cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta selatan,
Dki jakarta
INDONESIA
Perspektif : Review Penelitian Tanaman Industri
Published by Kementerian Pertanian
ISSN : 14128004     EISSN : 25408240     DOI : -
Core Subject : Education,
Majalah Perspektif Review Penelitian Tanaman Industri diterbitkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan yang memuat makalah tinjauan (review) fokus pada Penelitian dan kebijakan dengan ruang lingkup (scope) komoditas Tanaman Industri/perkebunan, antara lain : nilam, kelapa sawit, kakao, tembakau, kopi, karet, kapas, cengkeh, lada, tanaman obat, rempah, kelapa, palma, sagu, pinang, temu-temuan, aren, jarak pagar, jarak kepyar, dan tebu.
Arjuna Subject : -
Articles 5 Documents
Search results for , issue "Vol 4, No 2 (2005): Desember 2005" : 5 Documents clear
Pengembangan Kapas Genjah Tahan Wereng di Wilayah Kering RUSIM MARDJONO
Perspektif Vol 4, No 2 (2005): Desember 2005
Publisher : Puslitbang Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/p.v4n2.2005.%p

Abstract

ABSTRAKPengembangan kapas (Gossypium hirsutum) di Indonesia sebagian besar dilakukan di lahan tadah hujan yang ketersediaan airnya sangat terbatas, sehingga sering mengalami hambatan dan hasilnya kurang memuaskan. Di daerah tersebut pada periode akhir musim kapas biasanya air hujan sudah habis atau sangat terbatas. Oleh karena itu, untuk daerah tersebut perlu pengembangan kapas berumur genjah. Disamping  itu,  banyak  kendala  yang  lain  seperti langkanya  modal  petani,  ketiadaan  benih  bermutu, kekeringan dan serangan hama utama yaitu wereng kapas Amrasca biguttula, Helicoverpa  armigera dan Pectinophora gossypiella. Beberapa faktor yang mendukung keberhasilan pengembangan kapas di wilayah kering adalah penggunaan kapas genjah tahan wereng, penggunaan benih bermutu, teknologi budidaya yang sesuai, dan penerapan teknologi pengendalian hama terpadu.Kata kunci : Kapas, Gossypium hirsutum, kapas genjah, wereng    kapas,    Amrasca    biguttulla, pengembangan,  wilayah kering. ABSTRACTDevelopment of Early Maturity Cotton Resistant  to Jassid in Dry Area.Cotton in Indonesia is grown mainly in rainfed area where water is very limited. So that, it frequently faces some constraints and its productivity is low. In this area, water shortage is a major problem for cotton growth and development, therefore this area needs early maturity cotton varieties. Other limiting factors were lack of farmers’ capital, inavailability of high quality  seeds,  drought  and  insect  pest  attact (A. biguttula,  H. armigera and P. gossypiella). To solve the problem, using early maturity cotton variety resistant to jassid, high quality seeds, cultivation technology, and integrated pest management are appropriate tools to increase the cotton productivity.Key words : Cotton, Gossypium hirsutum, early maturity cotton,  jassid, Amrasca             biguttula, development, dry area
Status dan Strategi Pengembangan Panili di Indonesia ROSIHAN ROSMAN
Perspektif Vol 4, No 2 (2005): Desember 2005
Publisher : Puslitbang Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/p.v4n2.2005.%p

Abstract

ABSTRAKVanilla planifolia Andrews merupakan salah satu tanaman dari keluarga  Orchidaceae yang buahnya bernilai ekonomi tinggi dan saat ini telah berkembang luas di berbagai propinsi di Indonesia. Teknologi yang mendukung   pengembangannya   pun   sudah   cukup tersedia. Sehubungan dengan adanya penyakit busuk batang  panili (BBP)  hingga  saat  ini  masih  terus dilakukan upaya penelitian untuk menanggulanginya. Arahnya  berbagai  tantangan  perlu  dipecahkan  dan peluang  perlu  dicari  solusinya.  Untuk  itu  strategi pengembangan yang tepat perlu menjadi perhatian, yaitu pengembangan ke lokasi yang sesuai, adopsi teknologi   budidaya   yang   mampu   meningkatkan produktivitas dan efisiensi, pola tanam yang sesuai, serta upaya mendapatkan varietas yang tahan penyakit busuk batang panili.Kata kunci : Panili, Vanilla planifolia Andews, status, strategi, pengembangan, Indonesia. ABSTRACTStatus and Strategy of Vanila Development in IndonesiaVanilla planifolia Andrews is one of the Orchidaceae families. It has high economi value and has developed in Indonesia. The technology to support vanila development is avalaible. Due to the Vanilla root rot disease which still exists up to now, the research to control the disease is still corried out. The direction is that various challenges should be overcome and opportunity  should be found  out. Therefore,  it is necessary to determine the strategy for vanila development, i.e. the developmen of vanila in suitable area adoption of cultivation technique which improve productivity and efficiency, appropriate planting pattern, and effort to produce variety which is resistant to vanila root rotKey words : Vanila, Vanilla planifolia Anderws, status, strategy, development, Indonesia
Peningkatan Produktivitas dan Peluang Pengembangan Ylang-Ylang di Indonesia MUHAMAD DJAZULI
Perspektif Vol 4, No 2 (2005): Desember 2005
Publisher : Puslitbang Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/p.v4n2.2005.%p

Abstract

ABSTRAKTanaman ylang-ylang (Cananga odoratum Baill, forma genuina) merupakan salah satu komoditas penghasil minyak atsiri yang sangat potensial untukdikembangkan di Indonesia sebagai komoditas ekspor. Dibandingkan dengan kenanga (C. odoratum Bail, forma macrophylla), pohon ylang-ylang lebih pendek, masa berbunga lebih cepat, mutu minyak lebih baik dan harga pasar yang lebih tinggi. Peluang pasar minyak ylang-ylang di dunia masih cukup besar dengan harga berkisar US$ 110 /kg.  Informasi tentang budidaya tanaman dan permintaan pasar minyak ylang-ylang masih sangat terbatas. Sentra produksi ylang-ylang di Indonesia berada di Jawa Barat dan Banten.  Untuk pengembangan sentra produksi baru harus didukung dengan kondisi agroekologi yang sesuai, penerapan teknik budidaya seperti penggunaan benih berser-tifikat, pemupukan berimbang, dan pengendalian hama dan penyakit. Selain itu, pemangkasan pucuk sangat diperlukan untuk mencegah pengguguran cabang dan memudahkan pemanenan. Penerapan sistem pola tumpangsari dengan tanaman atsiri lain di bawah  tegakan  ylang-ylang  sangat potensial  bagi peningkatan produktivitas lahan dan diversifikasi bahan baku penyulingan minyak. Dengan adanya peningkatan produktivitas lahan dan tanaman ylang-ylang yang nyata, tentunya akan diikuti dengan peningkatan pendapatan pengusaha perkebunan dan kesejahteraan masyarakat sekitar kebun, baik sebagai petani penggarap maupun sebagai buruh pemetik bunga. Dengan demikian, diharapkan sentra-sentra produksi ylang-ylang yang baru di Indonesia akan segera tumbuh dan berkembang.Kata kunci : Ylang-ylang, Cananga odoratum Baill forma genuina, produktivitas, pengembangan ABSTRACTProductivity Inprovement and Prospect of Ylang-Ylang Development in IndonesiaYlang-ylang (Cananga odoratum Baill, forma genuina) is one of essential oil crops which is potentially developed in Indonesia as an export commodity. Early harvest period, short plant, and high quality and price of ylang-ylang oil are advantage characteristics of ylang-ylang compared to kenanga (C. odoratum Baill, forma macrophylla). International market for ylang-ylang oil is widely open and current  price  is US$ 110/kg. Information  of  ylang-ylang  in  Indonesia especially cultivation technology and marketing prospect is very limited. Banten and West Java are the production center of ylang-ylang. To develop new planting  areas,  it should be supported with suitable agro ecology and reccomended cultivation technology such as application of sertificate seeds, balanced fertilizer,  and integrated pest control. Top cutting application is also necessary for preventing lower branch fall and easy harvesting.  Inter cropping with other essential oil crops  such  as  patchouli,  etiver  grass, and  Java citronella grass under ylang-ylang trees improves land productivity  nd provides other raw aterials for distillation industry. Increasing productivity of land and ylang-ylang should be followed by the increasing income of the estate owner and prosperity of the people surrounding the estate, both as farmer workers and flower pickers. Hopefully, some new production centers of ylang-ylang in Indonesia will develop.Keywords : Ylang-ylang, Cananga odoratum Baill forma genuina, productivity, development
Prospek Pengolahan Hasil Samping Buah Kelapa ZAINAL MAHMUD; YULIUS FERRY
Perspektif Vol 4, No 2 (2005): Desember 2005
Publisher : Puslitbang Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/p.v4n2.2005.%p

Abstract

ABSTRAKDaging buah adalah komponen utama dari buah kelapa; sedangkan sabut, tempurung, dan air buah merupakan  hasil samping (by-product). Dengan produksi buah kelapa di Indonesia rata-rata 15,5 milyar butir/tahun, total bahan ikutan yang dapat diperoleh 3,75 juta ton air, 0,75 juta ton arang tempurung, 1,8 juta ton serat sabut, dan 3,3 juta ton debu sabut sebagai hasil samping. Kelayakan usaha pengolahan hasil samping  buah kelapa sangat menjanjikan bila direncanakan dan dikelola dengan baik. Berdasarkan analisis finansial tahun 2004, B/C dan IRR pengolahan sabut menjadi serat dan debu sabut selama 10 tahun adalah 3,58 dan 76%; tempurung menjadi arang selama 5 tahun 1,11 dan 23%; dan air kelapa menjadi nata de coco selama 5 tahun 1,32 dan 32%. Pengembangan industri pengolahan hasil samping harus ditunjang oleh kelayakan teknis terutama ketersediaan pasokan bahan baku dan pemasaran, serta alat pengolahan yang sesuai untuk pengolahan sabut. Untuk mendapatkan bahan baku yang cukup bagi pengolahan sabut diperlukan areal kelapa seluas 300 ha. Pengolahan sabut ini harus dipadukan dengan pengolahan debu sabut menjadi kompos sehingga diperoleh pendapatan tambahan. Untuk memproduksi 1 ton serat sabut diperoleh sekitar 5 ton debu sabut. Lokasi pengolahan hasil samping sebaiknya di sekitar sumber bahan baku dan untuk menjamin kontinuitas pengadaan dan pemasaran produk disarankan usaha-usaha tersebut dalam bentuk usaha bersama.Kata kunci: Kelapa, Cocos nucifera L., pengolahan, hasil samping ABSTRACTProspect of Coconut By-Product ProcessingCoconut meat is the main component of coconut, while the coconut husk, shell, and water are considered as by-product. With the coconut production in Indonesia at average of 15.5 billion coconuts per year, the total by-product is accumulated to 3.75 million tons coconut water, 0.75 million tons shell charcoal, 1.8 million tons coconut fiber, and 3.3 million tons coir dust. Business in coconut by-product processing is condidered to be prospective as long as it is planned and managed properly. Based on the financial analysis in 2004, the B/C and IRR of coconut husk processing into coconut fiber and coir dust for 10 years were 3.58 and 76%, coconut shell into shell charcoal for 5 years was 1.11  and 23%; and coconut water into nata de coco for 5 years was 1.32 and 32%. The industry of coconut by-product processing should be supported by technical feasibilty, mainly the raw material availability, market, and appropriate coconut husk machinery. To provide sufficient raw material for coconut husk processing, it needs about 300 ha of coconut plantation. Furthermore, to abtain additional farmer’s income the coconut husk processing should be integrated with coir dust processing into compost, so that it can earn additional income. To produce one ton  of coconut fiber will produce  5  tons  of  coir dust.  It  suggested  that  the location of coconut by-product processing is better closed to the raw material source, and to secure the continuity of rawmaterial supply and product marketing the business should be run in the form of cooperation.Key words: Coconut, Cocos nucifera L., processing, by product
Diversifikasi Usahatani Kelapa Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Pendapatan Petani TARIGANS, DOAH DEKOK
Perspektif Vol 4, No 2 (2005): Desember 2005
Publisher : Puslitbang Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/p.v4n2.2005.%p

Abstract

ABSTRAKKomoditas kelapa bagi masyarakat Indonesia memiliki peranan multiguna dan strategis, karena terkait dengan berbagai segi kehidupan. Dari segi peranan ekonomi tanaman kelapa secara nasional belum mencapai tingkat yang optimal terutama apabila dilihat dari segi pendapatan petani, pemenuhan kebutuhan bahan baku industri dalam negeri dan pendapatan devisa negara. Pendapatan usahatani kelapa yang  dikelola petani, belum mampu menunjang kehidupan keluarga petani secara layak sehingga  petani kelapa secara nasional masih hidup di bawah garis kemiskinan.  Suatu kenyataan dimana proporsi pendapatan petani hanya 20%  dari  total pendapatan keluarga. Diversifikasi usahatani secara horizontal merupakan salah satu bentuk usahatani kelapa dimana tanaman sela semusim dan tanaman tahunan atau keduanya dirakit menjadi pola usahatani campuran sehingga dalam usahatani dikembangkan  beberapa tanaman yang prospektif sebagai sumber pendapatan. Tanaman sela yang diintrodusi diseleksi berdasarkan pada peluang pasar sehingga mampu berperan sebagai sumber pendapatan yang potensial. Diversifikasi usahatani secara vertikal berarti menganeka ragamkan produk usahatani secara efisien  disertai  dengan  peningkatan  mutu  sehingga produk lebih kompetitif dan memberikan nilai tambah. Penganeka ragaman produk olahan usahatani yang berpeluang  memberikan  tambahan pendapatan antaranya pengolahan air kelapa menjadi nata de coco, pengolahan tempurung, pengolahan sabut kelapa menjadi berbagai bentuk produk seperti tali, karpet, jok mobil, kursi atau geotextile, pembuatan berbagai kerajinan tangan berbahan baku tempurung, pengolahan minyak kelapa murni (virgin coconut oil) dan pengolahan gula kelapa. Pada tingkat petani yang memiliki produk olahan yang prospektif untuk dikembangkan adalah minyak kelapa murni (VCO) dan gula kelapa. Namun demikian, pengembangan produk olahan minyak kelapa murni terbatas dapat diterapkan pada daerah-daerah sentra produksi yang mampu mendukung tersedianya fasilitas pengolahan yang sederhana, terjangkau dan peluang pemasaran produk yang dihasilkan, sedangkan produk gula kelapa mudah diproses pada tingkat petani karena tekhnik pengolahannya sederhana serta pemasaran dan harganya yang mendukung disemua sentra produksi kelapa. Pengembangan  produk  olahan gula kelapa pada tingkat petani mampu memberikan kontribusi pendapatan 69-96% terhadap total pendapatan usahatani, dan lebih kompetetif dibandingkan dengan produk olahan kopra. Hasil penelitian yang telah dilaksanakan di negara-negara produsen kelapa dunia (India, Filipina, Sri Langka) termasuk Indonesia menunjukkan bahwa penerapan diversifikasi usahatani kelapa mampu meningkatkan produktifitas usahatani dan pendapatan petani secara signifikan.Kata kunci  : Kelapa, Cocos  nucifera,  diversifikasi usahatani, peningkatan pendapatan ABSTRACTCoconut Farm Diversification As Attempt to Increase Farmers IncomeThe coconut commodity in Indonesia has multiple roles and strategic because it is closely related  to the human life nation wide. Considering the current farmer income level, the lack of fulfillment  for the demand of industry row material and the foreign exchange, it can be said that the economic role of coconut in national scale has not yet reached the optimum  level. The income  from the coconut farm are not able to support properly their family income. Diversification of farming system horizontally mean an introduction annual or perennial intercrop or both which are arranged in the same farming systems. The introduced intercrop are able to play a roles a potential  income resource. Meanwhile, the application of diversification of farming systems vertically means to broader the farm product efficiently, followed by the quality enhancement, hence, ultimately it produces more competitive product and give the value added. Furthermore, diversification  of coconut processed product that has opportunity  to give addition income, among other things, are processing of coconut water become nata de coco, processing of coconut-shell char cool, processing of the fibre for rope, carpet, car set, geotextile, handy-craft, processing of virgin coconut oil (VCO), and processing of brown sugar. At the farmers level the promising processing product to develop in Indonesia are virgin coconut oil and brown sugar. However, the development  of  virgin  coconut  oil  is  only  can be applied in the production centre area which may be able to support the availability of the simple, inexpensive processing facility and the product marketing. Whereas, the brown sugar basically is easy to make at the farmer level as the processing technique is simple, and so for the marketing  as well as the price are favorable  at all coconut production centre. Other study reported that contribution of brown sugar product was higher compared with that of copra to farmers  income.  The  development  of  brown  sugar product at farmer level was able to contribute 69-96% of the total farm income. Furthermore, the results of the research activities  in most of the coconut producing country such as India, Philippines, Sri Lanka including Indonesia showed that adoption farm diversification not only affected to the increment  farm productivity but also to the increment  of coconut farmers income.Key words :  Coconut, Cocos nucifera, farming system diversification, income increase

Page 1 of 1 | Total Record : 5