cover
Contact Name
Brigitta Laksmi Paramita
Contact Email
brigitta.laksmi@uajy.ac.id
Phone
+6282329549978
Journal Mail Official
journal.biota@gmail.com
Editorial Address
Fakultas Teknobiologi, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Jalan Babarsari No. 44, Sleman, Yogyakarta 55281, Indonesia
Location
Kota yogyakarta,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
Biota: Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati
ISSN : 25273221     EISSN : 2527323X     DOI : doi.org/10.24002/biota
Biota: Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati merupakan jurnal ilmiah yang memuat hasil-hasil penelitian, kajian-kajian pustaka dan berita-berita terbaru tentang ilmu dan teknologi kehayatian (biologi, bioteknologi dan bidang ilmu yang terkait). Biota terbit pertama kali bulan Juli 1995 dengan ISSN 0853-8670. Biota terbit tiga nomor dalam satu tahun (Februari, Juni, dan Oktober).
Articles 16 Documents
Search results for , issue "Vol 5, No 2 (2020): June 2020" : 16 Documents clear
Produksi Bioetanol Pati Umbi Talas (Colocasia esculenta (L.) Schott) dengan Variasi Konsentrasi Inokulum dan Waktu Fermentasi Zymomonas mobilis Febriani, Yunisha; Sidharta, Boy Rahardjo; Pranata, Fransiskus Sinung
Biota : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati Vol 5, No 2 (2020): June 2020
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24002/biota.v5i2.2506

Abstract

Bioetanol dapat diproduksi dari hasil fermentasi bahan baku yang mengandung karbohidrat. Umbi talas (Colocasia esculenta (L.) Schott) memiliki karbohidrat yang cukup tinggi yakni 23,7% sehingga dapat dimanfaatkan sebagai penghasil bioetanol. Zymomonas mobilis merupakan mikrobia yang dapat mengubah glukosa menjadi etanol. Penelitian ini bertujuan mengetahui konsentrasi inokulum dan waktu fermentasi yang paling optimal untuk menghasilkan bioetanol dari pati umbi talas. Umbi talas dipotong, dikeringkan dan dihancurkan lalu diayak sampai berbentuk tepung. Tepung talas dihidrolisis dengan larutan HCl (1, 3, dan 5 %) lalu diuji kadar gula reduksinya dengan metode Nelson-Somogyi. Tahap fermentasi dilakukan sesuai rancangan percobaan yakni 0, 2, 4, 6 dan 8 hari serta menggunakan konsentrasi inokulum 0, 5, 10, dan 15 %. Hasil fermentasi berupa etanol diukur konsentrasinya menggunakan kromatografi gas. Kadar gula reduksi menunjukkan kadar gula tertinggi ada pada konsentrasi HCl 5 %. Kadar bioetanol sebesar 0,07 % diperoleh pada waktu fermentasi optimal yaitu hari ke-8 dan konsentrasi inokulum paling optimal sebesar 10 %.
Keanekaragaman Jenis Ikan di Sepanjang Sungai Opak Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia Yudha, Donan Satria; Trijoko, Trijoko; Eprilurahman, Rury; Nugraha, Rizki; Suranto, Rosita Dwi Putri; Abida, Farahsani Umi; Tobing, Vega Felicia; Fathiya, Raden Firly; Nopitasari, Sri
Biota : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati Vol 5, No 2 (2020): June 2020
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24002/biota.v5i2.2939

Abstract

Penelitian mengenai keanekaragaman ikan air tawar di Sungai Opak DIY telah dilakukan dan dipublikasikan, tahun 2006, 2011 dan 2013. Data mengenai keanekaragaman ikan di Sungai Opak perlu dilakukan penambahan data, terutama data menyeluruh dari hulu hingga muara. Penambahan data perlu dilakukan, karena dimungkinkan ditemukan jenis ikan yang belum sempat tertangkap pada penelitian sebelumnya. Data jenis ikan yang tidak tertangkap pada penelitian sebelumnya, dapat menambah keanekaragaman jenis ikan di Sungai Opak. Penelitian ini bertujuan untuk melengkapi dan menambah data keanekaragaman jenis ikan yang terdapat di sepanjang Sungai Opak, dari hulu hingga muara. Pengambilan sampel dari hulu hingga muara menggunakan metode Purposive Random Sampling dengan bantuan jaring besar, kecil dan jala tebar. Sampling secara umum dibagi dalam empat bagian yaitu: hulu, tengah, hilir dan muara. Pada penelitian yang kami lakukan, terdapat beberapa jenis ikan yang tidak dijumpai pada penelitian sebelumnya, yaitu: lima jenis ikan dibagian hulu, di bagian tengah terdapat tiga jenis ikan yang tidak dijumpai pada penelitian sebelumnya, baik sampling hulu maupun hilir. Di bagian hilir dijumpai tujuh jenis ikan saat penelitian ini dan tidak dijumpai pada penelitian sebelumnya. Pada bagian muara, dijumpai lima belas jenis ikan yang tidak dijumpai di hilir pada penelitian sebelumnya. Total terdapat 28 jenis ikan yang dijumpai di tahun 2013 tetapi belum dijumpai di penelitian sebelumnya.
Pengetahuan dan Sikap Masyarakat di Kecamatan Seram Utara Barat, Provinsi Maluku, Terhadap Keberadaan Burung Gosong Tagueha, Astri Dwyanti; Liur, Isye Jean
Biota : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati Vol 5, No 2 (2020): June 2020
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24002/biota.v5i2.3619

Abstract

Kemampuan burung gosong sebagai satwa yang mampu menghasilkan telur dengan ukuran diatas rata-rata dan ditetaskan oleh alam telah menjadi pemicu adanya eksploitasi tidak terkendali oleh manusia. Keadaan tersebut disebabkan adanya perbedaan cara pandang di tengah masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan dan sikap masyarakat di Kecamatan Seram Utara Barat terhadap keberadaan burung gosong. Penelitian dilakukan dalam 2 tahap, yaitu Juli 2017 dan Agustus 2018 di dua desa utama (Labuan dan Pasanea) dan disertai observasi lokasi bertelur di beberapa gugusan pulau setempat (Pulau Tujuh). Hasil penelitian menunjukkan para pengumpul telur memiliki pengetahuan yang lebih lengkap tentang karateristik burung gosong dibandingkan masyarakat biasa. Pengetahuan tersebut kemudian dimanifestasikan dalam beberapa sikap konservasi untuk melindungi habitat dan populasi burung gosong, yaitu penggalian telur secara manual, rekonstruksi sarang bertelur, pelepasan anak burung, evaluasi kondisi telur, dan reinkubasi telur bertunas. Sikap tersebut belum mampu mengendalikan tingkat eksploitasi diantara masyarakat sehingga penting untuk dirumuskan program konservasi dan aturan hukum setempat yang sifatnya mengikat.
Optimasi Metode Ekstraksi DNA pada Melon (Cucumis melo L.) Berdasarkan Suhu, Lama Inkubasi, dan Kondisi Daun Retnaningati, Dewi
Biota : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati Vol 5, No 2 (2020): June 2020
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24002/biota.v5i2.4096

Abstract

Abstract Melon is a fruit commodity that has high economic value and is in demand by the community, so it has the potential to be developed. Therefore it is necessary to study various sciences, one of which is the molecular approach. DNA is an essential element in molecular research. The right extraction technique will determine the quality and quantity of DNA produced. The temperature and incubation time applied in the DNA extraction technique, as well as the quality of the leaves as a source of plant DNA, are among the determining factors for the quality and quantity of extracted DNA, so it is necessary to carry out an assessment and optimization. This study aims to assess the optimal temperature and incubation time in extracting DNA from material (melon leaves) under different conditions. Research activities include planting melon seeds, collecting leaf samples, DNA extraction and quantitative DNA testing. The results showed that the concentration and purity of DNA extracted from cold leaves was higher than that from fresh leaves. The highest DNA concentration was obtained from the 65 ° C incubation treatment for 20 minutes, namely 2707.6 ng / μl, and the highest DNA purity was obtained from the 70 ° C incubation treatment for 10 minutes, namely 1.94 from leaf material that had been cooled overnight at a temperature of -20 ° C . Abstrak Melon merupakan salah satu komoditas buah yang bernilai ekonomi tinggi dan diminati masyarakat, sehingga potensial untuk dikembangkan. Oleh karenanya perlu pengkajian dari berbagai ilmu salah satunya dengan pendekatan molekuler. DNA merupakan unsur yang cukup esensial dalam riset molekuler. Teknik ekstraksi yang tepat sangat menentukan kualitas dan kuantitas DNA yang dihasilkan. Suhu dan lama inkubasi yang diterapkan dalam teknik ekstraksi DNA, serta kualitas daun sebagai sumber DNA tanaman merupakan salah satu faktor penentu kualitas dan kuantitas DNA hasil ekstraksi, sehingga perlu dilakukan pengkajian dan optimasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji suhu dan lama inkubasi yang optimal dalam mengekstraksi DNA dari bahan (daun melon) dengan kondisi yang berbeda. Kegiatan penelitian meliputi penanaman benih melon, koleksi sampel daun, ekstraksi DNA dan uji kuantitatif DNA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi dan kemurnian DNA hasil ekstraksi dari daun dingin lebih tinggi dibandingkan dari daun segar.  Konsentrasi DNA tertinggi diperoleh dari perlakuan inkubasi 65°C selama 20 menit, yaitu 2707.6 ng/μl, dan kemurnian DNA tertinggi diperoleh dari perlakuan inkubasi 70°C selama 10 menit, yaitu 1.94 dari bahan daun yang sudah didinginkan semalaman pada suhu -20°C.
Variasi Morfologi Empat Spesies Jati ( Tectona Sp) di Asia Tenggara: Potensi Pemuliaan Pohon dan Bioteknologinya Fauzi, Mohamad Anis; Hasna, Tri Maria; Setiadi, Dedi; Adinugraha, Hamdan Adma
Biota : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati Vol 5, No 2 (2020): June 2020
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24002/biota.v5i2.2946

Abstract

Jati (Tectona grandis Linn.f) dikembangkan secara intensif di Indonesia terutama di Pulau Jawa dengan luas pengelolaan hutan tanaman ± 1 juta Ha. Di Asia Tenggara jenis ini ditanam pula oleh negara Philipina, Thailand, Malaysia, Laos, Vietnam bagian Selatan dan Myanmar dengan luas bervariasi. Namun demikian pengetahauan mengenai variasi morfologi dan pemanfaatan untuk kegiatan bioteknologi dan pemuliaan masih berkisar pada satu spesies saja yaitu Tectona grandis. Sedangkan spesies lain seperti Tectona abludens, Tectona hamiltoniana dan Tectona philiphinensis belum banyak diketahui.Penelitian dilakukan dengan mengambil sampel daun di 3 pengembangan jati di Pulau Jawa yaitu Cepu dan Randublatung Jawa Tengah, Nglambangan Bojonegoro Jawa Timur dan Ciamis Jawa Barat. Untuk Spesies Tectona abludens sampel daun diambil di daerah Dlingo, Bantul DIY dan Selang, Gunungkidul. Sedangkan untuk jenis Tectona philiphinensis lebih dalam dipelajari berdasarkan informasi yang diperoleh dari Kementrian Kehutanan Philipina dan untuk jenis  Tectona hamiltoniana dilengkapi dengan data dan informasi dari Kementrian Kehutanan Myanmar. Sampel daun dari tiap jenis diambil 2 daun (daun muda dan daun tua) masing-masing 5 ulangan. Pengamatan terhadap bentuk duduk daun, jumlah tulang daun primer dan sekunder serta pola tulang daun didiskripsikan dan dibandingkan antara keempat spesies tersebut. Morfologi bunga, kulit batang, kayu, biji dan bentuk percabangan digunakan juga untuk melengkapi variasi morfologi masing-masing spesies. Variasi morfologi yang ada dipergunakan untuk mengetahui variasi empat spesies Tectona sp tersebut sehingga diketahui karakter-karakter tiap jenis yang berpeluang untuk dimanfaatkan dalam kegiatan pemuliaan pohon baik melalui pemuliaan konvensional atau bioteknologi.Tectona grandis memiliki morfologi yang lebih dekat dengan Tectona abludens, sedangkan Tectona hamiltoniana dan Tectona phillipinensis memiliki morfologi khas yang berbeda dengan lainnya. Beberapa karakter morfologi diantara keempat spesies tersebut berpeluang diamanfaatkan untuk kegiatan pemuliaan jati antara lain kelurusan batang, kemampuan adaptasi di lahan kering dan ketahanan terhadap penyakit.
Aktivitas Antibakteri Sediaan Sabun Wajah Cair Ekstrak Herba Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus dan Propionibacterium acnes Soebagio, Trisiana Tri; Hartini, Yustina Sri; Mursyanti, Exsyupransia
Biota : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati Vol 5, No 2 (2020): June 2020
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24002/biota.v5i2.2698

Abstract

Salah satu penyakit kulit yang banyak dialami oleh remaja yaitu jerawat. Salah satu bakteri penyebab jerawat adalah Propionibacterium acnes. Oleh karena itu, jerawat dapat diobati dengan menggunakan antibiotik. Namun, penggunaan antibiotik yang berlebihan dapat menyebabkan munculnya efek samping seperti iritasi karena tidak cocok dengan kulit. Salah satu bahan alami tanaman obat yang dapat digunakan sebagai alternatif menggantikan antibiotik, adalah herba pegagan (Centella asiatica (L.) Urban). Bahan alami ini biasanya diaplikasikan dalam bentuk sediaan topikal. Tujuan penelitian adalah mengetahui kandungan flavonoid, tanin dan triterpenoid yang terdapat dalam ekstrak herba pegagan serta mengetahui karakteristik sabun wajah cair dengan penambahan ekstrak herba pegagan, dan mengetahui kemampuan sediaan sabun wajah cair ekstrak herba pegagan dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan P. acnes. Perlakuan konsentrasi yang digunakan dalam pengujian aktivitas antibakteri ekstrak maupun sediaan sabun wajah cair ekstrak herba pegagan yaitu 20%, 30%, dan 40%, 50% dan 60%. Tahapan penelitian yang dilakukan yaitu identifikasi tanaman, pembuatan serbuk herba pegagan, ekstraksi herba pegagan, uji kualitatif dan kuantitatif ekstrak herba pegagan (flavonoid, tanin dan triterpenoid), pembuatan dan sterilisasi medium, uji kemurnian bakteri, uji aktivitas antibakteri ekstrak dan sediaan sabun wajah cair ekstrak herba pegagan, pembuatan sediaan sabun wajah cair dan uji evaluasi sediaan. Parameter evaluasi sediaan sabun wajah cair yaitu pH, tinggi busa, viskositas, dan homogenitas. Hasil yang didapatkan dari analisis fitokimia adalah ekstrak herba pegagan mengandung flavonoid dan tanin namun tidak mengandung triterpenoid. Kualitas dari sediaan sabun wajah cair ekstrak herba pegagan yang disimpan selama 28 hari dengan parameter pH, tinggi busa, viskositas dan homogenitas memenuhi SNI. Sabun wajah cair ekstrak herba pegagan memiliki daya antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Propionibacterium acnes.
Uji Efek Inhibitorik Komponen Bioaktif Bawang Putih (Allium sativum) terhadap Lanosterol 14α-demethylase pada Candida albicans melalui Studi In Silico Ananda, Aditya Tri; Nuzula, Alsya Firdausi; Safitri, Devi Ayu
Biota : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati Vol 5, No 2 (2020): June 2020
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24002/biota.v5i2.2940

Abstract

Candida albicans is a unicellular fungi which causes candidiasis in human and livestock animals especially chicken. Candidiasis could reduce productivity significantly by early culling and causing a great deficit in the farm. Allium sativum or garlic is widely known as herbal which has an inhibitory effect in fungi’s growth. This research’s aim is to prove the effectivity of bioactive compound in Allium sativum to lanosterol 14α-demethylase which plays a role in ergosterol synthesis as a basic structure in fungi’s cell membrane. The ligand sheet retrieved from PubChem database and for the receptor in Protein Data Bank database. Molecular docking conducted by using Autodock Vina and then ligand-receptor complex is visualized with PyMOL and Ligplot+. From compounds that we have been analyzed, Gallic Acid has the most negative binding energy than other compounds have and it has the same amino acid residue with control. In conclusion of that, Gallic Acid in Allium sativum has potential as anti-candidiasis drug.
Kandungan Protein Kecap Nira Lontar dengan Variasi Konsentrasi Tepung Tempe Ledo, Mellissa Erlyn Stephanie
Biota : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati Vol 5, No 2 (2020): June 2020
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24002/biota.v5i2.2970

Abstract

Soy sauce is generally made from soybeans. However, palm oil has the potential to be used as an ingredient in soy sauce which can be combined with tempeh flour. This study aims to assess the protein content of lontar juice with variations in the concentration of tempeh flour. The research method used in this study was an experimental method with a completely randomized design (CRD) factorial, with the treatment of tempeh flour concentrations of 0%, 3%, 5%, 7%, 10%. The results showed that the treatment with the addition of 10% tempeh flour gave the product with the highest protein content compared to other treatments, namely 4.90%. In addition, the organoleptic test of soy sauce which includes color, aroma, taste, and viscosity in the addition of 10% tempeh flour showed the best results.
Produksi Bioetanol Pati Umbi Talas (Colocasia esculenta (L.) Schott) dengan Variasi Konsentrasi Inokulum dan Waktu Fermentasi Zymomonas mobilis Yunisha Febriani; Boy Rahardjo Sidharta; Fransiskus Sinung Pranata
Biota : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati Vol 5, No 2 (2020): June 2020
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24002/biota.v5i2.2506

Abstract

Bioetanol dapat diproduksi dari hasil fermentasi bahan baku yang mengandung karbohidrat. Umbi talas (Colocasia esculenta (L.) Schott) memiliki karbohidrat yang cukup tinggi yakni 23,7% sehingga dapat dimanfaatkan sebagai penghasil bioetanol. Zymomonas mobilis merupakan mikrobia yang dapat mengubah glukosa menjadi etanol. Penelitian ini bertujuan mengetahui konsentrasi inokulum dan waktu fermentasi yang paling optimal untuk menghasilkan bioetanol dari pati umbi talas. Umbi talas dipotong, dikeringkan dan dihancurkan lalu diayak sampai berbentuk tepung. Tepung talas dihidrolisis dengan larutan HCl (1, 3, dan 5 %) lalu diuji kadar gula reduksinya dengan metode Nelson-Somogyi. Tahap fermentasi dilakukan sesuai rancangan percobaan yakni 0, 2, 4, 6 dan 8 hari serta menggunakan konsentrasi inokulum 0, 5, 10, dan 15 %. Hasil fermentasi berupa etanol diukur konsentrasinya menggunakan kromatografi gas. Kadar gula reduksi menunjukkan kadar gula tertinggi ada pada konsentrasi HCl 5 %. Kadar bioetanol sebesar 0,07 % diperoleh pada waktu fermentasi optimal yaitu hari ke-8 dan konsentrasi inokulum paling optimal sebesar 10 %.
Aktivitas Antibakteri Sediaan Sabun Wajah Cair Ekstrak Herba Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus dan Propionibacterium acnes Trisiana Tri Soebagio; Yustina Sri Hartini; Exsyupransia Mursyanti
Biota : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati Vol 5, No 2 (2020): June 2020
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24002/biota.v5i2.2698

Abstract

Salah satu penyakit kulit yang banyak dialami oleh remaja yaitu jerawat. Salah satu bakteri penyebab jerawat adalah Propionibacterium acnes. Oleh karena itu, jerawat dapat diobati dengan menggunakan antibiotik. Namun, penggunaan antibiotik yang berlebihan dapat menyebabkan munculnya efek samping seperti iritasi karena tidak cocok dengan kulit. Salah satu bahan alami tanaman obat yang dapat digunakan sebagai alternatif menggantikan antibiotik, adalah herba pegagan (Centella asiatica (L.) Urban). Bahan alami ini biasanya diaplikasikan dalam bentuk sediaan topikal. Tujuan penelitian adalah mengetahui kandungan flavonoid, tanin dan triterpenoid yang terdapat dalam ekstrak herba pegagan serta mengetahui karakteristik sabun wajah cair dengan penambahan ekstrak herba pegagan, dan mengetahui kemampuan sediaan sabun wajah cair ekstrak herba pegagan dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan P. acnes. Perlakuan konsentrasi yang digunakan dalam pengujian aktivitas antibakteri ekstrak maupun sediaan sabun wajah cair ekstrak herba pegagan yaitu 20%, 30%, dan 40%, 50% dan 60%. Tahapan penelitian yang dilakukan yaitu identifikasi tanaman, pembuatan serbuk herba pegagan, ekstraksi herba pegagan, uji kualitatif dan kuantitatif ekstrak herba pegagan (flavonoid, tanin dan triterpenoid), pembuatan dan sterilisasi medium, uji kemurnian bakteri, uji aktivitas antibakteri ekstrak dan sediaan sabun wajah cair ekstrak herba pegagan, pembuatan sediaan sabun wajah cair dan uji evaluasi sediaan. Parameter evaluasi sediaan sabun wajah cair yaitu pH, tinggi busa, viskositas, dan homogenitas. Hasil yang didapatkan dari analisis fitokimia adalah ekstrak herba pegagan mengandung flavonoid dan tanin namun tidak mengandung triterpenoid. Kualitas dari sediaan sabun wajah cair ekstrak herba pegagan yang disimpan selama 28 hari dengan parameter pH, tinggi busa, viskositas dan homogenitas memenuhi SNI. Sabun wajah cair ekstrak herba pegagan memiliki daya antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Propionibacterium acnes.

Page 1 of 2 | Total Record : 16


Filter by Year

2020 2020


Filter By Issues
All Issue Vol 8, No 3 (2023): October 2023 Vol 8, No 1 (2023): February 2023 Vol 7, No 3 (2022): October 2022 Vol 7, No 2 (2022): June 2022 Vol 7, No 1 (2022): February 2022 Vol 6, No 3 (2021): October 2021 Vol 6, No 2 (2021): June 2021 Vol 6, No 1 (2021): February 2021 Vol 5, No 3 (2020): October 2020 Vol 5, No 2 (2020): June 2020 Vol 5, No 1 (2020): February 2020 Vol 4, No 3 (2019): October 2019 Vol 4, No 2 (2019): June 2019 Vol 4, No 1 (2019): February 2019 Vol 4, No 1 (2019): February 2019 Vol 3, No 3 (2018): October 2018 Vol 3, No 2 (2018): June 2018 Vol 3, No 1 (2018): February 2018 Vol 3, No 1 (2018): February 2018 Vol 2, No 3 (2017): October 2017 Vol 2, No 2 (2017): June 2017 Vol 2, No 1 (2017): February 2017 Vol 2, No 1 (2017): February 2017 Vol 1, No 3 (2016): October 2016 Vol 1, No 2 (2016): June 2016 Vol 1, No 1 (2016): February 2016 Vol 1, No 1 (2016): February 2016 Vol 19, No 1 (2014): February 2014 Biota Volume 19 Nomor 1 Tahun 2014 Biota Volume 13 Nomor 2 Tahun 2014 Vol 18, No 2 (2013): June 2013 Vol 18, No 1 (2013): February 2013 Biota Volume 18 Nomor 1 Tahun 2013 Vol 17, No 3 (2012): October 2012 Vol 17, No 2 (2012): June 2012 Vol 17, No 1 (2012): February 2012 BIOTA Volume 17 Nomor 3 Tahun 2012 Vol 16, No 2 (2011): June 2011 Vol 16, No 2 (2011): June 2011 Vol 16, No 1 (2011): February 2011 Vol 16, No 1 (2011): February 2011 Vol 15, No 3 (2010): October 2010 Vol 15, No 2 (2010): June 2010 Vol 15, No 1 (2010): February 2010 Vol 14, No 3 (2009): October 2009 Vol 14, No 2 (2009): June 2009 Vol 14, No 1 (2009): February 2009 Vol 13, No 3 (2008): October 2008 Vol 13, No 2 (2008): June 2008 Vol 13, No 1 (2008): February 2008 Vol 12, No 3 (2007): October 2007 Vol 12, No 2 (2007): June 2007 Vol 12, No 1 (2007): February 2007 Vol 11, No 3 (2006): October 2006 Vol 11, No 2 (2006): June 2006 Vol 11, No 1 (2006): February 2006 Vol 10, No 3 (2005): October 2005 Vol 10, No 2 (2005): June 2005 Vol 10, No 1 (2005): February 2005 Vol 9, No 3 (2004): October 2004 Vol 9, No 2 (2004): June 2004 Vol 9, No 1 (2004): February 2004 Vol 8, No 3 (2003): October 2003 Vol 8, No 2 (2003): June 2003 Vol 8, No 1 (2003): February 2003 More Issue