cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
pusbullhsr@yahoo.com
Editorial Address
Jalan Percetakan Negara No. 29 Jakarta 10560
Location
Kota adm. jakarta pusat,
Dki jakarta
INDONESIA
BULETIN PENELITIAN SISTEM KESEHATAN
ISSN : 14102935     EISSN : 23548738     DOI : https://doi.org/10.22435/hsr.v23i2.3101
hasil-hasil penelitian, survei dan tinjauan pustaka yang erat hubungannya dengan bidang sistem dan kebijakan kesehatan
Articles 8 Documents
Search results for , issue "Vol 21 No 2 (2018)" : 8 Documents clear
PEMODELAN ANGKA HARAPAN HIDUP (AHH) LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DI INDONESIA TAHUN 2016 Herti Maryani; Lusi Kristiana
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan Vol 21 No 2 (2018)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Humaniora dan Manajemen Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (316.168 KB) | DOI: 10.22435/hsr.v21i2.245

Abstract

Life Expectancy is a tool for evaluating government performance in improving the welfare of the population in general, and improving health status in particular. Research on life expectancy is necessary, as life expectancy is an important indicator of health and economic development. The research aims to make the modeling of life expectancy of men and women in Indonesia based on health variables that exist in susenas 2016. This research is a research of secondary data with multiple linear regression analysis. There were 17 predictor variables analyzed for female AHH and 13 predictor variables for male AHH. Most of the variables are health variables. there are only 2 variables of all variables were signifi cant to female AHH. there are only 4 variables were signifi cant to male AHH The regression model shows that AHH has a higher constant than the male AHH. The results show that the variables that give signifi cant effect to the female AHH were the percentage of people who ever been hospitalized, Toddler age 0–2 year was still breastfed and the household using the toilet facility. For male AHH the signifi cant variables are Toddler age 0–2 year was still breastfed, household using the toilet facility, and residents using health insurance for inpatient and outpatient. Abstrak Angka Harapan Hidup (AHH) merupakan alat untuk mengevaluasi kinerja pemerintah dalam meningkatkankesejahteraan penduduk pada umumnya, dan meningkatkan derajat kesehatan pada khususnya. Penelitian mengenai AHH sangat diperlukan, mengingat Angka Harapan Hidup merupakan indikator penting pembangunan kesehatan dan ekonomi. Penelitian bertujuan untuk membuat pemodelan AHH laki-laki dan perempuan di Indonesia berdasarkan variabel yang ada di susenas 2016. Penelitian ini merupakan penelitian data sekunder dengan analisis regresi linier berganda. Terdapat 17 variabel prediktor yang dianalisis untuk AHH perempuan dan 13 variabel prediktor untuk AHH laki-laki. Sebagian besar variabel merupakan variabel kesehatan. Dari variabel tersebut hanya 3 variabel prediktor yang signifi kan terhadap AHH perempuan dan 4 variabel yang signifi kan terhadap AHH laki-laki. Model regresi menunjukkan AHH perempuan mempunyai konstanta yang lebih besar daripada AHH laki-laki. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang memberi pengaruh signifi kan terhadap AHH perempuan adalah persentase penduduk yang pernah rawat inap, Baduta masih ASI dan rumah tangga yang menggunakan fasilitas buang air besar (BAB). Untuk AHH laki-laki variabel yang signifi kans adalah Baduta masih ASI, rumah tangga yang menggunakan fasilitas buang air besar (BAB),serta penduduk yang menggunakan jaminan kesehatan untuk rawat inap dan rawat jalan.
PERTUNJUKAN WAYANG INTERAKTIF SEBAGAI SARANA PROMOSI KESEHATAN REMAJA TENTANG ROKOK, NARKOBA DAN PERGAULAN BEBAS Weny Lestari; Suci Wulansari
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan Vol 21 No 2 (2018)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Humaniora dan Manajemen Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (461.301 KB) | DOI: 10.22435/hsr.v21i2.262

Abstract

Adolescents were prone’s ages to the risk behaviors. Health’s promotion was be the efforts to reduce adolescent involvement in their risk behaviors. Selected of health promotion’s media will increase the adolescents’ knowledge. The aim of the study were to determine the adolescents’ opinion about interactive’s puppet show as a health’s promotion on adolescents’ risk behaviors. The methods of the study were qualitative research with rapid assesment and use the opinion’s questionnaires as a tool. The study was conducted during the Interactive’s Puppet Show and held at Graha Indrapura Surabaya on November 2014. Samples of the study were high school’s students who present at the event. The results showed that 40 from 42 students gave their satisfi ed opinions about the interactive’s puppet show as a health’s promotion medium. The show for them as new thing, consider a very creative, interesting, funny, providing motivation and knowledge to youth-related issues as cigarettes, drugs and promiscuity. Opinions of respondents which were related to the issues were varied. The study concluded that adolescents gave positive’s opinions about puppets show and interactivediscussions as a health promotion’s medium. Adolescents had good responses to get knowledge about their problem. and interactive’s puppet show as health’s promotion models could be enjoyed and understood the content that were delivered to the audience. A good health’s promotion that could be accepted by adolescents were need to consider the topic and new alternative media for them. By holding adolescents as an equal partners was indispensable in delivered health’s promotion messages that were associated with adolescent problem itself. Abstrak Usia remaja merupakan usia rentan terhadap paparan perilaku berisiko. Promosi kesehatan adalah salah satu upaya untuk mengurangi keterlibatan remaja dalam perilaku berisiko. Pemilihan media promosi kesehatan yang tepat akan meningkatkan pengetahuan remaja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pendapat remaja terhadap pertunjukan wayang interaktif sebagai sarana promosi kesehatan tentang perilaku berisiko pada remaja. Penelitian menggunakan metode kualitatif dengan penilaian cepat melalui angket. Penelitian dilakukan saat pertunjukan Wayang Interaktif di Graha Indrapura pada bulan November 2014. Sampel adalah siswa Sekolah Menengah Atas atau yang sederajat yang menghadiri acara tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 40 dari 42 siswa/siswi sekolah yang hadir menyatakan puas dengan pertunjukan wayang interaktif sebagai media promosi kesehatan. Pertunjukkan tersebut dianggap hal baru bagi remaja, kreatif, menarik, lucu, memberikan motivasi dan pengetahuan kepada remaja terkait masalah rokok, narkoba dan pergaulan bebas. Semua responden berpendapat bahwa permasalahan rokok, narkoba dan pergaulan bebas merupakan perilaku negatif, dengan alasan yang sangat bervariasi. Kesimpulannya remaja memberikan pendapat yang positif terhadap promosi kesehatan menggunakan media wayang dan diskusi interaktif. Respons remaja untuk mendapat pengetahuan tentang masalah remaja adalah baik dan model promosi kesehatan wayang interaktif bisa dinikmati dan dipahami isi materinya oleh remaja. Promosi kesehatan yang baik agar bisa diterima di kalangan remaja perlu mempertimbangkan topik yang sesuai dengan kebutuhan masa remaja disertai pemanfaatan media promosi kesehatan alternatif yang lebih komunikatif. Menggandeng remaja sebagai mitra yang setara diperlukan dalam penyampaian pesan promosi kesehatan terkait dengan masalah remaja itu sendiri.
KAJIAN KEBERLANGSUNGAN RUMAH TUNGGU KELAHIRAN (RTK) DALAM UPAYA MENURUNKAN ANGKA KEMATIAN MATERNAL DI INDONESIA Noor Edi Widya Sukoco
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan Vol 21 No 2 (2018)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Humaniora dan Manajemen Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (183.989 KB) | DOI: 10.22435/hsr.v21i2.277

Abstract

Maternal Mortality Rate in Indonesia is still the highest compared to other ASEAN countries and faces a gap in access to health services. It needs a waiting house that is close to health service facility and can be temporarily occupied by pregnant mother before delivery which is Maternal Waiting Homes (MWH). This analysis to know aspects that can maintain the continuity of RTK services. This study uses secondary data by listing the policy and regulatory documents related to RTK policy and by organizing several workshops to gain a view of policy makers. The results show that the MWH fi nancing system is still local and not well coordinated. The number of health workers who provide services in MWH is still limited. Likewise, MWH facilities and facilities are still inadequate, in particular, water and electricity problems, as well as a place for families accompanying maternity mothers. Most MWH s only provide facilities for living without maternal and neonatal care services. Several efforts have been made by the local government in encouraging the utilization of MWH in pregnant women among others by involving customary institutions and the use of communication technology for early emergency detection of pregnant women. MWH sustainability can be built with the full support of local government, socialization and synergies with related sectors. Abstrak Angka Kematian Ibu di Indonesia tertinggi dibandingkan negara-negara ASEAN lain dan menghadapikesenjangan akses pelayanan kesehatan. Rumah tempat menunggu yang dekat dengan fasilitas pelayanankesehatan dan dapat dihuni sementara oleh ibu hamil sebelum persalinan yaitu Rumah Tunggu Kelahiran(RTK) merupakan salah satu alternatif solusi. Analisis dilakukan untuk mengetahui aspek yang dapat menjagakeberlangsungan layanan RTK. Kajian ini menggunakan data sekunder dengan cara menginventarisir dokumenkebijakan dan peraturan perundangan yang terkait dengan kebijakan RTK serta dengan mengadakan beberapaworkhop untuk memperoleh sudut pandang para penentu kebijakan. Hasil menunjukkan sistem pembiayaanRTK masih bersifat lokal dan belum terkoordinasi dengan baik. Jumlah tenaga kesehatan yang memberikanpelayanan di RTK masih terbatas. Demikian juga fasilitas dan sarana RTK masih belum memadai, terutama,masalah air dan listrik, serta tempat untuk keluarga yang mendampingi ibu bersalin. Sebagian besar RTKhanya menyediakan fasilitas untuk tinggal tanpa pelayanan perawatan kesehatan ibu dan bayi. Beberapaupaya telah dilakukan pemerintah lokal dalam mendorong pemanfaatan RTK pada ibu hamil di antaranyadengan melibatkan lembaga adat dan penggunaan teknologi komunikasi untuk deteksi darurat dini bumil risti.Keberlangsungan RTK dapat dibangun dengan dukungan penuh pemerintah daerah, sosialisasi dan bersinergidengan lintas sektor terkait.
KOMPARASI ELASTISITAS PEMBIAYAAN PENANGGULANGAN PENYAKIT MENULAR DIREGIONAL JAWA BALI DAN PAPUA Nuzulul Kusuma Putri; Herti Maryani; Thinni Nurul Rochmah; Ernawaty Ernawaty
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan Vol 21 No 2 (2018)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Humaniora dan Manajemen Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (170.102 KB) | DOI: 10.22435/hsr.v21i2.287

Abstract

The rapid growth and the various communicable diseases should be compensated with qualifi ed health programs. The programs’ budget should be able to meet the need of communicable disease intervention. In the era of decentralization, differences in the ability of each district in handling health problems could triger the disparity between districts. This research analyzes the difference of budget elasticity that existed in the communicable disease intervention between districts in Java Bali and Papua region. This is an analytical study which analyze the difference of communicable disease budget elasticity based on the geographic characteristics, fi scal capacity, and health status in each districts. The data is collected cross sectional in all districts that exist in Java Bali and Papua as the population. The difference of elasticity based on each indicator used in this study was analysed using independent t-test. The elasticity of communicable disease prevention fi nancing is different among districts with different public health index inJava Bali and Papua regional. Themajority of communicable disease budget in districts are inelastic, in both regions. It is different with the assumption that budget elasticity of communicable disease should be responsive. The budget elasticity of communicable disease in Indonesia is infl uenced by its health condition of each district. This condition is contrast to the ideal budget elasticity that should be elastic in accordance to the communicable disease problems. The use of economic assumption for further research should be concerns to the uncertainty of health characteristic. Abstrak Tingginya laju pertumbuhan dan bervariasinya jenis penyakit menular harus diimbangi dengan upaya penanggulangan yang responsif. Pembiayaan penanggulangan penyakit menular harus menyesuaikan dengan perkembangan penyakit menular. Di era desentralisasi, terdapat perbedaan kemampuan tiap daerah dalam pembiayaan kesehatan sehingga menyebabkan adanya disparitas penyakit antar daerah. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan komparasi elastisitas pembiayaan yang telah dikeluarkan oleh pemerintah daerah dalam penanggulangan penyakit menular di regional Jawa Bali dan Papua. Komparasi ini dilakukan sebagai analisis lanjut Riset Pembiayaan Kesehatan tahun 2015 oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Penelitian analitik ini melakukan komparasi elastisitas pembiayaan penanggulangan penyakit menular berdasarkan perbedaan karakteristik geografi , kemampuanfiskal, dan status kesehatan pada setiap kabupaten/kota yang ada di regional Jawa Bali dan Papua. Data dikumpulkan secara cross sectional pada Dinas Kesehatan kabupaten/kota yang ada di regional Jawa Bali dan Papua. Komparasi elastisitas terhadap setiap indikator yang digunakan dalam penelitian ini dianalisis menggunakan independent t-test. Elastisitas pembiayaan penanggulangan penyakit menular antar Kabupaten/Kota berbeda pada regional Jawa Bali dan Papua dengan IPKM berbeda. Kondisi pembiayaan penanggulangan penyakit menular yang seharusnya elastis, tidak terjadi pada kedua regional. Mayoritas Kabupaten/Kota cenderung inelastis dalam membiayai penanggulangan penyakit menular di masing-masing daerah. Elasitisitas pembiayaan penanggulangan penyakit menular pada Kabupaten/Kota di Indonesia dipengaruhi oleh kondisi kesehatan masing-masing daerah. Kondisi ini bertolak belakang dengan asumsipembiayaan penanggulangan penyakit menular yang harusnya responsif sesuai dengan masalah penyakit menular yang muncul. Penggunaan asumsi yang juga memperhatikan beberapa masalah kesehatan lain merupakan hal yang perlu digunakan pada penelitian selanjutnya.
PENCAPAIAN INDONESIA SEHAT MELALUI PENDEKATAN INDEKS PEMBANGUNAN KESEHATAN MASYARAKAT DAN INDEKS KELUARGA SEHAT Dwi Hapsari Tjandra; Rofingatul Mubasyiroh; Ika Dharmayanti
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan Vol 21 No 2 (2018)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Humaniora dan Manajemen Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (170.611 KB) | DOI: 10.22435/hsr.v21i2.314

Abstract

The success of Healthy Indonesia Program with Family Approach is well measured by Healthy Family Index (HFI). The numbers of twelve indicators of HFI were decided as the marker of family health status. National Institute of Health Research and Development Ministry of Health has created Public Health Development Index (PHDI) which purpose to measure individual health status in certain area before the HFI is formed. To resolve health problems in both indices should be through joining program interventions. This analysis aims to determine what indicators are expected to provide leverage on both indices, thus more targeted indicators can be obtained as a program priority. Basic Health Research 2013 data is used as the compilers of PHDI and HFI in 497 districts/cities. The data has been processed to be an indicator per district/city and then analyzed using linear regression test. There are fi ve priority indicators that have a leverage on both indices that is access to clean water, access to sanitation, health care insurance ownership, family planning program, and birth delivery by health worker in health facility. The model for adjusting HFI has a correlation value of 0.932, while the correlation for PHDI is 0.796. It is expected that intervention on these fi ve indicators will increase the HFI and PHDI, therefore the goal for becoming a healthy Indonesia can be achieved. It needs a cross-sector collaboration to build health care facilities that support health of the community. Abstrak Keberhasilan Program Indonesia Sehat (PIS) dengan Pendekatan Keluarga (PK) diukur dengan Indeks Keluarga Sehat (IKS). Jumlah IKS yang telah disepakati terdiri dari 12 indikator sebagai penanda status kesehatan sebuah keluarga. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan (Balitbangkes) telah menyusun Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat (IPKM) yang berfungsi mengukur status kesehatan individu pada suatu wilayah sebelum IKS terbentuk. Penyelesaian masalah kesehatan pada kedua indeks tersebut harus dilakukan intervensi program yang sejalan. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui indikator apa saja yang dapat memberikan daya ungkit pada kedua indeks, sehingga dapat diperoleh indikator yang lebih mengerucut untuk dijadikan prioritas program. Data yang digunakan adalah data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 sebagai penyusun IPKM dan IKS pada 497 kabupaten/kota. Uji statistik menggunakan data yang sudah dianalisis menjadi indikator per kabupaten/kota. Berdasarkan uji regresi linier, terdapat lima indikator yang dapat menjadi prioritas untuk memberikan daya ungkit pada kedua indeks yaitu akses air,akses sanitasi, kepemilikan jaminan kesehatan, program keluarga berencana, dan persalinan oleh nakes di faskes. Model untuk perubahan IKS mempunyai nilai korelasi sebesar 0,932, sedangkan nilai korelasi perubahan IPKM sebesar 0,796. Diharapkan jika dilakukan intervensi pada lima indikator tersebut akan meningkatkan IKS dan IPKM, sehingga tujuan menjadi Indonesia sehat dapat tercapai. Kerja sama lintas sektor untuk penyediaan pembangunan fasilitas kesehatan yang mendukung kesehatan masyarakat.
ANALISIS PAKET MANFAAT PELAYANAN TRANSFUSI DARAH DI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA (FKTP) PADA PERATURAN PRESIDEN NO. 12 TAHUN 2013 PASAL 22 (STUDI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DI KOTA SURABAYA) Hidayad Heny Sholikhah; Wahyu Dwi Astuti
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan Vol 21 No 2 (2018)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Humaniora dan Manajemen Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (252.551 KB) | DOI: 10.22435/hsr.v21i2.317

Abstract

Background: The need for blood services in Indonesia are still high. These were related to the high number of maternal deaths from hemorrhage during and after childbirth. The National Health Insurance (JKN) provide great opportunities for ensuring the needs of the community blood transfusion services. Presidential Decree No. 12 of 2013 article 22 paragraph 1a.6 mentioned that blood transfusions became one of the health care benefi ts package in the fi rst degree. The purpose of this study to analyze the benefi ts package in the regulation of blood transfusion services, especially in health centers. Methods: This study was conducted in Surabaya. The analysis was performed on the results of Focus Group Discussion with actor implementing policies (health center, Indonesian Cross Red/PMI, Hospitals, and BPJS), by content analysis. Results: The blood transfusion services benefi t package had not been able to do in Health Center (Puskesmas/FKTP), especially Puskesmas in Surabaya. Package benefi ts of blood transfusion services confl ict with other policies. Theauthority to give a blood transfusion was not a health center (puskesmas) but the hospital. The technical requirements of medical support blood transfusion services in health centers did not according to the standard. Referral service was the most likely carried out by the health center when encountered cases of maternal urgency requiring blood transfusions. Conclusion: Package benefi ts of blood transfusion services in Presidential Decree No. 12 of 2013 article 22 contradicted by other policies already set. Availability of medical requirements that support these services had not been fulfilled. Blood transfusion services could not currently be implemented in Puskesmas Surabaya. Recommendation: The content of Presidential Decree no. 12 of 2013 article 22 requires the revision, that the blood transfusion service could only be carried out in health facilities provided medical technical requirements, both human resources and supporting infrastructure. Abstrak Latar Belakang: Kebutuhan pelayanan darah di Indonesia masih tinggi. Ini terkait masih tingginya jumlah kematian ibu akibat perdarahan saat dan pascamelahirkan. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) memberikan peluang terjaminnya kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan transfusi darah. Peraturan Presiden (Perpres) no. 12 tahun 2013 pasal 22 ayat 1a.6 menyebutkan bahwa transfusi darah menjadi salah satu paket manfaat di pelayanan kesehatan tingkat pertama. Tujuan kajian untuk menganalisis paket manfaat pelayanan transfusi darah di puskesmas dalam Perpres tersebut. Metode: Kajian ini merupakan studi implementasi kebijakan Perpres no. 12 tahun 2013 yang dilakukan di Surabaya. Analisis dilakukan terhadap hasil FGD dengan aktor pelaksana kebijakan (Puskesmas, PMI, Rumah sakit, dan BPJS), secara content analysis. Hasil: Paket manfaat pelayanan transfusi darah belum dapat dilakukan di FKTP, khususnya Puskesmas di Surabaya, karena bertentangan dengan perundang-undangan yang lebih tinggi dan ditetapkan sebelumnya. Pemberian transfusi merupakan kewenangan rumah sakit. Persyaratan teknis medis penunjang pelayanan transfusi darah di puskesmas belum memenuhi standar. Puskesmas hanya berwenang merujuk ketika menjumpai kasus kegawatan maternal yang memerlukan transfusi darah. Kesimpulan: Pelayanan transfusi darah dalam Perpres no. 12 tahun 2013 pasal 22 kontradiktif dengan kebijakan lain. Pelayanan transfusi darah belum dapat dilaksanakan di Puskesmas Kota Surabaya, karena belum memenuhi persyaratan tranfusi darah yang aman. Rekomendasi: Isi Perpres no. 12 tahun 2013 pasal 22 perlu direvisi, bahwa pelayanan transfusi darah hanya dapat dilakukan di fasilitas kesehatan yang memenuhi persyaratan teknis medisnya, SDM dan sarana prasarana penunjangnya.
ANALISIS SITUASI HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL BIDANG KESEHATAN DI INDONESIA Selma Siahaan; Basundari Sri Utami; Retno Gitawati; Rini Sasanti Handayani; Mukhlisul Faatih; Siti Isfandari
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan Vol 21 No 2 (2018)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Humaniora dan Manajemen Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (161.635 KB) | DOI: 10.22435/hsr.v21i2.341

Abstract

The information about intellectual property rights (IPR) related to health products in Indonesia is limited. This manuscript aims to describes the situation of health innovative researches including their products (patented and copyrights) in the last 5 years (2009-2013). This is a cross-sectional exploratory qualitative research, followed by the identifi cation of data and information related to health IPR documents retrospectively from 2009 till 2013. In-depth interviews conducted on IPR managers in 5 (fi ve) government research institutions, Indonesia Institute of Science, Agency for the Assessment and Application of Technology and 7 (seven) universities in Java island. The results showed that the IPR policy is strong, because it is written in the Act, majority of institutions state that IPR is their main indicators, however, the priority of health innovative researches is low. Generally, patented products were not planned to be patented from the beginning. Not all institutions have IPR management structured and incubation unit for development and “scaling up” of researches results, so that, patented health products were potentially not to be commercialised. This shows that there is still a gap between policy and its implementation in terms of research innovation. Governments should actively promote and utilize the patented health products of Indonesia. Abstrak Informasi tentang Hak Kekayaan Intelektual (HKI) di Indonesia yang terkait dengan produk kesehatan masih sangat kurang. Tulisan ini bertujuan memaparkan situasi penelitian inovatif dan produk hasil penelitian kesehatan terkait HKI (paten dan hak cipta) dalam 5 tahun terakhir (2009-2013). Studi ini merupakan penelitian kualitatif eksplorasi potong lintang disertai identifi kasi data dan informasi pada dokumen HKI bidang kesehatan secara retrospektif dari tahun 2009 sd 2013. Wawancara mendalam dilakukan terhadap pengelola HKI di 5 (lima) lembaga litbang kementerian, Lembaga Ilmiah Pengetahuan Indonesia, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi dan 7 (tujuh) universitas di pulau Jawa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dasar kebijakan HKI Indonesia telah kuat karena sudah dituangkan kedalam Undangundang, hampir semua institusi yang disurvei menjadikan HKI sebagai indikator utama, hanya penelitian yang berorientasi HKI kesehatan masih kurang diprioritaskan. Pada umumnya hasil penelitian yang dipatenkan tidak direncanakan sejakawal. Belum semua institusi memiliki unit pengelola HKI secara terstruktur dan unit inkubasi untuk pengembangan dan scaling up hasil penelitian agar dimanfaatkan masyarakat luas sehingga produk paten kesehatan berpotensi menjadi yang tidak bisa dikomersialisasikan. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat gap antara kebijakan dan implementasinya dalam hal penelitian inovasi. Pemerintah perlu secara aktif membantu mempromosikan dan memanfaatkan hasil produk kesehatan yang telah memperoleh HKI.
INTERAKSI IBU HAMIL DENGAN TENAGA KESEHATAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP KEPATUHAN IBU HAMIL MENGONSUMSI TABLET BESI (Fe) DAN ANEMIA DI PUSKESMAS KOTA WILAYAH SELATAN KOTA KEDIRI Dina Dewi Anggraini; Windhu Purnomo; Bambang Trijanto
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan Vol 21 No 2 (2018)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Humaniora dan Manajemen Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (194.581 KB) | DOI: 10.22435/hsr.v21i2.346

Abstract

Anemia is a major cause of bleeding. And iron defi ciency is a major cause of anemia. Pregnant women have a high risk of iron defi ciency anemia. The prevention of iron defi ciency anemia is done through an iron supplementation program with a daily dosing of 1 consecutive tablet for at least 90 days during pregnancy. Fe1 and Fe3 coverage at Primary Health Care of Kediri City South Region is 69.81% and 66.29%. This coverage is still below the target program 95% of 2014. This study to analyze the infl uence of interaction of pregnant mother with health worker on compliance to consume iron tablet (Fe) and anemia in pregnant mother at Primary health Care of Kediri City South Region. Analytical observation with cross sectional design. The population consists of 63 trimester pregnant women III. With a simple random sampling technique, a sample of 34 trimester pregnant women III who have received 90 iron tablets (Fe). Data were obtained from questionnaires, Maternal and Child Health books, and in-depth interviews. Data analysis using ordinal regression and binarylogistic regression. Hypothesis of research that there is infl uence of interaction of pregnant woman with health worker to compliance consume iron tablet (Fe) at pregnant mother at Primary Health Care of Kediri City South Region. There was an effect of interaction of pregnant women with health workers with good category and suffi cient compared to the less category of compliance of pregnant women consuming iron tablet (Fe) (p = 0.000 < 0.05), and there was considerable compliance effect compared with non compliance iron tablet (Fe) to anemia in pregnant mother (p = 0.012 < 0.05). The better the interaction of pregnant women with health workers, the more likely the pregnant women to obediently consume iron tablets (Fe) to prevent anemia during pregnancy. Abstrak Anemia merupakan penyebab utama terjadinya perdarahan. Dan kekurangan zat besi merupakan penyebab utama terjadinya anemia. Ibu hamil mempunyai risiko yang tinggi untuk mengalami anemia defi siensi besi. Penanggulangan anemia defi siensi besi dilakukan melalui program pemberian suplemen zat besi dengan dosis pemberian sehari sebanyak 1 tablet berturut-turut minimal selama 90 hari selama kehamilan. Cakupan Fe1 dan Fe3 di Puskesmas Kota Wilayah Selatan Kota Kediri yaitu sebesar 69,81% dan 66,29%. Cakupan ini masih berada di bawah target program tahun 2014 yaitu sebesar 95%. Penelitian ini untuk menganalisis pengaruh interaksi ibu hamil dengan tenaga kesehatan terhadap kepatuhan mengonsumsi tablet besi (Fe) dananemia pada ibu hamil di Puskesmas Kota Wilayah Selatan Kota Kediri. Observasi analitik dengan rancang bangun cross sectional. Populasi terdiri dari 63 ibu hamil trimester III. Dengan teknik simpel random sampling, sampel sebanyak 34 ibu hamil trimester III yang telah mendapatkan 90 tablet besi (Fe). Data diperoleh dari kuesioner, buku Kesehatan Ibu dan Anak, dan wawancara yang mendalam. Analisis data dengan menggunakan regresi ordinal dan regresi logistik biner. Hipotesis penelitian yaitu ada pengaruh interaksi ibu hamil dengantenaga kesehatan terhadap kepatuhan mengonsumsi tablet besi (Fe) pada ibu hamil di Puskesmas Kota Wilayah Selatan Kota Kediri. Hasil penelitian ini ada pengaruh interaksi ibu hamil dengan tenaga kesehatan dengan kategori baik dan cukup dibandingkan dengan kategori kurang terhadap kepatuhan ibu hamil mengonsumsi tablet besi (Fe) (p = 0,000 < 0,05),dan ada pengaruh kepatuhan yang cukup dibandingkan dengan tidak patuh mengonsumsi tablet besi (Fe) terhadap anemia pada ibu hamil (p = 0,012 < 0,05). Semakin baik interaksi ibu hamil dengan tenaga kesehatan, maka semakin cenderung ibu hamil untuk patuh mengonsumsi tablet besi (Fe) untuk mencegah anemia pada masa kehamilan.

Page 1 of 1 | Total Record : 8