cover
Contact Name
Sunandar Macpal
Contact Email
macpal@iaingorontalo.ac.id
Phone
+6282194001028
Journal Mail Official
farabi@iaingorontalo.ac.id
Editorial Address
IAIN Sultan Amai Gorontalo Jl. Gelatik, No. 1, Heledulaa Utara, Kota Gorontalo
Location
Kota gorontalo,
Gorontalo
INDONESIA
Farabi
ISSN : 19070993     EISSN : 24428264     DOI : -
Core Subject : Religion,
Farabi is an academic journal published by the LPPM IAIN Sultan Amai Gorontalo, INDONESIA. Farabi published twice a year (every six months, ie Juni aThis journal focuses on Ushuluddin and Islamic Thought. It dedicates as public space to develop and promote Islamic thought, idea, and philosophy based on the original research and current issues which are underlying the value of tolerance and moderation, such as the following but not limited to these specific issues.
Articles 102 Documents
SURGA DI DALAM HADIS Ilyas Daud
Farabi Vol 15 No 1 (2018): AL-Farabi
Publisher : LPPM IAIN Sultan Amai Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tulisan ini bertujuan untuk menjelaskan pesan moral atau ideal moral yang terdapat di balik hadis-hadis yang menggambarkan keindahan Surga. Adapun teori yang digunakan untuk menemukan makna dalam hadis-hadis eskatologis tersebut adalah teori evolusi hadis Fazlur Rahman. Kerangka teori tersebut secara umum dirumuskan dalam gerakan ganda atau Double Movement, sebuah metode dengan cara kembali ke masa Nabi, dan kembali lagi ke masa kini. Adapun langkah-langkahnya adalah mulai dari studi validitas dan otentisitas hadis, kritik eiditis (kajian linguistik, kajian komprehensif, Kajian konfirmatif, analisis realitas historis, analisis generalisasi), sampai pada gerakan kedua yaitu kritik praksis. Sebagaimana di dalam Hadis Nabi, Surga digambarkan dengan sangat indah seperti ada pohon-pohon yang rindang, sungai-sungai mengalir, telaga, istana, bidadari dan pelayan-pelayan. Namun setelah menggunakan teori evolusi hadis Fazlur Rahman, ditemukan bahwa hadis-hadis tersebut tidak sekedar menggambarkan keindahan surga, namun nilai general atau ideal moral dalam hadis ini adalah bahwa umat Islam diperintahkan untuk melakukan kebaikan atau amal saleh di dunia ini. Sebab perbuatan amal saleh tersebut akan dibalas dengan kenikmatan surga sebagaimana digambarkan di atas.
KETIDAKADILAN GENDER PUTUSAN IZIN POLIGAMI: (STUDI PUTUSAN PENGADILAN AGAMA LIMBOTO TAHUN 2013-2016) Teddy Lahati
Farabi Vol 15 No 1 (2018): AL-Farabi
Publisher : LPPM IAIN Sultan Amai Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Artikel ini menggambarkan tentang ketidakadilan Gender putusan hakim di Pengadilan Agama Limboto dalam mengadili permohonan izin poligami. Izin poligami yang kerap kali dilakukan oleh suami dengan menuangkan dalil-dalil dalam permohonannya, sehingga ini harus dipertanggungjawabkan oleh suami dihadapan persidangan. Pada saat mengadili izin poligami, hakim dengan kewenangannya menuangkan argumentasi hukumnya dalam menolak ataupun mengabulkan dalam pertimbangan-pertimbangan hukumnya. Sehingga nuansa keadilan harus dihadirkan dalam rumusan-rumusan pertimbangan hukum oleh hakim, agar mampu menangkap isu-isu yang berkembang saat ini salah satunya ketidakadilan gender terhadap perempuan dari sisi stereotipi jender, subordinasi, marjinalisasi, beban kerja berlipat dan kekerasan (violence). Penelitian ini menggunakan jenis penelitian yuridis empiris, Penelitian yuridis adalah suatu penelitian hukum terhadap aturan-aturan, norma, dan asas-asas hukum, termasuk pula doktrin-doktrin hukum yang berkembang dan relevan dengan tema penelitian), dengan menggunaka pendekatan perundangundangan (statute approach) dan pendekatan konseptual (conceptual approach). Dan empiris melalui proses wawancara, observasi, dokumentasi, pengolahan dan analisis data, sehingga memperoleh gambaran tentang putusan poligami, yaitu dengan adanya penelitian ini diharapkan mampu membangun hukum yang lebih berkeadilan jender. Bahwa berdasarkan hasil penelitian ini, banyak ditemukan adanya bias jender dalam putusan izin poligami. Diterima dan ditolaknya permohonan izin poligami lebih pada pemenuhan syarat alternatif dan kumulatif yang diatur dalam Undang-Undang Perkawinan, sehingga dibutuhkan lagi pendidikan Gender bagi hakim untuk memformulasi hukum yang mengedepankan keadilan terhadap perempuan.
AHMADIYAH DALAM ISLAM: (Studi Keagamaan di Kota Gorontalo) Kamaruddin Mustamin; Muhammad Gazali Rahman
Farabi Vol 15 No 1 (2018): AL-Farabi
Publisher : LPPM IAIN Sultan Amai Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tulisan ini menampilkan suatu kajian keagamaan yang berfokus pada kasus Ahmadiyah di Kota Gorontalo. Meskipun Ahmadiyah ditentang keberadaannya di berbagai wilayah di Indonesia dan bahkan ditetapkan sebagai sesat dan dilarang oleh Majelis Ulama Indonesia, namun faktanya jamaah Ahmadiyah masih eksis di beberapa wilayah di Indonesia termasuk Gorontalo. Masih eksisnya jamaah Ahmadiyah tersebut disebabkan kemampuan jamaah tersebut menyembunyikan paham dan ajarannya di tengah masyarakat yang dipastikan akan menolak keberadaan mereka. Terlepas dari sejarah kelahiran Ahmadiyah yang masih diperdebatkan hingga saat ini, keberadaan Ahmadiyah sekali lagi membuktikan bahwa meskipun berasal dari satu sumber yang sama, tafsir dan bentuk keberagamaan ditemukan sangat variatif. masing-masing tafsir pun akan mengklaim bahwa tafsirnyalah yang paling benar. Hal ini berdampak pada intoleransi yang menjadi fakta pahit di Indonesia. Sehingga pada kondisi inilah umat Islam ditantang untuk dapat bertoleransi terhadap aneka perbedaan paham dan ajaran tentang Islam. Moderasi dalam beragama dinilai menjadi salah satu alternatif untuk menjadikan perbedaan dalam banyak hal tentang agama itu menjadi seperti pelangi yang indah.
Pembaharuan dalam Tasawuf: (Studi Terhadap Konsep Neo-Sufisme Fazlurrahman) Tita Rostitawati
Farabi Vol 15 No 2 (2018): Farabi
Publisher : LPPM IAIN Sultan Amai Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30603/jf.v15i2.642

Abstract

Fazlur Rahman sesungguhnya menghendaki agar umat Islam mampu melakukan tawazun (keseimbangan) antara pemenuhan kepentingan akhirat dan kepentingan dunia, serta umat Islam harus mampu memformulasikan ajaran Islam dalam kehidupan sosial. Kebangkitan kembali tasawuf di dunia Islam dengan istilah baru yaitu neo-sufisme nampaknya tidak boleh dipisahkan dari apa yang disebut sebagai kebangkitan agama. Kebangkitan ini juga adalah lanjutan kepada penolakan terhadap kepercayaan yang berlebihan kepada sains dan teknologi selaku produk dari era modenisme. Modernisme telah dinilai gagal memberikan kehidupan yang bermakna kepada manusia. Oleh karena itu, manusia telah kembali kepada nilai-nilai keagamaan karena salah satu fungsi agama adalah memberikan makna bagi kehidupan. Demikianlah, era post-modernisme yang dibelenggu dengan bermacam-macam krisis yang semakin parah dalam berbagai aspek kehidupan. Akhlak masyarakat semakin buruk dan kejahatan semakin banyak. Kebangkitan nilai-nilai keagamaan tidak salah lagi telah menggerakkan kembali upaya menghidupkan karya-karya klasik dengan pendekatan baru termasuk juga dalam bidang tasawuf. Karya-karya dalam bidang tasawuf yang dihasilkan oleh penulis kontemporer seperti al-Taftazani menunjukkan adanya garis lurus untuk menegaskan kembali bahwa tradisi tasawuf tidak pernah lepas dari akar Islam. Ini menunjukkan bahwa kebangkitan tasawuf kontemporer ditandai dengan pendekatan yang sangat pesat antara spiritualisme tasawuf dengan konsep-konsep Syariah. Tasawuf yang dianut dan dikembangkan oleh sufi kontemporer nampaknya berbeda dari sufisme yang difahami oleh kebanyakan orang selama ini yaitu sufisme yang hampir lepas dari akarnya (Islam), cenderung bersifat memisah atau eksklusif. Menurut mereka, sufisme yang berkembang kebelakangan ini, sebagaimana dinyatakan oleh Akhbar S Ahmed, pasca- modernisme membawa kita kepada kesadaran betapa pentingnya nilai keagamaan dan keperluan terhadap toleransi serta perlunya memahami orang lain yang semuanya terdapat dalam neosufisme.
Epistemologi Pendidikan Islam Perspektif Abuddin Nata Ramli Poloso
Farabi Vol 15 No 2 (2018): Farabi
Publisher : LPPM IAIN Sultan Amai Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30603/jf.v15i2.645

Abstract

Epistemologi pendidikan Islam Abuddin Nata mengandung muatan humanis yaitu sebuah rumusan pendidikan Islam yang memaksimalkan potensi dan kemampuan akal manusia sebagai makhluk yang sempurna dengan tetap bersandar dan berpijak pada al-Qur‟an dan Sunnah. Pola pendidikan Islam yang humanis tersebut menghendaki pola theo-antropho- centries yaitu memadukan usaha manusia dengan izin dan kehendak Allah swt. Selain itu, Abuddin Nata menginginkan sebuah model pendidikan Islam yaitu pendidikan Islam yang integralistik-konvergensi. Pendidikan Islam integralistik-konvergensi yang dimaksud adalah keterpaduan dan kesatuan antara konsep al-Qur‟an dan Sunnah dengan konteks keindonesiaan sehingga mengarah pada satu tujuan mewujudkan kehidupan yang madani.
Khazanah Tafsir Nusantara: Telaah atas Tafsīr Al-Bayān Karya TM. Hasbi Ash-Shiddieqy Sulaiman Ibrahim
Farabi Vol 15 No 2 (2018): Farabi
Publisher : LPPM IAIN Sultan Amai Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30603/jf.v15i2.646

Abstract

Tulisan ini ingin memperkenalkan salah satu khazanah tafsir di Nusantara. Walau Indonesia dilihat dari sisi geografisnya jauh dari pusat Islam—dengan tidak mengatakan Islam Indonesia sebagai Islam pinggiran, akan tetapi ulama-ulama dan karya-karya yang muncul ternyata tidak kalah kualitasnya dengan karya-karya yang muncul dibelahan bumi Timur Tengah. Akan tetapi harus diakui bahwa sampai saat ini mainstream Timur Tengah masih melekat dalam karya-karya tafsir yang muncul di Indonesia, termasuk di dalamnya Tafsīr al-Bayān sendiri. Penerapan metodologi penafsiran, corak tafsir, model atau pola penafsiran, ternyata masih mengikuti gaya yang berkembang di Timur Tengah khususnya di Mesir. Meskipun begitu keunikan Tafsīr al-Bayān adalah mencoba mendialogkan antara teks al-Qur‟an dengan kondisi umat Islam saat tafsir ini ditulis. Dengan pola ini, nampaknya Hasbi Ash-Shiddieqy berkeinginan agar tafsir ini dapat mampu memberikan solusi atau respon terhadap permasalahan yang dihadapi oleh umat Islam di Indonesia. Dari sinilah maka tafsir Tafsīr al-Bayān bisa dimasukkan sebagai katagori tafsir modern di Indonesia.
KONSEPSI POLITIK ISLAM DAN REALITAS RELASI ISLAM DAN NEGARA DI INDONESIA PASCAREFORMASI ANDI JUFRI
Farabi Vol 15 No 1 (2018): AL-Farabi
Publisher : LPPM IAIN Sultan Amai Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Artikel ini menganalisis potret pemikiran politik Islam dalam merespon isu demokrasi dan politik kontemporer di Indonesia, kaitannya dengan sejauh mana Islam memberi arah dan platform moral bagi proses demokratisasi di Indonesia pascareformasi. Kajian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan jenis data primer dan sekunder yang diperoleh melalui metode studi pustaka (Library research), yang kemudian diolah dengan teknik analisis wacana (Discourse analisys) dan teknik analisis hermeneutic (Harmanautic analisys). Selanjutnya, proses interpretasi menggunakan pendekatan historis, sosiologis, philosofis, dan teologis konvergensi. Hasil analisa tersebut menunjukkan bahwa Konstruksi konsepsional tentang relasi Islam dan Negara di Indonesia pascareformasi muncul dalam beragam perspektif sebagai positioning Islam dalam merespon isu politik dan demokrasi Indonesia kontemporer; [1] Pemikiran politik yang bersifat integratif, yakni Islam dan politik (negara) dipahami sebagai suatu kesatuan yang utuh, [2] pemikiran politik yang bersifat sekularistik, yakni; Islam dan negara tidak terkait baik secara politik maupun hukum, [3] pemikiran politik yang bersifat simbiotik-mutualistik, yakni pemikiran yang memposisikan Islam sebagai spirit dan panduan moral bagi pengelolaan negara di satu sisi, dan negara menjadi sarana pembumian nilai dan ajaran Islam pada sisi yang lain. Penulis berpandangan bahwa model pemikiran politik Islam yang simbiotik-mutualistik menjadi karakter politik Islam yang adaptif dengan kultur dan sistem politik yang berkembang di Indonesia pascareformasi. Gagasan ini pada prakteknya memposisikan agama memerankan dua peran sekaligus, yakni; [1] menjadi kekuatan penyeimbang dan kritik terhadap negara dan pasar, [2] menjadi agenda pemberdayaan rakyat, sekaligus gerakan alternatif di tengah pergulatan Islamisme dan liberalisme yang saling berseberangan.
PLURALISME DAN PERDAMAIAN DALAM AL-QUR’AN (Telaah Kritis Aqidah dan Syari’ah) Rahmawati Rahmawati
Farabi Vol 10 No 1 (2013): Farabi
Publisher : LPPM IAIN Sultan Amai Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pluralisme se­lalu menjadi problem, baik ketika menyangkut sistem eko-nomi, ideologi-politik maupun struktur sosial, apalagi masalah agama­-agama. Agama memiliki potensi integratif sekaligus disintegratif, maka perlu selalu diwaspadai sebagai sumber pemicuh Untuk itu, diperlukan pandangan teologis yang dapat dipertanggungjawabkan secara filo-sofis, dan dapat dilaksanakan dalam tataran etis, sebagai 'bekal hidup'. Konsep pluralisme agama dalam al-Qur'an adalah: Tidak adanya paksaan dalam beragama, pengakuan atas eksistensi agama-agama. kesatuan kenabian, dan kesatuan pesan ketuhanan.
KOMUNIKASI ANTARBUDAYA: BERBAGI BUDAYA BERBAGI MAKNA Wahidah Suryani Djafar
Farabi Vol 10 No 1 (2013): Farabi
Publisher : LPPM IAIN Sultan Amai Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Membangun penghubung antarbudaya merupakan hal penting dan konkrit yang harus dilakukan. Dengan penghubung itu, maka akan tercipta hubungan yang harmonis antara siapapun yang berbeda budaya dan sedang melakukan proses komunikasi. Hal lain yang bisa terwujud adalah terbangunnya kesamaan makna, dan kesamaan pengertian. Sama makna berarti tercipta komunikasi efektif. Bila dalam proses komunikasi antabudaya sudah berjalan secara efektif berarti telah terjadi pertukaran budaya dan makna yang juga efektif.
PEMIKIRAN MUHAMMAD ABDUH TENTANG AL-QUR’AN TAFSIR Ilyas Daud
Farabi Vol 10 No 1 (2013): Farabi
Publisher : LPPM IAIN Sultan Amai Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tulisan ini mengkaji tentang pemikiran al-Qur’an dan tafsir seorang ulama besar dan sekaligus seorang pembaharu yang bernama Muhammad Abduh. Muhammad Abduh melihat bahwa tafsir yang baik adalah tafsir yang tidak keluar dari maksud dan tujuan al-Quran itu sendiri, yaitu yang disandarkan kepada pemahaman Kitab Ilahi dengan menempatkannya sebagai sandaran agama dan hidayah (petunjuk) dari Allah swt kepada seluruh alam, yang didalamnya terkumpul penjelasan-penjelasan tentang apa-apa yang baik dan bermanfaat bagi manusia di dunia dan yang membawa keselamatan di akhirat. Oleh karena al-Quran diturunkan untuk kebaikan manusia, maka tidak perlu melarang manusia untuk mempelajari dan mendalaminya sesuai dengan kemampuannya. Adapun corak tafsir Muhammad Abduh adalah corak al-Adabi al-Ijtima’i. Corak tafsir ini berusaha memahami teks al-Qur'an dengan cara, pertama dan utama, mengemukakan ungkapan-ungkapan al-Qur'an secara teliti, selanjutnya menjelaskan makna-makna yang dimaksud oleh al-Qur'an tersebut dengan gaya bahasa yang indah dan menarik, kemudian berusaha menghubungkan nash-nash al-Qur'an yang tengah dikaji dengan kenyataan sosial dan sistem budaya yang ada. Pembahasan tafsir ini sepi dari penggunaan istilah-istilah ilmu dan teknologi, dan tidak akan menggunakan istilah-istilah tersebut kecuali jika dirasa perlu dan hanya sebatas kebutuhan

Page 1 of 11 | Total Record : 102