cover
Contact Name
Brigitta Laksmi Paramita
Contact Email
brigitta.laksmi@uajy.ac.id
Phone
+6282329549978
Journal Mail Official
journal.biota@gmail.com
Editorial Address
Fakultas Teknobiologi, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Jalan Babarsari No. 44, Sleman, Yogyakarta 55281, Indonesia
Location
Kota yogyakarta,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
Biota: Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati
ISSN : 25273221     EISSN : 2527323X     DOI : doi.org/10.24002/biota
Biota: Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati merupakan jurnal ilmiah yang memuat hasil-hasil penelitian, kajian-kajian pustaka dan berita-berita terbaru tentang ilmu dan teknologi kehayatian (biologi, bioteknologi dan bidang ilmu yang terkait). Biota terbit pertama kali bulan Juli 1995 dengan ISSN 0853-8670. Biota terbit tiga nomor dalam satu tahun (Februari, Juni, dan Oktober).
Articles 18 Documents
Search results for , issue "Vol 17, No 2 (2012): June 2012" : 18 Documents clear
Keanekaragaman Jenis Herpetofauna di Kawasan Ekowisata Goa Kiskendo, Kulonprogo, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Febri Qurniawan, Tony; Eprilurahman , Rury
Biota : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati Vol 17, No 2 (2012): June 2012
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (39.652 KB) | DOI: 10.24002/biota.v17i2.132

Abstract

Perubahan ekosistem dan kondisi lingkungan sangat memengaruhi kehidupan herpetofauna (amfibi dan reptil). Salah satu wilayah yang diduga masih cukup layak untuk menunjang kehidupan herpetofauna adalah Kawasan Ekowisata Goa Kiskendo, Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Penelitian tentang keanekaragaman jenis herpetofauna di daerah tersebut perlu dilakukan untuk mendapatkan informasi jumlah jenis dan sebarannya sebagai data awal keanekaragaman fauna. Penelitian dilaksanakan selama enam bulan (November 2007–April 2008) dengan metode pengamatan langsung baik siang maupun malam. Berdasarkan penelitian diperoleh 42 jenis herpetofauna yang terdiri atas 29 jenis reptil dan 13 jenis amfibi. Reptil yang diperoleh terdiri atas kadal (empat suku) dan ular (lima suku), sedangkan untuk amfibi terdiri dari enam suku. Dua jenis amfibi (Limnonectes kuhlii dan Michrohyla achatina) diketahui merupakan jenis endemik Pulau Jawa. Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kondisi ekosistem di kawasan wisata Goa Kiskendo masih cukup bagus sebagai habitat herpetofauna.
Membongkar Mitos Hutan Tropika Humida Melalui Ekologi dan Biogeografi Indrawan , Mochamad
Biota : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati Vol 17, No 2 (2012): June 2012
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (118.948 KB) | DOI: 10.24002/biota.v17i2.138

Abstract

Buku ini menggambarkan bahwa di samping berbagai kesamaan, tetapi HTH di berbagai kawasan di bumi ini memiliki berbagai perbedaan. Sebagai contoh, bila di lakukan perbandingan antara HTH di Amerika tropika, Afrika, Asia Tenggara, Madagaskar dan Papua/Nugini, tampak berbagai perbedaan ekologi dan biogeografi.
Pemisahan P4 (Progesteron) dari Serum Kuda Indonesia CBG4 Bunting 3,5 Bulan dengan Sephadex G-75 Rai Widjaja , Ngakan Made
Biota : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati Vol 17, No 2 (2012): June 2012
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (149.363 KB) | DOI: 10.24002/biota.v17i2.133

Abstract

eCG (equine Chorionic Gonadotropin) atau PMSG (Pregnant Mare Serum Gonadotropin) merupakan hormon gonadotropin yang beredar di pasaran yang saat ini masih diproduksi menggunakan bahan baku serum Thoroughbred bunting. eCG sangat dibutuhkan untuk mengobati kasus hipofungsi ovarium (inactive ovaries/post partum acyclicity) pada sapi, tetapi harganya mahal dan di Indonesia saat ini sulit memperolehnya. Sudah dibuktikan melalui penelitian sebelumnya bahwa kadar eCG pada kuda CBG4 (cross bred antara kuda Sandel dengan Thoroughbred hingga generasi keempat) tidak berbeda dengan Thoroughbred bunting 3,5 bulan. Serum kuda bunting di samping mengandung eCG, terdapat juga didalamnya E2, P4 (progesteron) dan prolaktin. Sephadex G-75 merupakan produk polimer polidekstran berbentuk gel yang biasa digunakan untuk memisahkan molekul protein dengan kisaran massa molekul antara 10.000–75.000 Dalton (1075 kDa). Tujuan penelitian ini adalah memisahkan P4 dari serum enam ekor CBG4 bunting 3,5 bulan dengan teknik kromatografi filtrasi gel menggunakan sephadex G-75. Model pemisahan dilakukan melalui penampungan sembilan fraksi eluat (fraksi ketiga sampai kesebelas). Selanjutnya, dengan teknik RIA fase padat akan ditentukan kadar P4 tiap-tiap fraksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar P4 (ng/ml) terendah 1,34 ± 1,32 terdapat di dalam fraksi eluat ketiga yang berbeda secara bermakna dengan fraksi eluat kesebelas 18,69 ± 2,99. Di samping itu, terdapat kecenderungan bahwa kadar P4 semakin meningkat seiring dengan semakin mengarahnya eluat ke fraksi akhir. Melalui model pemisahan atas kesembilan fraksi eluat tersebut nantinya digambarkan karakteristik kandungan urutan fraksi eluat untuk setiap komponen protein di dalam serum CBG4 bunting 3,5 bulan. Untuk menunjang maksud tersebut, disarankan untuk meneruskan penelitian terhadap upaya pemisahan eCG dari serum CBG4 bunting 3,5 bulan.
Kemampuan Yogurt Sinbiotik Berbasis Probiotik Lokal dalam Mencegah Diare dan Meningkatkan Imunitas Tikus Putih (Rattus norvegicus) Astawan , Made; Wresdiyati , Tutik ; Isnafia Arief , Irma ; Dwi Utami, Septi
Biota : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati Vol 17, No 2 (2012): June 2012
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (15.018 KB) | DOI: 10.24002/biota.v17i2.134

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah mengamati kemampuan yogurt sinbiotik yang mengandung probiotik lokal (Lactobacillus acidophilus 2B4) sebagai antidiare pada tikus yang terinfeksi Enteropathogenic Escherichia coli (EPEC), dan untuk mendeteksi dampak terhadap karakteristik imunomodulator (jumlah sel limfosit, kadar malonaldehid/MDA hati, dan aktivitas antioksidan superoksida dismutase/SOD hati). Infeksi EPEC (10 7 cfu/ml/hari) yang dilakukan secara oral ke tikus selama tujuh hari berturut-turut secara nyata menyebabkan diare ringan tanpa penurunan berat badan. Pemberian secara oral yogurt sinbiotik yang mengandung 10 9 cfu bakteri asam laktat/ml/hari selama 21 hari secara nyata meningkatkan respons imun tikus, yang ditunjukkan dengan meningkatnya sel limfosit di hari ke-14, penurunan MDA hati pada hari ke 14 dan 21, dan meningkatnya aktivitas SOD hati pada hari ke-14.
Aplikasi Metode Sidikjari Protein (SDS-PAGE) untuk Identifikasi Isolat Bakteri Endogenik Indonesia (Bacillus thuringiensis Berliner) yang Patogenik terhadap Hama Kubis (Crocidolomia binotalis Zell) L. Salaki, Christina; Sembiring , Langkah; Situmorang, Jesmandt; Nur Handayani , Niken Satut
Biota : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati Vol 17, No 2 (2012): June 2012
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (14.708 KB) | DOI: 10.24002/biota.v17i2.135

Abstract

Isolat bakteri Bacillus thuringiensis endogenik Indonesia yang patogenik terhadap hama kubis (Crocidolomia binotalis Zell.) dikarakterisasi dan diidentifikasi secara kimiawi dengan metode sidikjari protein. Total protein selular terlarut 10 isolat terpilih (SLK2.3, SRNG4.2, TKO1, TK9, YPPA1, UG1A,BLPPN8.2, YWKA1, BAU3.2, LPST1) dan 2 strain acuan (B. thuringiensis serovar kurstaki ATCC 10792 dan B. thuringiensis serovar israelensis H14) diperoleh melalui pemecahan sel dengan sonikasi. Ekstrak sel disentrifugasi dengan kecepatan 13000 rpm selama 5 menit untuk memperoleh supernatant. Protein dipisahkan dengan metode elektroforesis (SDS-PAGE) untuk menghasilkan profil sidikjari protein yang didokumentasikan dalam bentuk file elektronik. Selanjutnya, sidikjari protein dianalisis secara kualitatif maupun secara kuantitatif menggunakan software MVSP (Multivariate Statistical Package) untuk menghasilkan dendrogram. Hasil penelitian menunjukkan bahwa profil protein yang dihasilkan oleh tiap-tiap isolat dan strain acuan memberikan pola yang bermakna sehingga dapat digunakan untuk mengkarakterisasi dan mengidentifikasi isolat secara tegas. Analisis terhadap dendrogram menunjukkan bahwa strain acuan B. thuringiensis serovar kurstaki HD1 dapat dibedakan secara tegas dan jelas dengan strain acuan B. thuringiensis serovar israelensis H14. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa aplikasi profil sidikjari protein merupakan instrumen yang sangat ampuh untuk menyingkap keanekaragaman strain anggota B. thuringiensis yang disolasi dari habitat alami. Isolat yang diteliti diidentifikasi sebagai strain baru anggota B. thuringiensis serovar kurstaki karena menunjukkan kemiripan yang tinggi dengan strain acuan B. thuringiensis serovar kurstaki ATCC 10792 meskipun ke-10 isolat ini juga menunjukkan keanekaragaman genetik yang cukup tinggi.
Potensi Genistein Terhadap Histopatologi Tubulus Seminiferus Testis Mencit (Mus musculus) Novi Primiani, Cicilia; Lestari , Umie
Biota : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati Vol 17, No 2 (2012): June 2012
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (40.122 KB) | DOI: 10.24002/biota.v17i2.130

Abstract

Pemanfaatan sarana kontrasepsi pria dengan memanfaatkan bahan alami berasal dari tanaman sudah banyak dilakukan. Tetapi pemanfaatan biji kedelai sebagai salah satu tanaman suku Leguminoceae belum pernah dilakukan. Biji kedelai mengandung senyawa genistein, sebagai salah satu senyawa derivat isoflavon mempuyai struktur kimia mirip dengan 17β-estradiol bersifat seperti hormon steroid estrogen, mampu menyebabkan kerusakan pada sistem reproduksi jantan. Penelitian bertujuan menguji pengaruh genistein terhadap histopatologi tubulus seminiferus testis mencit jantan (Mus musculus). Penelitian dilakukan menggunakan pendekatan eksperimental, yang rancangannya mengikuti rancangan acak lengkap. Variabel bebas adalah dosis genistein 0 mg/g, 0,0035 mg/g, 0,0042 mg/g, dan 0,0049 mg/g. Variabel terikat adalah sel-sel germinal tubulus seminiferus testis. Data rerata jumlah sel-sel germinal dianalisis menggunakan Analisis Varians Satu Arah (One Way ANOVA) dengan tingkat signifikansi 95% (α 5%) dilakukan uji Post Hoc dengan Least Significant Difference (LSD) α 5%. Perubahan pada jaringan testis dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh pemberian genistein terhadap rerata jumlah sel-sel germinal dan menyebabkan penghambatan proliferasi sel-sel germinal dalam tubulus seminiferus testis.
Embriogenesis Somatik dari Eksplan Benih Gandum Tropis (Triticum aestivum L.) Pudjihartati , Endang; Marina Herawati , Maria
Biota : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati Vol 17, No 2 (2012): June 2012
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (24.699 KB) | DOI: 10.24002/biota.v17i2.136

Abstract

Embriogenesis somatik dalam penelitian ini menggunakan eksplan embrio dewasa (benih) gandum tropis varietas Dewata dan galur R-036 dan R-040 koleksi Pusat Studi Gandum Fakultas Pertanian dan Bisnis UKSW, meliputi tahap induksi dan proliferasi. Penelitian ini bertujuan mendapatkan genotipe gandum tropis yang mudah di kultur secara in vitro dan medium yang baik dalam rangka memperoleh Embrio Somatik (ES). Pada tahap induksi, benih gandum dikultur pada empat konsentrasi 2,4-d (2; 2,5; 3 dan 3,5 ppm). Pada tahap proliferasi diteliti empat komposisi media yang mengandung 2,5 dan 3 ppm 2,4-d dengan dan tanpa 0,5 ppm BAP. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah ES dan skor ES primer relatif tertinggi dari varietas Dewata pada 3 ppm 2,4-d, galur R-040 pada 2,5 ppm 2,4-d, dan galur R-036 pada 2 ppm 2,4-d. Eksplan gandum galur R-036 menghasilkan jumlah ES dan skor ES primer relatif tertinggi dibandingkan genotipe lain. Mutu benih yang digunakan mempengaruhi respons eksplan dalam menghasilkan jumlah ES dan skor ES primer dan kurang mempengaruhi jumlah ES dan skor ES sekunder. Pada tahap proliferasi, jumlah ES sekunder relatif tertinggi, dari galur R-036 pada 2,5 ppm 2,4-d, sedangkan varietas Dewata dan R-040 berturut-turut pada 2,5 ppm dan 3,0 ppm 2,4-d. Aplikasi 2,4-d yang dikombinasikan dengan BAP dapat menurunkan jumlah ES, tetapi hanya cenderung menurunkan skor ES sekunder pada ketiga genotipe. Pada skor ES hasil proliferasi tidak diamati adanya pengaruh komposisi ZPT yang diteliti (2,4-d dan BAP) pada varietas Dewata dan galur R-040, sedangkan pada galur R-036 skor ES sekunder maksimum pada 2,5 ppm 2,4-d.
Karakteristik Mikrosatelit Gen BoLA dengan Penanda Primer RM 185 pada Sapi Bali (Bos indicus) di Nusa Penida Suastika , Putu; Puja, I Ketut; Wandia, I Nengah; Sulabda, I Nyoman
Biota : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati Vol 17, No 2 (2012): June 2012
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (9.129 KB) | DOI: 10.24002/biota.v17i2.131

Abstract

Penelitian ini bertujuan menjelaskan distribusi frekuensi lokus gen bovine lymphocyte antigen (BoLA) memakai primer RM 185 pada sapi bali dari Nusa Penida. Sebanyak 21 ekor sapi bali yang berasal dari Nusa Penida diambil secara acak. Jumlah alel gen BoLA pada lokus RM 185 ada 7 macam alel yaitu 76 pb, 84 pb, 86 pb, 90 pb, 98 pb, 100 pb, dan 104 pb. Frekuensi tiap- tiap alel yang teramati adalah 0,02%; 0,09%; 0,31%; 0,07%; 0,12%; 0,28%; dan 0,09%. Rata- rata heterozigositas yang didapat adalah 0,804. Dapat disimpulkan, bahwa lokus RM 185 pada gen BoLA sapi bali di Nusa Penida adalah sangat polimorfik di antara populasi.
Produksi Selulosa Bakterial dari Air Buah Kelapa Dalam Berbagai Konsentrasi Sukrosa dan Urea Suharjono , Suharjono; Ardyati , Tri ; Zubaidah , Elok ; Munawaroh , Munawaroh ; Pradani P, Citra
Biota : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati Vol 17, No 2 (2012): June 2012
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (10.349 KB) | DOI: 10.24002/biota.v17i2.137

Abstract

Selulosa adalah biopolimer alamiah yang sebagian besar diperoleh dari tanaman dan telah diaplikasikan secara luas terutama di industri kertas dan tekstil. Penggunaan tanaman hutan untuk produksi serat selulosa secara kontinyu mengakibatkan dampak negatif pada lingkungan. Limbah air buah kelapa dapat dimetabolisme oleh bakteri anggota Marga Gluconacetobacter menghasilkan selulosa bakterial sebagai alternatif bagi selulosa tanaman. Tujuan penelitian ini adalah mempelajari pengaruh peningkatan konsentrasi sukrosa dan urea pada produktivitas selulosa bakterial dalam medium air buah kelapa. Starter suspensi setiap biakan mikrobia sebanyak 10% dengan densitas 2,2 x 10 7 sel/mL diinokulasikan ke medium air buah kelapa 150 mL dengan variasi konsentrasi sukrosa (0,0; 2,5; 5,0; 7,5; dan 10,0%) dan urea (0,0; 0,2; 0,5; 0,7; dan 1,0%) yang dibiakkan secara statis selama 14 hari pada suhu ruang (25 o C). Isolat bakteri AK3 memiliki similaritas fenotip 87,14% dengan G. xylinus BTCC B-796 dengan potensi produksi selulosa lebih rendah dibandingkan yang diproduksi oleh G. xylinus BTCC B-796 dan starter nata de coco. Variasi konsentrasi sukrosa dan urea tidak perpengaruh pada produksi selulosa oleh G. xylinus BTCC B-796 tetapi berpengaruh nyata pada produksi selulosa oleh isolat AK3 dan starter komersial nata de coco.
Potensi Genistein Terhadap Histopatologi Tubulus Seminiferus Testis Mencit (Mus musculus) Cicilia Novi Primiani; Umie Lestari
Biota : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati Vol 17, No 2 (2012): June 2012
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24002/biota.v17i2.130

Abstract

Pemanfaatan sarana kontrasepsi pria dengan memanfaatkan bahan alami berasal dari tanaman sudah banyak dilakukan. Tetapi pemanfaatan biji kedelai sebagai salah satu tanaman suku Leguminoceae belum pernah dilakukan. Biji kedelai mengandung senyawa genistein, sebagai salah satu senyawa derivat isoflavon mempuyai struktur kimia mirip dengan 17β-estradiol bersifat seperti hormon steroid estrogen, mampu menyebabkan kerusakan pada sistem reproduksi jantan. Penelitian bertujuan menguji pengaruh genistein terhadap histopatologi tubulus seminiferus testis mencit jantan (Mus musculus). Penelitian dilakukan menggunakan pendekatan eksperimental, yang rancangannya mengikuti rancangan acak lengkap. Variabel bebas adalah dosis genistein 0 mg/g, 0,0035 mg/g, 0,0042 mg/g, dan 0,0049 mg/g. Variabel terikat adalah sel-sel germinal tubulus seminiferus testis. Data rerata jumlah sel-sel germinal dianalisis menggunakan Analisis Varians Satu Arah (One Way ANOVA) dengan tingkat signifikansi 95% (α 5%) dilakukan uji Post Hoc dengan Least Significant Difference (LSD) α 5%. Perubahan pada jaringan testis dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh pemberian genistein terhadap rerata jumlah sel-sel germinal dan menyebabkan penghambatan proliferasi sel-sel germinal dalam tubulus seminiferus testis.

Page 1 of 2 | Total Record : 18


Filter by Year

2012 2012


Filter By Issues
All Issue Vol 8, No 3 (2023): October 2023 Vol 8, No 1 (2023): February 2023 Vol 7, No 3 (2022): October 2022 Vol 7, No 2 (2022): June 2022 Vol 7, No 1 (2022): February 2022 Vol 6, No 3 (2021): October 2021 Vol 6, No 2 (2021): June 2021 Vol 6, No 1 (2021): February 2021 Vol 5, No 3 (2020): October 2020 Vol 5, No 2 (2020): June 2020 Vol 5, No 1 (2020): February 2020 Vol 4, No 3 (2019): October 2019 Vol 4, No 2 (2019): June 2019 Vol 4, No 1 (2019): February 2019 Vol 4, No 1 (2019): February 2019 Vol 3, No 3 (2018): October 2018 Vol 3, No 2 (2018): June 2018 Vol 3, No 1 (2018): February 2018 Vol 3, No 1 (2018): February 2018 Vol 2, No 3 (2017): October 2017 Vol 2, No 2 (2017): June 2017 Vol 2, No 1 (2017): February 2017 Vol 2, No 1 (2017): February 2017 Vol 1, No 3 (2016): October 2016 Vol 1, No 2 (2016): June 2016 Vol 1, No 1 (2016): February 2016 Vol 1, No 1 (2016): February 2016 Vol 19, No 1 (2014): February 2014 Biota Volume 19 Nomor 1 Tahun 2014 Biota Volume 13 Nomor 2 Tahun 2014 Vol 18, No 2 (2013): June 2013 Vol 18, No 1 (2013): February 2013 Biota Volume 18 Nomor 1 Tahun 2013 Vol 17, No 3 (2012): October 2012 Vol 17, No 2 (2012): June 2012 Vol 17, No 1 (2012): February 2012 BIOTA Volume 17 Nomor 3 Tahun 2012 Vol 16, No 2 (2011): June 2011 Vol 16, No 2 (2011): June 2011 Vol 16, No 1 (2011): February 2011 Vol 16, No 1 (2011): February 2011 Vol 15, No 3 (2010): October 2010 Vol 15, No 2 (2010): June 2010 Vol 15, No 1 (2010): February 2010 Vol 14, No 3 (2009): October 2009 Vol 14, No 2 (2009): June 2009 Vol 14, No 1 (2009): February 2009 Vol 13, No 3 (2008): October 2008 Vol 13, No 2 (2008): June 2008 Vol 13, No 1 (2008): February 2008 Vol 12, No 3 (2007): October 2007 Vol 12, No 2 (2007): June 2007 Vol 12, No 1 (2007): February 2007 Vol 11, No 3 (2006): October 2006 Vol 11, No 2 (2006): June 2006 Vol 11, No 1 (2006): February 2006 Vol 10, No 3 (2005): October 2005 Vol 10, No 2 (2005): June 2005 Vol 10, No 1 (2005): February 2005 Vol 9, No 3 (2004): October 2004 Vol 9, No 2 (2004): June 2004 Vol 9, No 1 (2004): February 2004 Vol 8, No 3 (2003): October 2003 Vol 8, No 2 (2003): June 2003 Vol 8, No 1 (2003): February 2003 More Issue