cover
Contact Name
Yuli Widiyastuti
Contact Email
ywidiyasis@gmail.com
Phone
+628122581132
Journal Mail Official
jurnal.toi@gmail.com
Editorial Address
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional Jl. Raya Lawu No.11, Tawangmangu, Karanganyar, Jawa Tengah
Location
Kota adm. jakarta pusat,
Dki jakarta
INDONESIA
Jurnal Tumbuhan Obat Indonesia
ISSN : 1979897X     EISSN : 23548797     DOI : https://doi.org/10.22435/jtoi.v12i2
Jurnal Tumbuhan Obat Indonesia is a journal developed to disseminate and discuss the scientific literature and other research on the development of health in Indonesian medicinal plant, includes : ethnobotany and ethnopharmacology; conservation, cultivation and post-harvest; molecular biology and biotechnology; phytochemistry; pharmacology. This journal is intended as a medium for communication among stake holders on health research such as researchers, educators, students, practitioners of Health Office, Department of Health, Public Health Service center, as well as the general public who have an interest in the matter. The journal is trying to meet the growing need to study health.
Articles 57 Documents
AKTIFITAS RAMUAN JAMU CABE JAWA, DAUN SENDOK DAN SELEDRI TERHADAP TIKUS HIPERURISEMIA ulfa fitriani; Enggar Wijayanti; Zuraida Zulkarnain
Jurnal Tumbuhan Obat Indonesia Vol 11 No 2 (2018): Jurnal Tumbuhan Obat Indonesia
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (829.942 KB) | DOI: 10.22435/jtoi.v11i2.535

Abstract

Hiperurisemia merupakan suatu keadaan dimana terjadi peningkatan kadar asam urat darah melebihi nilai normal. Cabe jawa (Piper retrofractum), daun sendok (Plantago major), dan seledri (Avium graveolens) diketahui memiliki khasiat sebagai penurun asam urat darah. Penggunaan kombinasi ketiga tanaman obat tersebut sebagai anti hiperurisemia belum pernah dilakukan sebelumnya. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan khasiat ketiga tanaman tersebut dalam satu ramuan jamu. Jenis penelitian ini adalah eksperimental murni dengan pre and post test controlled design. Hasil intervensi selama 7 hari pada 30 ekor tikus putih jantan yang terbagi dalam 5 kelompok yakni kelompok kontrol (tanpa perlakuan), kelompok kontrol positif (allopurinol), kelompok ramuan jamu dengan 3 macam dosis masing-masing 0,2 g, 0,4 g dan 0,8 g, menunjukan bahwa kadar asam urat darah pada kelompok perlakuan mengalami penurunan. Pemberian ramuan jamu anti hiperurisemia dengan dosis 0,4 g mampu menurunkan kadar asam urat darah dengan rerata paling tinggi. Ramuan jamu yang terdiri dari cabe jawa, daun sendok dan seledri mampu menurunkan kadar asam urat darah pada tikus. Kata kunci: Cabe jawa, daun sendok, seledri, hiperurisemia
EFEK REBUSAN RIMPANG SEGAR, REBUSAN RIMPANG KERING, MINYAK ATSIRI DAN KURKUMIN Curcuma xanthorriza Roxb. TERHADAP KADAR BILIRUBIN PADA TIKUS WISTAR JANTAN YANG DIINDUKSI PARASETAMOL Fitriana Hayyu Arifah; Suwijiyo Pramono; Agung Endro Nugroho
Jurnal Tumbuhan Obat Indonesia Vol 11 No 2 (2018): Jurnal Tumbuhan Obat Indonesia
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1170.339 KB) | DOI: 10.22435/jtoi.v11i2.572

Abstract

Javanese turmeric (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) is a medicinal plant that can be developed for the treatment of liver disease. The aim of this study is to evaluate the decoction of fresh rhizome, decoction of dried rhizome, essential oils, and curcumin of Curcuma xanthorrhiza Roxb. against bilirubin level on paracetamol-induced male Wistar rats. Male Wistar rats were divided into 10 groups including group I and II were normal control and negative control, groups III, IV, and V received pretreatment of decoction of fresh rhizome 0,75 g/kgBW, 2,25 g/kgBW, and 6,75 g/kgBW, respectively for 9 days, Groups VI, VII, and VIII received pretreatment of decoction of dried rhizome 0,45 g/kgBW, 1,35 g/kgBW, and 4,05 g/kgBW, respectively for 9 days, group IX received pretreatment of essential oils 1,01 μl/kgBW for 9 days, group X received pretreatment of curcumin 75 μg/kgBW for 9 days. Groups II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, and X on days 7, 8, and 9 induced paracetamol 3 g/kgBW. The blood was drained on day 0 and 4 after induction of paracetamol for bilirubin parameter study. Data were analyzed statistically using One-Way ANOVA test followed by LSD test with a 95% confidence level. The results showed that pretreatment of decoction of fresh rhizome 0,75 g/kgBW decrease the bilirubin level significantly (p<0,05) against the negative control. It can be concluded that pretreatment of decoction of fresh rhizome 0,75 g/kgBW was the best effect of decrease the bilirubin level.
STUDI ETNOFARMAKOLOGI TUMBUHAN OBAT YANG DIGUNAKAN OLEH PENYEHAT TRADISIONAL UNTUK MENGATASI DIARE DI SULAWESI SELATAN Fanie Indrian Mustofa; Nuning Rahmawati
Jurnal Tumbuhan Obat Indonesia Vol 11 No 2 (2018): Jurnal Tumbuhan Obat Indonesia
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (930.177 KB) | DOI: 10.22435/jtoi.v11i2.580

Abstract

ABSTRACT Medicinal plants for health effort and diseases treatment has been used by ethnic groups in South Sulawesi for years. One of them is for diarrhea treatment. South Sulawesi is one of the top five provinces with the highest incidence and period prevalence of diarrhea in Indonesia. The purpose of this study was to investigate the species of medicinal plants used by traditional healer in South Sulawesi for anti-diarrhea and their scientific evidence. The data was obtained from the exploration of local ethnomedicin knowledge and medicinal plant based on community in Indonesia in 2012-2015 and 2017. The data was analyzed to find out the fidelity level, used value (UV), choice value (CV), and factor of informant’s consensus (FIc). The result reported information about thirty medicinal plants used for diarrhea treatment, including the plants name, part used, and preparation method that obtained from 48 traditional healer of 19 ethnic groups in South Sulawesi. The fidelity level were 41,67% for Psidium guajava, 8,33% for Mangifera sp, 6,25% for Curcuma domestica and C. Zedoaria, 4,17% for Allium cepa, Anacardium officinale, Syzigium cumini, and C.xanthorrhiza. The highest UV and CV were 0,42 and 13,84 for Psidium guajava. The informant’s consensus of medicinal plant for diarrhea treatment was 0,38. The commonly used parts was the leaves and most of the used methods were administered orally. The conclusions of this study were ethnic groups in South Sulawesi has various formula of medicinal plants for diarrhea treatment, but P.guajava was the most commonly used. Those formulas information for diarrhea treatment would be an alternative to overcome diarrhea problems in South Sulawesi. Key words: medicinal plant, traditional healer, diarrhea, ABSTRAK Pengetahuan lokal dalam pemanfaatan tumbuhan obat untuk mencegah dan mengatasi penyakit telah dimiliki secara turun temurun oleh etnis-etnis di Sulawesi Selatan. Salah satunya adalah untuk mengatasi diare. Sulawesi Selatan termasuk dalam lima provinsi dengan insiden maupun period prevalence diare tertinggi di Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengungkap jenis-jenis tumbuhan obat yang digunakan hatttra di Sulawesi Selatan dalam ramuan anti diare dan bukti ilmiah penggunaan tanaman obat tersebut untuk mengatasi diare. Studi ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari Eksplorasi pengetahuan lokal etnomedisin dan tumbuhan obat berbasis komunitas di Indonesia pada tahun 2012,2015 dan 2017. Analisis data dilakukan untuk mengetahui Fidelity level, Used value, Choice value, Factor of informant’s consensus dan studi referensi ilmiahnya. Hasil studi menunjukkan informasi tentang tiga puluh tanaman obat untuk mengatasi diare yang diperoleh dari 48 penyehat tradisional yang berasal dari 19 etnis di Sulawesi Selatan. Informasi tersebut termasuk nama tanaman, bagian yang digunakan, dan metode persiapan. Fidelity level yang tertinggi adalah 41,67% untuk Psidium guajava, disusul 8,33% untuk Mangifera sp, 6,25% untuk Curcuma domestica dan C. Zedoaria, 4,17% untuk Allium cepa, Anacardium officinale, Syzigium cumini, dan C. xanthorrhiza. Nilai UV dan CV tertinggi adalah 0,42 dan 13,84 untuk P. guajava. Konsensus informan tentang tanaman obat untuk pengobatan diare adalah 0,38. Bagian yang umum digunakan adalah daun dan sebagian besar cara pemakaian dengan diminum. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa kelompok etnis di Sulawesi Selatan memiliki berbagai formula tanaman obat untuk mengatasi diare, tetapi P.guajava adalah yang paling banyak digunakan. Informasi formula untuk mengatasi diare diharapkan dapat menjadi alternatif untuk masalah diare di Sulawesi Selatan. Kata kunci: tumbuhan obat, penyehat tradisional, diare
AKTIVITAS ANTIOSTEOPOROSIS FRAKSI n-HEKSANA DAUN Marsilea crenata Presl. DALAM MENINGKATKAN KEPADATAN TULANG TRABEKULAR VERTEBRA MENCIT BETINA Mangestuti Agil; Burhan Ma'arif; Nyimas Yusma Aemi
Jurnal Tumbuhan Obat Indonesia Vol 11 No 2 (2018): Jurnal Tumbuhan Obat Indonesia
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (893.948 KB) | DOI: 10.22435/jtoi.v11i2.671

Abstract

Marsilea crenata Presl. merupakan salah satu tanaman khas Jawa Timur, Indonesia yang diduga mengandung estrogen-like substance. Tujuan dari penelitian ini untuk menguji aktivitas fitoestrogen dalam daun M. crenata dalam meningkatkan kepadatan tulang trabekular vertebra mencit betina, yang diinduksi deksametason 0,0029 mg/20gBB menit/hari sebagai model osteoporosis. Ada lima kelompok perlakuan; kontrol negatif, kontrol positif (induksi alendronate 0,026 mg/20gBB mencit/hari) dan fraksi n-heksana M. crenata pada tiga konsentrasi yang berbeda, yaitu 1,54 mg/20gBB mencit/hari; 1,54 mg/20gBB mencit/hari dikombinasikan dengan latihan fisik; dan 3,08 mg/20gBW mencit/hari. Hasil menunjukkan ketebalan trabekular vertebra masing-masing kelompok, yaitu: 5,5 ± 0,7 µm (kelompok kontrol negatif), 8,2 ± 0,4 µm (kelompok kontrol positif), 6,5 ± 0,4 µm (fraksi n-heksana pada dosis 1,54 mg/20gBB), 8,1 ± 0,6 µm (fraksi n-heksana pada dosis 1,54 mg/20gBB dikombinasikan dengan latihan fisik), dan 8,0 ± 0,3 µm (fraksi n-heksana pada dosis 3,08 mg/20gBB). Berdasarkan hasil tersebut, semua dosis fraksi n-heksana M. crenata memiliki aktivitas dalam meningkatkan kepadatan tulang trabekular vertebra mencit betina, dengan dosis optimum pada dosis 1,54 mg/20gBB dikombinasikan dengan latihan fisik dan dosis 3.08 mg/20gBB. Aktivitas ini dapat terjadi karena kandungan fitoestrogen pada fraksi n-heksana daun M. crenata, yang dapat menggantikan fungsi estrogen dalam ikatannya dengan ER di dalam tulang.
PROFIL METABOLIT BERBAGAI EKSTRAK DAUN Chrysophyllum cainito L. MENGGUNAKAN UPLC-QTOF-MS/MS Burhan Ma'arif; Agnis Aditama; Roihatul Muti'ah; Weka Sidha Bagawan; Reyhan Amiruddin; Rukiana Rukiana
Jurnal Tumbuhan Obat Indonesia Vol 12 No 1 (2019): Jurnal Tumbuhan Obat Indonesia
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (979.88 KB) | DOI: 10.22435/jtoi.v12i1.672

Abstract

ABSTRACT Chrysophyllum cainito L. is a plant which empirically used as traditional medicine. The pharmacological effect of C. cainito is caused by secondary metabolite activity contain in the leaves. The aim of this research was to know the metabolites profile in n-hexane extract, ethyl acetate extract, and methanol extract of C. cainito leaves using UPLC-QToF-MS/MS. Dried powder of C. cainito leaves was extracted with n-hexane, ethyl acetate, and methanol with gradual extraction using Ultrasonic Assisted Extraction (UAE). Each extract was prepared with methanol and DCM solvent then injected 5 µl into UPLC-QToF-MS/MS and analyzed with Masslynx 4.1 softwares and Chemspider. The result showed that there were 28 compounds from n-hexane extract with diethyltoluamide as major compound, 47 compounds from ethyl acetate extract with loliolide as major compound, and 34 compounds from methanol extract with eplerenone as major compound. Based on literature study, there were also several compounds that likely having activity as phytoestrogens. Keyword: Metabolite profiling, chrysophyllum cainito L., UPLC QToF-MS/MS ABSTRAK Chrysophyllum cainito L. merupakan tumbuhan yang secara empiris digunakan sebagai obat tradisional. Efek farmakologi tersebut disebabkan adanya aktivitas dari berbagai senyawa metabolit sekunder yang terkandung dalam daun C. cainito. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui profil metabolit ekstrak n-heksana, ekstrak etil asetat, dan ekstrak metanol daun C. cainito menggunakan UPLC-QToF-MS/MS. Serbuk kering daun C. cainito diekstraksi secara bertingkat menggunakan n-heksana, etil asetat, dan metanol dengan metode UAE. Masing-masing ekstrak dipreparasi dengan metanol dan DCM lalu diinjeksikan sebanyak 5 µl ke dalam UPLC-QToF-MS/MS, kemudian dianalisis dengan software Masslynx 4.1 dan Chemspider. Hasil menunjukkan profil metabolit dari masing-masing ekstrak daun C. cainito, yaitu ekstrak n-heksana dengan 28 senyawa dan diethyltoluamide sebagai senyawa mayor, 47 senyawa terkandung dalam ekstrak etil asetat dengan senyawa mayor loliolide, dan 34 senyawa terkandung dalam ekstrak metanol dengan senyawa mayor yaitu eplerenone. Dari studi literatur diketahui terdapat beberapa senyawa yang memiliki aktivitas sebagai fitoestrogen. Kata Kunci: Metabolite profiling, Chrysophyllum cainito L., UPLC QToF-MS/MS
EKSPLORASI SPESIES TUMBUHAN BERKHASIAT OBAT BERBASIS PENGETAHUAN LOKAL DI KABUPATEN PIDIE saudah saudah; Vera Viena; Ernilasari Ernilasari
Jurnal Tumbuhan Obat Indonesia Vol 12 No 2 (2019): Jurnal Tumbuhan Obat Indonesia
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (778.188 KB) | DOI: 10.22435/jtoi.v12i2.952

Abstract

ABSTRACT Presently the community tends to avoid the use of modern medicine and turn to nature (back to nuture) with traditional medicine using medicinal plants. The exploration of medicinal plant used in traditional medicine in Pidie District aims to explore the potential of plant species used, record the plant parts used, how to process and to use the plants and how to obtain them from the nature habitat. The method used for data collection is exploratory surveys and Participatory Rural Appraisal (PRA) methods. The data obtained were analyzed descriptively and showed in the form of tables and images. The results of the study found 106 types of plants used in traditional medicine that were spread into 67 plant families. The most widely used of medicinal plant species were from the Zingiberaceae family. The most widely used plant part is the leaf part. The method of medicinal processing is done by boiling (decoction), the results of the ingredients are used as oral administration by drinks. Generally, the plants used for medicine by the people of Pidie Distric are wild plants, and 68% of which grow from home gardens and fields. ABSTRAK Kecenderungan masyarakat saat ini mulai menolak penggunaan obat moderen dan beralih ke alam (back to nuture) dengan pengobatan tradisional menggunakan tumbuhan obat. Ekspolarsi jenis tumbuhan obat yang digunakan dalam pengobatan tradisonal di Kabupaten Pidie bertujuan untuk menggali potensi jenis tumbuhan yang digunakan, mendata bagian yang digunakan, cara pengolahan dan penggunaan tumbuhan serta cara mendapatkannya dari alam. Metode yang dilakukan dalam pengumpulan data adalah survey eksploratif dan Participatory Rural Appraisal (PRA). Data yang diperoleh dianalisa secara deskriptif dan ditampilkan dalam bentuk tabel dan gambar. Hasil penelitian didapatkan 106 spesies tumbuhan obat yang digunakan dalam pengobatan tradisional yang berasal dari 67 famili. Spesies tumbuhan obat yang paling banyak digunakan di wilayah Pidie berasal dari famili Zingiberaceae. Bagian tumbuhan obat yang paling banyak digunakan adalah bagian daun. Cara pengolahan tumbuhan obat secara umum dilakukan dengan perebusan, hasil ramuan digunakan dalam bentuk minuman. Secara umum tumbuhan yang digunakan untuk obat oleh masyarakat Kabupaten Pidie adalah jenis tumbuhan liar, dan sebanyak 68% tumbuh dari pekarangan rumah maupun kebun atau ladang.
EVALUASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN SENYAWA POTENSIAL ANTIBAKTERI PADA DAUN DAN KULIT BATANG MIMBA (Azhadirachta indica A. Juss) TERHADAP Escherichia coli Arif Setiawansyah; Aliefman Hakim; Dyke Gita Wirasisya
Jurnal Tumbuhan Obat Indonesia Vol 11 No 2 (2018): Jurnal Tumbuhan Obat Indonesia
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (442.318 KB) | DOI: 10.22435/jtoi.v11i2.1003

Abstract

ABSTRACT Neem (Azadirachta indica A.Juss) is a plant that potentially developed for antibacterial agent for both the leaves and barks. The aims of this study were to compare the effectiveness of the antibacterial activity of neem leav es and stem barks extract and to identify the antibacterial compounds of the most active fractions. The extraction method was done using sonication method. Antibacterial activity was evaluated using wells solid diffusion method and TLC-Bioautography. Extract fractionation was conducted using liquid-liquid partitioning method. The chemical compounds of extracts and fractions were analyzed using TLC and GCMS. The result of sonication extraction obtained neem leaves oil (12,02%), leaves crude extract (4,3%) and stem barks crude extract (16,85%). The major chemical constituents of GCMS analysis are 2,3-Dihydro-3,5-dihydroxy-6-methyl-4H-pyran-4-one (6,06%), L-proline,1-Acetyl-(CAS) Acetylproline (5,85%), 4-hydroxy-2-methyl-pyrrolidine-2-carboxylic acid (21,42%), 2,3-Dyhidrobenzofuran (2,69%), alpha-D-methylglucopyranoside (4,54%), palmitic acid (2,92%), Arabino-hex-1-enitol, 1,5-Anhydro-2-deoxy-(CAS) glucal (31,69%). Phytochemical screening of neem leaves oil, leaves and barks crude extract revealed the presence of alkaloids, flavonoids, phenols, saponins, triterpenoids, steroids and sterols. Antibacterial test results showed neem leaves oil was more effective than leaves and stem barks crude extract against Escherichia coli. The n-hexane fraction showed higher antibacterial activity than ethyl acetate fraction and ethanol fraction. Phytochemical screening of n-hexane fraction showed the presence of triterpenoids, steroids, sterols and phenols. Mimba (Azadirachta indica A.Juss) merupakan tanaman yang berpotensi dikembangkan sebagai antibakteri baik bagian daun maupun kulit batang. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan efektivitas antibakteri ekstrak daun dan kulit batang mimba terhadap Escherichia coli dan untuk mengidentifikasi golongan senyawa potensial antibakteri pada fraksi teraktif. Pengujian aktivitas antibakteri dilakukan dengan metode difusi padat menggunakan sumuran dan KLT-Bioautografi. Fraksinasi ekstrak dilakukan dengan metode partisi. Komponen kimia ekstrak dan fraksi dianalisis menggunakan KLT dan GCMS. Hasil ekstraksi sonikasi diperoleh minyak daun (12,02%), ekstrak kasar daun (4,3%) dan ekstrak kasar kulit batang (16,85%). Skrining fitokimia menunjukkan minyak daun, ekstrak kasar daun dan ekstrak kulit batang mimba mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, fenolik, saponin, triterpenoid, steroid dan sterol. Komponen kimia mayor hasil analisis GCMS minyak daun mimba adalah 2,3-dihydro-3,5-dihydroxy-6-methyl-4H-pyran-4-one (6,06%), L-proline,1-Acetyl-(CAS)Acetylproline (5,85%), 4-hydroxy-2-methyl-pyrrolidine-2-carboxylic acid (21,42%), 2,3-dyhidrobenzofuran (2,69%), Alpha-d-methylglucopyranoside (4,54%), Asam Palmitat (2,92%), Arabino-hex-1-enitol, 1,5-anhydro-2-deoxy-(CAS)glucal (31,69%). Hasil uji antibakteri menunjukkan minyak daun lebih efektif menghambat pertumbuhan Escherichia coli dibandingkan dengan ekstrak kasar daun dan kulit batang. Fraksi n-heksan menunjukkan aktivitas antibakteri paling besar dibandingkan dengan fraksi etil asetat dan etanol. Hasil skrining fitokimia fraksi n-heksan menunjukkan adanya senyawa triterpenoid, steroid, sterol dan fenolik.
KARAKTERISTIK MUTU KAPSUL RAMUAN KEBUGARAN UNTUK SAINTIFIKASI JAMU Sofa Farida; Tofan Aries Mana; Tyas Friska Dewi
Jurnal Tumbuhan Obat Indonesia Vol 12 No 1 (2019): Jurnal Tumbuhan Obat Indonesia
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1064.133 KB) | DOI: 10.22435/jtoi.v12i1.1078

Abstract

ABSTRACT "Ramuan kebugaran" or Physical Improvement Herb is one results of Saintifikasi Jamu research that has been proven its efficacy through clinical research. The concoction herbs consists of Javanese turmeric rhizome, turmeric rhizome, meniran herbs and it was prepared as decoction. Herbs in the capsule dosage form is considered easier to consume and more appropriate in determining the dosage. This research aimed to study the right filler for capsule dosage form of “Ekstrak Ramuan Jamu Kebugaran” (ERJK) for fulfilling the quality requirements. The ERJK extraction is obtained by infundation method, the extract filtrate was added with fillers, dried, and powdered. The filler used was avicel 102 (ERJK-1), lactose (ERJK-2) and amylum (ERJK-3). The powders were tested for flowability, tapping indexes, and microorganism contamination tests. The capsules dosage form were tested for weight uniformity and disintegration time. The results of the ERJK-1, ERJK-2 and ERJK-3 quality parameters test showed the flow times were respectively 6.3, 7.8 and 5.8 seconds; the tapping indexes were 14.3, 15.35 and 13.0%; yeast count were 1.2, 2.85 and 2.95 col/g; the total plate count were 2.0; 1.0 and 1.0 col/g; capsul weight uniformity (mg) were 677.04±5.30 (CV: 0.78%); 663.95±8.54 (CV: 1.28%) and 678.38±4.93 (CV: 0.72%); capsul disintegration time (minute) were 25.60, 27.89 and 26.47. The evaluation of quality parameters shows that avicel 102 is the better filler of ERJK compared to lactose and amylum. ABSTRAK Ramuan kebugaran merupakan salah satu jamu hasil riset Saintifikasi Jamu yang efektifitas khasiatnya telah terbukti melalui uji klinik. Ramuan tersebut berupa simplisia rimpang temulawak, rimpang kunyit dan herba meniran dan disiapkan melalui proses perebusan. Ramuan dalam bentuk sediaan kapsul dipandang lebih mudah dikonsumsi dan lebih tepat dalam penentuan dosis. Tujuan penelitian ini adalah mengkaji bahan pengisi yang tepat untuk kapsul ekstrak ramuan jamu kebugaran (ERJK) yang memenuhi persyaratan kualitas. Ekstraksi ERJK dengan metode infundasi, filtrat ekstrak ditambahkan bahan pengisi, dikeringkan kemudian diserbuk. Pengisi yang digunakan adalah avicel 102 (ERJK-1), laktosa (ERJK-2) dan amilum (ERJK-3). Serbuk sampel dilakukan uji sifat alir, indeks pengetapan, serta uji cemaran mikroorganisme. Sediaan kapsul diuji keseragaman bobot dan waktu hancur. Hasil uji parameter kualitas ERJK-1, ERJK-2 dan ERJK-3 menunjukkan waktu alir berturut-turut 6,3, 7,8, dan 5,8 detik; indeks pengetapan berturut-turut 14,3, 15,4 dan 13,0%; angka Jamur berturut-turut 1,2, 2,85 dan 2,95 kol/g; angka lempeng total berturut-turut 2,0; 1,0 dan1,0 kol/g; keseragaman bobot kapsul (mg) berturut-turut 677,04±5,30 (CV: 0,78%), 663,95±8,54 (CV: 1,28%) dan 678,38±4,93 (CV: 0,72%); uji waktu hancur kapsul (menit) berturut-turut 25,60, 27,89 dan 26,47. Evaluasi parameter kualitas menunjukkan avicel 102 paling baik digunakan sebagai pengisi ERJK dibandingkan laktosa dan amilum.
PENGARUH WADAH, SUHU DAN WAKTU SIMPAN TERHADAP PERKECAMBAHAN BENIH MENIRAN (Phyllanthus niruri L.) Nurul Husniyati Listyana; Rahma Widyastuti; Widyantoro Widyantoro
Jurnal Tumbuhan Obat Indonesia Vol 12 No 2 (2019): Jurnal Tumbuhan Obat Indonesia
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (707.401 KB) | DOI: 10.22435/jtoi.v12i2.1126

Abstract

ABSTRACT Meniran (Phyllanthus niruri L.) is a wild plant that used extensively as a raw material for traditional medicine but has not been cultivated yet. Meniran cultivation requires the availability of quality seeds and seedlings to produce the high productivity. The ability of seeds to germinate (seed viability) after the storage period is influenced by several factors both internal and external, including seed water content, genetic traits, initial viability and packaging material, storage temperature and humidity, microorganisms, and human factors.. The study aims to determine the effect of storage containers, storage temperature and time of storage on the power of meniran seed germination. The study was conducted in March-April 2018 at the B2P2TO2T Seed Laboratory. The research design was Factorial Completely Randomized Design with 3 factors and 3 replications. The first factor was a storage container consisting of plastic, paper envelopes and aluminum foil. Second factor was a storage temperature consisting of 0 ° C, -20 ° C and -50 ° C. The third factor was storage time which consists of 2 weeks, 4 weeks, 6 weeks, 8 weeks and 10 weeks. The results showed that the storage container and storage time had a significantly different effect on meniran seed germination. The storage time does not have a significant effect on germination. Together, the storage container, storage temperature and storage time do not have a significant effect on meniran seed germination. The interaction between the storage temperature and the storage time and the interaction between the storage container and the storage time give significantly different effects on germination. ABSTRAK Meniran (Phyllanthus niruri L.) merupakan tanaman liar yang simplisianya banyak dibutuhkan sebagai bahan baku obat tradisional namun belum dibudidayakan. Budidaya tanaman meniran memerlukan ketersediaan benih dan bibit yang bermutu untuk menghasilkan produktivitas yang tinggi. Kemampuan benih untuk berkecambah (viabilitas benih) setelah masa penyimpanan dipengaruhi oleh beberapa faktor baik internal maupun eksternal, meliputi kadar air benih, sifat genetik, viabilitas awal serta bahan pengemas, suhu dan kelembaban ruang simpan, mikroorganisme, serta faktor manusia. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh wadah simpan, suhu simpan dan waktu simpan terhadap daya perkecambahan benih meniran. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-April 2018 di Laboratorium Benih B2P2TO2T. Desain penelitian yang digunakan yaitu Rancangan Acak Lengkap Faktorial dengan 3 faktor dan 3 ulangan. Faktor 1 yaitu wadah penyimpanan yang terdiri dari plastik, kertas amplop dan aluminium foil. Faktor 2 yaitu suhu simpan yang terdiri dari 0°C, -20°C dan -50°C. Faktor 3 yaitu waktu penyimpanan yang terdiri dari 2 minggu, 4 minggu, 6 minggu, 8 minggu dan 10 minggu. Hasil penelitian menunjukkan wadah simpan dan waktu simpan memberikan pengaruh yang berbeda signifikan terhadap perkecambahan benih meniran. Suhu simpan tidak memberikan pengaruh yang berbeda signifikan terhadap perkecambahan. Secara bersama-sama wadah simpan, suhu simpan dan waktu simpan tidak memberikan pengaruh yang berbeda signifikan terhadap perkecambahan benih meniran. Interaksi antara suhu simpan dan waktu simpan serta interaksi antara wadah simpan dan waktu simpan memberikan pengaruh yang berbeda signifikan terhadap perkecambahan.
STUDI IN VITRO POTENSI ANTIOKSIDAN DAN AKTIFITAS ANTIDIABETES FRAKSI ETIL ASETAT BUAH PARIJOTO (Medinilla speciosa B.) Rissa Vifta; Wilantika Wilantika; Yustisia Dian Advistasari
Jurnal Tumbuhan Obat Indonesia Vol 12 No 2 (2019): Jurnal Tumbuhan Obat Indonesia
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1126.451 KB) | DOI: 10.22435/jtoi.v12i2.1160

Abstract

ABSTRACT Parijoto fruit (Medinilla speciosa B) contains the flavonoid which is one of the phenolic groups compounnd. Flavonoids has biological activities as anti free radical and antionxidants. The aim of this research was to evaluate the potency of ethyl acetat fraction of M.speciosa B. Extract as an antioxidants and antidiabetic. Evaluation of antioxidants activity was carried out by in vitro assay using the ABTS method (2.2 azinobis (3-ethylbenzotiazolin) -6-sulfonic acid), while the antidiabetic assay was carried out using the Nelson-Somogyi method. Research begins with the process of determination, extraction, fravtionation and contiunued by examination of each variable. The parameters of antioxidants activity was determined by IC50 values, while antidiabetic activity was measured by percentage of decreasing of glucoce levels. The results of antioxidants activity showed that ethyl acetate fraction of M. Speciosa B. had antioxidants activity with an IC50 value of 4,246 ppm with a very strong category. In line with these results, ethyl acetate fraction of M. speciosa B. had reduced glucoce levels with an optimal decrease of 50.21% a concentration of 40 ppm. ABSTRAK Buah Parijoto (Medinilla speciosa B.) mengandung senyawa aktif flavonoid yang merupakan salah satu golongan fenolik. Flavonoid memiliki aktifitas biologis sebagai antiradikal bebas dan antioksidan. Penelitian dilakukan dengan tujuan mengetahui kemampuan fraksi etil asetat M. speciosa B sebagai antioksidan dan antidiabetes. Pengujian aktifitas antioksidan dilakukan secara in vitro dengan metode ABTS (2,2 azinobis (3-etilbenzotiazolin)-6-asam sulfonat), sedangkan uji antidiabetes dilakukan menggunakan metode Nelson-Somogyi. Penelitian diawali dengan proses determinasi, ekstraksi, fraksinasi, dan dilanjutkan dengan pengujian pada masing-masing variabel. Parameter aktifitas antioksidan diwujudkan dengan nilai IC50, sedangkan aktiftas antidiabetes diukur dengan persen penurunan kadar glukosa. Hasil pengujian aktifitas antioksidan menunjukkan bahwa fraksi etil asetat memiliki aktifitas antioksidan dengan nilai IC50 sebesar 4.14±0.08 ppm dengan kategori sangat kuat. Sejalan dengan hasil tersebut, fraksi etil asetat Buah Parijoto (M. speciosa B.) memilili kemampuan dalam menurunkan kadar glukosa dengan penurunan secara optimal sebesar 50.21±0.47% pada konsentrasi 40 ppm.