cover
Contact Name
Nurhadi Siswanto
Contact Email
corak.jurnalsenikriya@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
corak.jurnalsenikriya@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kab. bantul,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
Corak : Jurnal Seni Kriya
ISSN : 23016027     EISSN : 26854708     DOI : -
Core Subject : Humanities, Art,
CORAK adalah jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh Jurusan Kriya, Fakultas Seni Rupa, Institut Seni Indonesia Yogyakarta dengan nomor p-ISSN: 2301-6027 dan nomor e-ISSN: 2685-4708. Jurnal ini berisikan tentang artikel hasil penelitan, gagasan konseptual (hasil pemikiran), penciptaan, resensi buku bidang seni kriya dan hasil pengabdian masyarakat dalam bidang kriya.
Arjuna Subject : -
Articles 8 Documents
Search results for , issue "Vol 9, No 1 (2020): MEI 2020" : 8 Documents clear
KATAK ANAK BERACUN SEBAGAI SUMBER IDE PENCIPTAAN BUSANA PESTA SIANG ANAK Septi Anti
Corak : Jurnal Seni Kriya Vol 9, No 1 (2020): MEI 2020
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/corak.v9i1.4102

Abstract

 Frogs are one of the animals that are not liked by the general public, but the prestige of these animals is far from compared to other tetrapods. One of the poisonous dart frogs that will later become work ideas will be used as a form of child psychology or the idea that frogs are not disgusting or ugly creatures but have their own charm and introduce different types of frogs The embodiment of this work is to visualize the motif of poison dart frogs that will be translated into children's day party outfits. To realize this, it is also necessary to use several methods in the creation of works, which pay attention to the aesthetic value of fashion by taking into account the design, motifs, and the value of beauty in fashion, ergonomics which is the comfort of the child when using clothing and the semiotics of the markings on clothing. In creating this work, the 10 most dangerous poisonous dart frogs in its genus have striking and attractive colors when they see it. The coloring process itself uses naphtol and indigosol dyes. After carrying out all these processes, the process of embodying the work begins and results in children's day party outfits that are sourced from poisonous arrow frogs. Katak merupakan salah satu hewan yang tidak disukai oleh masyarakat umumnya, namun pamor hewan ini jauh dari dibandingkan tetrapoda lain. Salah Satunya katak anak panah beracun yang nantinya menjadi ide karya akan digunakan sebagai bentuk psikologi anak atau pemikiran bahwa katak bukan makhluk yang menjijikan maupun jelek namun memiliki daya tarik tersendiri dan memperkenalkan adanya jenis katak yang berbeda dengan lainya. Perwujudan karya ini berupa memvisualisasikan motif katak anak panah beracun yang akan diwujudkan ke dalam busana pesta siang anak.  Untuk mewujudkan hal tersebut juga perlu menggunakan beberapa metode dalam penciptaan karya, yang memperhatikan nilai estetika pada busana dengan memperhitungkan desain, motif, dan nilai keindahan pada busana, ergonomi yaitu kenyaman anak saat menggunakan busana dan semiotika nilai tanda yang ada pada busana. Dalam menciptakan karya ini menggunakan 10 jenis katak anak panah beracun yang paling berbahaya di genusnya yang memiliki warna-warna yang mencolok dan menarik saat melihatnya. Proses pewarnaanya sendiri menggunakan pewarna naphtol dan indigosol.  Setelah melakukan semua proses tersebut mulai melakukan proses perwujudan karya dan menghasilkan busana pesta siang anak yang bersumber ide dari katak anak panah beracun.
WARNA ALAMI DARI EKSTRAK TANAMAN KOPI ROBUSTA Susi Susyanti
Corak : Jurnal Seni Kriya Vol 9, No 1 (2020): MEI 2020
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/corak.v9i1.3537

Abstract

Color is a supportive part of visual emotion for connoisseurs and users. Colors can be enjoyed if assisted with good lighting. The color in this study discusses natural dyes. Natural dyes used are natural ingredients robusta coffee plants taken from the plateau of Liwa, West Lampung, Indonesia. Natural dyes that have been obtained then made a group pallet from the extract of coffee plants in the form of liquid and staining to the fabric. The method used is staining with the extraction process and a variation of mordanting using the fixation of alum.  This color palette can be worn and used by anyone to create color branding or a prodak that wants to display robusta coffee images. Also done testing TLW (wet & asam) and the level of the color of the age. It is to know the quality of fabric from the staining if you want to make disposable products such as fashion.Warna merupakan bagian pendukung emosi visual bagi penikmat maupun pengguna. Warna dapat kita nikmati jika dibantu dengan pencahayaan yang baik. Warna pada penelitian ini membahas mengenai pewarna alami. Pewarna alami yang dipakai adalah bahan alam tanaman kopi robusta yang diambil dari dataran tinggi Liwa, Lampung Barat, Indonesia. Pewarna alami yang sudah didapatkan kemudian dibuat palet kelompok dari hasil ekstrak tanaman kopi berupa cairan dan dilakukan pewarnaan terhadap kain. Metode yang digunakan adalah pewarnaan dengan proses ekstraksi dan variasi mordanting menggunakan fiksasi tawas.  Palet warna ini dapat dipakai dan digunakan oleh siapapun untuk membuat color branding maupun suatu prodak yang ingin menampilkan image kopi robusta. Dilakukan juga pengujian TLW (basah & asam) dan tingkat ketuaan warna. Hal tersebut untuk mengetahui kualitas kain dari hasil pewarnaan jika akan dibuat produk pakai seperti fashion. 
PERANCANGAN KASULA DAN STOLA DENGAN IDE PENGGAMBARAN GORGA BATAK TOBA MELALUI TEKNIK BATIK TULIS Hardianti Veronika Rajagukguk
Corak : Jurnal Seni Kriya Vol 9, No 1 (2020): MEI 2020
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/corak.v9i1.4101

Abstract

 The background of the design of the chasuble and stole with the idea of the Toba  Batak Gorga is the widest opportunity given by the Roman Chatolic Church based in Rome to decorate the Eucharistic ceremonial equipment with the characteristics of each region, without leaving the symbolism that has been determined. The study was conducted at the Saint Anthony of Padua Chatolic Church in Tiga Dolok North Sumatra. Using a design method that goes through visualization, the idea of symbolic drawing is taken from the typical ornaments of the Toba Batak tribe, namely Gorga dan completed with hand-drwan batik thecniques colored with synthetic dyes remasol. The result is a cotton chasuble and stole, with a depiction of a Gorga that shows it’s character in three colors: black, red and white, known as tiga bolit.  Latar belakang perancangan kasula dan stola dengan ide penggambaran Gorga Batak Toba ini adalah adanya kesempatan seluas-luasnya yang diberikan oleh Gereja Katolik yang berpusat di Roma untuk menghias perlengkapan Upacara Ekaristi dengan ciri khas daerah masing-masing tanpa meninggalkan perlambangan yang selama ini sudah ditentukan. Penelitian dilakukan di Gereja Katolik Santo Antonius Padua Tiga Dolok Sumatera utara. Menggunakan metode perancangan desain yang melalui tahap konsep hingga visualisasi, ide penggambaran simbol diambil dari ornamen khas suku Batak Toba, yakni Gorga dan diselesaikan dengan teknik batik tulis yang diwarnai dengan zat pewarna sintetis remasol. Hasilnya berupa stola dan kasula berbahan katun, dengan penggambaran gorga yang menonjolkan karakternya berupa tiga macam warna: hitam, merah, dan putih yang dikenal sebagai tiga bolit. 
TEPUNG MAKANAN SEBAGAI ALTERNATIF PERINTANG DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI TEKSTIL Djandjang Purwo Sedjati; Agung Suhartanto
Corak : Jurnal Seni Kriya Vol 9, No 1 (2020): MEI 2020
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/corak.v9i1.3573

Abstract

The establishment of batik as a humanitarian legacy for oral and non-material culture (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity) by UNESCO on October 2, 2009 and the establishment of Yogyakarta as the World Batik City by the World Craft Council made batik gained enthusiastic in the community. On the other hand, batik has to deal with people's demands  for new products that can fulfill their desires. Thus, new creations that are creative and innovative are needed in order to fulfill theconsumers and the market needed. From the description above, there was an interest in creating creative works of art by exploring non-evening materials in the form of food flour, namely sago flour and cornstarch as other alternatives in the creation of batik and textile art. As for rice, starch and sticky rice are not used because in Japan, rice has been used as a barrier called Katazome, in Negeria, starch has been used as a barrier called Adire Eleko and in the past sticky rice was used in the manufacture of simbut fabrics in Sunda West Java. To collect data, the researcher used the library method and observation method. As for the implementation methods used the Practiced Led Research method which is a type of practical research, which is creating and reflecting new work through practical research conducted (Hendriyana, 2018: 21). The Three Step Six Step Gustami Art Pattern Creation Method is used to explore the source of ideas and design. Experiments and Improvisation Methods are also carried out by the researcher  to get new knowledge from experiments conducted mainly on non-batik material in the form of food flour. In this creation, wheat flour, cornstarch, and sago flour will be used as non-wax material then the non-wax material will be applied and the application of the non-wax material will be combined with batik wax. In this creation fast dye will be applied. There are 5 types of textile art works that will be made, namely long cloth, shawl, chair cushions, and scrafs as functional works and wall hanging or wall hangings as expressive artwork.Ditetapkannya batik sebagai warisan kemanusiaan untuk budaya lisan dan non bendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity) oleh UNESCO pada tanggal 2 Oktober 2009 dan ditetapkannya Yogyakarta sebagai Kota Batik Dunia oleh World Craft Council menjadikan seni batik kembali bergairah di tengah masyarakat. Disisi lain, batik harus berhadapan dengan permintaan atau tuntutan masyarakat akan produk-produk baru yang dapat memenuhi keinginan mereka. Dengan demikian, diperlukan ciptaan-ciptaan baru yang kreatif dan inovatif dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan konsumen dan pasar. Berangkat dari uraian tersebut diatas, muncul ketertarikan untuk menciptakan karya seni kreatif dengan mengeksplorasi bahan non malam berupa tepung makanan yaitu sagu terigu dan maizena sebagai alternatif lain dalam penciptaan seni batik dan tekstil. Adapun beras, kanji dan ketan tidak digunakan karena di Jepang, beras sudah digunakan sebagai perintang yang disebut Katazome, di Negeria, tepung kanji sudah digunakan sebagai perintang yang disebut Adire Eleko dan pada masa lampau ketan dipakai dalam pembuatan kain simbut di Sunda Jawa Barat. Untuk mengumpulkan data digunakan metode pustaka dan metode observasi. Adapun pada pelaksanaannya digunakan metode antara lain metode Practiced Led Research yang merupakan jenis penelitian praktik, yaitu menciptakan dan merefleksikan karya baru melalui riset praktek yang dilakukan (Hendriyana,2018:21). Metode Penciptaan Seni Kriya Pola Tiga Tahap Enam Langkah Gustami digunakan untuk menggali sumber ide dan perancangan. Metode Eksperimen dan Improvisasi juga dilakukan penulis untuk mendapatkan pengetahuan baru dari eksperimen yang dilakukan terutama pada bahan non malam batik berupa tepung makanan. Pada penciptaan ini, akan digunakan tepung terigu, tepung maizena, dan tepung sagu sebagai material non malam kemudian diaplikasikan bahan perintang non malam batik dan aplikasi paduan bahan perintang non malam batik dengan malam batik. Pada penciptaan ini akan diterapkan pewarnaan fast dye. Ada 5 jenis karya seni tekstil yang akan dibuat yaitu kain panjang, selendang, sarung bantal kursi, dan scraf sebagai karya fungsional serta wall hanging atau hiasan dinding sebagai karya seni ekspresi.
IMPLEMENTASI LUKISAN KLASIK KAMASAN PADA MEDIA ALTERNATIF TENGKORAK KEPALA KERBAU i gede arya sucitra
Corak : Jurnal Seni Kriya Vol 9, No 1 (2020): MEI 2020
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/corak.v9i1.3497

Abstract

In making a contemporary work of art, takes creativity and awareness of locality values, traditional visual elements by taking a visualization of the past and present in socio-cultural discourse. The material object of the creation of this painting will develop the decorative elements of the Kamasan classical painting of Balinese tradition, with exploration in an alternative medium of fine art that is using three-dimensional of an organic object media, is buffalo skulls. The representations of works tend to be ornamental, adapting the character of shapes, and the philosophical content of Classical Kamasan paintings. Strategies for developing ornamental designs are carried out as part of adaptation to the development of global art. The Intrinsic ornamental variety development model that emphasizes of distillation, transformed, distorted and develops ornamental variety with extrinsic powers, namely the value of meaning or symbolic. The implementation of elements of tradition with alternative art media becomes part of the dynamics of cultural development that has the opportunity to process, change, enrich and transform the work of art in accordance with the times. Visualization of this tradition often appears in the visual form of signs or markers in contemporary art. The exploration and implementation of the Kamasan Classic Balinese painting with buffalo skull is expected to provide an enrichment of the visuality of traditional artifacts in Indonesian contemporary paintings.Pelestarian bukan berarti meniru, tetapi yang dituntut jiwa yang dinamis sesuai dengan perkembangan zaman. Dalam pembuatan suatu karya dibutuhkan suatu kreativitas dan kesadaran akan nilai-nilai lokalitas, elemen visual tradisional serta konsep yang terkandung didalamnya. Artefak dalam kebudayaan tradisi memiliki kandungan makna yang dalam dan telah mengalami proses perenungan yang dalam untuk menangkap berbagai penampakan duniawi dan spiritual melalui perlambang maupun simbol, terlebih mengenai karya-karya kontemporer yang memiliki karakter mengambil visualisasi masa lalu dan masa kini dalam wacana sosial budaya. Karya ciptaan penulis melakukan eksplorasi media alternatif seni rupa berkaitan implementasi unsur visual lukisan klasik Bali Wayang Kamasan yang tidak menggunakan material dasar landasan lukisan yang standar yakni kain kanvas melainkan menggunakan media objek tiga dimensi organik yakni tengkorak kepala kerbau. Ketertarikan pada ornamentik/ragam hias, karakter bentuk, dan kandungan filosofis dari lukisan Klasik Wayang Kamasan memang mendorong untuk menyelidiki dan mengeksplorasinya lebih jauh terutamanya dalam perkembangan seni rupa kontemporer Indonesia, kekayaan artefak seni tradisi berikut nilai lokalitasnya menjadi pergulatan wacana seni rupa kontemporer. Visualisasi tradisi ini seringkali muncul pada karya-karya kontemporer dalam bentuk tanda-tanda ataupun penanda yang mengkaitkannya pada pola-pola visualisasi pada karya-karya tradisi seperti batik, lukisan wayang, dan tarian.
MOTIF BATIK PARANG DAN KAWUNG SEBAGAI DEKORASI PADA LAMPU HIAS KERAMIK Dwita Anja Asmara
Corak Vol 9, No 1 (2020): MEI 2020
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/corak.v9i1.3514

Abstract

ABSTRACTProduct innovation is a strategy that must be carried out by(UMKM) in the craft business in order to always have a competitive advantage. This research is a discussion to get ceramic products that have an assessment of Indonesia so that they can compete in the global market. Parang and Kawung traditional batik motifs representing the freedom of choice of Indonesia were chosen as a form of innovation that was tried to be mixed with ceramic decorative lighting products. This batik motif is not only placed on ceramic decorative lighting products, but will be made together and become a part or character of the ceramics. This study uses a renewal method in the design of ceramic products, starting from the exploration of trends, analysis, sketching, and the last is per work design drawings or designs. Embodiment or production is done by experimentation to get the right material composition, technique, and production method or process. It will also conduct a market test by exhibiting prototype products in art-shops owned by ceramic craftsmen.The research target in the first year is the creation of techniques or production methods, and 10 ceramic designs that are in accordance with market trends and tastes. In the second year the creation of 10 prototype products and submitted to IPR, approved scientific articles, and market testing. The results of this study are expected to help craftsmen diversify their products to increase sales for the export market.ABSTRAKInovasi produk adalah strategi yang harus terus dilakukan oleh usaha mikro kecil menengah (UMKM) kerajinan agar selalu memiliki keunggulan kompetitif. Penelitian ini adalah sebuah eksplorasi penciptaan untuk mendapatkan produk keramik yang memiliki nuansa etnis Indonesia sehingga dapat berkompetisi pada pasar global. Motif batik tradisional Parang dan Kawung mewakili nuansa etnis Indonesia dipilih sebagai bentuk inovasi yang dicoba untuk di-mix-kan dengan produk lampu hias keramik. Motif batik tersebut tidak hanya sekedar ditempelkan pada produk lampu hias keramik, akan tetapi dibuat menyatu dan menjadi bagian atau karakter dari keramik tersebut. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan estetis dalam merancang desain produk keramik, dimulai dari ekplorasi trend, analisis, pembuatan sketsa, serta yang terakhir adalah perancangan gambar kerja atau desain. Perwujudan atau produksi dilakukan dengan eksperimentasi untuk mendapatkan komposisi bahan, teknik, dan metode atau proses produksi yang tepat. Selain itu juga akan dilakukan uji pasar (market test) dengan memamerkan produk prototype di art-shop yang dimiliki oleh pengrajin keramik. Target penelitian pada tahun pertama adalah terciptanya teknik atau metode produksi, dan 10 desain keramik yang sesuai dengan trend dan selera pasar. Pada tahun ke dua terciptanya 10 produk prototype dan mendaftarkan ke HKI, penerbitan artikel ilmiah, serta uji pasar. Hasil penelitian tersebut diharapkan dapat membantu para pengrajin melakukan diversifikasi produk guna meningkatkan penjualan terutama untuk pasar ekspor.
PENGGUNAAN LIMBAH KULIT SAMAK KROM PADA KEMASAN PRODUK OLAHAN KAYU GAHARU Agung Wicaksono; Retno Purwandari
Corak : Jurnal Seni Kriya Vol 9, No 1 (2020): MEI 2020
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/corak.v9i1.4175

Abstract

This research needs to be carried out to help improve the people’s economy. Stems from seeing the availability of chromium leather waste in Magetan that is not utilized properly. O n the other hand, there is a quality product that is processed products of agarwood in West Kalimantan, especially in the CV Global Agarwood Station but not selling because the packaging is not designed to be attractive. Agarwood can be processed into chips, oils that can be used for aromatherapy and parfume, and agarwood sculpture. Therefore, this research is expected to be able to realize the packaging of agarwood processed wood products by considering the composition of the design elements of the chrome tanned leather waste material in Magetan. This research method uses the flow or stages, namely predesign, design, embodiment, and presentation. Chrome leather packaging products produced apply the composition of design elements from two cultures in West Kalimantan, namely Dayak and Malay with hand sewing techniques, machine sewing, laser, and punching. Cultural elements of both, such as flora, specificity of the ornaments, and the specificity of colors appearing on the product packaging. This product packaging is expected to increase the selling value of agarwood processed wood products.Penelitian ini perlu dilaksanakan untuk membantu peningkatan perekonomian rakyat. Bermula dari melihat ketersediaan limbah kulit samak krom di Magetan yang tidak dimanfaatkan dengan baik. Di lain hal, ada suatu produk berkualitas yakni produk olahan kayu gaharu yang ada di Kalimantan Barat khususnya di CV Global Agarwood Station tetapi kurang menjual karena kemasannya tidak dirancang menarik. Kayu gaharu dapat diolah menjadi serpihan kayu (chip), minyak yang bisa dimanfaatkan untuk aromaterapi dan parfum, serta agarwood sculpture. Untuk itu, melalui penelitian ini diharapkan mampu mewujudkan kemasan produk olahan kayu gaharu dengan mempertimbangkan komposisi elemen desain dari bahan limbah kulit samak krom yang ada di Magetan. Metode penelitian ini menggunakan alur atau tahapan, yakni: praperancangan, perancangan, perwujudan, dan penyajian. Produk kemasan berbahan kulit samak krom yang dihasilkan mengaplikasikan komposisi elemen desain dari dua budaya yang ada di Kalimantan Barat, yaitu Dayak dan Melayu dengan teknik jahit tangan, jahit mesin, laser, dan punching. Unsur-unsur budaya dari keduanya, seperti flora, kekhasan ornamen, dan kekhasan warna dimunculkan pada kemasan produknya. Dengan kemasan produk ini diharapkan menambah nilai jual produk olahan kayu gaharu.
KREASI KARAKTER DINOSAURUS SEBAGAI PERWUJUDAN BATIK BAGIAN DARI BUDAYA POPULER Dyanningrum Pradhikta; Fatmawati Fatmawati; Romy Setiawan
Corak : Jurnal Seni Kriya Vol 9, No 1 (2020): MEI 2020
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/corak.v9i1.3401

Abstract

ABSTRACT  Lifestyle, especially fashion will follow its era, including batik. Without breakthroughs, batik innovation and creations will be increasingly abandoned. Therefore we need new breakthroughs that will make batik popular. The creation of batik based on ideas from dinosaurs is one form of development carried out. Therefore in this study an attempt was made to visualize the character of dinosaurs in the form of batik motifs. The research method used is the creation method in which there are three stages in the creation process, namely the initial stage / overall exploration, continued from the initial stage / specific exploration and realization. The results of this study are expected to make a positive contribution to the development of batik which is expected to synergize with the developing popular culture. Wahana Dino Park, is part of the popular culture that developed in the city of Batu. The popularity and uniqueness of Dino Park will inspire the creation of batik motifs. Batik is made in two choices of motifs, which overall show the character or figure of dinosaurs in Dino Park combined with a sprinkling of floral motifs found in the city of Batu.  ABSTRAK  Gaya hidup terutama fashion akan mengikuti jamannya termasuk batik. Tanpa terobosan, inovasi dan kreasi batik akan semakin ditinggalkan. Oleh karena itu dibutuhkan terobosan-terobosan baru yang akan membuat batik populer. Penciptaan batik berdasarkan ide dari dinosaurus merupakan salah satu bentuk pengembangan yang dilakukan. Karenanya pada penelitian ini dilakukan upaya untuk memvisualisasikan karakter dinosaurus dalam bentuk motif batik. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penciptaan dimana terdapat tiga tahap dalam proses penciptaan ini yaitu tahap awal/ekplorasi secara keseluruhan, lanjutan dari tahap awal/eksplorasi secara spesifik dan perwujudan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif bagi perkembangan batik yang diharapkan bersinergi dengan budaya popular yang sedang berkembang. Wahana Dino Park ,merupakan bagian dari budaya popular yang berkembang di kota Batu. Kepopuleran dan keunikan yang dimiliki Dino Park akan menjadi inspirasi penciptaan motif batik tulis. Batik dibuat dalam dua pilihan motif, dimana secara keseluruhan menampilkan karakter atau figur dinosaurus yang ada di Dino Park dipadu dengan taburan motif bunga yang terdapat di kota Batu.  

Page 1 of 1 | Total Record : 8