cover
Contact Name
Brigitta Laksmi Paramita
Contact Email
brigitta.laksmi@uajy.ac.id
Phone
+6282329549978
Journal Mail Official
journal.biota@gmail.com
Editorial Address
Fakultas Teknobiologi, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Jalan Babarsari No. 44, Sleman, Yogyakarta 55281, Indonesia
Location
Kota yogyakarta,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
Biota: Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati
ISSN : 25273221     EISSN : 2527323X     DOI : doi.org/10.24002/biota
Biota: Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati merupakan jurnal ilmiah yang memuat hasil-hasil penelitian, kajian-kajian pustaka dan berita-berita terbaru tentang ilmu dan teknologi kehayatian (biologi, bioteknologi dan bidang ilmu yang terkait). Biota terbit pertama kali bulan Juli 1995 dengan ISSN 0853-8670. Biota terbit tiga nomor dalam satu tahun (Februari, Juni, dan Oktober).
Articles 11 Documents
Search results for , issue "Vol 2, No 3 (2017): October 2017" : 11 Documents clear
Uji Ketahanan Luntur dan Karakterisasi Serbuk Tinta Cumi-Cumi (Loligo sp.) sebagai Dasar Pewarna Hitam untuk Kain Tenun Ikat Asal Nusa Tenggara Timur Nitsae, Merpiseldin; Mellissa E. S. Ledo, Egertha Karpada Arsun Banamtuan; Alan Ch. Sabuna, Ronny S. Mauboy
Biota : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati Vol 2, No 3 (2017): October 2017
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (806.115 KB) | DOI: 10.24002/biota.v3i2.1884

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menguji sifat karakter dan karakteristik bubuk tinta cumi. Uji ketahanan luntur menggunakan metode Grey Scale dan Staining Scale, sedangkan uji karakteristik tinta cumi-cumi menggunakan metode FT-IR dan SEM. Hasil yang diperoleh menunjukkan pada saat kain katun dicelupkan ke dalam 250 mL tinta cumi-cumi selama 1 jam menghasilkan warna hitam namun mudah luntur sehingga warna yang dihasilkan perlu dipertahankan menggunakan fiksator yaitu kapur tohor dan tawas. Variasi konsentrasi fiksator yang digunakan yaitu: 20, 50, dan 100 g/mL. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa fiksator kapur tohor menghasilkan warna cokelat, sedangkan fiksator tawas menghasilkan warna hitam pekat. Hasil uji menggunakan Grey Scale dan Staining Scale menunjukkan perlakuan terbaik pada konsentrasi fiksator 100 g/mL. Selain itu hasil karakterisasi tinta cumi-cumi menggunakan FT-IR menunjukkan adanya serapan pada peak 3236, 33 cm-1 merupakan gugus –OH dan gugus –NH (tumpang tindih); 2964, 39 cm-1 dan 2927, 74 cm-1 merupakan gugus C-H sp2; 1633, 59 cm-1 dan 1544, 88 cm-1 merupakan ikatan cincin aromatik dari C=C dan C=N. Hasil karakterisasi menggunakan SEM menunjukkan diameter serbuk bervariasi yaitu berukuran 58, 8 µm; 68, 3 µm; dan 68, 8 µm yang tidak teratur (serpihan amorf).
Purifikasi Lipase Aspergillus niger M1407 Indigenus Menggunakan Kromatografi Pertukaran Ion Stephanie Ledo, Mellissa Erlyn; Merpiseldin Nitsae, Hartini Realista Lidya Solle
Biota : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati Vol 2, No 3 (2017): October 2017
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (343.851 KB) | DOI: 10.24002/biota.v3i2.1883

Abstract

Lipase digunakan sebagai biokatalis dalam proses sintesis biodiesel. Salah satu tumbuhan yang memiliki potensi biokatalis telah diidentifikasi dan dibudidayakan yaitu pohon kesambi (Schleichera oleosa) yang populasinya cukup tinggi di Nusa Tenggara Timur dan belum dimanfaatkan secara optimal. Biji kesambi (Schleichera seeds) diketahui memiliki kandungan asam lemak yang cukup tinggi seperti asam miristat, asam palmitat, asam stearate, asam arakidat, asam oleat dan asam linoleat. Isolat Aspergillus niger M1407 adalah isolat fungi lipolitik indigenus yang diisolasi dari biji kesambi. Penelitan ini bertujuan mendapatkan lipase A. niger M1407 yang murni melalui proses purifikasi menggunakan kromatografi pertukaran ion dan mendapatkan profil pH lipase A. niger M1407. Tahapan penelitian ini adalah 1) Tahap produksi lipase melalui Solid State Fermentation menggunakan medium tepung biji kesambi; 2) Tahap purifikasi lipase menggunakan cation exchange ; 3) Tahap uji profil pH Lipase A. niger M1407; dan 4) Uji aktivitas lipase parsial purifikasi. Hasilnya menunjukkan aktivitas ekstrak kasar lipase A. niger M1407 memiliki pH optimal pada pH= 8 dengan aktivitas sebesar 118,52 U/mL pada suhu kamar. Aktivitas lipase A. niger M1407 yang telah mengalami purifikasi menggunakan metode kromatografi pertukaran kation (cation exchange chromatography) adalah 71,11 U/mL. Dengan demikian, optimasi purifikasi lipase A. niger M1407 dan karakterisasinya perlu dilakukan dalam upaya pengembangan produksi biodiesel dengan pemanfaatan biji kesambi.
Optimalisasi Gula Cair dan pH Medium untuk Fermentasi Alkohol dari Jus Curucuma xanthorihiza Atmodjo, Kianto
Biota : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati Vol 2, No 3 (2017): October 2017
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (537.811 KB) | DOI: 10.24002/biota.v3i2.1885

Abstract

Gula cair suatu produk baru dari gula yang tersusun dari fruktosa, glukosa dan disakarida dianggap lebih baik daripada gula kristal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi gula cair dan pH medium yang digunakan dalam fermentasi sari temulawak (Curcuma xantorhiza Raoxb) oleh Saccharomyces cerevisiae untuk memproduksi alkohol.  Satu kg temulawak kering dihancurkan ditambah air sebanyak 8 liter, ditambahkan 250 g kecambah kacang hijau, direbus selama 30 menit, lalu didinginkan kemudian direbus lagi tiga kali rebusan disaring lalu diambil airnya kemudian dimasukkan ke dalam botol fermentasi sebanyak 300 ml kemudian ditambahkan gula cair sehingga diperoleh variasi 0,15%, 30%, 45%, 60% dan 75%. Medium sari temulawak ini diatur pH nya menjadi 4, 4,5, 5,0, 5,5 dan 6. Selanjutnya 1 g bibit S. cerevisiae ditambahkan pada tiap botol fermentasi lalu ditutup. Fermentasi berlangsung pada suhu kamar. Parameter penelitian berupa total sel, pH dan gula reduksi yang diukur tiap sehari sebanyak tiga kali, dan kadar alkohol setelah satu bulan fermentasi.  Hasil menunjukkan tidak adanya hubungan yang signifikan antara peningkatan kadar gula dan perbedaan pH medium terhadap total sel, perubahan pH dan kadar gula. Namun ada hubungan yang nyata  antara kenaikan kadar gula medium dengan alkohol yang dihasilkan. Efisiensi konversi gula menjadi alkohol tertinggi  di atas 3% terjadi pada fermentasi pada  konsentrasi gula 45%. Kadar alkohol tertinggi dihasilkan pada pH medium awal 5.
Kelimpahan dan Pola Penyebaran Bulu Babi (Echinoidea) di Terumbu Karang Pantai Pasir Putih, Situbondo, Indonesia Somma, Andi; Zahida, Felicia; Yuda, Pramana
Biota : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati Vol 2, No 3 (2017): October 2017
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (752.689 KB) | DOI: 10.24002/biota.v3i2.1887

Abstract

Penelitian tentang kelimpahan ikan, moluska dan bentos pada daerah terumbu karang sudah banyak dilakukan, penelitian tentang kelimpahan dan pola penyebaran bulu babi di Pantai Pasir Putih, Situbondo sebagai daerah wisata belum dilakukan. Ramainya wisatawan yang datang mampu mengganggu daya dukung lingkungan terhadap organisme laut seperti bulu babi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis, kelimpahan dan pola penyebaran bulu babi di ekosistem terumbu karang perairan Pantai Pasir Putih, Situbondo. Penelitian ini dilakukan pada tiga stasiun yang mewakili daerah Pantai Pasir Putih, Situbondo yaitu: Watu Lawang sebagai stasiun 1, Karang Mayit – Teluk Pelita sebagai stasiun 2 dan Watu Pon – Pon sebagai stasiun 3. Pengambilan data menggunakan metode transek kuadrat. Setiap stasiun memiliki lima transek dengan panjang dan jarak antar transek 100 m. Bidang observasi sepanjang transek menggunakan petak ukur dengan luas 1 m2. Selanjutnya kelimpahan dan pola penyebaran bulu babi dihitung. Bulu babi yang diperoleh dari penelitian ini adalah Diadema setosum, Echinothrix calamaris duri putih dan Echinothrix calamaris duri coklat belang. Bulu babi D. setosum merupakan spesies yang dominan di ketiga stasiun dengan kelimpahan relatif, berturut turut adalah 60,976%, 69,136% dan 45,333%. Pola penyebaran bulu babi D. setosum seragam, sedangkan E. calamaris duri putih dan E. calamaris duri coklat belang mengelompok.
Indeks volume 2 2, Indeks volume
Biota : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati Vol 2, No 3 (2017): October 2017
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24002/biota.v3i2.1919

Abstract

Indeks volume 2
Keanekaragaman Jamur di Cagar Alam Gunung Mutis Kabupaten Timor Tengah Utara, Nusa Tenggara Timur Solle, Hartini; Klau, Ferdinandus; Nuhamara, Simon Taka
Biota : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati Vol 2, No 3 (2017): October 2017
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (674.068 KB) | DOI: 10.24002/biota.v3i2.1886

Abstract

Jamur merupakan salah satu organisme yang memegang peranan penting dalam menguraikan bahan organik yang sangat kompleks menjadi bahan sederhana sehingga mudah diserap oleh organisme lainnya. Tujuan penelitian untuk mengetahui jenis jamur dan mengetahui tingkat keanekaragaman jenis jamur pada hutan cagar alam gunung Mutis. Metode yang digunakan adalah metode jelajah setiap plot dengan mencatat jenis jamur yang ditemukan pada kawasan tersebut dan dilanjutkan dengan proses identifikasi jenis jamur yang ditemukan. Pengambilan sampel dengan koleksi dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 340 individu pada 17 spesies jamur dengan tingkat keanekaragaman : 1,510 yang menunjukkan tingkat keanekaragam spesies jamur yang tinggi. Spesies jamur yang paling mendominasi adalah jamur Microporus sp dan Polyporus sp, sedangkan jenis lain keberadaannya masih tergolong rendah seperti Polyporus squamosus, Coriolus hirsutus, Pycnoporus cinnabarinus, Tyromyces sambuceus, Fomytopsis pinicola, Microporus perula, Trametes orientalis, Piptoporus betulinus, Auricula polytricha, Auricularia auricula, Elfvingia applanata, Fomes sp, Laccaria vinaceoavellaneae, Paxillus curtisii, Pleurotus pulmorius.
Purifikasi Lipase Aspergillus niger M1407 Indigenus Menggunakan Kromatografi Pertukaran Ion Mellissa Erlyn Stephanie Ledo; Hartini Realista Lidya Solle Merpiseldin Nitsae
Biota : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati Vol 2, No 3 (2017): October 2017
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24002/biota.v2i3.1883

Abstract

Lipase digunakan sebagai biokatalis dalam proses sintesis biodiesel. Salah satu tumbuhan yang memiliki potensi biokatalis telah diidentifikasi dan dibudidayakan yaitu pohon kesambi (Schleichera oleosa) yang populasinya cukup tinggi di Nusa Tenggara Timur dan belum dimanfaatkan secara optimal. Biji kesambi (Schleichera seeds) diketahui memiliki kandungan asam lemak yang cukup tinggi seperti asam miristat, asam palmitat, asam stearate, asam arakidat, asam oleat dan asam linoleat. Isolat Aspergillus niger M1407 adalah isolat fungi lipolitik indigenus yang diisolasi dari biji kesambi. Penelitan ini bertujuan mendapatkan lipase A. niger M1407 yang murni melalui proses purifikasi menggunakan kromatografi pertukaran ion dan mendapatkan profil pH lipase A. niger M1407. Tahapan penelitian ini adalah 1) Tahap produksi lipase melalui Solid State Fermentation menggunakan medium tepung biji kesambi; 2) Tahap purifikasi lipase menggunakan cation exchange ; 3) Tahap uji profil pH Lipase A. niger M1407; dan 4) Uji aktivitas lipase parsial purifikasi. Hasilnya menunjukkan aktivitas ekstrak kasar lipase A. niger M1407 memiliki pH optimal pada pH= 8 dengan aktivitas sebesar 118,52 U/mL pada suhu kamar. Aktivitas lipase A. niger M1407 yang telah mengalami purifikasi menggunakan metode kromatografi pertukaran kation (cation exchange chromatography) adalah 71,11 U/mL. Dengan demikian, optimasi purifikasi lipase A. niger M1407 dan karakterisasinya perlu dilakukan dalam upaya pengembangan produksi biodiesel dengan pemanfaatan biji kesambi.
Uji Ketahanan Luntur dan Karakterisasi Serbuk Tinta Cumi-Cumi (Loligo sp.) sebagai Dasar Pewarna Hitam untuk Kain Tenun Ikat Asal Nusa Tenggara Timur Merpiseldin Nitsae; Egertha Karpada Arsun Banamtuan Mellissa E. S. Ledo; Ronny S. Mauboy Alan Ch. Sabuna
Biota : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati Vol 2, No 3 (2017): October 2017
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24002/biota.v2i3.1884

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menguji sifat karakter dan karakteristik bubuk tinta cumi. Uji ketahanan luntur menggunakan metode Grey Scale dan Staining Scale, sedangkan uji karakteristik tinta cumi-cumi menggunakan metode FT-IR dan SEM. Hasil yang diperoleh menunjukkan pada saat kain katun dicelupkan ke dalam 250 mL tinta cumi-cumi selama 1 jam menghasilkan warna hitam namun mudah luntur sehingga warna yang dihasilkan perlu dipertahankan menggunakan fiksator yaitu kapur tohor dan tawas. Variasi konsentrasi fiksator yang digunakan yaitu: 20, 50, dan 100 g/mL. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa fiksator kapur tohor menghasilkan warna cokelat, sedangkan fiksator tawas menghasilkan warna hitam pekat. Hasil uji menggunakan Grey Scale dan Staining Scale menunjukkan perlakuan terbaik pada konsentrasi fiksator 100 g/mL. Selain itu hasil karakterisasi tinta cumi-cumi menggunakan FT-IR menunjukkan adanya serapan pada peak 3236, 33 cm-1 merupakan gugus –OH dan gugus –NH (tumpang tindih); 2964, 39 cm-1 dan 2927, 74 cm-1 merupakan gugus C-H sp2; 1633, 59 cm-1 dan 1544, 88 cm-1 merupakan ikatan cincin aromatik dari C=C dan C=N. Hasil karakterisasi menggunakan SEM menunjukkan diameter serbuk bervariasi yaitu berukuran 58, 8 µm; 68, 3 µm; dan 68, 8 µm yang tidak teratur (serpihan amorf).
Optimalisasi Gula Cair dan pH Medium untuk Fermentasi Alkohol dari Jus Curucuma xanthorihiza Kianto Atmodjo
Biota : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati Vol 2, No 3 (2017): October 2017
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24002/biota.v2i3.1885

Abstract

Gula cair suatu produk baru dari gula yang tersusun dari fruktosa, glukosa dan disakarida dianggap lebih baik daripada gula kristal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi gula cair dan pH medium yang digunakan dalam fermentasi sari temulawak (Curcuma xantorhiza Raoxb) oleh Saccharomyces cerevisiae untuk memproduksi alkohol.  Satu kg temulawak kering dihancurkan ditambah air sebanyak 8 liter, ditambahkan 250 g kecambah kacang hijau, direbus selama 30 menit, lalu didinginkan kemudian direbus lagi tiga kali rebusan disaring lalu diambil airnya kemudian dimasukkan ke dalam botol fermentasi sebanyak 300 ml kemudian ditambahkan gula cair sehingga diperoleh variasi 0,15%, 30%, 45%, 60% dan 75%. Medium sari temulawak ini diatur pH nya menjadi 4, 4,5, 5,0, 5,5 dan 6. Selanjutnya 1 g bibit S. cerevisiae ditambahkan pada tiap botol fermentasi lalu ditutup. Fermentasi berlangsung pada suhu kamar. Parameter penelitian berupa total sel, pH dan gula reduksi yang diukur tiap sehari sebanyak tiga kali, dan kadar alkohol setelah satu bulan fermentasi.  Hasil menunjukkan tidak adanya hubungan yang signifikan antara peningkatan kadar gula dan perbedaan pH medium terhadap total sel, perubahan pH dan kadar gula. Namun ada hubungan yang nyata  antara kenaikan kadar gula medium dengan alkohol yang dihasilkan. Efisiensi konversi gula menjadi alkohol tertinggi  di atas 3% terjadi pada fermentasi pada  konsentrasi gula 45%. Kadar alkohol tertinggi dihasilkan pada pH medium awal 5.
Keanekaragaman Jamur di Cagar Alam Gunung Mutis Kabupaten Timor Tengah Utara, Nusa Tenggara Timur Hartini Solle; Ferdinandus Klau; Simon Taka Nuhamara
Biota : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati Vol 2, No 3 (2017): October 2017
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24002/biota.v2i3.1886

Abstract

Jamur merupakan salah satu organisme yang memegang peranan penting dalam menguraikan bahan organik yang sangat kompleks menjadi bahan sederhana sehingga mudah diserap oleh organisme lainnya. Tujuan penelitian untuk mengetahui jenis jamur dan mengetahui tingkat keanekaragaman jenis jamur pada hutan cagar alam gunung Mutis. Metode yang digunakan adalah metode jelajah setiap plot dengan mencatat jenis jamur yang ditemukan pada kawasan tersebut dan dilanjutkan dengan proses identifikasi jenis jamur yang ditemukan. Pengambilan sampel dengan koleksi dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 340 individu pada 17 spesies jamur dengan tingkat keanekaragaman : 1,510 yang menunjukkan tingkat keanekaragam spesies jamur yang tinggi. Spesies jamur yang paling mendominasi adalah jamur Microporus sp dan Polyporus sp, sedangkan jenis lain keberadaannya masih tergolong rendah seperti Polyporus squamosus, Coriolus hirsutus, Pycnoporus cinnabarinus, Tyromyces sambuceus, Fomytopsis pinicola, Microporus perula, Trametes orientalis, Piptoporus betulinus, Auricula polytricha, Auricularia auricula, Elfvingia applanata, Fomes sp, Laccaria vinaceoavellaneae, Paxillus curtisii, Pleurotus pulmorius.

Page 1 of 2 | Total Record : 11


Filter by Year

2017 2017


Filter By Issues
All Issue Vol 8, No 3 (2023): October 2023 Vol 8, No 1 (2023): February 2023 Vol 7, No 3 (2022): October 2022 Vol 7, No 2 (2022): June 2022 Vol 7, No 1 (2022): February 2022 Vol 6, No 3 (2021): October 2021 Vol 6, No 2 (2021): June 2021 Vol 6, No 1 (2021): February 2021 Vol 5, No 3 (2020): October 2020 Vol 5, No 2 (2020): June 2020 Vol 5, No 1 (2020): February 2020 Vol 4, No 3 (2019): October 2019 Vol 4, No 2 (2019): June 2019 Vol 4, No 1 (2019): February 2019 Vol 4, No 1 (2019): February 2019 Vol 3, No 3 (2018): October 2018 Vol 3, No 2 (2018): June 2018 Vol 3, No 1 (2018): February 2018 Vol 3, No 1 (2018): February 2018 Vol 2, No 3 (2017): October 2017 Vol 2, No 2 (2017): June 2017 Vol 2, No 1 (2017): February 2017 Vol 2, No 1 (2017): February 2017 Vol 1, No 3 (2016): October 2016 Vol 1, No 2 (2016): June 2016 Vol 1, No 1 (2016): February 2016 Vol 1, No 1 (2016): February 2016 Vol 19, No 1 (2014): February 2014 Biota Volume 19 Nomor 1 Tahun 2014 Biota Volume 13 Nomor 2 Tahun 2014 Vol 18, No 2 (2013): June 2013 Vol 18, No 1 (2013): February 2013 Biota Volume 18 Nomor 1 Tahun 2013 Vol 17, No 3 (2012): October 2012 Vol 17, No 2 (2012): June 2012 Vol 17, No 1 (2012): February 2012 BIOTA Volume 17 Nomor 3 Tahun 2012 Vol 16, No 2 (2011): June 2011 Vol 16, No 2 (2011): June 2011 Vol 16, No 1 (2011): February 2011 Vol 16, No 1 (2011): February 2011 Vol 15, No 3 (2010): October 2010 Vol 15, No 2 (2010): June 2010 Vol 15, No 1 (2010): February 2010 Vol 14, No 3 (2009): October 2009 Vol 14, No 2 (2009): June 2009 Vol 14, No 1 (2009): February 2009 Vol 13, No 3 (2008): October 2008 Vol 13, No 2 (2008): June 2008 Vol 13, No 1 (2008): February 2008 Vol 12, No 3 (2007): October 2007 Vol 12, No 2 (2007): June 2007 Vol 12, No 1 (2007): February 2007 Vol 11, No 3 (2006): October 2006 Vol 11, No 2 (2006): June 2006 Vol 11, No 1 (2006): February 2006 Vol 10, No 3 (2005): October 2005 Vol 10, No 2 (2005): June 2005 Vol 10, No 1 (2005): February 2005 Vol 9, No 3 (2004): October 2004 Vol 9, No 2 (2004): June 2004 Vol 9, No 1 (2004): February 2004 Vol 8, No 3 (2003): October 2003 Vol 8, No 2 (2003): June 2003 Vol 8, No 1 (2003): February 2003 More Issue