Rulita Hendriyani, Rulita
Jurusan Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang

Published : 19 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 19 Documents
Search

ORIENTASI DASAR NILAI HIDUP PADA MAHASISWA PSIKOLOGI UNNES Hendriyani, Rulita
Intuisi : Jurnal Psikologi Ilmiah Vol 1, No 2 (2009): Juli 2009
Publisher : Intuisi : Jurnal Psikologi Ilmiah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Value is a basic endorsement of attitude or a disposition that directs behavior: Value as a concrete consideration or existential also a preference that motivate indvidual behavior. This research aims to find out value orientation of unnes psychology department’s students. The research done in psychology state university o semarang with 156 students as the subjects, 44 males and 112 females. The data were taken incidentally. The research results show that there is no dominant value followed by the students of psychology department semarang state university. The highest orientation value if esthetical value, then religious value, theoretical value, social value, economical value, and the last is political value. There is no different economical value between male and female. There is no diferent esthetical value between male and female. There is no different social value between male and female. There is no different political value between male and female. There is different religious value between male and female.
PENOLAKAN SEKOLAH PADA SISWA SEKOLAH DASAR Pipit HS, Armytalia Nur; Hendriyani, Rulita
Intuisi : Jurnal Psikologi Ilmiah Vol 8, No 1 (2016): Maret 2016
Publisher : Intuisi : Jurnal Psikologi Ilmiah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Berangkat sekolah biasanya merupakan suatu hal yang menyenangkan bagi kebanyakan anak – anak, namun tidak semua anak merasakan hal yang sama. Bahkan terdapat beberapa anak yang tidak dapat menikmati aktivitas bersekolah dengan baik, sebagian ada yang menolak untuk pergi ke sekolah dengan berbagai macam alasan, ada juga yang memperlihatkan ketakutan, cemas, dan bahkan panik jika harus pergi ke sekolah (school refusal). Pada siswa Sekolah Dasar (SD) kecenderungan perilaku untuk tidak hadir di sekolah disertai dengan ketakutan yang tidak irasional (emosi yang tinggi, seperti menangis, temper tantrum, atau keluhankeluhan fisik seperti sakit perut, pusing, mual,dan lain sebagainya) dan terjadi dengan periode dan alasan yang bervariasi yang berlangsung secara konsisten, dan dipengaruhi oleh beberapa penyebab. Penelitian ini bertujuan mengungkap gambaran penolakan sekolah pada siswa SD. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik wawancara, observasi dan tes psikologis. Data dianalisis melalui tiga tahapan yaitu : reduksi data, display data dan kesimpulan. Penelitian ini melibatkan satu subjek sebagai narasumber utama dan empat subjek narasumber sekunder. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penolakan sekolah yang dilakukan berawal dari perubahan kondisi keluarga karena ayah meninggal, dan sejak saat itu subjek mulai menunjukkan perilaku yang negatif salah satunya adalah melakukan penolakan sekolah. Penolakan sekolah yang dilakukan subjek termasuk dalam tingkat kategori Chronic school refusal behavior, yaitu penolakan sekolah yang berlangsung lebih dari satu tahun.School has become essential that the environment can not be separated from the child’s life because most of the time children spent in school activities. Going to school is usually a fun thing for most kids - children, but not all children feel the same way. In fact, there are some children who can not enjoy a good education activities, some have refused to go to school for various reasons, there is also a show of fear, anxiety, and even panic if you have to go to school. Rejection of schools (school refusal) is a disorder of emotion shown by behavioral tendencies to not be present in schools occurs in children or adolescents accompanied by fear of the irrational (high emotion, such as crying, temper tantrums, or physical complaints such as abdominal pain, dizziness, nausea, etc.) and occurs with a period and varied reasons that take place consistently, and is influenced by a number of causes. This study aims to reveal the picture of school refusal on elementary school students. the method used in this study is a qualitative approach case study. The technique of collecting data using interview techniques, observation and psychological tests. Data analysis through three stages: data reduction, data display, and conclusion. In this study only one subject and four secondary sources. The results showed that school refusal of the subject originated from changes in family circumstances because the father died, and since that time the subject began to show negative behavior that one is doing school refusal. School refusal of the subject included in the category level of Chronic school refusal behavior, namely the rejection of the school that lasted more than one year.
DAMPAK SIBLING RIVALRY (PERSAINGAN SAUDARA KANDUNG) PADA ANAK USIA DINI Triana Putri, Ayu Citra; Deliana, Sri Maryati; Hendriyani, Rulita
Developmental and Clinical Psychology Vol 2 No 1 (2013): Developmental and Clinical Psychology
Publisher : Developmental and Clinical Psychology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

CINDERELLA KOMPLEKS PADA MAHASISWI DI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG Hapsari, Anisa Dwi; Mabruri, Moh. Iqbal; Hendriyani, Rulita
Developmental and Clinical Psychology Vol 3 No 1 (2014)
Publisher : Developmental and Clinical Psychology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kemandirian merupakan salah satu unsur kepribadian yang dianggap penting bagi kehidupan manusia dalam kaitannya dengan dunia sekitar. Faktanya, tidak semua perempuan dapat mandiri karena mengalami ketergantungan, takut mandiri, serta mempunyai keinginan yang mendalam untuk dirawat dan dilindungi oleh orang lain. Fenomena ketakutan akan kemandirian ini dikenal dengan istilah cinderella complex. Cinderella complex pada mahasiswi adalah ketergantungan secara psikologis yang ditunjukkan dengan adanya keinginan yang kuat untuk dirawat dan dilindungi orang lain terutama laki-laki. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sample. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 160 orang, yaitu mahasiswi Universitas Negeri Semarang yang sedang menempuh pendidikan Diploma atau Sarjana yang berumur 16-25 tahun. Alat pengumpulan data yang digunakan adalah angket ciri-ciri cinderella complex dan skala cinderella complex. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa cinderella complex pada mahasiswi di Universitas Negeri Semarang berada pada kategori sedang. Hal ini mengindikasikan bahwa ketakutan akan kemandirian yang dialami oleh mahasiswi di Universitas Negeri Semarang tidak terlalu berat. Aspek cinderella complex yang paling menonjol pada mahasiswi di Universitas Negeri Semarang yaitu mengharap pengarahan orang lain dan yang tidak menonjol yaitu tergantung kepada orang lain. Self-reliance is one element of personality that are considered essential for human in relation to the world. In fact, not all women can be independent because of a dependency, fear of self, and having a deep desire to be cared and protected by others. The phenomenon of fear of independence is known as the Cinderella complex. Cinderella complex on female college student is psychological dependence which indicated by a strong desire to be cared and protected by others, especially a men. This research is descriptive quantitative research. The sampling technique use purposive sample. Subjects in this research is 160 people, in Semarang State University student currently studying a Diploma or Bachelor aged 16-25 years old. Data collection tool used was a questionnaire characteristics cinderella complex and cinderella complex scale. The results obtained showed that the cinderella complex at Semarang State University student is in the middle category. This indicates that the fear of independence experienced by the student at the Semarang State University is not too serious condition. Aspect that most prominent is expecting guidance of others and who have the not prominent is dependent on other people.
FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PERILAKU SEKSUAL MENYIMPANG PADA REMAJA TUNAGRAHITA SLB N SEMARANG Farisa, Tiara Devi; Deliana, Sri Maryati; Hendriyani, Rulita
Developmental and Clinical Psychology Vol 2 No 1 (2013): Developmental and Clinical Psychology
Publisher : Developmental and Clinical Psychology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini berusaha menggambarkan secara lebih jelas dan mendalam tentang bagaimana perilaku lakuseksual menyimpang dan faktor-faktor apa yang menyebabkan perilaku seksual menyimpang pada remajatunagrahita. Penelitian ini menggunakan metode wawancara (interview) dan observasi. Subjek pada penelitian iniyaitu dua orang remaja laki-laki tunagrahita yang berperilaku seksual menyimpang. Hasil penelitian inimenunjukkan bahwa perilaku seksual menyimpang pada kedua remaja tunagrahita dipengaruhi oleh beberapafaktor. Faktor yang menyebabkan perilaku seksual menyimpang pada kedua subjek yaitu faktor meningkatnyalibido karena perubahan hormon dan ketunaan. Selain itu terdapat temuan baru pada faktor penyebab perilakuseksual menyimpang remaja tunagrahita seperti ketunaan, pola asuh, dan kedekatan teman sebaya.This study attempted to describe more clearly and deeply about how the behavior of deviant sexual behavior and the factorsthat lead to deviant sexual behavior in adolescent mental retardation. This study uses interviews (interviews) and observation.Subjects in this study are two teenage boys who behave sexually deviant mental retardation. Results of this study indicate thatdeviant sexual behavior in both adolescent mental retardation is influenced by several factors. Factors that lead to deviantsexual behavior in both subjects are factors increasing libido due to hormonal changes and disability. In addition there are newfindings on the causes of deviant sexual behavior adolescent mental retardation such as disability, parenting, and peer closeness.
FAKTOR-FAKTOR PEMILIHAN ORIENTASI SEKSUAL (Studi Kasus Pada Lesbian) Marthilda, Dhea; Mabruri, Moh. Iqbal; Hendriyani, Rulita
Developmental and Clinical Psychology Vol 3 No 1 (2014)
Publisher : Developmental and Clinical Psychology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan tentang faktor-faktor yang menjadi penyebab seseorang memilih orientasi seksual lesbian. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif studi kasus, dengan subjek dua wanita dewasa yang menjadi lesbian. Hasil penelitian menunjukan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang menjadi lesbian adalah faktor ekonomi, faktor lingkungan sosial, memandang hubungan heteroseksual sebagai hubungan yang tidak menyenangkan, adanya trauma dimasa lalu saat menjalin hubungan dengan pria, dan pernah mengalami pelecehan seksual. This study aims to explain the factors that cause a person choose a lesbian sexual orientation. This research is a qualitative case study, the subject of two adult women who become lesbians. The results showed that the factors that affect a persons being a lesbian is a factor of economic, social environmental factors, view heterosexual relationships as an unpleasant relationship, past trauma while in a relationship with a man, and had experienced sexual harassment.
PENGARUH KETERLIBATAN AYAH DALAM PENGASUHAN TERHADAP PRESTASI BELAJAR ANAK USIA SEKOLAH Purwindarini, Sartina Septi; Deliana, Sri Maryati; Hendriyani, Rulita
Developmental and Clinical Psychology Vol 3 No 1 (2014)
Publisher : Developmental and Clinical Psychology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh keterlibatan ayah dalam pengasuhan terhadap prestasi belajar anak usia sekolah Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif korelasional, dengan mengambil populasi siswa kelas IV dan V SD Negeri Genuk 01 Ungaran Barat yang berjumlah 82 siswa. Keterlibatan ayah dalam pengasuhan diukur dengan skala keterlibatan ayah dalam pengasuhan. Rentang koefisien validitas item valid dari 0,315 sampai dengan 0,689. Koefisien reliabilitasnya sebesar 0,887. Prestasi belajar diambil dari jumlah nilai rapor ranah kognitif siswa pada semester I. Hasil penelitian menunjukkan keterlibatan ayah dalam pengasuhan tergolong dalam kriteria tinggi dengan persentase 73,2 %, Keterlibatan ayah dalam pengasuhan ditinjau dari tiap aspek keterlibatan yang tertinggi hingga rendah yaitu spiritual, sosial, intelektual, afektif dan fisik. Prestasi belajar sebagian besar siswa berada pada kriteria sedang dan rendah yaitu 73 %. Hasil penelitian menunjukkan nilai signifikansi atau p = 0,020 berarti ada pengaruh yang signifikan antara keterlibatan ayah dalam pengasuhan terhadap prestasi belajar anak usia sekolah. Koefisien korelasi r = 0,226 menunjukkan bahwa adanya pengaruh yang rendah dari keterlibatan ayah dalam pengasuhan terhadap prestasi belajar siswa pada kelas IV dan V di SD Negeri Genuk 01 Ungaran Barat. This study aimed to determine the effect of father involvement in parenting towards school age children learning achievement. This research is a quantitative correlation, which took population amount to 82 students of class IV and V West Ungaran Genuk 01 State Elementary School. Father involvement in parenting measured by father involvement in parenting scale. The validity coefficients range of valid items are from 0,315 to 0,689. This scale have reliability coefficient of 0,887. Student learning achievement taken from cognitive total value of semester 1 report. The results showed variable father involvement in parenting belonging to high criteria with percentage of 73,2 %. Father involvement in parenting terms from each aspects of involvement, the highest until lowest aspect are spiritual, social, intellectual, affective, and physic. Most of students achievement were 73 % on average and low criteria. The result showed significance value or p = 0.020 means there is a significant effect between father involvement in parenting towards school age children learning achievement. The correlation coefficient r = 0,226 showed, there is low effect of father involvement in parenting towards student learning achievement on class IV and V at West Ungaran Genuk 01 State Elementary School.
Hubungan Emotion Focused Coping dengan Game Online Addcition pada Remaja di Game Centre Bagian Semarang Barat dan Selatan Pranitika, Medya; Hendriyani, Rulita; Mabruri, Moh. Iqbal
Intuisi : Jurnal Psikologi Ilmiah Vol 6, No 1 (2014): Maret 2014
Publisher : Jurusan Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/intuisi.v6i1.11911

Abstract

Abstrak. Remaja merupakan usia bermasalah, mengalami banyak masalah yang sulit diatasi, sifat emosional mendominasi kemampuannya dalam menghadapi masalah. Masalah yang terjadi memicu timbulnya stres. Pengalihan stres merupakan strategi pemecahan masalah dengan menggunakan emotion focused coping, salah satu bentuk pengalihan stres tersebut adalah bermain game online. Bentuk perilaku bermain game online yang dilakukan secara terus-menerus akan menimbulkan perilaku kecanduan.. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara emotion focused coping (X) dengan game online addiction (Y) pada remaja di game centre bagian Semarang Barat dan Selatan. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif korelasional. Populasi penelitian adalah remaja yang bermain game online di game centre bagian Semarang Barat dan Selatan, dengan sampel berjumlah 100 orang. Teknik sampling menggunakan incidental sampling. yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, siapa saja yang secara kebetulan atau insidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang secara kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data (Sugiyono, 2009: 85). Data penelitian diambil menggunakan skala emotion focused coping dan skala game online addiction. Skala emotion focused coping terdiri dari 44 item yang memiliki koefisien rix, antara 0,214 sampai dengan 0,571 dan koefisien reliabilitas sebesar 0,878. Skala game online addiction terdiri dari 44 aitem yang memiliki koefisien rix, antara 0,198 sampai dengan 0,627 dan koefisien reliabilitas sebesar 0,902. Teknik analisis data yang digunakan adalah korelasi Product Momet. Hasil diperoleh nilai r = -0,206 dengan p = 0,040 dimana p < 0,05. Hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara emotion focused coping dengan game online addiction pada remaja di game centre bagian Semarang Barat dan Selatan. Emotion focused coping pada subyek pada kriteria rendah, yaitu sebesar 51%. Game online addiction pada subyek berada pada kriteria tinggi, yaitu sebesar 60%. Hal ini mengindikasikan sebagian remaja di game centre bagian Semarang Barat dan Selatan mengalami kecanduan bermain game online. Kata Kunci : Emotion Focused Coping, Game Online Addiction, Remaja   Abstract. Teenagers are troubled age in which adolescents experience a lot of problems and difficult to overcome, emotional nature of his ability to dominate in the face of problems. Problems that occur lead to stress. The transfer of stress is a problem-solving strategy to use emotion focused coping, a form of transfer of such stress is to play games online. Forms of online gaming behavior conducted continuously will cause addictive behavior. The purpose of this study was to investigate the relationship between emotion focused coping (X) with online gaming addiction (Y) in adolescents in the game center and south western parts of Semarang. This study is a quantitative correlation. The population in this study is that adolescents playing online games on game center and parts of the South West Semarang, with a sample of 100 people. The sampling technique used is incidental sampling. Sampling technique that is based on chance, anyone who by chance or incidental met by the researcher can be used as a sample, if it is deemed the person who by chance found it suitable as a source of data (Sugiyono, 2009: 85). The data were taken using emotion focused coping scale and the scale of online gaming addiction. Emotion focused coping scale consists of 44 items that have rix coefficient, between 0.214 to 0.571 and a reliability coefficient of 0.878. Online game addiction scale consists of 44 aitem rix coefficient, between 0.198 to 0.627 and a reliability coefficient of 0.902. The data analysis technique used is the correlation Product momet. The results obtained with the value of r = -0.206 p = 0.040 where p <0.05. The results of this study indicate that there is a relationship between emotion focused coping with online game addiction among adolescents in the game center and south western parts of Semarang. Emotion focused coping in subjects on a low criterion, ie by 51%. Online game addiction on the subject is at a high criterion, ie by 60%. This indicates some teenagers in the game center and southern part of West Semarang online gaming addiction. Key Words : Emotion Focused Coping, Game Online Addiction, Teenagers
FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN PEDIOPHOBIA (Studi Kasus pada Penderita Pediophobia) Ahadiyah, Aliftah; Hendriyani, Rulita
Intuisi : Jurnal Psikologi Ilmiah Vol 4, No 2 (2012): Juli 2012
Publisher : Jurusan Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/intuisi.v4i2.13331

Abstract

Abstrak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah yang melatarbelakangi munculnya pediophobia yang dialami seorang mahasiswi. Penelitian ini berjenis kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Hasil dari penelitian ini menunjukan akumulasi kecemasan yang sudah tidak mampu direpresi sebagai latar belakang munculnya pediophobia. Kecemasan pada intinya terkait dengan keinginan untuk diperhatikan oleh keluarga. Interaksi anak yang kurang dengan ibu kandung, perlakuan yang berbeda dari saudara kandung dari keluarga besar dan adanya pembedaan tuntutan antar saudara kandung dari kedua orang tua membuat anak yang merasa dirugikan menjadi cemburu terhadap saudara yang lain. Sibling rivalry kemudian menjadi sebab utama karena pada setiap peristiwa yang membuat anak cemas berkaitan dengan saudaranya. Boneka barbie dijadikan pelampiasan oleh anak karena mempunyai kenangan tidak menyenangkan yang berhubungan dengan anak dan objek yang dibencinya juga mempunyai kemiripan dengan objek yang dibencinya yaitu saudaranya. Boneka barbie menjadi proyeksi dan pengalihan kebencian kepada adiknya. Timbullah ketakutan terhadap boneka barbie. Ketakutan tersebut menetap hingga dewasa. Hal ini karena latar belakang munculnya fobia yaitu rasa terbuang dan tidak diperhatikan oleh keluarga tidak segera disembuhkan. Di saat dewasa, sang anak masih menyimpan perasaannya itu akan membuat fobianya semakin kuat.Kata kunci: pediophobia Abstract. The objective of this research is to identify factors that cause the emerging of pediophobia experienced by a female college student. The research implemented qualitative method using case study approach. The result of this research showed the accumulation of anxiety of which no longer able to be repressived as factors of the emerging of pediophobia. Basically, anxiety is related to willingness to receive parents’ attention. Anxiety may emerge caused by relation gap in the family. The lack of interraction between birth child and her mother, the different treatment among siblings in the big family and the different demand among siblings from both of parents causing jealously feeling to the children who feel neglected. Then, sibling rivalry comes up as the main cause based on each occurance that emerging anxiety often related to her sibling. Barbie dolls become solution to expense her emotion for having unpleasant memory related to her and the dislike objects also have similarity to the dislike objects which are her sibling. Barbie dolls play as projection and distraction of her hatred to her younger sibling. Then, fearfullness feeling stay until she is adult. This would happen because of the factors that emerging this kind phobia are feeling neglected and less of affection from the family are not treated all of sudden. When adult, the feeling that stay will sthrengthen her phobia.
TERAPI HOLISTIK SEBAGAI MODEL PENANGANAN SKIZOFRENIA (Studi Kasus di Griya Pemulihan Siloam Yogyakarta) Wulandari, Kristiana Puspita; Hendriyani, Rulita; Mabruri, Moh. Iqbal
Intuisi : Jurnal Psikologi Ilmiah Vol 7, No 1 (2015): Maret 2015
Publisher : Intuisi : Jurnal Psikologi Ilmiah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak. Terapi Holistik di GPSY merupakan terapi yang digunakan untuk menangani skizofrenia secara komprehensif dengan menggunakan pendekatan secara medis, fisik, psikis, rohani, sosial dan keluarga. Penanganan skizofrenia tersebut memiliki prosentase kekambuhan lebih kecil dibandingkan prevalensi kekambuhan skizofrenia dengan penanganan menggunakan model terapi lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penanganan skizofrenia dengan menggunakan Terapi Holistik yang dilakukan di GPSY. Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif dengan desain penelitian studi kasus eksplanatoris. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi (catatan lapangan), dan dokumentasi. Hasil Penelitian yang diperoleh yaitu: Terapi Holistik terdiri dari beberapa jenis terapi, berupa; Terapi Medis, Terapi Rohani, Terapi Sosial, Home Care, Home Visit dan Konseling Keluarga; Terapi Holistik mampu memulihkan skizofrenia karena meningkatkan kesadaran diri (self awareness), self suggestion dan resiliensi, ketrampilan sosial, kebermaknaan hidup (meaningfulness of life), dan dukungan keluarga. Kata Kunci: Terapi Holistik; SkizofreniaAbstract. Terapi Holistik in GPSY is a therapy used to treat schizophrenia with the comprehensively approach in the medical, physical, psychological, spiritual, social and family. The treatment of schizophrenia has a smaller percentage of recurrence compared the prevalence of schizophrenia relapse with treatment with other therapies. The goal of this research is to determine the treatment of schizophrenia by using a Terapi Holistik that is performed in GPSY.This study includes qualitative research with explanatory case study research design. Data collection techniques used were interviews, observation (field notes), and documentation.The result of this research obtained: Terapi Holistik consists of several types of therapy, such as; Medical Therapy, Spiritual Therapy, Social Therapy, Home Care, Home Visit and Family Counseling; Terapi Holistik is able to recover schizophrenia because it enhances self-awareness, self-suggestion and resilience, social skills, meaningfulness of life and family support.Keywords: Holistic Therapy; Schizophrenia