cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kab. bantul,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
JOGED
ISSN : 18583989     EISSN : -     DOI : -
Core Subject :
JOGED merangkai beberapa topik kesenian yang terkait dengan fenomena, gagasan konsepsi perancangan karya seni maupun kajian. Joged merupakan media komunikasi, informasi, dan sosialisasi antar insan seni perguruan tinggi ke masyarakat luas.
Arjuna Subject : -
Articles 7 Documents
Search results for , issue "Vol 20, No 2 (2022): OKTOBER 2022" : 7 Documents clear
Inau Opusulenta: Koreografi yang Terilhami dari Tari Tradisional Ummusulen Masyarakat Suku Balantak di Kabupaten Banggai Sulawesi Tengah Jamilah Jamilah; Heriyati Yatim; Andi Padalia; Johar Linda
Joged Vol 20, No 2 (2022): OKTOBER 2022
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/joged.v20i2.8198

Abstract

RINGKASANInau Opusulenta adalah judul karya tari yang berasal dari istilah bahasa Balantak yaitu Inau yang artinya ingatlah selalu, dan opusulenta artinya kita, jadi Inau Opusulenta artinya “ingatlah selalu kita”. Tarian ini menggambarkan kegembiraan dan kelincahan anak remaja putri dalam menyambut tamu. Gerak tangan dan step kaki menjadi ciri khas dari tari ini yang dipadukan dengan properti selendang. Karya Inau Opusulenta digarap dan dikemas berdasarkan tari tradisional Ummusulen yang berasal dari suku Balantak yang ada di Kabupaten Banggai. Tari Ummusulen ini selalu menjadi bagian penting dari setiap pelaksanaan upacara ritual yang dilaksanakan oleh suku Batugiri, suku Gaubee, suku Rurunna, suku Loon, suku Tanuttu dan suku Balantak menjadi pusat dari lima suku yang ada di Kecamatan Balantak, Kabupaten Luwuk Banggai, Sulawesi Tengah. Kebersamaan dan kerukunan yang terjalin meskipun mereka berbeda suku namun tetap saling menghargai dan saling bahu membahu di dalam melaksanakan berbagai kegiatan khususnya di dalam pelaksanaan upacara ritual. Berangkat dari pengamatan tersebut kemudian melahirkan karya tari Inau Opusulenta yang merupakan koreografi kelompok yang dikemas dalam bentuk tari kreasi yang ditarikan oleh anak remaja putri dengan riang gembira. Konsep penciptaan tari mengacu pada teori Alma M Hawkins yang menyatakan tentang penciptaan karya tari dapat melalui beberapa tahap yaitu eksplorasi, improvisasi dan komposisi. Inau Opusulenta: Choreography inspired by the Ummusulen Traditional Dance The Balantak Tribe Community in Banggai, Central Of Sulawesi.ABSTRACT Inau Opusulenta is the title of a dance work derived from the Balantak language term Inau which means to remember always opusulenta means us, so Inau Opusulenta means "remember always us". This dance depicts the joy and agility of young women in welcoming guests. Hand gestures and footsteps become the hallmark of this dance combined with the property of the shawl. Inau Opusulenta's work is worked and packaged based on traditional Ummusulen dance originating from the Balantak tribe in Banggai Regency. Ummusulen dance has always been an important part of every ritualceremony carried out by the Batugiri tribe, Gaubee tribe, Rurunna tribe, Loon tribe, Tanuttu tribe, and Balantak tribe to be the center of five tribes in Balantak Subdistrict, Luwuk Banggai Regency, Central Sulawesi. Togetherness and harmony are intertwined even though they are different tribes but still respect each other and shoulder to shoulder in carrying out various activities, especially in the implementation of ritual ceremonies carried out. Departing from these observations then gave birth to the dance work Inau Opusulenta which is a group choreography packaged in the form of dance creations danced by young women cheerfully. The concept of dance refers to Alma M Hawkins about the creation of dance works that can go through several stages namely exploration, improvisation, and composition.
BETUPPING: KOREOGRAFI YANG TERINSPIRASI DARI KESENIAN TUPPING DI LAMPUNG SELATAN Bulan Riestamara Putri; Jiyu Wijayanti; Bernadetta Sri Hanjati
Joged Vol 20, No 2 (2022): OKTOBER 2022
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/joged.v20i2.8205

Abstract

RINGKASANBetupping merupakan karya tari yang terinspirasi dari cerita tentang pasukan rahasia Radin Intan II dalam Cerita Sejarah Lampung Selatan. Dikisahkan, Radin Intan II memiliki 12 pasukan, pemimpin salah satu pasukannya adalah Tupping Ikhung Tebak yang membawahi 12 pasukan bala bantuan. Pasukan yang sekaligus sebagai pengawal Radin Intan II ini memiliki ciri khas. Ketika bertugas mereka menggunakan topeng karena tidak ingin identitas mereka diketahui, dan bertingkah laku aneh dan kocak sebagai siasat agar mempermudah mengelabui musuh saat mengintai untuk melakukan penyerangan. Topeng yang dipakai terbuat dari serat kayu dan memiliki berbagai macam bentuk. Tema dalam karya Betupping adalah kepahlawanan. Judul Betupping diambil dari bahasa Lampung yang artinya adalah bertopeng yang memiliki maksud penari yang menggunakan topeng. Penari menggunakan topeng sebagai properti sekaligus sebagai atribut busana. Karya ini direpresentasikan dengan tujuh orang penari perempuan dengan pola gerak yang berpijak pada gerak dasar tari tradisional Lampung yaitu Cangget dan Bedana.ABSTRACT Betupping is kind of a new dance was inspired by secret forces of Raden Intan II in the story of “The history of South Lampung”. Raden Intan II have a 12 forces one of them was Tupping Ikhung Tebak. A forces and a guard Raden Intan II has a characteristic such as using a mask. The purpose of using a mask because of they don’t want their identity to be known moreover to fool the enemy and attack the enemy. Mask made by wood fiber and having a various forms. The theme and the value taken from Betupping is a heroism. Title Bettuping taken from Lampung Language means of a dancer using a mask. A dancer using a mask having a mask as a property at once weardrobe to hide the identity. The forces can be represented as a dance creation Bettuping using seven woman dancers that stand on basic dance traditional movement such as Cangget and Bedana.
Keluk: Kelembutan dan Kekuatan Desain Motif Pucuk Pakis Sebagai Tema Karya Tari Zulkipli Zulkipli; Yosef Adityanto Aji; Decirius Suharto
Joged Vol 20, No 2 (2022): OKTOBER 2022
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/joged.v20i2.8201

Abstract

ABSTRAKMotif Pucuk Pakis merupakan motif Dayak yang dapat dijumpai pada lukisan di rumah Betang, kostum wanita Dayak Iban, tato pada tubuh, tenun, anyaman, manik-manik, serta pahatan patung. Pada suku Dayak Iban di Kalimantan Barat, Pucuk Pakis atau Sulur dimaknai sebagai “Cikal Bakal Kehidupan Yang Baru”. Bentuk motif Pucuk Pakis atau Sulur memiliki batang tegak dan Pucuk Pakis yang bentuk melengkung memberikan impresi makna kuat dan lembut. Karya tari Keluk menggunakan metode riset artistik-koreografi sinematografi. Adapun tujuan dan manfaat dalam penciptaan tari ini yaitu menciptakan karya video tari dengan koreografi tunggal dan mengkomunikasikan desain lengkung dan fungsi yang terkandung dalam motif Pucuk Pakis atau Sulur. Keluk merupakan garapan tari kontemporer Indonesia dalam bentuk tari video yang berpijak pada budaya suku Dayak Iban berdasarkan subjektivitas koreografer melalui pengalaman empiris. Karya ini terdiri tiga segmen yaitu segmen pertama “Memvisualisasikan Desain Melengkung Pucuk Pakis Kuat”, segmen kedua “Memvisualisasikan Desain Pucuk Pakis Melengkung Kuat dan Lembut”, segmen ketiga “Memvisualisasikan Desain Melengkung Pucuk Pakis Menjadi Bularan”.ABSTRACTThe Pucuk Pakis motif, a Dayak motif, can be found in paintings at Betang's house, Iban Dayak women's costumes, body tattoos, weaving, weaving, beads, and sculptures. In the Iban Dayak tribe in West Kalimantan, or Sulur is interpreted as "The Forerunner of a New Life". The shape of the fern shoots or tendrils has an erect stem and the fern shoots are curved. The curved and sturdy Pucuk Pakis design gives the impression of a strong and soft meaning. The work of Keluk Dance uses a cinematographic artisticchoreographic research method. The goals and benefits of creating this dance are creating dance videos with single choreography and communicating the curved designs and functions contained in the Pucuk Pakis or Sulur motifs, creating contemporary Indonesian dance works based on the local culture of the Iban Dayaktribe based on the subjectivity of the choreographer, creating works of art. Innovative and creative video rates through empirical experience. This work consists of three segments, namely the first segment “Visualizing the Curved Design of Strong and Soft Curved Ferns”, the second segment “Visualizing the Design of Strong and Soft Curved Paws of Ferns”, the third segment “visualizing the Curved Design of Fern Tops Become Round”.
PROSES ADAPTASI PERTUNJUKAN PANGGUNG KE VIDEO: Studi Kasus Karya Tari COLOHOK Ciptaan Anter Asmorotedjo Ammy Aulia Renata Anny; Koes Yuliadi; Maria Heni Winahyuningsih
Joged Vol 20, No 2 (2022): OKTOBER 2022
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/joged.v20i2.8206

Abstract

AbstrakPertunjukan panggung yang dialihmediakan menjadi video, merupakan contoh fenomena adaptasi dalam penciptaan karya seni. Begitupula yang terjadi dalam karya tari Colohok, ciptaan Anter Asmorotedjo dari Yogyakarta. Pada awal penciptaannya tahun 2014 silam, karya tari Colohok berbentuk pertunjukan panggung. Pada tahun 2020 dialihmediakan ke dalam format video tari, akibat kondisi pandemi Covid 19 melanda dan akses terhadap panggung pertunjukan menjadi terbatas. Kedua bentuk karya Colohok mengangkat topik ide penciptaan yang sama, yakni tokoh Petruk. Alih media dari pertunjukan panggung menjadi bentuk video, berdampak pada perbedaan metode penciptaan dan hasil akhir karya. Menurut Linda Hutcheon dalam bukunya A Theory of Adaptation, adaptasi adalah proses repetisi akan tetapi bukan upaya duplikasi. Proses adaptasi menyangkut tiga aspek yang saling berhubungan. Transposisi yang ekstensif, dari suatu karya tertentu. Interpretasi ulang terhadap karya asal, kemudian penciptaan ulang menjadi bentuk karya baru. Ketiga, sebagai hasil resepsi intertekstual, yakni keterhubungan antara teks karya lain yang memiliki keterhubungan. Teori adaptasi ini digunakan sebagai kerangka, dalam menganalisis proses alihmedia dalam karya Colohok. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, untuk menganalisis dan menguraikan topik penelitian. Pendekatan yang digunakan adalah studi kasus, dipilih karena menyelidiki dan menganalisis sebuah karya secara spesifik dan dianggap memenuhi kriteria dalam topik penelititan ini. Data didapatkan melalui pengamatan terhadap proses kerja yang dilakukan oleh kreator dalam mengadaptasi karya, yakni berdasarkan perspektif sutradara dan videografer. Hasil dari penelitian ini menunjukkan, karya Colohok diresepsi dari teks Petruk dalam wujud wayang gaya Yogyakarta, adegan gara-gara, lakon carangan berjudul Petruk Dadi Ratu, mitos atau kapitayan tentang Petruk, simbol segitiga, film Opera Jawa, serta novel berjudul Gerbang Nuswantara. Re interpretasi bentuk pertunjukan panggung, dengan menetapkan tokoh, alur, dan adegan secara garis besar sama, kemudian di re kreasi dengan merespon bentuk, situasi, dan kondisi tempat pengambilan gambar yang telah ditetapkan. Pada tahap transposisi terdapat tahap pra produksi, produksi, dan pasca produksi terkait penyuntingan gambar berpengaruh besar terhadap hasil karya video tari ColohokAbstract Stage performances which are converted into videos, are example of the phenomenon of adaptation in the creation of art works. The same thing happened in the Colohok dance, created by Anter Asmorotedjo from Yogyakarta. At the beginning of its creation in 2014, Colohok dance were in the form of stage performances. In 2020 it was converted into dance video, due to the Covid 19 pandemic and access to the stage for performance was limited. Both forms of Colohok's work, raise the same idea of creation namely Petruk one of character in Javanese puppets. Transfer media from stage performances in to video forms, has an impact on differences in the method of creation and the final result of the work. According to Linda Hutcheon in her book A Theory of Adaptation, adaptation is a process of repetition but not duplication. In the adaptation process, involves three interrelated aspects. First, extensive transposition of a particular work. Second is re-interpretation of the original work, then re-creation into a new form. Third, as a result of intertextual reception, between the texts of other works that have a connection. This adaptation theory, is used as a framework to analyzing the process of media transfer in Colohok's work. This study uses qualitative methods, to analyze and describe the research topic. The approach used is a case study, because it investigates and analyzes a work specifically and is considered to meet the criteria in this research topic. The data is obtained through observing the work process carried out by the creator in adapting the Colohok’s work, based on the perspective of the director and videographer. The results of this study indicate that Colohok's works are reception from Petruk specifically in Yogyakarta-style puppets, the Gara-gara on of scene in puppet show, the carangan play entitled ‘Petruk Dadi Ratu’, myth or Kapitayan in Yogyakarta’ people, the triangle symbol, the Opera Jawa film, and the novel entitled Gerbang Nuswantara. Re-interpreting the form of stage performances, by setting the characters, plots, and scenes in the same outline, then re-creating them by responding to the shape, situation, and condition of the shooting location that has been determined. At the transposition process, have a pre-production, production, and post-production process related to editing the image which have a big influence on the work of the Colohok dance video and make it not just a documentation work.
Makna Simbolik Tari Bedhaya Kirana Ratih di Keraton Kasunanan Surakarta Dewi Purnama Sari; Oni Andhi Asmara
Joged Vol 20, No 2 (2022): OKTOBER 2022
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/joged.v20i2.8202

Abstract

AbstrakTari Bedhaya Kirana Ratih merupakan tari tradisi klasik yang lahir dan berkembang di lingkungan Kraton Kasunanan Surakarta. Dalam pandangan masyarakat umum, Tari Bedhaya hanya boleh ditarikan di lingkungan Kraton saja sehingga menimbulkan kesan eksklusif. Faktanya, tidak semua tari Bedhaya bersifat eksklusif dan sakral. Beberapa jenis tari bedhaya bisa ditarikan di tengah masyarakat umum, salah satunya adalah Bedhaya Kirana Ratih. Bedhaya Kirana Ratih termasuk ke dalam jenis tari klasik yang tergolong baru. Meskipun tergolong baru, tari Bedhaya Kirana Ratih menyimpan banyak makna simbolik di balik pertunjukannya. Makna tersebut tersemat dalam ragam gerak, iringan, dan narasi yang disampaikan melalui pertunjukan tarian ini. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengungkap makna simbolik yang terdapat pada pertunjukan Tari Bedhaya Kirana Ratih. Penelitian pada artikel ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data menggunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi.Absctract Bedhaya Kirana Ratih Dance is a classic traditional dance that was born and developed in the Surakarta Kasunanan Kraton environment. The exclusive impression makes the general community paradigm only know that Bedhaya dance can only be done in the Kraton environment. In fact, not all Bedhaya dance is exclusive and sacred, can even be perforrmed in the middle of the general public. Bedhaya Kirana Ratih is included in a new classical dance type. Even though it is relatively new, Bedhaya Kirana Ratih dance holds a lot of symbolic meaning behind the show. The meaning is caught in a variety of motion, accompaniment and narratives delivered through this dance performance. The main objective of this study is to uncover the symbolic meaning found in the Bedhaya Kirana Ratih dance performance. Research on this article uses a qualitative descriptive method with data collection techniques using observation, interviews, and documentation methods.
Estetika Gerak Tari Siwar di Kecamatan Tanjung Sakti Kabupaten Lahat Syarifuddin Syarifuddin; Supriyanto Supriyanto; Tiara Lindita
Joged Vol 20, No 2 (2022): OKTOBER 2022
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/joged.v20i2.8203

Abstract

ABSTRAKTari Siwar adalah sebuah tari tradisional khas masyarakat Tanjung Sakti di Kabupaten Lahat. Nama Siwar diambil dari nama senjata tradisional masyarakat Tanjung Sakti. Tarian ini memiliki keunikan salah satunya terletak pada gerak tarinya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan estetika gerak dalam tari Siwar. Metode penelitian menggunakan metode dekriptif analisis dengan pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, studi dokumentasi, dan studi kepustakaan. Berdasarkan analisis data yang dilakukan, diperoleh kesimpulan yaitu gerak tari Siwar di Kecamatan Tanjung Sakti hanya terdiri dari empat gerakan inti yang meliputi tusuk pinggang, tiang satu, tusuk pundak, dan tusuk kepala. Estetika gerak tari Siwar yang dibangun oleh unsur kekuatan dan keseimbangan gerak yang dikembangkan dari keampuhan siwar dalam melawan musuh sehingga memiliki makna tersendiri bagi masyarakat Tanjung Sakti sebagai representasi atau cerminan kehidupan yang secara turun-temurun terus berlangsung dan wajib dilestarikan. Rangkaian gerak yang ditampilkan mengandung makna simbolik, simbol yang dimaksud berdasarkan konsep yang disepakati masyarakat. ABSTRACT Siwar Dance is a traditional dance typical of the Tanjung Sakti community in Lahat Regency. The name Siwar is taken from the name of the traditional weapon of the Tanjung Sakti community. This dance is unique, one of which lies in the dance movements. The purpose of this study is to explain the aesthetics of motion in the Siwar dance. The research method uses descriptive analysis method with data collection using observation, interviews, documentation studies, and literature studies. Based on the analysis of the data, it was concluded that the Siwar dance movement in Tanjung Sakti District only consisted of four core movements including waist stab, one pole, shoulder stab and head stab. The aesthetics of the Siwar dance movement which is built by the elements of the motion of strength and balance of motion developed from the efficacy of siwar in fighting the enemy so that it has its own meaning for the people of Tanjung Sakti as a representation or reflection of life that has been passed down from generation to generation and must be preserved. The series of motions displayed contain symbolic meanings, the symbols referred to are based on concepts agreed by the community.
Heri Lentho Seniman Surabaya: Biografi dan Proses Kreatif Nabilla Nur Kasih Kusuma Putri; Warih Handayaningrum; Eko Wahyuni
Joged Vol 20, No 2 (2022): OKTOBER 2022
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/joged.v20i2.8204

Abstract

RINGKASANSurabaya dikenal sebagai kota pahlawan. Heri Lentho adalah seniman yang memiliki sebutan “seniman berjiwa kesatria” karena karyanya terkenal dengan tema kepahlawanan dan perjuangan. Hal itu terjadi karena pengaruh masa lalunya yang hidup dalam lingkungan tentara. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji bagaimana latar belakang seniman Heri Lentho dan bagaimana proses kreatifnya dalam pemunculan ide-ide bertemakan kepahlawanan. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara langsung, dokumentasi. Hasil penelitian menujukkan bahwa faktor pengaruh lingkungan budaya dan sosial Heri Lentho lah yang membuatnya tumbuh menjadi seniman berjiwa kesatria. Heri Lentho juga sangat aktif dalam bidang berkesenian. Ia tidak hanya menekuni bidang tari saja tetapi juga musik, drama, opera, organisasi dan kumpulan seni.ABSTRACT Heri Lentho Surabaya Artist: Biography and Creative Process. Surabaya is known as the city of heroes. Heri Lentho is an artist who has the title "artist with a chivalrous spirit" because his expertise is known for the themes of heroism and struggle. This happened because of the influence of his past living in the army. The purpose of this research is to examine the background of the artist Heri Lentho and how the creative process in the emergence of ideas with the theme of heroism. This research method uses an approach approach. Data collection techniques using observation, direct interviews,documentation. The results of the study indicate that the influence of the cultural and social environment of Heri Lentho is what makes him grow into an artist with a chivalrous spirit. Heri Lentho is also very active in the arts, not only in dance but also in music, drama, opera, organizations and art collections.

Page 1 of 1 | Total Record : 7