar antara 52,57 – 55,36 menunjukkan status kesuburan perairan eutrofik ringan.  Semarang City is known as flooded city. Construction of Jatibarang Reservoir is a solution to solve the flood problem in Semarang city. Land use is a utilization land and land arrangement in accordance of the nature existantion condition. Human activities nearby the waters can lead to the entry of various substances into the aquatic system. Uncontrolled use of the area has a negative effect that potentially contributes to household waste and affect the water thropic level. The purpose of this study is to identify the upstream of land use in Jatibarang Reservoir and to know Water Thropic State at Jatibarang Reservoir. Research reference is using survey method. The research was conducted on 15 – 27  September 2017. This research was conducted on six sampling points, the scope of land studied by upstream area in Jatibarang Reservoir with percentage of 50% vegetation, 20% settlement, 25% rice field, and 5% moor. Physical and chemical character of Waters of Jatibarang Reservoir are good. DO content between 4,80 - 6,96 mg / l, nitrate content between 0,64 - 1,10 ppm, total phosphate between 0,1305 - 0,2695 ppm , and chlorophyll-a between 2,72 – 4,29 ppm. The Carlson TSI index ranged from 52,57 to 55,93 indicates the mild eutrophic water thropic state.

Page 1 of 2 | Total Record : 18