cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kab. banyumas,
Jawa tengah
INDONESIA
Pembangunan Pedesaan
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Arjuna Subject : -
Articles 8 Documents
Search results for , issue " Vol 4, No 3 (2004)" : 8 Documents clear
ANALISIS IDENTIFIKASI DAN PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM MENGHADAPI OTONOMI DAERAH DI KABUPATEN BOYOLALI IDENTIFICATION ANALYSIS AND ROLE OF AGRICULTURAL SECTOR IN FACING REGIONAL AUTONOMY AT BOYOLALI REGENCY , Ropingi; , Agustono
Pembangunan Pedesaan Vol 4, No 3 (2004)
Publisher : Pembangunan Pedesaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk (a) mengidentifikasi sektor pertanian dalam menghadapi otonomi daerah di Kabupaten Boyolali berdasarkan komponen pertumbuhannya. (b) mengidentifikasi sektor pertanian berdasarkan basis ekonomi di Kabupaten Boyolali. (c) mengetahui peranan sektor pertanian dalam perekonomian wilayah Kabupaten Boyolali. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Boyolali dengan mengunakan data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Boyolali dan PDRB Provinsi Jawa Tengah tahun 1998-2002, Data Boyolali dalam Angka tahun 1998- 2002. Data tersebut diperoleh dari Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah dan Kabupaten Boyolali. Analisis yang digunakan adalah shift share konvensional, analisis Location Quotion (LQ), dan Analisis Pengganda Pendapatan dan Tenaga Kerja. Hasil penelitian menunjukkan: (i) Sektor pertanian yang mempunyai pertumbuhan di atas pertumbuhan provinsi adalah perkebunan, kehutanan, dan perikanan; sedangkan sektor tanaman bahan makanan dan peternakan berada di bawah pertumbuhan provinsi. (ii) Berdasarkan komponen pertumbuhannya, sektor pertanian di Kabupaten Boyolali tahun 1998-2002 termasuk ke dalam sektor yang progresif (PP positif) tetapi tidak mempunyai daya saing wilayah yang baik (PPW negatif). (iii) Berdasarkan komponen pertumbuhan proporsional, sektor peternakan dan perikanan merupakan sektor yang progresif, sedangkan sektor tanaman bahan makanan, perkebunan, dan kehutanan merupakan sektor yang tergolong lamban pertumbuhannya. (iv) Berdasarkan komponen pertumbuhan pangsa wilayah, sektor tanaman bahan makanan, perkebunan, kehutanan, dan perikanan merupakan sektor yang mempunyai daya saing wilayah yang baik, sedangkan sektor peternakan merupakan sektor yang tidak mempunyai daya saing wilayah yang baik. (v) Peranan sektor petanian dalam perekonomian wilayah Kabupaten Boyolali selama periode tahun 1998-2002 cenderung meningkat, kecuali pada tahun 2001 mengalami penurunan.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SIKAP KEWIRAUSAHAAN KELOMPOK PETERNAK SAPI PERAH DI KABUPATEN BANYUMAS FACTORS AFFECTING ENTREPRENEURSHIP ATTITUDE OF DAIRY CATTLE BREEDER GROUP IN BANYUMAS REGENCY Nuskhi, Muhammad; Setiana, Lucie
Pembangunan Pedesaan Vol 4, No 3 (2004)
Publisher : Pembangunan Pedesaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) mengetahui tingkat sikap kewirausahaan anggota kelompok peternak sapi perah, (2) mengetahui hubungan antara faktor umur, pendidikan, minat berwirausaha, pengalaman berusaha, dan pandangan terhadap sifat inovasi dengan sikap kewirausahaan anggota kelompok peternak sapi perah, dan (3) mengetahui hubungan antara faktor umur, pendidikan, minat berwirausaha, pengalaman berusaha, dan pandangan terhadap sifat inovasi dan sikap kewirausahaan terhadap tingkat pendapatan anggota kelompok peternak sapi perah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) tingkat sikap kewirausahaan anggota berada pada kategori sedang, (2) tidak terdapat hubungan yang nyata antara faktor umur, pendidikan, minat berwirausaha, pengalaman berusaha, dan pandangan terhadap sifat inovasi dengan sikap kewirausahaan anggota kelompok peternak sapi perah, dan (3) tidak terdapat hubungan yang nyata antara faktor umur dan pendidikan terhadap pendapatan, di samping itu terdapat hubungan yang nyata antara faktor minat, pengalaman berusaha, dan sikap kewirausahaan terhadap pendapatan anggota. Kata kunci: Kewirausahaan, Kelompok peternak sapi perah, Pendapatan anggota
EVALUASI PERTUMBUHAN DAN DAYA HASIL ENAM KLON BAWANG MERAH DI DATARAN RENDAH DONGGALA EVALUATION OF GROWTH AND YIELD POTENTIAL OF SIX SHALLOT CLONES AT DONGGALA LOW LAND Putrasamedja, Sartono; , Suryadi; , Maskar
Pembangunan Pedesaan Vol 4, No 3 (2004)
Publisher : Pembangunan Pedesaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tujuan percobaan ini adalah untuk memperoleh klon bawang merah yang mampu beradaptasi dengan baik di dataran rendah Donggala. Enam klon bawang merah (Lokal Palu, Sumenep, Lokal Tinombo, Bima, Philippina, dan Lokal Napu) ditanam di dataran rendah (Donggala) (±50 m dpl) dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok, masing-masing perlakuan diulang 4 kali, dari bulan Desember 2001 - Maret 2002. Hasil penelitian menunjukkan bahwa klon lokal Napu merupakan klon bawang merah yang dapat beradaptasi dengan baik serta mempunyai penampilan pertumbuhan yang baru dan hasil yang tinggi di dataran rendah Donggala. Kajian kesukaan konsumen masih diperlukan, apakah klon bawang merah lokal Napu dapat dikembangkan secara komersial.
PENGENDALIAN HAMA KUMBANG Callosobruchus analis PADA BIJI KEDELAI DALAM SIMPANAN DENGAN MENGGUNAKAN TEPUNG DAUN DAN BIJI SIRSAK CONTROL OF THE BEAN WEEVIL Callosobruchus analis ON STORED SOYBEAN SEEDS BY USING SOUR-SOP LEAVES AND SEED POWDER , Herminanto
Pembangunan Pedesaan Vol 4, No 3 (2004)
Publisher : Pembangunan Pedesaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh tepung daun dan biji sirsak terhadap: 1) mortalitas, 2) fekunditas, 3) kerusakan dan susut bobot biji, dan 4) kemunculan dewasa Callosobruchus analis L. pada pada biji kedelai dalam simpanan. Percobaan dilakukan dalam dua tahap, yaitu penetapan mortalitas median (LD ) dan uji pengaruh tepung daun dan biji 50 sirsak terhadap C. analis. Penetapan LD menggunakan tepung daun sirsak 50 dengan dosis 2, 4, 6,8, 10, dan 12 g/500 g biji kedelai, tepung biji sirsak terdiri atas 1, 3, 5, 7, 9, dan 11 g/500 g biji kedelai. Pengamatan meliputi persentase kematian C. analis pada tiap dosis uji dan dihitung LD 50 menggunakan analisis probit. Percobaan kedua menggunakan rancangan acak kelompok (RAKL) faktorial. Faktor pertama adalah dosis tepung daun sirsak, terdiri 0, 10, dan 20 g/500 g biji kedelai. Faktor kedua berupa tepung biji sirsak, terdiri atas 0, 3, dan 6 g/500 g biji kedelai. Tiap perlakuan menggunakan tiga ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tepung daun sirsak lebih rendah ketoksisan daripada tepung biji sirsak dengan nilai LD50 16,93 dan 5,20 g/500 g biji kedelai. Tepung daun dan biji sirsak secara kombinasi pada dosis tertinggi dapat menyebabkan mortalitas kumbang biji kedelai C. analis jantan dan betina masing-masing sebesar 63,33 dan 66,67%. Peningkatan dosis tepung daun dan biji sirsak dapat menurunkan fekunditas kumbang biji kedelai betina. Dosis tepung daun dan biji sirsak yang semakin tinggi menurunkan kerusakan dan susut bobot biji kedelai, serta kemunculan imago generasi berikutnya.
FITOREMEDIASI LIMBAH CAIR BATIK MENGGUNAKAN KAYU APU (Pistia stratiotes L.) SEBAGAI UPAYA UNTUK MEMPERBAIKI KUALITAS AIR PHYTOREMEDIATION OF BATIK LIQUID WASTE USING WATER LETTUCE(Pistia stratiotes L.) FOR IMPROVING WATER QUALITY , Hernayanti; Proklamasiningsih, Elly
Pembangunan Pedesaan Vol 4, No 3 (2004)
Publisher : Pembangunan Pedesaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tujuan percobaan ini adalah untuk memperoleh klon bawang merah yang mampu beradaptasi dengan baik di dataran rendah Donggala. Enam klon bawang merah (Lokal Palu, Sumenep, Lokal Tinombo, Bima, Philippina, dan Lokal Napu) ditanam di dataran rendah (Donggala) (±50 m dpl) dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok, masing-masing perlakuan diulang 4 kali, dari bulan Desember 2001 - Maret 2002. Hasil penelitian menunjukkan bahwa klon lokal Napu merupakan klon bawang merah yang dapat beradaptasi dengan baik serta mempunyai penampilan pertumbuhan yang baru dan hasil yang tinggi di dataran rendah Donggala. Kajian kesukaan konsumen masih diperlukan, apakah klon bawang merah lokal Napu dapat dikembangkan secara komersial.
PEMACUAN KEAKTIFAN BERAHI MENGGUNAKAN HORMON OKSITOSIN PADA KAMBING DARA ESTRUS ACTIVITY INDUCTION OF YOUNG GOAT BY OXYTOCIN Tagama, Taswin Rahman
Pembangunan Pedesaan Vol 4, No 3 (2004)
Publisher : Pembangunan Pedesaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tujuan penelitian untuk meningkatkan efisiensi reproduksi ternak kambing yang mengalami keterlambatan pubertas pada kelompok tani, dengan pengimbasan keaktifan berahi. Penelitian dilaksanakan dari tanggal 5 Juli sampai dengan 6 Oktober 1998, di Desa Sikapat, Kecamatan Sumbang, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Metode penelitian adalah eksperimen lapangan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL). Kambing dara yang mengalami delay puberty dibagi menjadi tiga kelompok perlakuan, masingmasing sebanyak tujuh ekor ternak yang mendapat perlakuan sebagai berikut: kelompok A diimbas hormon oksitosin dosis 30 i.u. per ekor; kelompok B dosis 40 i.u. per ekor; dan kelompok C dosis 50 i.u. per ekor. Peubah yang diamati adalah (1) tenggang timbulnya berahi, (2) persentase berahi, (3) angka intensitas berahi, dan (4) angka kebuntingan. Data penelitian dianalisis variansi, dan yang menunjukkan perbedaan pengaruh dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Jujur (BNJ). Hasil penelitian menunjukkan bahwa rataan data untuk: (1) tenggang timbulnya berahi untuk kelompok A, B, dan C masing-masing adalah 11,08 ± 2,49 jam; 9 ,87 ± 3,12 jam; dan 10,57 ± 2,20 jam; (2) persentase berahi untuk seluruh perlakuan sebesar 100 persen; (3) angka intensitas berahi untuk kelompok A, B, dan C masing-masing sebesar 2,236 ± 0,138; 2,238 ± 0,145; dan 2,503 ± 0,142; (4) angka kebuntingan yang dicapai untuk kelompok A, B, dan C masingmasing sebesar 71,43, 71,43, dan 85,71%. Disimpulkan bahwa hormone oksitosin menyebabkan terjadinya berahi pada seluruh kambing yang diimbas, dengan angka intensitas berahi sangat tinggi.
PERANAN PENDAPATAN LUAR USAHATANI DALAM MENGURANGI TEKANAN PENDUDUK THE ROLE OFF-FARM INCOME TO REDUCE THE POPULATION PRESSURE Subagjo, Sardju
Pembangunan Pedesaan Vol 4, No 3 (2004)
Publisher : Pembangunan Pedesaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sempitnya luas lahan usahatani yang diakibatkan tingkat pertumbuhan penduduk serta bertambah luasnya lahan pertanian untuk kepentingan takpertanian mengakibatkan naiknya tekanan penduduk. Namun, perkembangan keaktifan petani di luar usahatani membawa konsekuensi turunnya tekanan penduduk atas sumberdaya alam. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui: (1) tekanan penduduk baik di tingkat rumah tangga maupun wilayah dan (2) peranan pendapatan luar usahatani terhadap tekanan penduduk. Penelitian yang dilaksanakan di dua desa di Kabupaten Banyumas dengan Sampel Acak Sederhana dalam memilih petani sampelnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) nilai tekanan penduduk lebih besar dari satu yang berarti bahwa kebutuhan dasar penduduk di dua desa penelitian belum terpenuhi dan (2) pendapatan luar usahatani berperan dalam mengurangi tekanan penduduk.
MEMERANGI DELEGITIMASI INSTITUSI LOKAL FIGHTING LOCAL INSTITUTION DELEGITIMACY Nugroho, Heru
Pembangunan Pedesaan Vol 4, No 3 (2004)
Publisher : Pembangunan Pedesaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Bahwa keberadaan institusi lokal baik pada masa Orde Baru maupun era reformasi mengalami kondisi kemuraman. Hal itu disebabkan karena intervensi politik penguasa yang bersifat monolitik, hegemonik dan cenderung top down maupun disebabkan oleh adanya stigmatisasi keliru yang mencap penduduk desa bodoh, malas dan tidak produktif. Akibatnya, mereka dianggap tidak layak untuk mengelola suatu lembaga lokal yang akan bermanfaat bagi upaya pemberdayaannya. Sistem politik dan paradigma yang keliru itu harus diluruskan. Keberadaan institusi lokal harus dikembalikan pada posisinya yang hakiki, yaitu sebagai instrument penguatan warga akar rumput. Oleh karena itu, intervensi kreatif dan inovatif sangat dibutuhkan, agar eksistensi lembaga lokal dapat kembali secara optimal dalam memberdayakan warga dan menjadi instrumen yang efektif dalam interaksi sosial, politik, ekonomi, budaya dan sebagainya, secara lebih bermakna.

Page 1 of 1 | Total Record : 8