cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kab. kampar,
Riau
INDONESIA
Sosial Budaya
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Education, Social,
Sosial Budaya (Online ISSN 2407-1684 | Print ISSN 1979-2603), merupakan jurnal yang diterbitkan oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) UIN Sultan Syarif Kasim Riau sejak tahun 2007. Jurnal Sosial Budaya ini merupakan media yang memuat kajian-kajian ilmiah dalam bentuk hasil riset dalam bidang ilmu sosial/humaniora, seperti pernaskahan, pranata-sosial dan sejarah untuk membangun dan membangkitkan kembali kejayaan Tamaddun Melayu dalam kawasan regional Asia Tenggara. Jurnal Sosial Budaya diterbitkan dua kali dalam setahun pada bulan Juli dan Desember yang berusaha menempatkan hasil penelitian para peneliti, akademisi, pemerhati dalam keilmuan terkait. Jurnal Sosial Budaya juga memberi perhatian bagi publikasi hasil penelitian interdisipliner berbagai pihak yang memiliki perhatian serius untuk merancang, dan merajut tatanan dunia baru Tamadun Melayu.
Arjuna Subject : -
Articles 8 Documents
Search results for , issue "Vol 18, No 2 (2021): Desember 2021" : 8 Documents clear
Perubahan Sosial dalam Upacara Adat Perkawinan Pada Etnis Batak Toba di Tapanuli Bagian Utara (Analisis Sosiologis) Harisan Boni Firmando
Sosial Budaya Vol 18, No 2 (2021): Desember 2021
Publisher : Lembaga penelitian dan pengabdian kepada Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24014/sb.v18i2.12850

Abstract

The traditional wedding ceremony of the Toba Batak ethnicity is a sacred activity and is a hereditary heritage carried out to this day. Currently, there are several changes in the implementation of traditional wedding ceremonies after the Batak Toba people in their hometown have interacted with people from other areas. The existing customary rites have begun to change, this change has given birth to a new habit. The purpose of this study was to determine the social changes in the traditional wedding ceremony of the Toba Batak ethnic group in Tapanuli Bahagian Utara. This research uses qualitative methods with data collection techniques, observations, interviews, document studies and focus group discussions. The results of this study found that the implementation of a series of stages in the traditional wedding ceremony that is currently taking place has progressed where the existing customs have become more diverse. The occurrence of this new habit is caused by various things, namely the influence of the teachings which the majority of the Batak Toba people adhere to, the changing space and time, and the actualization of status and power to achieve life goals. Various strategies are carried out by agents to achieve life goals by changing existing structures. This change in structure can be seen in changes in the way the traditional rituals are carried out which are organized repeatedly, in which various practices of traditional wedding ceremony rites are produced and reproduced, so that they continue to exist. Along with various developments, the implementation of traditional wedding ceremonies will experience challenges, namely consumerism, materialism and declining solidarity. However, this challenge is not a barrier to maintaining the traditional wedding ceremony.
Moderasi Beragama Berbasis Sosio Kultural pada Generasi Milenial Desa Balun Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan Intan Musdalifah; Hamidah Tri Andriyani; Krisdiantoro Krisdiantoro; Afif Pradana Putra; Moh. Ali Aziz; Sokhi Huda
Sosial Budaya Vol 18, No 2 (2021): Desember 2021
Publisher : Lembaga penelitian dan pengabdian kepada Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24014/sb.v18i2.15437

Abstract

Masyarakat Indonesia yang majemuk menuntut untuk menerapkan sikap yang toleran. Akan tetapi, menjadi sebuah paradoks di tengah masyarakat Indonesia yang beragam, timbulnya sikap intoleran, radikalisme dan ektrimisme terutama yang menyasar kalangan generasi milenial begitu memprihatinkan, untuk itu perlu dibangun pemahaman yang moderat. Dari latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana moderasi beragama berbasis sosio kultural pada generasi milenial desa Balun Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan. Peneliti menggunakan metode kualitatif lapangan dengan pendekatan fenomenologi., Moderasi beragama di desa Balun terjadi dalam aspek sosial kultural masyarakat, seperti mengikuti kegiatan sosial, keagamaan, kepemudaan, peringatan hari besar nasional, pernikahan, namum dengan tetap memperhatikan batasan dari toleransi. Organisasi karang taruna menjadi wadah interaksi pemuda lintas agama. Toleransi beragama generasi milenial desa Balun tidak lepas dari peran pendidikan dalam keluarga yang secara turun temurun ditanamkan oleh orang tua mereka.
Mantra-Mantra Jawa: Kajian Makna, Fungsi, dan Proses Pewarisannya Dedi Febriyanto; Nurlaksana Eko Rusminto; Siti Samhati
Sosial Budaya Vol 18, No 2 (2021): Desember 2021
Publisher : Lembaga penelitian dan pengabdian kepada Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24014/sb.v18i2.13189

Abstract

Penelitian ini berfokus pada kajian makna, fungsi, dan proses pewarisan mantra-mantra Jawa dalam kehidupan masyarakat Cahaya Mas Kabupaten Ogan Komering Ilir Sumatera Selatan. Penelitian menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan objektif. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara mendalam. Data penelitian berupa empat mantra yang diperoleh dari hasil wawancara terhadap informan tunggal. Mantra-mantra yang telah diperoleh selanjutnya dianalisis secara kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keempat mantra memiliki muatan makna kereligiusitasan yang tinggi. Kereligiusan yang dimaksud meliputi aspek kepasrahan dan ketauhidan. Makna sosial juga tercermin di dalam mantra yang mencakup hubungan manusia dengan sesama dan lingkungan sekitar. Beberapa fungsi yang terkandung di dalam mantra, di antaranya adalah fungsi kekebalan, fungsi sosial, fungsi kekeluargaan, fungsi cinta kasih, dan fungsi komunikasi antara manusia dengan Tuhannya. Adapun proses pewarisan mantra diawali dengan terjalinnya kedekatan hubungan emosional, penyerahan mahar, pemberian mantra, dan laku tirakat puasa sehari semalam. Adapun hal-hal yang harus diperhatikan saat melakukan pembacaan mantra adalah kebersihan badan dan tempat, niat yang lurus, dan kefokusan. Ketiga syarat tersebut harus dipenuhi agar mantra yang dibaca dapat memberikan manfaat sebagaimana yang diharapkan.
Education in the Sultanate of Siak: The Study of Manuscripts and Archives of Siak Sri Indra Pura, Riau Arrafie Abduh; Ellya Roza; Sukma Erni
Sosial Budaya Vol 18, No 2 (2021): Desember 2021
Publisher : Lembaga penelitian dan pengabdian kepada Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24014/sb.v18i2.13115

Abstract

This study discusses education in the Sultanate of Siak by studying manuscripts and archives. Manuscripts and archives are the main basis of the information requested about the education needed. The method used is philological and historical research so that the results obtained can be thought of as real education in the imperial era. Research findings on education that get full attention from sulthan are religiously based education. Education is accessed in 3 places ; mosque  (surau) domains, schools and ma'had. Education that is carried out in the mosque (surau) about the education of the wider community which includes not only quran learning (reciting), but also usul ul fiqh, tariqat and qasidah (sound art). Education carried out in schools (madrasas) and ma'had also includes learning Qur`an, Islamic law, gramatical, etc. All teachers involved in education must go through the legalization of sultan even though they only teach the Koran (Qur`an). Legalization of becoming a teacher through several processes involving the data collection, qadi to accept eligibility and sultan licensor
Pemberdayaan Psikologi dan Keterlibatan Perempuan dalam Pengelolaan Bina Keluarga Remaja (BKR) di Wilayah Perbatasan Riswani Riswani; Amirah Diniaty; Rohani Rohani; Mahdar Ernita; Afrida Afrida; Hermansyah Hermansyah
Sosial Budaya Vol 18, No 2 (2021): Desember 2021
Publisher : Lembaga penelitian dan pengabdian kepada Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24014/sb.v18i2.15655

Abstract

Kesuksesan sebuah program pemberdayaan tidak saja ditentukan oleh faktor dari luar diri individu pesertanya, tapi ia jug ditentukan oleh faktor dari dalam individu yaitu pemberdayaan psikologi. Artikel ini membahas pengaruh pemberdayaan psikologi terhadap keterlibatan perempuan dengan kelompok sosial kemasyarakatan Bina Keluarga Remaja (BKR). Pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, menggunkan wawancara dan observasi sebagai alat pengumpulan data. Hasil penelitian menunjukan bahwa pemberdayaan psikologi mempengaruhi keterlibatan perempuan dengan BKR. Aspek lain yang ditemukan adalah dukungan suami terhadap keterlibtaan isteri dengan BKR merupakan hal yang mendukung tingginya psikologi perempuan di wilayah perbatasan. Direkomendasikan agar pihak yang terkait dalam pemberdayan perempuan mempertimbangkan keterwakilan gender dalam setiap program pemberdayaan. Penelitian selanjutnya terkait pemberdayaan psikologi diarahkan pada jumlah informan yang lebih besar dan pada bidang sosial lainnya seperti ekonomi atau kesehatan.
Arsitektur Masjid Agung Surakarta sebagai Wujud Akulturasi Budaya Hasna Dzaki Asasi; Hot Marangkup Tumpal Sianipar
Sosial Budaya Vol 18, No 2 (2021): Desember 2021
Publisher : Lembaga penelitian dan pengabdian kepada Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24014/sb.v18i2.13169

Abstract

Masjid Agung Surakarta dibangun bersamaan dengan pemindahan pusat Kerajaan Mataram Islam dari Kartasura ke Surakarta setelah peristiwa Geger Pecinan oleh Paku Buwono II. Masjid Agung Surakarta didirikan sebagai lambang kekuasaan sebuah kerajaan yang bernafaskan Islam. Peran yang dimiliki oleh Masjid Agung Surakarta begitu penting karena selain menjadi tempat ibadah anggota kerajaan dan masyarakat sekitar, masjid yang berstatus sebagai masjid kerajaan ini juga berfungsi sebagai tempat penyelenggaraan kegiatan sosial sekaligus berbagai macam acara yang menyangkut kepentingan keraton dalam menyiarkan dakwah Islam. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan wujud akulturasi budaya yang tampak dari segi arsitektur bangunan Masjid Agung Surakarta. Penelitian yang termasuk ke dalam kajian arkeologi ini menggunakan penalaran induktif. Adapun metode penelitian ini bersifat deskriptif-kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan adanya akulturasi berbagai macam budaya pada arsitektur Masjid Agung Surakarta. Akulturasi ini disebabkan oleh beberapa alasan.
Nilai-nilai Kearifan Lokal “Ka Po’o” Pada Masyarakat Ende Lio sebagai Dasar Pendidikan Karakter Virgilius Bate Lina; Berty Sadipun
Sosial Budaya Vol 18, No 2 (2021): Desember 2021
Publisher : Lembaga penelitian dan pengabdian kepada Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24014/sb.v18i2.12961

Abstract

AbstrakAdapun tujuan dalam penelitian ini adalah: 1) Untuk mengetahui proses pelaksanaan ritual adat Po’o pada masyarakat Desa Ratewati Selatan, 2) Untuk mengetahui nilai-nilai budaya kearifan lokal yang terkandung dalam ritual adat Po’o dan 3) Untuk mengetahui implementasi nilai-nilai budaya kearifan lokal pada ritual adat Po’o untuk pembentukan karakter dalam pembelajaran di SD. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif, sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data terdiri dari teknik observasi, wawancara, dokumentasi dan foto.Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Po’o berasal dari bahasa lio yang artinya bambu. Ritual Po’o merupakan suatu upacara tradisional yang diwariskan oleh nenek moyang dan dijunjung tinggi oleh warga masyarakat Molutangga dan diwariskan kepada generasi penerusnya. Ritual adat yang dijalankan oleh masyarakat Molutangga dilaksanakan selama satu hari dan dalam jangka satu tahun sekali. Ritual ini dijalankan untuk memohon kepada Du’a Nggae Gheta Lulu Wula, Nggae Ghale Wena Tanah dan embu Mamo untuk menyuburkan tanah dan memulai musim tanam pada sistem berladang. Dalam upacara Po’o ada tiga nilai yang di dalamnya yakni: 1) Nilai Sosial dalam Po’o adalah kebersamaan dan persaudaraan masyarakat Molutangga, 2) Nilai Budaya dalam ritual ini adalah pelestarian warisan budaya dari nenek moyang masyarakat Molutangga dan 3) Nilai Religi dalam melaksanakan ritual adat Po’o pada saat pemberian sesajian kepada Du’a Nggae, memohon kepada Tuhan supaya diberikan kesuburan dan kelimpahan panen. Pendidikan karakter pada anak merupakan proses pembentukan karakter untuk memberikan dampak positif terhadap perkembangan emosional, spiritual dan kepribadian. Tujuan dari pendidikan karakter adalah untuk mengembangkan potensi hati nurani atau afektif anak sebagai manusia dan warga negara yang memiliki nilai-nilai karakter, mengembangkan kebiasaan dan perilaku anak yang terpuji dan sejalan. Kata Kunci: Ritual Po’o, Nilai-Nilai Budaya, Pendidikan Karakter                                                                                    Abstract           The objectives of this study are: 1) To determine the process of implementing Po'o traditional rituals in the people of South Ratipat Village, 2) To find out the cultural values of local wisdom contained in Po'o traditional rituals and 3) To determine the implementation of the traditional Po'o values. the cultural value of local wisdom in Po'o traditional rituals for character building in elementary school learning. The method used in this study is a qualitative method, the data sources used in this study are primary data and secondary data. The data collection technique consisted of observation, interview, documentation and photo techniques.Based on the research results it can be concluded that Po'o comes from the language lio which means bamboo. The Po'o ritual is a traditional ceremony passed down from our ancestors and upheld by the Molutangga community and passed on to future generations. The traditional rituals carried out by the Molutangga community are carried out for one day and once a year. This ritual is performed to beg Du'a Nggae Gheta Lulu Wula, Nggae Ghale Wena Tanah and embu Mamo to fertilize the soil and start the planting season in the farming system. In the Po'o ceremony, there are three values in which: 1) Social Value in Po'o is togetherness and brotherhood of the Molutangga community, 2) Cultural value in this ritual is the preservation of cultural heritage from the ancestors of the Molutangga community and 3) Religious Value in carry out the traditional Po'o ritual when giving offerings to Du'a Nggae, asking God to give fertility and abundant harvests. Character education in children is a character building process to have a positive impact on emotional, spiritual and personality development. The purpose of character education is to develop the conscience or affective potential of children as humans and citizens who have character values, develop praiseworthy and consistent children's habits and behavior..              
The Challenges of ASEAN Economic Community (AEC) in Sharia-Based Small and Medium Enterprises (SMEs) from The Social Capital Aspects Nurlasera Nurlasera; Qomariah Lahamid
Sosial Budaya Vol 18, No 2 (2021): Desember 2021
Publisher : Lembaga penelitian dan pengabdian kepada Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24014/sb.v18i2.16130

Abstract

This study evaluated the attributes of social capital that influence the business performance of sharia-based SMEs in Pekanbaru. This research is expected to provide contributions and inputs for SMEs in facing the challenges they enconter in the era of AEC and for the government in making the policy. The methode used is a quantitative descriptive and an inferential analysis. The population of this study is all players in the Sharia-Based SMEs in Pekanbaru that is unknown numbers. In this research, there are 70 respondents. The results showed that the partial reciprocity significantly affected the performance of sharia-based SMEs; while norms, networks, values and proactive action also gave positive effects, but they were not significant. Simultaneously, the six attributes of social capital influenced on the performance of the SMEs significantly. The coefficient of determination is 0.664. It means that the variable of norms, trust, networking, reciprocity, value, and strong desire jointly determine the performance variable of 66.4%. Most of sharia-based SMEs are optimistic to resume the business in the era of ACE (Asean Community of Economi).

Page 1 of 1 | Total Record : 8