cover
Contact Name
Yuli Widiyastuti
Contact Email
ywidiyasis@gmail.com
Phone
+628122581132
Journal Mail Official
jurnal.toi@gmail.com
Editorial Address
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional Jl. Raya Lawu No.11, Tawangmangu, Karanganyar, Jawa Tengah
Location
Kota adm. jakarta pusat,
Dki jakarta
INDONESIA
Jurnal Tumbuhan Obat Indonesia
ISSN : 1979897X     EISSN : 23548797     DOI : https://doi.org/10.22435/jtoi.v12i2
Jurnal Tumbuhan Obat Indonesia is a journal developed to disseminate and discuss the scientific literature and other research on the development of health in Indonesian medicinal plant, includes : ethnobotany and ethnopharmacology; conservation, cultivation and post-harvest; molecular biology and biotechnology; phytochemistry; pharmacology. This journal is intended as a medium for communication among stake holders on health research such as researchers, educators, students, practitioners of Health Office, Department of Health, Public Health Service center, as well as the general public who have an interest in the matter. The journal is trying to meet the growing need to study health.
Articles 7 Documents
Search results for , issue "Vol 11 No 2 (2018): Jurnal Tumbuhan Obat Indonesia" : 7 Documents clear
AKTIFITAS RAMUAN JAMU CABE JAWA, DAUN SENDOK DAN SELEDRI TERHADAP TIKUS HIPERURISEMIA ulfa fitriani; Enggar Wijayanti; Zuraida Zulkarnain
Jurnal Tumbuhan Obat Indonesia Vol 11 No 2 (2018): Jurnal Tumbuhan Obat Indonesia
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (829.942 KB) | DOI: 10.22435/jtoi.v11i2.535

Abstract

Hiperurisemia merupakan suatu keadaan dimana terjadi peningkatan kadar asam urat darah melebihi nilai normal. Cabe jawa (Piper retrofractum), daun sendok (Plantago major), dan seledri (Avium graveolens) diketahui memiliki khasiat sebagai penurun asam urat darah. Penggunaan kombinasi ketiga tanaman obat tersebut sebagai anti hiperurisemia belum pernah dilakukan sebelumnya. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan khasiat ketiga tanaman tersebut dalam satu ramuan jamu. Jenis penelitian ini adalah eksperimental murni dengan pre and post test controlled design. Hasil intervensi selama 7 hari pada 30 ekor tikus putih jantan yang terbagi dalam 5 kelompok yakni kelompok kontrol (tanpa perlakuan), kelompok kontrol positif (allopurinol), kelompok ramuan jamu dengan 3 macam dosis masing-masing 0,2 g, 0,4 g dan 0,8 g, menunjukan bahwa kadar asam urat darah pada kelompok perlakuan mengalami penurunan. Pemberian ramuan jamu anti hiperurisemia dengan dosis 0,4 g mampu menurunkan kadar asam urat darah dengan rerata paling tinggi. Ramuan jamu yang terdiri dari cabe jawa, daun sendok dan seledri mampu menurunkan kadar asam urat darah pada tikus. Kata kunci: Cabe jawa, daun sendok, seledri, hiperurisemia
EFEK REBUSAN RIMPANG SEGAR, REBUSAN RIMPANG KERING, MINYAK ATSIRI DAN KURKUMIN Curcuma xanthorriza Roxb. TERHADAP KADAR BILIRUBIN PADA TIKUS WISTAR JANTAN YANG DIINDUKSI PARASETAMOL Fitriana Hayyu Arifah; Suwijiyo Pramono; Agung Endro Nugroho
Jurnal Tumbuhan Obat Indonesia Vol 11 No 2 (2018): Jurnal Tumbuhan Obat Indonesia
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1170.339 KB) | DOI: 10.22435/jtoi.v11i2.572

Abstract

Javanese turmeric (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) is a medicinal plant that can be developed for the treatment of liver disease. The aim of this study is to evaluate the decoction of fresh rhizome, decoction of dried rhizome, essential oils, and curcumin of Curcuma xanthorrhiza Roxb. against bilirubin level on paracetamol-induced male Wistar rats. Male Wistar rats were divided into 10 groups including group I and II were normal control and negative control, groups III, IV, and V received pretreatment of decoction of fresh rhizome 0,75 g/kgBW, 2,25 g/kgBW, and 6,75 g/kgBW, respectively for 9 days, Groups VI, VII, and VIII received pretreatment of decoction of dried rhizome 0,45 g/kgBW, 1,35 g/kgBW, and 4,05 g/kgBW, respectively for 9 days, group IX received pretreatment of essential oils 1,01 μl/kgBW for 9 days, group X received pretreatment of curcumin 75 μg/kgBW for 9 days. Groups II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, and X on days 7, 8, and 9 induced paracetamol 3 g/kgBW. The blood was drained on day 0 and 4 after induction of paracetamol for bilirubin parameter study. Data were analyzed statistically using One-Way ANOVA test followed by LSD test with a 95% confidence level. The results showed that pretreatment of decoction of fresh rhizome 0,75 g/kgBW decrease the bilirubin level significantly (p<0,05) against the negative control. It can be concluded that pretreatment of decoction of fresh rhizome 0,75 g/kgBW was the best effect of decrease the bilirubin level.
STUDI ETNOFARMAKOLOGI TUMBUHAN OBAT YANG DIGUNAKAN OLEH PENYEHAT TRADISIONAL UNTUK MENGATASI DIARE DI SULAWESI SELATAN Fanie Indrian Mustofa; Nuning Rahmawati
Jurnal Tumbuhan Obat Indonesia Vol 11 No 2 (2018): Jurnal Tumbuhan Obat Indonesia
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (930.177 KB) | DOI: 10.22435/jtoi.v11i2.580

Abstract

ABSTRACT Medicinal plants for health effort and diseases treatment has been used by ethnic groups in South Sulawesi for years. One of them is for diarrhea treatment. South Sulawesi is one of the top five provinces with the highest incidence and period prevalence of diarrhea in Indonesia. The purpose of this study was to investigate the species of medicinal plants used by traditional healer in South Sulawesi for anti-diarrhea and their scientific evidence. The data was obtained from the exploration of local ethnomedicin knowledge and medicinal plant based on community in Indonesia in 2012-2015 and 2017. The data was analyzed to find out the fidelity level, used value (UV), choice value (CV), and factor of informant’s consensus (FIc). The result reported information about thirty medicinal plants used for diarrhea treatment, including the plants name, part used, and preparation method that obtained from 48 traditional healer of 19 ethnic groups in South Sulawesi. The fidelity level were 41,67% for Psidium guajava, 8,33% for Mangifera sp, 6,25% for Curcuma domestica and C. Zedoaria, 4,17% for Allium cepa, Anacardium officinale, Syzigium cumini, and C.xanthorrhiza. The highest UV and CV were 0,42 and 13,84 for Psidium guajava. The informant’s consensus of medicinal plant for diarrhea treatment was 0,38. The commonly used parts was the leaves and most of the used methods were administered orally. The conclusions of this study were ethnic groups in South Sulawesi has various formula of medicinal plants for diarrhea treatment, but P.guajava was the most commonly used. Those formulas information for diarrhea treatment would be an alternative to overcome diarrhea problems in South Sulawesi. Key words: medicinal plant, traditional healer, diarrhea, ABSTRAK Pengetahuan lokal dalam pemanfaatan tumbuhan obat untuk mencegah dan mengatasi penyakit telah dimiliki secara turun temurun oleh etnis-etnis di Sulawesi Selatan. Salah satunya adalah untuk mengatasi diare. Sulawesi Selatan termasuk dalam lima provinsi dengan insiden maupun period prevalence diare tertinggi di Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengungkap jenis-jenis tumbuhan obat yang digunakan hatttra di Sulawesi Selatan dalam ramuan anti diare dan bukti ilmiah penggunaan tanaman obat tersebut untuk mengatasi diare. Studi ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari Eksplorasi pengetahuan lokal etnomedisin dan tumbuhan obat berbasis komunitas di Indonesia pada tahun 2012,2015 dan 2017. Analisis data dilakukan untuk mengetahui Fidelity level, Used value, Choice value, Factor of informant’s consensus dan studi referensi ilmiahnya. Hasil studi menunjukkan informasi tentang tiga puluh tanaman obat untuk mengatasi diare yang diperoleh dari 48 penyehat tradisional yang berasal dari 19 etnis di Sulawesi Selatan. Informasi tersebut termasuk nama tanaman, bagian yang digunakan, dan metode persiapan. Fidelity level yang tertinggi adalah 41,67% untuk Psidium guajava, disusul 8,33% untuk Mangifera sp, 6,25% untuk Curcuma domestica dan C. Zedoaria, 4,17% untuk Allium cepa, Anacardium officinale, Syzigium cumini, dan C. xanthorrhiza. Nilai UV dan CV tertinggi adalah 0,42 dan 13,84 untuk P. guajava. Konsensus informan tentang tanaman obat untuk pengobatan diare adalah 0,38. Bagian yang umum digunakan adalah daun dan sebagian besar cara pemakaian dengan diminum. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa kelompok etnis di Sulawesi Selatan memiliki berbagai formula tanaman obat untuk mengatasi diare, tetapi P.guajava adalah yang paling banyak digunakan. Informasi formula untuk mengatasi diare diharapkan dapat menjadi alternatif untuk masalah diare di Sulawesi Selatan. Kata kunci: tumbuhan obat, penyehat tradisional, diare
AKTIVITAS ANTIOSTEOPOROSIS FRAKSI n-HEKSANA DAUN Marsilea crenata Presl. DALAM MENINGKATKAN KEPADATAN TULANG TRABEKULAR VERTEBRA MENCIT BETINA Mangestuti Agil; Burhan Ma'arif; Nyimas Yusma Aemi
Jurnal Tumbuhan Obat Indonesia Vol 11 No 2 (2018): Jurnal Tumbuhan Obat Indonesia
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (893.948 KB) | DOI: 10.22435/jtoi.v11i2.671

Abstract

Marsilea crenata Presl. merupakan salah satu tanaman khas Jawa Timur, Indonesia yang diduga mengandung estrogen-like substance. Tujuan dari penelitian ini untuk menguji aktivitas fitoestrogen dalam daun M. crenata dalam meningkatkan kepadatan tulang trabekular vertebra mencit betina, yang diinduksi deksametason 0,0029 mg/20gBB menit/hari sebagai model osteoporosis. Ada lima kelompok perlakuan; kontrol negatif, kontrol positif (induksi alendronate 0,026 mg/20gBB mencit/hari) dan fraksi n-heksana M. crenata pada tiga konsentrasi yang berbeda, yaitu 1,54 mg/20gBB mencit/hari; 1,54 mg/20gBB mencit/hari dikombinasikan dengan latihan fisik; dan 3,08 mg/20gBW mencit/hari. Hasil menunjukkan ketebalan trabekular vertebra masing-masing kelompok, yaitu: 5,5 ± 0,7 µm (kelompok kontrol negatif), 8,2 ± 0,4 µm (kelompok kontrol positif), 6,5 ± 0,4 µm (fraksi n-heksana pada dosis 1,54 mg/20gBB), 8,1 ± 0,6 µm (fraksi n-heksana pada dosis 1,54 mg/20gBB dikombinasikan dengan latihan fisik), dan 8,0 ± 0,3 µm (fraksi n-heksana pada dosis 3,08 mg/20gBB). Berdasarkan hasil tersebut, semua dosis fraksi n-heksana M. crenata memiliki aktivitas dalam meningkatkan kepadatan tulang trabekular vertebra mencit betina, dengan dosis optimum pada dosis 1,54 mg/20gBB dikombinasikan dengan latihan fisik dan dosis 3.08 mg/20gBB. Aktivitas ini dapat terjadi karena kandungan fitoestrogen pada fraksi n-heksana daun M. crenata, yang dapat menggantikan fungsi estrogen dalam ikatannya dengan ER di dalam tulang.
EVALUASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN SENYAWA POTENSIAL ANTIBAKTERI PADA DAUN DAN KULIT BATANG MIMBA (Azhadirachta indica A. Juss) TERHADAP Escherichia coli Arif Setiawansyah; Aliefman Hakim; Dyke Gita Wirasisya
Jurnal Tumbuhan Obat Indonesia Vol 11 No 2 (2018): Jurnal Tumbuhan Obat Indonesia
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (442.318 KB) | DOI: 10.22435/jtoi.v11i2.1003

Abstract

ABSTRACT Neem (Azadirachta indica A.Juss) is a plant that potentially developed for antibacterial agent for both the leaves and barks. The aims of this study were to compare the effectiveness of the antibacterial activity of neem leav es and stem barks extract and to identify the antibacterial compounds of the most active fractions. The extraction method was done using sonication method. Antibacterial activity was evaluated using wells solid diffusion method and TLC-Bioautography. Extract fractionation was conducted using liquid-liquid partitioning method. The chemical compounds of extracts and fractions were analyzed using TLC and GCMS. The result of sonication extraction obtained neem leaves oil (12,02%), leaves crude extract (4,3%) and stem barks crude extract (16,85%). The major chemical constituents of GCMS analysis are 2,3-Dihydro-3,5-dihydroxy-6-methyl-4H-pyran-4-one (6,06%), L-proline,1-Acetyl-(CAS) Acetylproline (5,85%), 4-hydroxy-2-methyl-pyrrolidine-2-carboxylic acid (21,42%), 2,3-Dyhidrobenzofuran (2,69%), alpha-D-methylglucopyranoside (4,54%), palmitic acid (2,92%), Arabino-hex-1-enitol, 1,5-Anhydro-2-deoxy-(CAS) glucal (31,69%). Phytochemical screening of neem leaves oil, leaves and barks crude extract revealed the presence of alkaloids, flavonoids, phenols, saponins, triterpenoids, steroids and sterols. Antibacterial test results showed neem leaves oil was more effective than leaves and stem barks crude extract against Escherichia coli. The n-hexane fraction showed higher antibacterial activity than ethyl acetate fraction and ethanol fraction. Phytochemical screening of n-hexane fraction showed the presence of triterpenoids, steroids, sterols and phenols. Mimba (Azadirachta indica A.Juss) merupakan tanaman yang berpotensi dikembangkan sebagai antibakteri baik bagian daun maupun kulit batang. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan efektivitas antibakteri ekstrak daun dan kulit batang mimba terhadap Escherichia coli dan untuk mengidentifikasi golongan senyawa potensial antibakteri pada fraksi teraktif. Pengujian aktivitas antibakteri dilakukan dengan metode difusi padat menggunakan sumuran dan KLT-Bioautografi. Fraksinasi ekstrak dilakukan dengan metode partisi. Komponen kimia ekstrak dan fraksi dianalisis menggunakan KLT dan GCMS. Hasil ekstraksi sonikasi diperoleh minyak daun (12,02%), ekstrak kasar daun (4,3%) dan ekstrak kasar kulit batang (16,85%). Skrining fitokimia menunjukkan minyak daun, ekstrak kasar daun dan ekstrak kulit batang mimba mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, fenolik, saponin, triterpenoid, steroid dan sterol. Komponen kimia mayor hasil analisis GCMS minyak daun mimba adalah 2,3-dihydro-3,5-dihydroxy-6-methyl-4H-pyran-4-one (6,06%), L-proline,1-Acetyl-(CAS)Acetylproline (5,85%), 4-hydroxy-2-methyl-pyrrolidine-2-carboxylic acid (21,42%), 2,3-dyhidrobenzofuran (2,69%), Alpha-d-methylglucopyranoside (4,54%), Asam Palmitat (2,92%), Arabino-hex-1-enitol, 1,5-anhydro-2-deoxy-(CAS)glucal (31,69%). Hasil uji antibakteri menunjukkan minyak daun lebih efektif menghambat pertumbuhan Escherichia coli dibandingkan dengan ekstrak kasar daun dan kulit batang. Fraksi n-heksan menunjukkan aktivitas antibakteri paling besar dibandingkan dengan fraksi etil asetat dan etanol. Hasil skrining fitokimia fraksi n-heksan menunjukkan adanya senyawa triterpenoid, steroid, sterol dan fenolik.
Front Matter Vol.11, No.2 tahun 2018 jtoi managerxot
Jurnal Tumbuhan Obat Indonesia Vol 11 No 2 (2018): Jurnal Tumbuhan Obat Indonesia
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (745.795 KB)

Abstract

Back Matter Vol.11, No.2, Tahun 2018 jtoi managerxot
Jurnal Tumbuhan Obat Indonesia Vol 11 No 2 (2018): Jurnal Tumbuhan Obat Indonesia
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (569.637 KB)

Abstract

Page 1 of 1 | Total Record : 7