cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota semarang,
Jawa tengah
INDONESIA
Journal of Aquaculture Management and Technology
Published by Universitas Diponegoro
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Science, Education,
Journal of Aquaculture Management and Technology diterbitkan oleh Program studi Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Undip. JAMTech menerima artikel-artikel yang berhubungan dengan akuakultur, nutrisi pakan ikan, parasit dan penyakit ikan, produksi budidaya, dll.
Arjuna Subject : -
Articles 33 Documents
Search results for , issue "Volume 6, Nomor 3, Tahun 2017" : 33 Documents clear
SPENGARUH PENAMBAHAN ENZIM BROMELIN DALAM PAKAN TERHADAP EFISIENSI PEMANFAATAN PAKAN DAN PERTUMBUHAN IKAN PATIN (Pangasius hypophtalmus) Novita, Virna; Subandiyono, - -; Sudaryono, Agung
Journal of Aquaculture Management and Technology Volume 6, Nomor 3, Tahun 2017
Publisher : Journal of Aquaculture Management and Technology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (675.826 KB)

Abstract

Pakan merupakan salah satu faktor penting yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ikan patin (Pangasius hypophtalmus).  Kandungan protein dalam pakan merupakan sumber energi utama yang berperan juga sebagai komponen struktural penyusun sel dan jaringan tubuh.  Karena itu, protein pakan mempunyai peran penting pada proses pertumbuhan ikan patin.  Pada proses pencernaan diperlukan enzim untuk menghidrolisis ikatan peptida menjadi asam amino.  Proses ini dapat ditingkatkan dengan menggunakan enzim bromelin dalam pakan pada benih ikan patin.  Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji pengaruh enzim bromelin dalam pakan terhadap efisiensi pemanfaatan pakan dan pertumbuhan ikan patin (P. hypophtalmus).  Penelitian ini menggunakan metode eksperimental laboratoris dengan rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri dari 5 perlakuan dan masing-masing 4 ulangan.  Perlakuan yang diujikan adalah penambahan bromelin pada pakan dengan dosis 0,00%, 0,75%, 1,50%, 2,25%, dan 3,00%.  Ikan uji yang digunakan adalah benih ikan patin (P. hypophtalmus) dengan bobot tubuh individu rata-rata 6,45±0,23 g/ekor dengan kepadatan 1 ekor/l.  Pakan diberikan 2 kali sehari, yaitu pada pukul 08.00 dan 16.00 WIB dengan menggunakan metode at satiation.  Waktu pemeliharaan ikan uji adalah selama 35 hari.  Hasil penelitian menunjukan bahwa pemberian enzim bromelin dalam pakan memberikan pengaruh yang berbeda (P<0,05) terhadap EPP, PER, RGR, dan pertumbuhan panjang relatif tetapi memberikan pengaruh sama (P>0,05) terhadap TKP dan SR.  Perlakuan dengan penambahan enzim bromelin 2,25% (perlakuan D) memberikan nilai tertinggi pada EPP, PER, RGR, dan pertumbuhan panjang relatif yaitu masing–masing sebesar 59,11±4,61%; 1,84±0,14%; 1,47±0,15%/hari; dan 0,40±0,01%/hari.  Kualitas air selama pemeliharaan ikan uji masih dalam kisaran yang layak untuk pemeliharaan ikan patin (P. hypophtalmus).  Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penambahan enzim bromelin dalam pakan mampu meningkatkan nilai EPP, PER, RGR, dan pertumbuhan panjang relatif ikan patin (P. hypophtalmus). Feed was one of the important factors that could affect to the growth of catfish (Pangasius hypophtalmus).  Dietary protein was a major source of energy as well as structural components of cells and tissues.  Therefore, dietary protein plays an important role on the growth of the fish.  Digestion process needed enzymes to hydrolyze peptide bonds into the amino acids.  This process could be enhanced by using the bromelin incorporated into the catfish’s feed.  The purpose of this study was to examine the effect of dietary bromelain on feed utilization eficiency and growth of the catfish (P. hypophtalmus).  A completely randomized design (CRD) was used in this study with experimental laboratory consisted of 5 treatments and 4 replicates.  These treatments were the addition of bromelain in the feed with doses of 0,00; 0,75; 1,50; 2,25; and 3,00%, respectively. The experimental fish used was catfish (P. hypophtalmus) with the average individual body weight of 6,45±0,23 g/fish and with the density of 1 fish/L. The fish was fed twice a day, i.e. at 08.00 a.m. and 16.00 p.m. by applying at satiation method.  The fish was reared in 15 L containers for 35 days.  The data showed that dietary bromelain resulted on significantly effect (P<0.05) on the FUE, PER, RGR, and relatively length rate, but not significantly effect (P>0.05) on the values of FCR and SR.  The trial diet of 2.25% bromelain (treatment D) resulted on the highest values on the FUE, PER, RGR, and relatively length rate, that were 59,11±4,61%; 1,84±0,14%; 1,47±0,15%/day; and 0,40±0,01%/day, respectively.  Water quality parameters during the study were varied among suitable range for rearing the trial fish.  Based on the results, it was concluded that dietary bromelain was able to increase the values of FUE, PER, RGR, and relative lenght rate of catfish (P. hypophtalmus).
PENGARUH PERENDAMAN EKSTRAK BUAH MENGKUDU (Morinda citrifolia) TERHADAP KELULUSHIDUPAN IKAN TAWES (Barbonymus gonionotus) YANG DIINFEKSI Aeromonas hydrophila Ardulanisa, Ridha; Prayitno, Slamet Budi; Haditomo, Alfabetian Harjuno Condro
Journal of Aquaculture Management and Technology Volume 6, Nomor 3, Tahun 2017
Publisher : Journal of Aquaculture Management and Technology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (558.548 KB)

Abstract

Aeromonas hydrophila merupakan bakteri opportunis yang sering menyebabkan penyakit pada ikan air tawar, salah satunya pada ikan tawes. Ekstrak buah mengkudu mengandung senyawa antibakteri yang dapat digunakan sebagai alternatif pengobatan penyakit yang disebabkan oleh  A. hydrophila pada ikan tawes. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari perendaman ikan tawes yang diinfeksi A. hydrophila dengan ekstrak buah mengkudu. Ikan tawes yang digunakan sebanyak 120 ekor dengan panjang rata-rata 7,23±0,98 cm/ekor yang diinfeksi bakteri A. hydrophila sebanyak 0,1 mL secara intramuscular dengan kepadatan bakteri 106 CFU/mL. Hewan uji dilakukan pengobatan dengan perlakuan yang menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Perlakuan tersebut yaitu perlakuan A (0 mg/L), B (15.000 mg/L), C (30.000 mg/L) dan D (45.000 mg/L) dan tiap perlakuan dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali. Perendaman menggunakan ekstrak buah mengkudu dengan metode short bath selama 20 menit dilakukan setelah gejala klinis dari A. hydrophila telah muncul. Hasil penelitian menunjukkan perendaman ekstrak buah mengkudu berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap gejala klinis dan kelulushidupan ikan tawes. Gejala klinis pasca penyuntikan A. hydrophila yang menunjukkan adanya warna tubuh memudar, opacity, haemorage pada permukaan tubuh serta tukak dan mulai mengalami pemulihan pasca perendaman ekstrak buah mengkudu yaitu berenang aktif, haemorage pada tubuh memudar, tukak pada tubuh mulai menutup. Kelulushidupan terbaik (70%) terlihat pada dosis 15.000 mg/L dibandingkan dengan perlakuan lainnya yang masing-masing yaitu 30.000 mg/L (53,33%), 45.000 mg/L (50%) dan 0 mg/L (30%). Konsentrasi ekstrak buah mengkudu 14.000 mg/L merupakan konsentrasi optimal untuk mengobati ikan tawes yang diinfeksi bakteri A. hydrophila. Aeromonas hydrophila is an opportunistic bacterial that often causes disease in freshwater fish, and one of them is on the java barb. Noni fruit extract contains antibacterial compounds that can be used an alternative treatment for diseases caused by A. hydrophila in the java barb. This study were aims to determine the immersed effect of noni fruit extract  to combat A. hydrophila. Java barb used were 120 fish with average length 7,23 ± 0,98 cm/fish infected with A. hydrophila as much as 0,1 mL intramuscularly with density of 106 CFU / mL. The experimental animals were treated in the treatment by using Completely Randomized Design (CRD). The treatments A (0 mg / L), B (15,000 mg / L), C (30,000 mg / L) and D (45,000 mg / L) and each treatment was replicated 3 times. Immersed with noni fruit extract was carried on by short bath method for 20 minutes immersed was done when clinical signs of A. hydrophila appeared. The results demonstrated that the used of noni fruit extract exhibited real effect (P<0.05) againts clinical symptoms and survival rate of java barb. Clinical symptoms in post injection of A. hydrophila that indicate the existence of a body color fades,  opacity, haemorage on the surface of the body also the ulcer and began to suffer submergence post crash noni fruit extracts namely active swim, body haemorage is faded, ulcers on the body begins to shut down. The results also demonstrated the best survival rate (70%) at concentration of 15,000 mg/L compared with the other treatments which each 30,000 mg/L (53.33%), 45,000 mg/L (50%) and 0 mg/L (30%). Concentration 14.000 mg/L of noni fruit extract is optimal concentration to treat java barb infected bacteria A. hydrophila.
PENGARUH pH MEDIA PEMIJAHAN YANG BERBEDA TERHADAP PERSENTASE JANTAN & BETINA DAN KELULUSHIDUPAN IKAN CUPANG (Betta splendens Regan) Arfa, Mochammad; Suminto, - -; Yuniarti, Tristiana
Journal of Aquaculture Management and Technology Volume 6, Nomor 3, Tahun 2017
Publisher : Journal of Aquaculture Management and Technology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (337.658 KB)

Abstract

Ikan cupang (Betta splendens Regan) merupakan salah satu jenis ikan hias yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Ikan cupang yang berkelamin jantan mempunyai warna yang lebih menarik dan memiliki nilai komersial lebih tinggi daripada betina. Upaya untuk memperoieh persentase jantan dapat dilakukan dengan cara manipulasi lingkungan dengan menggunakan pH. Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui penggunaan pH yang berbeda pada media pemijahan terhadap persentase jantan & betina dan kelulushidupan Ikan Cupang (Betta splendens Regan). Bahan yang digunakan untuk mengatur pH adalah asam fosforik (H3PO4) yang sudah banyak digunakan oleh kalangan pembudidaya ikan hias untuk pemijahan. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2016 hingga Januari 2017 di Pokdakan APPIHIS jalan perbalan nomer 39 Semarang. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode eksperimental desain, Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan dan 4 kali ulangan. Perlakuan dalam penelitian ini adalah penggunaan pH yang berbeda pada media pemijahan Ikan Cupang. Perlakuan tersebut adalah A yang merupakan perlakuan dengan pH 6, Perlakuan B dengan pH 7 dan Perlakuan C dengan pH  8.  Data yang diamati meliputi persentase jantan dan betina (%), kelulushidupan (SR) dan kualitas air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan pH yang berbeda memberikan pengaruh nyata (P<0,05) terhadap persentase jantan dan betina sedangkan SR tidak berpengaruh nyata (P>0,05). Perlakuan C menghasilkan persentase jantan paling tinggi sebesar 70,41 %. Kualitas air pada media pemeliharaan terdapat pada kisaran layak untuk budidaya Ikan Cupang (Betta splendens Regan). Betta fish (Betta splendens Regan) is one of ornamental fish with high economic value. Male betta fish have more attractive color and higher commercial value than females. The male percentage obtains by environment manipulation using potential of hydrogen (pH). The aims of the study was to determine the effect of pH differences on spawning media to the male & female percentage and also survival rate of betta fish (Betta splendens Regan). Materials used to regulating the pH is phosphoric acid (H3PO4) that already used in spawning process widely by the ornamental fish breeders. This research conducted in October 2016 until January 2017 in APPIHIS secretariat at Perbalan street number 39 Semarang. This research was used the experimental design method, designed by in completely randomized design with 3 treatments and 4 replications. The treatment in this study was the use of pH diffenrences on betta fish spawning media. Those treatments are treatment A with an pH 6, treatment B with an pH 7 and treatment C with pH 8. The observed data are male and female percentage (%), survival rate (SR) and water quality. The result shows that pH differences had significant effect (P <0.05) on males and females percentage, while it is not significant in SR (P> 0.05). The treatment C showed that highest male percentage of 70.41%. The culture media water quality were on proper range for betta fish (Betta splendens Regan) culture.
PENGARUH PEMBERIAN DIET MIKROALGA YANG BERBEDA (Chlorella vulgaris, Chaetoceros calcitrans, Nannochloropsis oculata DAN Tetraselmis chuii) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN REPRODUKSI Diaphanosoma brachyurum Ni’mah, Hikmatun; Suminto, - -; Susilowati, Titik
Journal of Aquaculture Management and Technology Volume 6, Nomor 3, Tahun 2017
Publisher : Journal of Aquaculture Management and Technology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (473.5 KB)

Abstract

Pakan alami dalam akuakultur sangatlah penting bagi pemeliharaan larva. D. brachyurum merupakan salah satu pakan alami yang pergerakannya lambat dan berenang bebas dalam kolom air, serta mempunyai nilai kandungan nutrisi yang tinggi. Kultur D. brachyurum memerlukan pengkajian diet mikroalga untuk mendapatkan performa pertumbuhan terbaik. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh diet mikroalga yang berbeda terhadap performa pertumbuhan (kepadatan populasi, laju pertumbuhan dan produksi telur) D. brachyurum dan mendapatkan diet mikroalga yang memberikan hasil performa pertumbuhan (kepadatan populasi, laju pertumbuhan dan produksi telur) D. brachyurum terbaik. Metode penelitian menggunakan RAL dengan 4 perlakuan 4 ulangan yang kepadatannya 1 ind/ml. Diet yang digunakan untuk kultur D. brachyurum adalah Chlorella vulgaris; Chaetoceros calcitrans; Nannochloropsis oculata; dan Tetraselmis chuii. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian diet mikroalga yang berbeda berpengaruh nyata (P<0,05) pada performa pertumbuhan D. brachyurum. Diet T. chuii menghasilkan kepadatan terbaik pada anakan (neonata) (3,013±1,582 ind/ml), juvenil (2,513±0,638 ind/ml), dewasa (7,325±1,981 ind/ml), dewasa bertelur (4,050±2,401 ind/ml) dan dewasa beranak (8,975±1,569 ind/ml). Kepadatan total juga pada diet T. chuii (25,875±1,142 ind/ml) yang merupakan nilai tertinggi. Diet T. chuii juga menunjukkan hasil terbaik dan berbeda nyata (P<0,05) dibanding perlakuan lain pada laju pertumbuhan (0,163±0,002 /hari). Diet N. oculata menunjukkan hasil terbaik serta berbeda nyata (P<0,05) pada produksi telur (3,446±0,363 telur/ind), namun tidak berbeda nyata terhadap Chaetoceros calcitans (3,104±0,705 telur/ind). The live food organisme in aquaculture is very important for larvae rearing. D. brachyurum is one of the live food organisme  which slow movement and has capabiity as a free swimmer in water column, and has a high nutritional value. The study of D. brachyurum fed by different microalgal diets needs to be conducted in order to perceive its growth performance. This study aimed to determine the effect of different microalgal diets on growth performance (population density, growth rate and egg production) of D. brachyurum and suitable microalgal that supperied growth performance (population density, growth rate and egg production) of D. brachyurum. The method of this study was experimental laboratory which used completely random design (CRD) with 4 treatment and 4 replicates. The initial density of D. brachyurum was 1 ind/ml. The diets that used in this study here Chlorella vulgaris; Chaetoceros calcitrans; Nannochloropsis oculata; and Tetraselmis chuii. The results of this study showed that different microalgal diets had significant effect (P<0,05) on growth performance of D. brachyurum. The highest density of the neonata (3.013±1.582 ind/ml), juvenile (2,513±0.638 ind/ml), adult (7,325±1,981 ind/ml), adult spawn (4,050±2,401 ind/ml) and adult childbearing (8,975±1,569 ind/ml) was on D treatment (fed by T. Chuii). The highest total density of D. brachyurum (25.875±1.142 ind/ml) was on D treatment (fed by T. Chuii). D. brachyurum that fed by T.chuii had best growth rate value (0.163±0.002/day) significantly different (P<0.05) than other treatments. D. brachyurum that fed by N. oculata had best egg production value (3.446±0.363 eggs/ind) significantly different (P<0.05), but not significantly different with egg production value of D. brachyurum that fed by C. calcitrans (3.104±0.705 eggs/ind).
PENGARUH EKSTRAK TEMULAWAK PADA PAKAN SEBAGAI IMUNOSTIMULAN PADA IKAN TAWES (Puntius javanicus) DENGAN UJI TANTANG BAKTERI Astuti, Agustin Putri Kusuma; Hastuti, Sri; Haditomo, Alfabetian Harjuno Condro
Journal of Aquaculture Management and Technology Volume 6, Nomor 3, Tahun 2017
Publisher : Journal of Aquaculture Management and Technology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (651.355 KB)

Abstract

Pakan adalah salah satu faktor penting yang mempengaruhi pertumbuhan.  Peningkatan kinerja pertumbuhan dan pengendalian penyakit dapat dilakukan dengan penggunaan imunostimulan.  Imunostimulan merupakan bahan yang mampu meningkatkan respon imun non spesifik ikan.  Temulawak dapat memberikan imunostimulan yang mampu memberikan respon kekebalan tubuh ikan secara langsung terhadap antigen yang masuk ke dalam tubuh ikan.   Salah satu kandungan temulawak adalah kurkumin yang dapat menghambat pertumbuhan dan mematikan mikroorganisme, salah satunya Aeromonas hydrophila.  Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh ekstrak temulawak terhadap ketahanan tubuh ikan tawes yang diinfeksi A. hydrophila, kelulushidupan (SR), total konsumsi pakan (TKP), dan laju pertumbuhan relatif (RGR).  Ikan uji yang digunakan adalah ikan tawes dengan bobot rata-rata 2,98±0,11 g/ekor.  Pemberian pakan pada ikan uji sebanyak 2 kali sehari pada pukul 08.00 dan 16.00 secara at satiation.  Ikan uji dipelihara dengan padat tebar 1 ekor/l dengan lama pemeliharaan 40 hari.  Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimental menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 4 perlakuan dan 3 kali ulangan.  Perlakuan ini adalah pakan uji dengan penambahan ekstrak temulawak, dengan dosis sebagai berikut: perlakuan A (0 g/kg pakan); B (3 g/kg pakan); C (6 g/kg pakan) dan D (9 g/kg pakan).  Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan ekstrak temulawak memberikan pengaruh yang sama terhadap kondisi kesehatan ikan tawes, namun memberikan pengaruh yang berbeda (P<0.05) terhadap nilai SR, TKP dan RGR. Perlakuan dengan penambahan ekstrak dengan dosis 9 g/kg menunjukkan nilai tertinggi pada SR (82,00%) dan TKP (80,48 g).  Kualitas air pada media pemeliharaan terdapat pada kisaran yang sesuai untuk budidaya ikan tawes (P. javanicus).  Kesimpulan pada penelitian ini adalah bahwa penambahan ekstrak temulawak pada pakan dengan dosis 9 g/kg pakan memberikan hasil tertinggi pada SR dan TKP ikan tawes. Feed is one of the important factors that affect the growth. The increase in the performance growth and control of disease can be done by the use of imunostimulan.  Immunostimulant is a material that capable of increasing the non-specific immune response of fish.  Curcuma can provide immunostimulant that capable to providing immune response of fish directly to the antigen into the fish body.  One of the content of curcuma is curcumin which can inhibit growth and kill microorganisms, one of them is Aeromonas hydrophila. This study aims to reviewing the effects of extracts curcuma of fish body resistance against infected by A. hydrophila,   survival rate (SR), total feed consumption (TKP), and relative growth rate (RGR).  The trial fish used in this study is java barb with the average body weight of 2.98 ± 0.11 g/fish.  The test feed given twice times per day at 08.00and 16.00 by at satiation method.  The fishes were cultured with stock density 1 fish/l with a 40 day maintenance period.  The methodology used is experimental, using the randomized complete design with 4 treatments and 3 replicates.  The treatments were A (0 g of curcuma/kg feed); B (3 g of curcuma/kg feed); C (6 g of curcuma/kg feed) and D (9 g of curcuma/kg).  The results of research that the addition of curcuma extract in feed showed not significant on health conditions, but showed a significant (P<0.05) result toward SR, TKP, and RGR.  Treatment by adding extract doses 9 g/kg shows on the highest the SR (82%) and TKP (80,48 g).  Water quality in the maintenance media contained in a range that is suitable for the cultivation of java barb (P. javanicus).  The conclusion of research is that addition to extract curcuma with a dose 9 g/kg results on the highest SR and TKP.  Feed is one of the important factors that affect the growth. The increase in the performance growth and control of disease can be done by the use of imunostimulan.  Immunostimulant is a material that capable of increasing the non-specific immune response of fish.  Curcuma can provide immunostimulant that capable to providing immune response of fish directly to the antigen into the fish body.  One of the content of curcuma is curcumin which can inhibit growth and kill microorganisms, one of them is Aeromonas hydrophila. This study aims to reviewing the effects of extracts curcuma of fish body resistance against infected by A. hydrophila,   survival rate (SR), total feed consumption (TKP), and relative growth rate (RGR).  The trial fish used in this study is java barb with the average body weight of 2.98 ± 0.11 g/fish.  The test feed given twice times per day at 08.00and 16.00 by at satiation method.  The fishes were cultured with stock density 1 fish/l with a 40 day maintenance period.  The methodology used is experimental, using the randomized complete design with 4 treatments and 3 replicates.  The treatments were A (0 g of curcuma/kg feed); B (3 g of curcuma/kg feed); C (6 g of curcuma/kg feed) and D (9 g of curcuma/kg).  The results of research that the addition of curcuma extract in feed showed not significant on health conditions, but showed a significant (P<0.05) result toward SR, TKP, and RGR.  Treatment by adding extract doses 9 g/kg shows on the highest the SR (82%) and TKP (80,48 g).  Water quality in the maintenance media contained in a range that is suitable for the cultivation of java barb (P. javanicus).  The conclusion of research is that addition to extract curcuma with a dose 9 g/kg results on the highest SR and TKP.
PENGARUH PEMBERIAN PAKAN MIKROALGA YANG BERBEDA (Chlorella vulgaris., Chaetoceros calcitrans., Nannochloropsis oculata., dan Tetraselmis chuii) TERHADAP PERFORMA PERTUMBUHAN Tigriopus sp. Hasmalasari, Nelly; Suminto, - -; Susilowati, Titik
Journal of Aquaculture Management and Technology Volume 6, Nomor 3, Tahun 2017
Publisher : Journal of Aquaculture Management and Technology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (648.371 KB)

Abstract

Ketersediaan pakan alami diperlukan untuk budidaya ikan baik fitoplankton maupun zooplankton yang dimanfaatkan untuk pakan larva ikan. Salah satu zooplankton yang diberikan sebagai pakan larva yaitu Tigriopus sp. Tigriopus sp. dapat digunakan sebagai salah satu pengganti pakan alami seperti artemia ataupun rotifer karena memiliki nutrisi cukup tinggi untuk pertumbuhan ikan. Produksi Tigriopus sp. dapat ditingkatkan dengan pemberian mikroalga. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pakan mikroalga terhadap performa pertumbuhan Tigriopus sp. Selain itu penelitian ini bertujuan  untuk mendapatkan pakan dengan hasil terbaik pada performa pertumbuhan terbaik kepada Tigriopus sp. Metode penelitian yang digunakan eksperimental labotaris laboraturium secara langsung di Laboraturium Pakan Hidup, Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau (BBPBAP) Jepara, Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 4 ulangan. Kultur Tigriopus sp. dengan menggunakan botol kaca 50 ml, dengan volume air laut 20 ml, dan kepadatan awal Tigriopus sp. stadia dewasa 1 individu ml-1. Perlakuan pakan berdasarkan pada dosis 0,01 mg berat kering mikroalga unruk setiap satu individu copepoda. Perlakuan antara lain A(Chlorella vulgaris), B (Chaetoceros calcitrans), C (Nannochloropsis oculata), D (Tetraselmis chuii). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pakan alami berbeda nyata (P<0,05) terhadap kepadatan total, laju pertumbuhan dan produksi telur. Kepadatan total (116,10±5,88),  laju pertumbuhan (0,238±0,003), dan produksi telur (5,84±0,21). Berdasarkan hasil penelitian ini disimpulkan bahwa pakan Chlorella vulgaris dan Tetraselmis chuii masing-masing menghasilkan kepadatan total populasi, laju pertmbuhan dan produksi telur terbaik. Pakan Chlorella vulgaris disarakan sebagai pakan untuk pengembangan kultur Tigriopus sp. selanjutnya. The availability of natural feed is required for the surviving of fish for example both phytoplankton and zooplankton can be used as the natural feed for larvae. One of kinds the zooplankton given as natural feed for larvae is Tigriopus sp. Tigriopus sp. Is onekind of natural feed for open ocean fish can be used as an alternatif natural food such as artemia or rotifer. Tigripus sp. has a high nutrient, that is very important for the surviving of the fish. To develop production of Tigripus sp. High quality food is important such as microalga. This study given 5 different types of microalgae to determine it’s  effect to the growth performance of Tigriopus sp. Moreover, tis research aims to find the appropiate microalga which able to give the best result on the growth of Tigriopus sp. The research method  is hand on  experiment in Laboraturium Pakan Hidup Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau (BBPBAP) Jepara wore Completely Randomized Research Design (CRD) with 4 treatments and 3 repitation. Tigriopus sp. culture used 50 ml glass bottles,contained 20 ml culture media with density 20 individuals per ml. Microalgal Pakan treatment based on 0.01 mg microalgal dry weight for one individu of copepod. Research treatments a (Chlorella Vulgaris), B (Chaetoceros calcitrans), C (Nannochloropsis oculata), D (Tetraselmis chuii).  The experimental result showed that the given of different microalgal Pakan had significant effect (P< 0,05) for  density of the Tigriopus sp.  (116.10 ± 5.88), the rate of growth (0,238 ± 0.003),and egg production (0,238±0,003). Conclusion based on this experimental result was Chlorella Vulgaris and Tetraselmis chuii Pakan produced the best result each density of the Tigriopus sp., the rate of growth and egg production. Chlorella Vulgaris was suggested as the Pakan for the next development of Tigriopus sp. culture. 
ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN IKAN ARWANA (OSTEOGLOSSUM BICIRRHOSUM) DI PROVINSI JAWA TENGAH TENGAH (Magelang, Ungaran, Semarang) Pambudi, Kukuh Seto; Elfitasari, Tita; Basuki, Fajar
Journal of Aquaculture Management and Technology Volume 6, Nomor 3, Tahun 2017
Publisher : Journal of Aquaculture Management and Technology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (641.811 KB)

Abstract

Ikan arwana merupakan ikan hias yang memiliki nilai ekonomis tinggi tetapi dalam pemasarannya memiliki kendala. Kendala seperti informasi pasar, margin pemasaran yang terlalu tinggi  dan cara pemasaran yang menyebabkan saluran pemasaran tidak efisien. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis efisiensi saluran pemasaran ikan arwana dan juga margin pemasaran yang terjadi di Jawa Tengah dengan membandingkan hasil antara saluran satu dengan yang lain. Perumusan masalah berapa pendapatan yang diterima oleh pembudidaya, bagaimana sistem pemasaran yang ada, bagaimana efisiensi pemasaran Ikan arwana berdasarkan marjin pemasaran, bagian harga yang diterima produsen. Penelitian menggunakan metode wawancara. Pengumpulan data dengan menggunakan quesioner yang diberikan kepada para pembudidaya, pedagang pengumpul, pedagang pengecer. Beberapa tahapan untuk  pengolahan data dengan menghitung keuntungan dari pembudidaya, tengkulak, pengecer, dan membandingkannya sehingga diketahui saluran mana yang paling efisien. Hasil penelitian menunjukkan bahwa saluran pemasaran bagian yang diterima pembudidaya (farmer’s share) terbesar terdapat pada saluran pemasaran 4 yaitu sebesar 70% dikarenakan dari pembudidaya menjual langsung ke pengecer selanjutnya dijual kepada konsumen dan bisa dikatakan bahwa merupakan yang paling efisien. Rasio keuntungan terbesar berada pada saluran pemasaran 1 sebesar 724% dimana setiap Rp100 biaya yang dikeluarkan menghasilkan keuntungan sebesar Rp724. Margin pemasaran total pada saluran 4 mempunyai nilai paling kecil yaitu Rp30.000. Kesimpulan yang dapat diambil, saluran pemasaran yang dianggap efisien apabila harga dari produsen sampai kepada konsumen tidak terlalu tinggi atau wajar dan hal tersebut terjadi pada saluran pemasaran ke 4 dengan total margin pemasaran Rp70.000. Penelitian ini memiliki 4 saluran pemasaran yang kesemuanya memiliki rasio keuntungan terhadap biaya lebih tinggi daripada biaya margin terbesar diperoleh pada saluran pemasaran 3. Faktor yang mempengaruhi besar kecilnya farmer’s share  pada saluran pemasaran 4 adalah margin yang  rendah dan juga pendeknya saluran pemasaran. Arwana fish is an ornamental fish with an expensive price in a market but have a marketing problem. The problem  are marketing information, marketing margin, marketing ways  which cause problem in marketing efficiency. The purpose of this research is to analyze marketing  efficiency of Arwana fish and the marketing margin that occurs in the central java, with comparing outcome between one with other channels. Problem formulations are some opinions accepted by cultivators, how existing marketing system, how marketing efficiency of Arwana fish based on the marketing margin, price sections which are received by producers. This research use qualitative metod.  Collecting data used quesioners which have been distributed to fish farmers, merchants, collectors, retailers. Some stages are used to processing data with counting profit of cultivators, collectors, retailers and comparing it to analyze know the most efficient channel. Research outcome shows that the biggest precentage recieved by farmer from marketing channel (farmer’s share) is 70% on the 4th marketing channel, because cultivators directly sell it to retailers, then to consumer and it can be stated as the most efficient marketing channel. The biggest profit ratio is 724% on the 1st marketing channel where each cost IDR 100,- incurred produces profit IDR 724,-. Total marketing margin on the 4th channel has lowest value of IDR 30.000,-. The conclusion is that  marketing channel is efficient if price from producer to consumer is not too high or standard and this is on the 4th marketing channel with total marketing margin IDR 70.000,-. This research has 4 marketing channels which all of them have a profit ratio to higher cost than the biggest margin cost obtained on the 3rd marketing channel. Factors effecting high or low farmer’s share on 4th marketing channel are a low margin and short marketing channel.
PERAN BAWANG PUTIH DALAM PAKAN SEBAGAI IMUNOSTIMULAN TERHADAP KONDISI KESEHATAN, KELULUSHIDUPAN, DAN PERTUMBUHAN IKAN TAWES (Puntius javanicus) Andriani, Citra; Hastuti, Sri; Sarjito, - -
Journal of Aquaculture Management and Technology Volume 6, Nomor 3, Tahun 2017
Publisher : Journal of Aquaculture Management and Technology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (745.08 KB)

Abstract

Kebutuhan pasar ikan tawes semakin meningkat sehingga perlu ditunjang dengan peningkatan pengendalian penyakit, keseimbangan gizi, dan kinerja pertumbuhan. Penggunaan imunostimulan merupakan pilihan yang mampu untuk meningkatkan kinerja pertumbuhan dan pengendalian penyakit dengan meningkatkan kekebalan tubuh ikan. Bawang putih termasuk jenis tanaman obat yang dikenal mampu berfungsi sebagai imunostimulan Pengambilan data penelitian dilakukan selama 48 hari yang dilakukan di Balai Benih Ikan (BBI) Mijen, Semarang. Wadah pemeliharaan yang digunakan kolam beton dengan ukuran 2x2x1 m yang disekat dengan waring menjadi 6.  Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratoris, dengan menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan 5 perlakuan dalam 3 kelompok.  Perlakuan yang digunakan selama penelitian terdiri dari perlakuan A,B,C,D,E yaitu dengan dan tanpa penambahan ekstrak bawang putih, penambahan ekstrak bawang putih masing-masing dengan dosis 2.5 g/kg; 5 g/kg; dan 10 g/kg. Untuk mengevaluasi manfaat penambahan imunostimulan dilakukan uji in vivo dengan infeksi bakteri Aeromonas sp. Hasil penelitian menunjukan bahwa penambahan ekstrak bawang putih pada pakan memberikan pengaruh yang berbeda terhadap nilai kelulushidupan, pertumbuhan namun memberikan pengaruh yang sama terhadap kondisi kesehatan. Perlakuan dengan penambahan ekstrak dosis 10 g/kg menunjukkan nilai tertinggi pada kelulushidupan (83.33 %), total konsumsi pakan (97.40 g), laju pertumbuhan relatif (2.72 %/hari). Pengamatan gejala klinis pasca infeksi Aeromonas sp. menunjukkan ikan tawes terdapat bercak kuning ditubuh, warna tubuh memucat, serta sisik lepas.   Kualitas air pada media pemeliharaan berada pada kisaran yang sesuai untuk budidaya ikan tawes.  Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa penambahan ekstrak bawang putih pada pakan dengan dosis 10 g/kg memberikan hasil tertinggi pada kelulushidupan dan pertumbuhan. Java barb increasing so should be supported by increased for disease control, balance nutrition, and growth performance. Additional imunostimulan an option to improve growth performance and control disease by increasing fish immune. Garlic kind of medicines known capable of functioning as imunostimulan. The research was carried out for 48 days at Balai Benih Ikan (BBI) Mijen, Semarang. A container maintenance is a concrete with size 2x2x1 m with nets to 6 part with the water level 40 cm. The methodology used was experimental laboratoris, using the randomized complete block design with 5 treatment in 3 group. Those who used during the experience with and without additional extract garlic, the extract garlic with a dose 2.5 g/kg; 5g/kg; and 10g/kg. To evaluate benefits additional imunostimulan undergone a in vivo with bacterial infection Aeromonas sp. The result of research that the addition of extract garlicin in  feed showed a significant result toward survival rate (SR,) growth performance, but gave not significant on health conditions. Treatment by adding extract doses 10 g/kg shows on the highest the scene (97.40 g), rgr(2.72 %/day), sr(83.33 %).The clinical symptoms post infection A.hydrophila show fish here are yellow spotting  skin , the color of the body blanch, and loose scales.Water quality in a media maintenance was in the range of appropriate to the cultivation of fish .The conclusion of research is the addition to extract garlic with a dose 10 g/kg results on the highest survival rate and growth performance. 
PENGARUH KOMBINASI PAKAN ALAMI Chlorella vulgaris DAN PAKAN ORGANIK AMPAS TAHU, BEKATUL DAN TEPUNG IKAN YANG DIFERMENTASI TERHADAP PERFORMA PERTUMBUHAN Tigriopus sp. Nugraheni, Risma Dwi; Suminto, - -; Susilowati, Titik
Journal of Aquaculture Management and Technology Volume 6, Nomor 3, Tahun 2017
Publisher : Journal of Aquaculture Management and Technology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (595.635 KB)

Abstract

Tigriopus sp. adalah salah satu pakan alami untuk larva termasuk dalam Copepoda Harpacticoida. Kultur Tigriopus sp. belum dikembangkan secara optimal, faktor penunjang pertumbuhan Tigriopus sp. yaitu pakan. Pakan organik yang difermentasi dapat ditambahkan pada pakan Tigriopus sp. untuk meningkatan nilai nutrisi pakan. Tujuan dari penelitian untuk mengetahui pengaruh pemberian kombinasi pakan alami Chlorella vulgaris dan pakan organik yang difermentasi dan mengetahui kombinasi pakan terbaik terhadap performa pertumbuhan Tigriopus sp. Metode penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan lima perlakuan tiga kali ulangan. Kultur Tigriopus sp. dilakukan di botol kaca 50 ml dengan volume air 20 ml dan kepadatan awal Tigriopus sp. yaitu 1 ind/ml. Pemeliharaan Tigriopus sp. dilakukan selama 21 hari. Perlakuan dalam penelitian yaitu perlakuan A (100% Chlorella vulgaris), B (75% Chlorella vulgaris : 25% fermentasi), C (50% Chlorella vulgaris : 50% fermentasi), D (25% Chlorella vulgaris : 75% fermentasi) dan E (100% fermentasi). Kebutuhan pakan untuk satu individu Tigriopus sp. adalah 0.01 mg/individu/hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian kombinasi pakan alami Chlorella vulgaris dan pakan organik yang difermentasi berpengaruh nyata (P<0.05) terhadap performa pertumbuhan Tigriopus sp. Perlakuan C (50% Chlorella vulgaris : 50% fermentasi) merupakan kombinasi pakan terbaik. Kepadatan total Tigriopus sp. dari perlakuan C (50% fitoplankton : 50% fermentasi) mencapai 143.98±12.94 ind/ml, kepadatan nauplii 99.87±8.03 ind/ml, kepadatan copepodit 12.83±0.84 ind/ml, kepadatan dewasa 23.56±2.35 ind/ml dan kepadatan betina bertelur 8.90±0.87 ind/ml. Laju pertumbuhan populasi dan produksi telur masing-masing sebesar 0.310±0.006 ind/hari dan 15.356±0.235 telur/ind Tigriopus sp. one of the live food organisms for larvae included Harpacticoid Copepod. Tigriopus sp. culture has not been developed optimally, growth supporting factors of  Tigriopus sp. that is feed. Fermentation of organic feed can be added of feed Tigriopus sp. to increase nutritional value of feed. The purpose of the research to determined the effect of combination of live food organisms of Chlorella vulgaris and fermented organic feed and  determine the best combination feed on the growth performances of  Tigriopus sp. Experimental design used completely randomized design (CRD) with five treatments and three replicates. The culture was conducted in 50 ml of glass bottle with water volume 20 ml and with initial density of 1 in/ml. Maintenance of  Tigriopus sp. was caried out for 21 days. Those treatments were A (100% Chlorella vulgaris), B (75% Chlorella vulgaris : 25% fermentation), C (50% Chlorella vulgaris : 50% fermentation), D (25% Chlorella vulgaris : 75% fermentation) and E (100% fermentation). The results showed combination of live food organisms of Chlorella vulgaris and fermented organic feed were significantly effected (P<0.05) on the growth performances of Tigriopus sp. Treatment C (50% Chlorella vulgaris : 50% fermentation) was the best combination feed. Total density of Tigriopus sp. of treatment C (50% Chlorella vulgaris : 50% fermentation) reached 143.98±12.94 ind/ml, nauplii density reached 99.87±8.03 ind/ml, copepodit density reached 12.83±0.84 ind/ml, adult density reached 23.56±2.35 ind/ml and ovigerous female density reached 8.90±0.87 ind/ml. Population growth rate and egg production were respectively 0.310±0.006 ind/day and 15.356±0.235 egg/ind.
PRODUKSI Daphnia sp. YANG DIBUDIDAYAKAN DENGAN KOMBINASI AMPAS TAHU DAN BERBAGAI KOTORAN HEWAN DALAM PUPUK BERBASIS ROTI AFKIR YANG DIFERMENTASI Wibisono, Muhamad Ary; Hastuti, Sri; Herawati, Vivi Endar
Journal of Aquaculture Management and Technology Volume 6, Nomor 3, Tahun 2017
Publisher : Journal of Aquaculture Management and Technology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (385.893 KB)

Abstract

Daphnia sp. merupakan alternatif pakan alami  yang seringkali digunakan memenuhi kebutuhan  pertumbuhan benih ikan. Kandungan nutrisi dalam tubuh Daphnia sp.. Bergantung pada pupuk yang digunakan. Nutrisi ini dapat berasal dari bahan organik tersuspensi dan bakteri yang diperoleh dari pupuk yang ditambahkan ke dalam media kultur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui produksi Daphnia sp. yang dibudidayakan dengan kombinasi ampas tahu dan berbagai kotoran hewan dalam pupuk berbasis roti afkir yang difermentasi serta, kombinasi terbaik  terhadap pertumbuhan dan produksi Daphnia sp.. Padat penebaran Daphnia sp. yaitu 100 ind/l. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan 4 perlakuan . Perlakuan dalam penelitian ini yaitu Perlakuan A  (0%  kotoran , 50% ampas tahu dan 50% roti afkir), B (25% kotoran ayam, 25% ampas tahu  dan 50% roti afkir),  C (25% kotoran kambing, 25% ampas tahu dan 50 % roti afkir, D (25% kotoran burung puyuh, 25% ampas tahu dan 50% roti afkir) dengan Jumlah total kombinasi yaitu 200 g/l. Data yang diamati meliputi kepadatan populasi, biomassa,kepadatan fitoplankton, kandungan nutrisi dan kualitas air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian kombinasi ampas tahu dengan berbagai kotoran hewan dalam pupuk berbasis roti afkir yang difermentasi menunjukan bahwa Perlakuan D (25% kotoran burung puyuh, 25% ampas tahu dan 50% roti afkir) menghasilkan kepadatan populasi tertinggi yaitu 2270.67 ind/ml pada fase stasioner, dikarenakan pada Perlakuan D memiliki kandungan Nutrisi (NPK) pupuk organik setelah fermentasi sebesar Nitrogen (N): 3,99; Phosphor (P): 1,33; dan Kalium (K): 2,34. Perlakuan D (25% kotoran burung puyuh, 25% ampas tahu dan 50% roti afkir) menghasilkan Biomassa sebesar  389 gram, dan kepadatan fitoplankton tertinggi sebesar 52135 sel/ml.  Daphnia sp. was one of alternative natural feeds that oftenly used to fulfill the needs of fish growth. Nutrition contained on the Daphnia sp. depended on the fertilizer that used. This nutrition could be came from suspended organic matters and bacteria that gained from the fertilizer that added to the culture media. This research was aimed to knew the production of Daphnia sp. which cultured with combined tofu waste and animal feces in the fertilizer based on the fermented bread waste and knew the best treatment according to the growth and Daphnia sp. production. The density of Daphnia sp. was 100 ind/ml.  This research used experimental methods with complete randomize design of 4 treatments and the repetition of counted population as 3 times. Treatments on this research was Treatment A  (0% feces , 50% tofu waste and 50% bread waste), B (25% chicken mannure, 25% tofu waste  and 50% bread waste),  C (25% sheep feces, 25% tofu waste and 50% bread waste, D (25% quail feces, 25% tofu waste and 50% bread waste) with the total ammount of the combination was 200 g/l. Data that observed during this research were population density, biomass, fitoplankton density, nutrition content, and water quality. The result of this research showed that the additition of combined tofu waste with some animal feces on the fertilizer based on fermented bread waste gave Treatment D (25% quail feces, 25% tofu waste dan 50% bread waste) as the best treatment with the population density valued by 2270.67 ind/ml. during the stasioner phase, because Treatmment D had nutrition contain (NPK) on the organic fertilizer after fermentation was Nitrogen (N): 3,99; Phospor (P): 1,33; and Kalium (K): 2,34. Treatment D (25% quail feces, 25% tofu waste dan 50% bread waste) resulted Biomass 385.3 grams, and fitoplankton density was valued 52135 cells/ml.

Page 1 of 4 | Total Record : 33