cover
Contact Name
Ary Wijayanto
Contact Email
412y.wija@gmail.com
Phone
+6281326177669
Journal Mail Official
selonding@isi.ac.id
Editorial Address
Gedung Lt.2 Jurusan Etnomusikologi Fakultas Seni Pertunjukan ISI Yogyakarta Jl. Parangtritis km. 6,5 Sewon, Bantul Yogyakarta-55141
Location
Kab. bantul,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
SELONDING
ISSN : 14121514     EISSN : 26859327     DOI : https://doi.org/10.24821/sl.v20i1
Focus & Scope Science: Organology-acoustics, Semiotics, Hermeneutic, Etnomusicology, Transcript, Composition of Ethnic music, Music Exploration, Anthropologi Music, Sosiology Music, Physics, Culture Assesment and Practice: Assesment of Ethnic music, Practice base Research, Practice led Research Ideas, Concept, Thoughts about music ethnic
Articles 6 Documents
Search results for , issue "Vol 19, No 1 (2023): : Maret 2023" : 6 Documents clear
“ALONE” REINTERPRETASI FENOMENA DEPRESI DALAM KOMPOSISI MUSIK Agung Wira Setika Cahya; Pande Made Sukerta
SELONDING Vol 19, No 1 (2023): : Maret 2023
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/sl.v19i1.7806

Abstract

Depresi adalah satu di antara keadaan emosi dimana kondisi psikologis, ditandai dengan banyak rasa kehilangan dan kekecewaan yang terjadi selama masa hidup normal. Fenomena depresi ini yang menjadi riset komposisi musik melalui suatu pemikiran, sehingga karya yang diberikan sesuai dengan sumber sebagai acuan utama dan keinginan pengkarya dalam memperkenalkan karya melalui dua media karya musik sebagai estetika dan wahana artikulasi dalam karya seni. Reinterpretasi pengkarya atas fenomena depresi menghasilkan karya berbentuk instrumen artifisial yang diberi nama Qalaba dan karya pertunjukan musik dengan judul Alone. Penciptaan dan penyusunan karya Alone dilakukan dengan tahapan observasi pembuatan instrumen dan observasi aspek musikal yang berikutnya dipraktekan dengan metode psikologis. Dalam penyusunan karya musik Alone, pengkarya menerjemahkan fenomena depresi ke dalam musik, menjadikan karya “Alone” sebagai cara alternatif dalam penyusunan instrumen dan elemen musik. Pengkarya menerjemahkan fenomena depresi ini ke dalam improvisasi bebas dan terkonsep, dengan mengeksplorasi nada instrumen menggunakan teknik modifikasi.
Antinomi Sampah melalui Sublimasi Timbre dalam karya musik Copy Waste I Ketut Sumerjana
SELONDING Vol 19, No 1 (2023): : Maret 2023
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/sl.v19i1.9199

Abstract

Perilaku membuang sampah sembarangan merupakan kebiasaan yang memberikan dampak terhadap permasalahan ekosistem, baik biotik ataupun abiotik. Sampah sebagai bagian dari aktifitas masyarakat sebenarnya dapat dijadikan nilai guna bagi kepentingan lain, tetapi faktanya memang memerlukan penyadaran emosi, jiwa bagi pelaku. Wujud penyadaran yang paling menarik untuk kritik sosial permasalahan perilaku membuang sampah sembarangan adalah melalui musik, karena bunyi sebagai esensinya mempunyai nilai-nilai personifikasi. berdasarkan hal tersebut maka fokus penelitian penciptaan adalah mengkontruksi bunyi sebagai musik yang bernilai antinomi terhadap perilaku. Metode yang digunakan adalah Praktik Led Rsearch, dimana penciptaan karya musik didahului dengan penelitian terhadap fenomena membuang sampah sembarangan. teknik pengumpulan data mempergunakan observasi, wawancara sedangkan analisis data, interaksi menjadi pilihan. data-data yang sudah dianalisis terkontruksi melalui makna sehingga timbal baliknya memberikan input pada komposisi musik dengan metode sublimasi timbre. Hasil penelitian penciptaan memberikan sebuah pemahaman bahwa musik mampu digunakan sebagai salah satu media kritis untuk perilaku membuang sampah sembarangan melalui optimalisasi perilaku. 
Ekologi Polopalo dalam Lihuta lo Polopalo di Bone Bolango Rahmawati Ohi
SELONDING Vol 19, No 1 (2023): : Maret 2023
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/sl.v19i1.9293

Abstract

Polopalo merupakan instrumen musik endemik dari Gorontalo yang saat ini keberadaannya dapat ditemukan dalam Lihuta lo Polopalo. Sebagai salah satu alat musik endemik, perkembangan fungsional Polopalo memberikan dampak terhadap ekologi seni dalam aktifitas masyarakat seperti dalam lihuta lo polopalo mempunyai peranan yang sangat penting berhubungan dengan kontinuitas, transmisi ekonomi budaya, contoh adanya wujud nyata simbiosis polopalo pada komponen ekologi yang ada disekitarnya mulai dari infrastruktur lingkungan, tingkat pendapatan sampai transfer ilmu pengetahuan lintas generasi. Besarnya impact yang dihasilkan Polopalo dalam lihuta lo Polopalo terhadap sistem ekologi merupakan sebuah refleksi sistem kemandirian fenomena yang menarik sehingga fokus penelitian adalah mengenai ekologi polopalo dalam lihuta lo polopalo. Upaya memberikan refleksi gambaran mengenai Polopalo dalam lihuta LoPolopalo maka metode penelitian yang digunakan adalah narasi, dimanapengumpulan data dilakukan melalui wawancara, yang didalamnya terdapat observasi lanjutan sedangkan analisis data mempergunakan interaksi budaya sehingga mampu memberikan gambaran mengenai sebuah sistem Hasil penelitian menunjukan bahwa kemunculan Polopalo dalam lihuta lo polopalo merupakan alternatif dalam upaya pelestarian yang ternyata memberikan kemandirian terhadap sistem ekologi yang ada seperti pertumbuhan infrastruktur, kemandirian ekonomi masyarakat dan kesinambungan budaya.
BORU SASADA SEBAGAI SUMBER IDE PENCIPTAAN MUSIK ETNIS "ARUNA" Yose Beby Ananda Hutahaean; Krismus Purba
SELONDING Vol 19, No 1 (2023): : Maret 2023
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/sl.v19i1.5873

Abstract

Anak perempuan Batak Toba memiliki ruang sempit dalam hak dan kewajiban untuk memiliki kebahagiaan dan karir. Boru Sasada  menjadi istilah bagi seorang anak perempuan tunggal keluarga Batak Toba. Reinterpretasi kesetaraan gender secara negatif dalam masyarakat Batak Toba sangat besar. Hal ini ditandai dengan keyakinan bahwa anak laki-laki adalah sebuah akar pohon dalam keluarga, sehingga mengkesampingkan bahwa seorang anak perempuan juga berharga. Globalisasi memberikan banyak perubahan terhadap reinterpretasi tersebut, ada positif, namun  ada yang negatif. Sebuah keluarga tentu mengasihi keturunan mereka, namun masyarakat banyak yang tidak sependapat dan memutuskan bahwa sebuah keluarga tanpa anak laki-laki adalah suatu hal yang hina. Sementara, seorang perempuan pada dasarnya akan selalu bermain perasaan dalam menanggapi cerita dalam hidupnya. Sangat menarik ketika adat dan istiadat menjunjung tinggi kehadiran seorang anak laki-laki, akan tetapi Tuhan memberikan karunia anak perempuan. Mengaplikasikan suasana hati dan perasaan puteri tunggal masyarakat Batak Toba ke dalam penciptaan musik etnis didahului dengan penelitian yang mencari tahu apa saja perasaan dari puteri tunggal  masyarakat Batak, kemudian penciptaan menggunakan ekplorasi, improvisasi, dan pembentukan. Hasil penelitian ketika anak perempuan dikesampingkan, berdasarkan bagaimana orangtua meyakinkan dan mendukungnya. Masyarakat yang hidup di era globalisasi akan mampu berpikir dengan lebih terbuka, dan tidak seenaknya menghina.  Putri tunggal Batak Toba dan perasaannya menjadi sebuah fokus pada karya musik etnis berjudul “Aruna”
KANA PERANAK DALAM PERAYAAN GAWAI PADI SUKU DAYAK MUALANG DI KALIMANTAN BARAT Alexandrian Mualang Panurian; Eli Irawati; Haryanto Haryanto
SELONDING Vol 19, No 1 (2023): : Maret 2023
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/sl.v19i1.8970

Abstract

Kana Peranak merupakan nyayian resitatif Suku Dayak Mualang yang disajikan pada saat Perayaan Gawai Padi. Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui fungsi dan kajian tekstual Kana Peranak. Untuk membedah objek ini, maka digunakan metode kualitatif dengan pendekatan Etnomusikologis. Hasil analisis dalam tulisan ini menunjukkan bahwa Kana Peranak memiliki delapan dari sepuluh fungsi musik menurut Allan P. Meriam. Fungsi-fungsi tersebut antara lain Fungsi Hiburan, Fungsi Kenikmatan Estetis, Fungsi Ekspresi Emosional, Fungsi Komunikasi, Fungsi Penyelenggaraan Kesesuaian Dengan Norma-Norma Sosial, Fungsi Penopang Keseninambungan dan Stabilitas Kebudayaan, Fungsi Penopang Integrasi Sosial dan Fungsi Penggambaran Simbolik. Pada kajian tekstual, mengambil sampel Kana Peranak yang berjudul ”Limak Penyawak Sak Lempak Mrawai Awak”, terdapat tiga bagian pada bagian analisis musikal yaitu transkrip notasi, analisis motif nyayian serta analisis makna dan lirik. Adapun elemen pendukung musik meliputi pelaku, tempat, waktu, kostum dan suasana.
Gendang Sarune sebagai Iringan Gendang Morah – Morah di Desa Kemenangan Tani Kota Medan Januar Alfaredo Purba
SELONDING Vol 19, No 1 (2023): : Maret 2023
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/sl.v19i1.6830

Abstract

Gendang Sarune merupakan instrumen yang digunakan dalam menyampaikan pesan repertoar Gendang Morah-Morah yang dimainkan pada tari Lima Serangkai. Repertoar ini bersifat khusus, diciptakan sebagai tanda pembuka pada iringan tariannya. Nilai kekhusuan tersebut memberikan permasalahan terhadap penyajian yang sekarang ini mempergunakan mp3, walaupun masih ada sajian yang original seperti di Desa Kemenangan Tani sehingga fokus penelitian adalah mendeskripsikan fungsi Gendang Sarune sebagai iringan Gendang Morah-Morah di Desa Kemenangan Tani. Metode penelitian mempergunakan deskripsi analitis yang mencoba menggambarkan fenomena dengan teknik pengumpulan data berupa observasi, dokumentasi dan wawancara. Hasil penelitian menunjukan bahwa Gendang Sarune mempunyai beberapa fungsi seperti integrasi sosial, penghayatan estetis, pengungkapan emosional, hiburan.

Page 1 of 1 | Total Record : 6