cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota semarang,
Jawa tengah
INDONESIA
Intuisi
ISSN : 25412965     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Social,
Intuisi : Jurnal Psikologi Ilmiah is the scientific publication media to accommodate ideas and innovation research results of psychology academicians and other experts who are interested in the field of Psychology. Vision intuition is to encourage the development of science-based psychology, indigenous psychology.
Arjuna Subject : -
Articles 20 Documents
Search results for , issue "Vol 12, No 2 (2020): Juli 2020" : 20 Documents clear
Gangguan Kepribadian Skizotipal pada Perempuan di Bali Ariyanti, Ni Made Putri; Ambarini, Tri Kurniati; Widiasavitri, Putu Nugrahaeni
Intuisi : Jurnal Psikologi Ilmiah Vol 12, No 2 (2020): Juli 2020
Publisher : Jurusan Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/intuisi.v12i2.22913

Abstract

Kepribadian skizotipal dipandang sebagai sebuah kontinum dari kondisi sehat menuju patologis, dengan ciri kepribadian skizotipal di titik akhir sehat dan gangguan kepribadian skizotipal pada titik akhir patologis. Prevalensi menunjukkan pada populasi klinis yang mengalami gangguan kepribadian skizotipal adalah 0-2% sedangkan pada populasi umum adalah 4%. Gangguan kepribadian skizotipal adalah defisit pada sosial dan interpersonal yang ditandai dengan rasa ketidaknyamanan, berkurangnya kemampuan untuk menjalani hubungan yang dekat dan adanya distorsi kognitif, serta perilaku yang eksentrik. Ketika gangguan kepribadian skizotipal tidak mendapatkan penanganan yang tepat, maka penderita akan memiliki dampak yang serius pada perilaku dan motivasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran dinamika kepribadian pada perempuan yang memiliki gangguan kepribadian skizotipal dan penyebab gangguan tersebut. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitiatif dengan pendekatan studi kasus. Penggalian data dalam penelitian ini menggunakan wawancara, observasi, dan tes psikologis (WAIS, DAP, HTP, BAUM, SSCT, dan TAT). Adapun uji kredibilitas yang digunakan adalah dengan teknik triangulasi sumber, teknik, dan waktu. Subjek dalam penelitian ini adalah satu perempuan berusia 46 tahun. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa NR memiliki defisit pada hubungan sosial dan interpersonal yang disebabkan rasa tidak nyaman dan pikiran paranoid yang dimiliki terhadap lingkungannya. NR yang merasa tertekan dan memiliki pengalaman traumatis membuat NR menggunakan mekanisme pertahanan diri dengan mengosongkan pikiran dan terhanyut dalam ‘dunia lain’ untuk memutuskan diri dari hubungan sosial. Hal ini memengaruhi pekerjaan dan aspek sosialnya.Schizotypal personality is seen as a continuum from healthy to pathological, with schizotypal personality traits at the healthy endpoint and schizotypal personality disorder at the pathological endpoint. The prevalence rate of schizotypal personality disorder in the clinical population is 0-2% while the general population is 4%. Schizotypal Personality Disorder is an interpersonal and social deficit marked by discomfort with, and reduced capacity for close relationships as well as by cognitive distortions and eccentrics of behavior. When a schizotypal personal disorder is not treated properly, it can have a serious impact on behavior and motivation. This research aims to describe the dynamics of personality in women and the cause of schizotypal personality disorder. This research was conducted using a qualitative approach with a case study method. The data collected from interviews, observation, and psychological tests (WAIS, DAP, HTP, BAUM, SSCT, and TAT). The credibility test used in this research is the triangulation technique, triangulation of sources, techniques, and time. The subject of this study was a woman aged 46 years old. The result of the study showed that deficits in social and interpersonal are caused by discomfort and paranoid thought while interacting with other people. NR who feels stressed and has a traumatic experience with significant other, made NR use the mechanism defense by blanking out or seeming to drift off into another world to disconnect socially. This affected her work life and social aspect
Impulse Buying dan Post Purchase Regret pada Mahasiswa Nurohman, Febri; Aziz, Abdul
Intuisi : Jurnal Psikologi Ilmiah Vol 12, No 2 (2020): Juli 2020
Publisher : Jurusan Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/intuisi.v12i2.28612

Abstract

Salah satu penyebab post purchase regret adalah karena kurangnya pertimbangan dalam membeli barang. Studi pendahuluan pada 74 mahasiswa akftif Unnes 2020, mendapatkan temuan bahwa sebanyak 48 responden mengaku menyesal telah membeli barang di luar rencana awal pembelian. Penelitian bertujuan untuk menguji ada tidaknya hubungan antara impulse buying dan post purchase regret pada mahasiswa Unnes, serta untuk mengetahui gambaran impulse buying dan post purchase regret pada mahasiswa Unnes. Penelitian kuantitatif korelasional menggunakan sampel 400 mahasiswa aktif Unnes 2020, dengan teknik cluster random sampling. Data dikumpulkan menggunakan skala post purchase regret terdiri 23 aitem dan skala impulse buying terdiri 26 aitem. Koefisien reliabilitas (cronbach alpha) post purchase regret sebesar 0,854 dan koefisien reliabilitas (cronbach alpha) impulse buying sebesar 0,876. Uji hipotesis dengan Correlation Spearman’s Rho diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,143 dengan taraf signifikansi 0,004. Dengan demikian bunyi hipotesis terdapat hubungan antara impulse buying dan post purchase regret pada mahasiswa Unnes diterima. Dengan hasil tingkat impulse buying dan post purchase regret pada mahasiswa Unnes berada pada kategori sedang.One of the causes of post purchase regret is because of the lack of consideration in buying goods. A preliminary study with 74 Unnes college students 2020, get that finding as much 48 respondents are admits regrets buying goods outside of the original purchase plan. This study aims to test wheter there is a relationship between impulse buying and post purchase regret of Unnes college students, as well as to find out the impulse buying and post purchase regret description in Unnes college students. Correlational quantitative is used with 400 active Unnes 2020 college students as sample of research, by cluster random sampling technique. The data were collected using post purchase regret scale consisting of 23 items and a scale of impulse buying consisting of 26 items. The reliability coefficient (cronbach’s alpha) of post purchase regret was 0,854 and the reliability coefficient (cronbach’s alpha) of impulse buying was 0,876. Hypothesis testing using Spearman's Rho Correlation obtained a correlation coefficient of 0,143 with a significance level of 0,004. Thus the sound of the hypothesis is that there is a relationship between impulse buying and post purchase regret for Unnes students accepted. With the results, the level of impulse buying and post purchase regret to Unnes students is in the medium category.© 2020 Universitas Negeri Semarang
Pola Asuh Autoritatif dan Efikasi Diri pada Self-Regulated Learning Siswa Remaja Wulandari, Putu Novia Putri; Swandi, Ni Luh Indah Desira
Intuisi : Jurnal Psikologi Ilmiah Vol 12, No 2 (2020): Juli 2020
Publisher : Jurusan Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/intuisi.v12i2.24654

Abstract

Siswa memiliki peran dalam meningkatkan mutu pendidikan dengan cara menjalankan proses belajar yang baik serta mengerjakan tugas secara mandiri dan bertanggung jawab. Ini dapat dicapai apabila siswa mempunyai kemampuan self-regulated learning (SRL), yaitu kemampuan mengatur disiplin diri saat belajar. Terdapat faktor eksternal dan internal yang mendorong SLR siswa, yaitu pola asuh autoritatif (PAA) dan efikasi diri (ED). Penelitian ini hendak mengkaji peran PAA dan ED pada SRL siswa remaja di SMA Negeri 1 Ubud secara kuantitatif. Partisipan penelitian terdiri dari 198 siswa remaja di SMA Negeri 1 Ubud, yang dipilih melalui systematic random sampling. Alat ukur penelitian terdiri dari skala self-regulated learning (SRL), skala pola asuh autoritatif (PAA), dan skala efikasi diri (ED). Analisis hasil menggunakan teknik analisis regresi berganda yang mengindikasikan adanya peran PAA dan ED pada SRL sebesar 50,4% dengan signifikansi 0,000 (p<0,05). Hal ini berarti hipotesis dalam penelitian ini diterima. Secara lebih lanjut, PAA diketahui berperan secara mandiri pada SRL serta ED juga berperan mandiri pada SRL siswa remaja di SMA Negeri 1 Ubud.Students take part in improving the quality of education by studying properly and completing their tasks responsibly. These can only be achieved when students have self-regulated learning (SRL), which is the ability to discipline themselves in the activity of studying. There are external and internal factors that encourage SRL of adolescent student, which is authoritative parenting (PAA) and self-efficacy (ED). This study wants to examine the role of PAA and ED in SRL of adolescent students in SMA Negeri 1 Ubud quantitatively. The participants of this study consisted of 198 adolescent students in SMA Negeri 1 Ubud who were chosen through systematic random sampling. The instruments of this study are self-regulated learning scale, authoritative parenting scale, and self-efficacy scale. This study using multiple regression analysis technique that show the role of PAA and ED in SRL by 50.4% with a significance value is 0,000 (p <0.05). Furthermore, this study indicates that PAA independently has significant role in SRL. ED also independently has significant role in SRL of adolescent students in SMA Negeri 1 Ubud.
Intensi Berwirausaha Ditinjau dari The Big Five Personality pada Mahasiswa Maulana, Firman; Prihastuty, Rahmawati
Intuisi : Jurnal Psikologi Ilmiah Vol 12, No 2 (2020): Juli 2020
Publisher : Jurusan Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/intuisi.v12i2.26006

Abstract

Lulusan perguruan tinggi di Indonesia lebih banyak memilih untuk menjadi pencari kerja (job seeker) daripada menciptakan lapangan pekerjaan yang pada akhirnya secara mandiri hal tersebut meningkatkan angka pengangguran setiap tahunnya. Oleh karenanya, peningkatan kualitas dan kuantitas wirausahawan dibutuhkan di Indonesia. Prediktor terbaik bagi perilaku yang direncanakan seperti berwirausaha adalah intensi, oleh karenanya penting untuk menumbuhkan intensi berwirausaha pada mahasiswa. Salah satu faktor yang membuat individu memutuskan berwirausaha adalah kepribadian the big five personality dari mahasiswa yang akan dikaji dalam penelitian ini. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan perbedaan intensi berwirausaha ditinjau dari the big five personality pada mahasiswa. Jenis penelitian yang digunakan adalah kuantitatif komparasi dengan teknik sampling proportional stratified cluster random sampling dengan sampel sejumlah 390 mahasiswa. Analisis data dilakukan dengan one way anova menggunakan bantuan program statistik. Hasil uji hipotesis menunjukan signifikansi sebesar 0,000 yang menunjukan adanya perbedaan intensi berwirausaha ditinjau dari the big five personality. Analisis lebih lanjut dengan uji post hoc multiple comparisons ditemukan ada perbedaan intensi berwirausaha pada trait kepribadian openness to experience dengan trait kepribadian neuroticism dengan signifikansi 0,000 (p<0,05), trait kepribadian conscientiousness dengan trait kepribadian neuroticism dengan signifikansi 0,000 (p<0,05), trait kepribadian extraversion dengan trait kepribadian neuroticism dengan signifikansi 0,000 (p<0,05), trait kepribadian agreeableness dengan trait kepribadian neuroticism dengan signifikansi 0,014 (p<0,05). Trait kepribadian opennes to experience memiliki mean empirik intensi berwirausaha tertinggi sedangkan trait kepribadian neuroticism memiliki mean empirik intensi berwirausha terendah.Higher education graduates in Indonesia prefer to become job seekers rather than creating jobs which in the end independently increases the unemployment rate every year. Therefore, increasing the quality and quantity of entrepreneurs is needed in Indonesia. The best predictor of planned behavior such  as entrepreneurship is intention, therefore it is important to foster entrepreneurial intention in students. One of the factors that make an individual decide to become an entrepreneur is a personality that will be studied further in this study through the big five personality. This study aims to determine whether there are differences in entrepreneurial intentions in terms of the big five personality of students. The type of research used is quantitative comparison. The sampling technique used was proportional stratified cluster random sampling with a sample size of 390 students. Data analysis using One Way Anova using the help of a data processing program. Hypothesis test results showed a significance of 0,000 which means there are differences in entrepreneurial intentions in terms of the big five personality. Further analysis using the post hoc multiple comparisons test found that there were differences in entrepreneurial intentions in the personality trait of openness to experience with the trait of neuroticism with a significance of 0,000 (p <0,05), the trait of conscientiousness with the trait of neuroticism with a significance of 0,000 (p <0,05), extraversion personality trait with neuroticism trait with a significance of 0,000 (p <0,05), personality trait agreeableness with neuroticism trait with a significance of 0.014 (p <0.05. The opennes to experience personality trait has the highest empirical mean for entrepreneurial intention, while the neuroticism personality trait has the lowest empirical mean for entrepreneurial intention).
Pelatihan Manajemen Diri untuk Meningkatkan Work Engagement pada Kepala Toko di Perusahaan Ritel Bintang, Stepani Kartika; Oshel, Lorenzy; Hariyanto, Heru
Intuisi : Jurnal Psikologi Ilmiah Vol 12, No 2 (2020): Juli 2020
Publisher : Jurusan Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/intuisi.v12i2.23907

Abstract

Target penjualan dibeberapa toko PT. X masih belum mencapai target yang berdampak pada pendapatan perusahaan. Hal ini terlihat dari timbulnya permasalahan yang dialami oleh kepala toko, mengindikasikan rendahnya work engagement. Tujuan penelitian ini agar karyawan dapat menampilkan perilaku engagement di tempat kerja serta melakukan manajemen diri pada pekerjaannya. Pemilihan sample yang digunakan non probability sampling melalui purpose sampling dengan subjek penelitian 21 kepala toko (usia 19-31 tahun) dengan 6 sesi pelatihan. Desain penelitian yang digunakan metode campuran dengan desain sekuensial eksplanatori. Rancangan eksperimen one-group pretest-posttest design sebagai prioritas utama penelitian dengan hasil uji beda 0.025 (p < 0.05). Sedangkan, penelitian kualitatif menggunakan studi kasus sebagai data penunjang. Metode analisis data yang digunakan melalui organisasi data, kategorisasi pada tiap jawaban subjek, dan interpretasi. Uji kredibilitas dilakukan dengan menggunakan metode validitas argumentatif. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi dan wawancara. Hasil penelitian kuantitatif menunjukkan pelatihan manajemen diri yang diberikan efektif untuk meningkatkan work engagement. Sejalan dengan hasil kualitatif bahwa kepala toko lebih mampu mengontrol emosi, lebih sabar dalam memimpin tim, perubahan gaya komunikasi secara langsung maupun melalaui whatsapp group, lebih terbuka dalam menerima kritik dan saran dari tim, membuat skala prioritas pekerjaan dan membuat pembagian kerja secara merata dalam masing-masing shift kerja untuk karyawan toko. Hal ini membuktikan adanya peningkatkan work engagement setelah diberikan pelatihan manajemen diri pada kepala toko.Sales target in several stores of PT. X still has not reached the target which has an impact on company revenue. This can be seen from the emergence of problems experienced by shop heads, indicating low work engagement. The purpose of this study is that employees can display engagement behavior in the workplace and perform self-management at work. The sample selection used non-probability sampling through purposive sampling with the research subjects 21 shop heads (aged 19-31 years) with 6 training sessions. The research design used mixed methods with explanatory sequential design. Experimental design with one-group pretest-posttest design as the main priority of research with different test results of 0.025 (p <0.05). Meanwhile, qualitative research uses case studies as supporting data. Data analysis methods used through data organization, categorization of each subject's answer, and interpretation. The credibility test is carried out using the argumentative validity method. Data collection was carried out through observation and interviews. The results of quantitative research show that self-management training is effective in increasing work engagement. The qualitative results show that the head of the shop is more able to control emotions, is more patient in leading the team, changes in communication styles directly or through WhatsApp group, is more open in accepting criticism and suggestions from the team, makes work priority scales and makes the division of labor evenly in each work shifts for shop clerks. This proves that there is an increase in work engagement after being given self-management training to the head of the shop.
Apakah Perbandingan Sosial dalam Menggunakan Instagram Berperan terhadap Kebahagian Remaja? Febrianthi, Adinda Nasha Ayu; Supriyadi, Supriyadi
Intuisi : Jurnal Psikologi Ilmiah Vol 12, No 2 (2020): Juli 2020
Publisher : Jurusan Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/intuisi.v12i2.24605

Abstract

Seiring dengan meningkatnya prevalensi penggunaan media sosial Instagram yang diikuti oleh temuan-temuan dalam penelitian sebelumnya, mengatakan bahwa Instagram merupakan salah satu media sosial paling populer yang memiliki dampak paling negatif terhadap kesehatan dan well-being remaja. Oleh karena itu, penting untuk mengeksplorasi dampak penggunaan Instagram pada remaja. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif untuk mengetahui peran perbandingan sosial dalam memoderasi pengaruh penggunaan Instagram terhadap kebahagiaan. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik proportionate stratified random sampling. Subjek penelitian ini adalah sebanyak 437 mahasiswa S1 Universitas X. Alat ukur yang digunakan adalah Skala Oxford Happiness Questionnaire (OHQ), Skala Iowa- Netherlands Comparison Orientation Scale (INCOM), serta Skala Penggunaan Instagram. Hasil uji Moderated Regression Analysis (MRA) menunjukkan bahwa penggunaan Instagram dan perbandingan sosial secara bersama-sama hanya mampu memprediksi kebahagiaan sebesar 7,72% dengan nilai signifikansi sebesar 0,00 (p<0,05). Secara lebih lanjut, perbandingan sosial diketahui tidak memiliki peran yang signifikan dalam memperkuat atau memperlemah hubungan antara penggunaan Instagram dan kebahagiaan. Perbandingan sosial memiliki peran yang signifikan sebagai prediktor yang mandiri terhadap kebahagiaan.  Prevalence of Instagram is at its height that followed by findings in previous studies which said that Instagram is one of the most popular social media that give the most negative impact for adolescence health and well-being. It is essential to explore the phenomena of impact on adolescence use of Instagram. This research is a quantitative study to determine the moderating role of social comparison in the effect of Instagram usage on happiness. The sampling is done by proportionate stratified random sampling technique. A total of 437 undergraduate students were the participants of this study. This study used of three measuring tools are Oxford Happiness Questionnaire (OHQ), Iowa-Netherlands Comparison Orientation Scale (INCOM), and Instagram Usage Scale. The Moderated Regression Analysis (MRA) test showed that Instagram usage and social comparison can predict happiness by 7,72% and a significance value of 0,00 (p<0,05). Furthermore, the results showed that social comparison has no significant role on strengthen the effect of Instagram usage on happiness. Social comparison has significant role as predictor on happiness.
“Positif atau Negatifkah Konsep Diri pada Narapidana Residivis?” Studi Deskriptif pada Narapidana Residivis di Lapas Kelas I Kusumaningsih, Luh Putu Shanti; Syafitri, Diany Ulfieta
Intuisi : Jurnal Psikologi Ilmiah Vol 12, No 2 (2020): Juli 2020
Publisher : Jurusan Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/intuisi.v12i2.23563

Abstract

Kejahatan berulang yang dilakukan oleh sebagian narapidana menjadi satu permasalahan yang patut mendapatkan perhatian. Hal tersebut diantaranya adalah bagaimana narapidana memandang dirinya terkait kejahatan yang dilakukan sehingga merasa tidak terbebani ketika harus berurusan dengan hukum untuk kesekian kalinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsep diri pada narapidana residivis. Residivis adalah sebutan untuk para narapidana yang melakukan tindak kejahatan berulang sehingga dinyatakan pula masuk penjara berulangkali. Populasi penelitian ini adalah seluruh narapidana residivis di Lapas Kelas I Kedungpane Semarang yang berjumlah 129 orang. Adapun sampel penelitian berjumlah 87 orang dengan metode pengambilan sampel Simple Random Sampling. Teknik analisis data yang digunakan adalah uji statistika deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menyebutkan bahwa 79 orang (90,8%) berada pada kategorisasi sangat tinggi, 2 orang (2,3%) berada pada kategorisasi tinggi, 2 orang (2,3%) berada pada kategorisasi sedang, 1 orang (1,1%) berada kategorisasi rendah, dan 3 orang (3,4%) berada pada kategorisasi sangat rendah. Artinya, pandangan dan penilaian narapidana residivis terhadap dirinya dikategorikan sangat tinggi atau sangat positif meskipun berstatuskan sebagai individu yang dikategorikan sering bersinggungan dengan kasus hukum. Konsep diri positif perlu ditumbuhkan pada individu-individu yang memiliki potensi positif untuk melakukan hal-hal yang bersifat positif pula. Namun, konsep diri positif yang dimiliki oleh narapidana residivis digunakan sebagai penyemangat diri ketika berada di situasi negatif yaitu melakukan kejahatan berulangkali. Konsep diri berkaitan dengan kepercayaan diri, dengan demikian artinya, narapidana tetap merasa percaya diri dan tidak terganggu dengan statusnya sebagai residivis. Oleh karena itu, berdasarkan uraian tersebut, maka hasil penelitian yang menyebutkan bahwa 90,8% residivis kategorisasi konsep diri sangat tinggi justru perlu mendapatkan perhatian lebih lanjut dalam penelitian ini.The recurrent crime committed by some prisoners is an issue that deserves attention. These include how prisoners view themselves as being related to crimes committed so they feel less burdened when they have to deal with the law for the umpteenth time. This study aims to determine self-concept in recidivist inmates. A recidivist is a term for prisoners who commit recurrent crimes so that they are also repeatedly jailed. The population of this research was all 129 recidivist inmates in Lapas Kelas I Kedungpane Semarang. The study sample numbered 87 people with a simple random sampling method. The data analysis technique used is the quantitative descriptive statistical test. The results of the study mentioned that 79 people (90.8%) were in the very high categorization, 2 people (2.3%) were in the high categorization, 2 people (2.3%) were in the medium categorization, 1 person (1.1 %) low categorization, and 3 people (3.4%) are very low categorization. That is, the views and evaluations of recidivist inmates are categorized very high or very positive even though they are categorized as individuals who are categorized as often dealing with legal cases. Positive self-concept needs to be grown on individuals who have positive potential to do positive things as well. However, the positive self-concept possessed by recidivist inmates is used as self-encouragement when in a negative situation, which is to commit crimes repeatedly. Self-concept is related to self-confidence, thus it means that prisoners still feel confident and are not disturbed by their status as recidivists. Therefore, based on the description, the results of the study which states that 90.8% recidivists categorize self-concept is very high actually need to get further attention in this study
Reality Not Imagination: Konseling Reality Therapy Membantu Penyesuaian Akademik Ridha, Andi Ahmad
Intuisi : Jurnal Psikologi Ilmiah Vol 12, No 2 (2020): Juli 2020
Publisher : Jurusan Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/intuisi.v12i2.20374

Abstract

Iklim akademik di perguruan tinggi menuntut mahasiswa memiliki penyesuaian diri yang mumpuni. Namun, tidak menutup kemungkinan terdapat mahasiswa yang kurang adaptif sehingga memengaruhi pencapaian prestasi akademiknya. Konseling dengan pendekatan reality therapy dapat digunakan untuk membantu mahasiswa menjadi pribadi yang lebih bertanggung jawab. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas konseling dengan pendekatan reality therapy dalam meningkatkan penyesuaian akademik mahasiswa. Penelitian ini menggunakan metode single case experimental design dengan perlakuan berupa pemberian konseling dengan pendekatan reality therapy terhadap seorang mahasiswa semester 5 yang mengalami hambatan penyesuaian akademik. Instrumen penelitian berupa skala penyesuaian akademik. Data dianalisis secara deskriptif dengan menggambarkan perubahan yang dialami subjek sebelum dan setelah mengikuti konseling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa subjek mengalami peningkatan penyesuaian akademik setelah diberikan konseling dengan pendekatan reality therapy. Subjek mengalami kemajuan dalam memetakan target perkuliahan dan mampu menunjukkan kegigihan dalam meningkatkan penyesuaian akademik.Academic climate in Higher Education requires students to have a good adaptation, but it does not rule out the possibility that there are students who are less adaptive and thus affect their academic achievement. Counseling with the reality therapy approach can be used to help students become more responsible individuals. This study aims to determine the effectiveness of counseling with the reality therapy approach in improving student academic adjustment. This study used a single case experimental design method with the treatment in the form of giving counseling with a reality therapy approach to a 5th semester student who experiences obstacles in academic adjustment. The research instrument is an academic adjustment scale. Data was analyzed descriptively by describing the changes experienced by the subject before and after taking counseling. The results showed that subjects experienced an increase in academic adjustment after being given counseling with the reality therapy approach. Subject made progress in mapping the target lectures and were able to show persistence in improving academic adjustment.
Tumbuh dari Luka: Gambaran Post-Traumatic Growth pada Dewasa Awal Pasca Perceraian Orang Tua Purwanto, Mayang Dewi; Hendriyani, Rulita
Intuisi : Jurnal Psikologi Ilmiah Vol 12, No 2 (2020): Juli 2020
Publisher : Jurusan Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/intuisi.v12i2.24697

Abstract

Perceraian orang tua menjadi salah satu peristiwa traumatis yang dapat dialami oleh individu. Seringkali perceraian membawa berbagai dampak negatif dan mengguncang psikis anak. Meskipun demikian, beberapa individu mampu melewatinya dengan membentuk kembali pandangannya tentang kehidupan dan menuju perubahan yang lebih positif yang disebut dengan Post Traumatic Growth (PTG). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran PTG pada dewasa awal pasca perceraian orang tua. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi, dokumentasi, dan tes grafis. Partisipan penelitian ini terdiri dari 3 orang dewasa awal yang memiliki orang tua bercerai sebagai narasumber primer dan 5 orang sebagai narasumber sekunder. Dalam penelitian ini pengecekan keabsahan data menggunakan teknik triangulasi data yang meliputi triangulasi sumber, metode, dan waktu. Dampak ini membuat ketiga narasumber merasa terpuruk pada masa pertumbuhan anak-anak dan memuncak saat remaja. Ketiga narasumber mampu mencapai PTG ketika memasuki masa dewasa awal. Munculnya PTG pada ketiga narasumber dipengaruhi oleh faktor internal (keinginan/dorongan dalam diri, peran spiritual, dan motivasi akan masa depan) dan faktor eksternal (dukungan sosial). Adanya temuan baru yang tidak ditemukan pada penelitian sebelumnya yaitu faktor keinginan atau dorongan dalam diri yang menjadi salah satu faktor paling memengaruhi munculnya PTG pada ketiga narasumber dan faktor motivasi akan masa depan.The recurrent crime committed by some prisoners is an issue that deserves attention. These include Parental divorce is one of the traumatic events that can be experienced by individuals. Divorce often brings negative and psychological shocks to children. However, some individuals are able to get through it by reshaping their views on life and towards a more positive change called Post Traumatic Growth (PTG). This study aims to determine the description of PTG in early adulthood after parental divorce. This study uses a qualitative method with a case study approach. The data was collected by means of interviews, observation, documentation, and graphic tests. Participants in this study consisted of 3 early adults whose parents divorced as primary sources and 5 people as secondary sources. In this study, checking the validity of the data used data triangulation techniques which include triangulation of sources, methods, and time. This impact made the three informants feel depressed during their children's growth period and peaked during adolescence. The three speakers were able to reach PTG when they entered early adulthood. The emergence of PTG in the three sources was influenced by internal factors (desire / drive within, spiritual role, and motivation for the future) and external factors (social support). There are new findings that were not found in previous studies, namely the desire or drive factor in oneself which is one of the most influencing factors for the emergence of PTG in the three sources and the motivational factor for the future
Saat Prestasi Menipu Diri: Peran Harga Diri dan Ketangguhan Akademik terhadap Impostor Phenomenon Nurhikma, Andi; Nuqul, Fathul Lubabin
Intuisi : Jurnal Psikologi Ilmiah Vol 12, No 2 (2020): Juli 2020
Publisher : Jurusan Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/intuisi.v12i2.20614

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara self-esteem dan academic hardiness terhadap impostor phenomenon mahasiswa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif korelasional, Penelitian melibatkan  291 orang subjek. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik purposive sampling. Pengambilan data penelitian menggukana tiga skala yaitu Clance Impostor Phenomenon Scale (CIPS), Copersmith Self-esteem Inventory (CSEI), dan Academic Hardiness Scale (AHS). Data penelitian dianalisis dengan menggunakan analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh negatif self-esteem dan academic hardiness terhadap impostor phenomenon. Secara simultan self-esteem dan academic hardiness memberikan pengaruh 32.7% terhadap terjadi impostor phenomenon di kalangan mahasiswa.This study aims to determine the effect of sel-esteem and academic hardiness on student impostor phenomena. The method used in this study is a correlational  quantitative method. The research involved 291 subject — data collection techniques using purposive sampling techniques. Retrieval of research data uses three scales, namely Clance Impostor Phenomenon Scale (CIPS), Coopersmith Self-Esteem Inventory (CSEI), and Academic Hardiness Scale (AHS). This study used multiple linear regression analysis. The results showed that self-esteem and academic hardiness have positive significant effect on the impostor phenomenon. Self-esteem and academic hardiness contributed 32.7% to the students impostor phenomenon.

Page 1 of 2 | Total Record : 20