cover
Contact Name
Arum Budiastuti
Contact Email
arumbudi@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
up2dfibunair@yahoo.co.id
Editorial Address
-
Location
Kota surabaya,
Jawa timur
INDONESIA
Mozaik Humaniora
Published by Universitas Airlangga
ISSN : 24428469     EISSN : 2442935X     DOI : -
Mozaik Humaniora is a journal that focuses on the scope of humanities and accepts articles on cultural studies, linguistic and literary studies, as well as philology and historical studies.
Arjuna Subject : -
Articles 10 Documents
Search results for , issue "Vol. 17 No. 1 (2017): MOZAIK HUMANIORA VOL. 17 NO. 1" : 10 Documents clear
Wacana Kekuasaan dan Kebenaran dalam Puisi Lisan Sa Ngaza Maria Matildis Banda Matildis Banda
MOZAIK HUMANIORA Vol. 17 No. 1 (2017): MOZAIK HUMANIORA VOL. 17 NO. 1
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (218.629 KB) | DOI: 10.20473/mozaik.v17i1.6595

Abstract

Puisi  lisan Sa  Ngaza adalah  salah  satu  bentuk  tradisi  lisan  Ngadha  di  Flores  yang  menjelaskankekuasaan dan kebenaran asal-usul subetnis. Menurut konsep Horace, sastra memiliki fungsi dulce et utile atau indah  dan  berguna.  Tujuan  tulisan  ini  untuk  menjelaskan  bahwa  pada  era  postmodern,yang  indah  dan  berguna  saja  tidak  cukup.  Puisi  lisan  perlu  dikaji  demi  keberlangsungan  tradisi,keberakaran,  dan  pembentukan  karakter.  Teori  yang  digunakan  dalam  kajian  ini adalah  teori kekuasaan  dan  kebenaran  menurut  Foucault.  Metode  yang  digunakan  adalah  metode  deskriptif analitik.  Foucault  mengemukakan  tentang parrhesia (berbicara  tentang  kebenaran)  dan parrhesiasist(orang yang berbicara tentang kebenaran). Sa Ngaza berbicara tentang sejarah asal-usul dan identitas kelompok. Sa Ngaza disampaikan oleh Mori Sa Ngaza (pewarta Sa Ngaza) sebagai parrhesiasist. Kajianini  menjelaskan  bahwa  wacana  kekuasaan  dan  kebenaran  dalam  puisi  lisan  sebagai parrhesia danparrhesiasist memerlukan  sejumlah  modal.  Modal  dapat  mendukung Sa  Ngaza agar  memiliki pengaruh dan dominasi  demi  keberlanjutan  tradisi  dalam  era  postmodern.  Hubungan  antara parrhesia dan parresiasist tidak  dapat  dipisahkan dari pengetahuan, kekuasaan, dan kebenaran asal-usul sub-etnis pemilik Sa Ngaza
Kuda Bendi di Kota Payakumbuh Sumatera Barat Sampai Akhir Abad Ke-20 Fikrul Hanif Sufyan Sufyan
MOZAIK HUMANIORA Vol. 17 No. 1 (2017): MOZAIK HUMANIORA VOL. 17 NO. 1
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (521.46 KB) | DOI: 10.20473/mozaik.v17i1.6590

Abstract

Kuda-bendi (two-wheeled carriage drawn by a horse) has a vital role in the life of Minangkabau society. As a traditional transportation, kuda-bendi took the highest level among other traditional transportation, and represented its users' level. Thus, it is necessary to be discussed, how was the development of kuda-bendi transportation in the 19th until 20th century? What factors which led kuda-bendi transportation being marginalized? What are bendi's coachman strategies in facing the rivalry of modern transportation? And how is the government policy addressing the issue of kuda-bendi problems in the middle of Payakumbuh development?. This research is aimed at framing the strategy which is used by bendi’s coachman and local government in maintaining the existence of kuda-bendi on facing the rapid development of modern transportation. Due to these objectives, the historical method which is implemented in this research consist of collecting the source (heuristic). After heuristic, doing criticism to the discovery resource; interpretation; and historiography. Until the mid of 20th century, kuda-bendi was a transportation for pangreh praja, penghulu, merchant, and rich men in Payakumbuh, defeated the popularity of kerbau-pedati (a carts drawn by buffalo) and horse-load. Since the government of Dutch East Indies introduced model of western transportation to Minangkabau people, especially in Payakumbuh, caused the kuda-bendi's position become marginalized. Recently, Payakumbuh society tends to use transportation, such as public transportation, motor tricycle, rent motorcycle, which take them more quickly to their destination. Some of them try to modernize their selves so they are not disappeared in the modern era.
Tumpang-Tindih Konflik dalam Novel Kambing dan Hujan Karya Mahfud Ikhwan Rusi Aswidaningrum Aswidaningrum
MOZAIK HUMANIORA Vol. 17 No. 1 (2017): MOZAIK HUMANIORA VOL. 17 NO. 1
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (329.09 KB) | DOI: 10.20473/mozaik.v17i1.6596

Abstract

AbstrakPenelitian  ini  bertujuan  untuk  membedah  tumpang  tindih  konflik  dalam  novel Kambing  dan  Hujankarya  Mahfud  Ikhwan dengan  menggunakan  teori  narasi  Gerard  Genette.  Dengan  mengungkap unsur-unsur  dominan  seperti  tata,  perspektif,  dan  penutur, ditemukan  adanya  tumpang  tindihkonflik seperti berikut: (1) konflik percintaan Mif dan Fauzia yang merupakan pembuka dan penutupKambing dan Hujan tampak menjadi sentral cerita, (2) konflik Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyahyang mendominasi cerita bukanlah konflik utama, dan (3) cinta segitiga Pak Fauzan, Bu Yat, dan PakIskandar  merupakan  konflik  utama  yang  menjadi  kunci kemunculan konflik  lain.  Dengan menemukan  adanya  tumpang  tindih konflik, konflik-konflik  yang  sepintas  terlihat  sebagai  fokus cerita ternyata hanya merupakan bagian dari konflik utama, sehingga dapat diketahui bahwa konflik agama  bisa  saja  muncul  karena  konflik  pribadi  para  tokoh-tokoh  besarnya. Hal  ini  disebabkan budaya  patriarkhi  yang  mendorong  Pak  Fauzan  dan  Pak  Iskandar  untuk  mendapatkan  legitimasisebagai  laki-laki  dalam  memperebutkan  perempuan yakni Bu  Yatun  sebagai  objek. Untuk  itu, penelitian  ini  dapat  membuka  wawasan  pembaca  agar  tidak  menelan  teks  secara  mentah  denganmelihat secara sekilas apa yang tampak pada permukaan cerita.
Cara Pandang Dunia Warga Arjowilangun dalam Upacara Bersih Desa Hariawan Adji Adji
MOZAIK HUMANIORA Vol. 17 No. 1 (2017): MOZAIK HUMANIORA VOL. 17 NO. 1
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (294.488 KB) | DOI: 10.20473/mozaik.v17i1.6591

Abstract

Tulisan ini mencoba untuk mengeksplorasi cara pandang dunia warga Arjowilangun. Untuk mendapatkan gambaran yang jelas, saya menganalisis upacara Bersih Desa mereka. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan metode wawancara dan observasi partisipatoris. Teori utama yang saya gunakan adalah teori cara pandang dunia A. Irving Hallowell yang kemudian dikembangkan oleh Morrison. Untuk mempertajam analisis, saya juga menggunakan teori agama lokal Sam D. Gill. Cara pandang dunia warga Arjowilangun benar-benar tercermin dalam upacara Bersih Desa mereka. Cara pandang dunia ini juga tercermin dalam cara mereka hidup sehari-hari. Pola mereka berelasi dengan alam dan sesama sungguh diwarnai oleh
Surabaya sebagai Kota Kolonial Modern pada Akhir Abad ke-19: Industri, Transportasi, Permukiman, dan Kemajemukan Masyarakat Samidi Baskoro
MOZAIK HUMANIORA Vol. 17 No. 1 (2017): MOZAIK HUMANIORA VOL. 17 NO. 1
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (591.171 KB) | DOI: 10.20473/mozaik.v17i1.6597

Abstract

Kemajuan  Kota  Surabaya  pada  awal  abad  ke-20  ditandai  oleh  perubahan  di berbagai  bidang.Perubahan ini menyebabkan  munculnya  simbol  modernitas  kota,  seperti  industri,  transportasi,  dan permukiman modern. Perkembangan industri mampu mengubah mata pencaharian penduduk kota dari  sektor  pertanian  ke  pabrik  dan  kerajinan. Kegiatan  ekonomi  industri  didukung oleh masuknyakendaraan modern yang berfungsi sebagai alat angkutan barang dan orang. Kesempatan kerja yang terbuka mendorong laju  migrasi,  sehingga  populasi  penduduk  meningkat. Artikel  ini  menjelaskanunsur-unsur yang  menunjukkan perubahan  Surabaya  menjadi  kota  modern.  Penjelasan  lain berhubungan  dengan perubahan  tatanan  fisik kota dan  komposisi  penduduk. Tujuan  tulisan ini adalah untuk mengetahui  kemajuan  Kota Surabaya ketika  terjadi  perubahan  secara  simultan  yang disebabkan oleh perkembangan berbagai bidang.
Pengaruh Metode Quantum Writing terhadap Keterampilan Menulis Akademik Ida Bagus Artha Adnyana, Kadek Dwi Cahay Adnyana
MOZAIK HUMANIORA Vol. 17 No. 1 (2017): MOZAIK HUMANIORA VOL. 17 NO. 1
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (279.917 KB) | DOI: 10.20473/mozaik.v17i1.6592

Abstract

Kemampuan menulis mahasiswa, terutama dalam menulis akademik dibutuhkan dalam membuat tugas akhir atau skripsi. Sebagai bagian dari kemahiran berbahasa Indonesia kemampuan menulis akademik mahasiswa pendidikan vokasi S1- Terapan Politeknik Negeri Bali masih kurang memadai, dan untuk meningkatkan kemampuan menulis akademik diperlukan metode-metode pengajaran yang tepat. Penggunaan metode quantum writing dirasa tepat oleh para pengajar dan dibuatlah buku ajar dengan menggunakan metode tersebut.  Artikel ini membahas bagaimana pengaruh penerapan buku ajar dengan menggunakan metode quantum  dalam pembelajaran menulis akademik   pada  pendidikan vokasi S1-Terapan Politeknik  Negeri Bali. Pengumpulan data penelitian dilakukan  dengan observasi, wawancara, dan kuesioner  kepada 105 mahasiswa Program Studi D-4 Manajemen Bisnis Internasional  dan    Manajemen Informatika semester II   pada tahun ajaran  2015/2016, dan selanjutnya dianalisis dengan Mann-Whitney U-test.  Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 85,81 % responden  mengatakan bahwa buku ajar yang dikembangkan  sangat layak untuk mendukung  proses pembelajaran menulis akademik. Hasil uji lapangan juga secara signifikan menunjukkan adanya peningkatan prestasi belajar. Mann-Whitney U=2.027,5, n1 = 53, n2 = 52, p < 0,05, r = 0,41.[a1]  Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa perlakuan berupa penerapan metode quantum pada kelas percobaan memiliki efek yang sangat kuat terhadap kemampuan menulis mahasiswa. [a1]Narasikan hasil dari penghintungan sehingga terbaca untuk kalangan umum
The Function of Intertextuality in Religious Humor Text Iwan Marwan Marwan
MOZAIK HUMANIORA Vol. 17 No. 1 (2017): MOZAIK HUMANIORA VOL. 17 NO. 1
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (397.555 KB) | DOI: 10.20473/mozaik.v17i1.6593

Abstract

Sebagai sebuah teks, humor dapat dipahami melalui untaian makna yang terkandung dan tersebar didalam teks lain. Hubungan antarteks tersebut memiliki fungsi tertentu untuk menyampaikan pesan humor. Penelitian  ini  bertujuan  menjelaskan  fungsi  intetekstualitas dalam  teks  humor  keagamaan. Metode  yang  digunakan adalah  kualitatif  deskriptif dengan  ancangan  teori  intertekstualitas. Teksdipilih  secara  acak  dengan  pertimbangan:  (1) teks tersebut  berbahasa  Indonesia,  (2) teks  humorkeagamaan, dan (3) teks tersebut  mengandung  hubungan  intertekstualitas.  Analisis  data  dalam penelitian ini dilakukan melalui mendeskripsikan teks, menjelaskan hubungan intertekstualitas, dan menjelaskan  fungsi  intertekstualitas. Berdasarkan  analisis  data  dapat  disimpulkan  bahwa  fungsi intertekstualitas  dalam  wacana  humor  meliputi:  memperdalam  topik  humor,  memberi  kesan tertentu, menjelaskan konteks budaya, memperhalus pesan, dan menghidupkan teks-teks lama.
TEATER KITSCH NGESTI PANDOWO DI KOTA SEMARANG TAHUN 1950an – 1970an Dhanang Respati Puguh, Rabith Jihan Amar respati puguh
MOZAIK HUMANIORA Vol. 17 No. 1 (2017): MOZAIK HUMANIORA VOL. 17 NO. 1
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (285.692 KB) | DOI: 10.20473/mozaik.v17i1.6588

Abstract

Ngesti Pandowo yang didirikan di Madiun pada 1937 merupakan salah satu dari rombongan wayang orang panggung yang mampu bertahan sampai hari ini. Setelah banyak mengadakan pentas keliling di berbagai kota di Jawa Timur dan Jawa Tengah, pada tahun 1954 paguyuban ini menetap di Kota Semarang dan memasuki masa kegemilangannya sampai pada dasawarsa 1970. Artikel ini membahas mengenai kiprah Ngesti Pandowo dan sejumlah faktor yang membuat keberhasilannya dalam dasawarsa 1950-1970. Artikel ini didasarkan pada penelitian yang dilakukan dengan menggunakan metode sejarah dan sejarah lisan. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa dalam dasawarsa tersebut Ngesti Pandowo merupakan sebuah teater kitsch yang sempurna, karena paguyuban ini mampu mengemas pertunjukan wayang orang yang berkualitas tinggi, inovatif, dan penuh spectacle. Pencapaian itu membuat paguyuban ini mendapat penghargaan  dan prestasi sebagai salah satu kelompok wayang orang terbaik pada level nasional dan berperan dalam lawatan budaya ke berbagai negara di Asia, sehingga membuat Ngesti Pandowo menjadi ikon budaya Kota Semarang. Keberhasilan Ngesti Pandowo dalam mencapai kejayaannya dipengaruhi oleh sejumlah faktor, yaitu adanya seniman-kreator, para penari yang mumpuni dan menjadi idola penonton, gaya kepemimpinan yang sesuai dengan karakteristik kelompok ini sebagai paguyuban, dan dukungan pemerintah daerah.
Etnografi Warung Kopi: Politik Identitas Cangkrukan di Kota Surabaya dan Sidoarjo Listiyono Santoso Santoso
MOZAIK HUMANIORA Vol. 17 No. 1 (2017): MOZAIK HUMANIORA VOL. 17 NO. 1
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (217.237 KB) | DOI: 10.20473/mozaik.v17i1.6594

Abstract

Cangkrukan merupakan  fenomena  kota  metropolitan  yang  menunjukkan  makna  kehadiran  subjekpelaku  dalam  komunitas  warung  kopi  di  tengah-tengah  warga  kota. Cangkrukan dalam  banyak  haltelah  digunakan  sebagai  pola  untuk  mengidentifikasi  konstruksi  identitas  yang  terbentuk  dalam kebiasaan cangkrukan di warung kopi, dan memberikan fungsi sosial kebiasaan cangkrukan di warung kopi.  Fungsi cangkrukan di  warung  kopi  tidak  hanya  bersifat  ekonomi,  melainkan  bersifat  sosio-kultural  hingga  sosio-psikologis.  Melalui  budaya cangkrukan,  setiap  warga  mengidentifikasi  dirisecara  netral,  tanpa  ada  kekhawatiran  ada  perlakuan  diskriminatif  dan  ketidakdilan  sosial. Dalam warung kopi, setiap individu berpartisipasi dalam setiap hubungan sosial satu sama lain, dan realitasini menghadirkan terciptanya kohesi sosial dinamis dalam masyarakat kota. Terbentuknya solidaritas organik di warung kopi merupakan bukti betapa secara manusiawi, manusia membutukan kehadiran orang  lain,  tetapi  tidak  untuk  tergantung  pada  satu-dua  tokoh  kuat,  melainkan  satu  sama  lain terhubung pada harapan dan kepercayaan yang sama.
REDUPLIKASI BAHASA ROTE DIALEK DENGKA: KAJIAN MORFOLOGI GENERATIF Efron Erwin Yohanis Loe, Prof.Dr. Ni Luh Loe
MOZAIK HUMANIORA Vol. 17 No. 1 (2017): MOZAIK HUMANIORA VOL. 17 NO. 1
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (787.546 KB) | DOI: 10.20473/mozaik.v17i1.6589

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menemukan dan menjelaskan proses reduplikasi dengan kaidahnya dalam bahasa Rote dialek Dengka. Adapun masalah penelitian yang dianalisis dalam proses pembentukan kata reduplikasi, yaitu: bagaimanakah proses reduplikasi bahasa Rote dialek Dengka?. Masalah penelitian, di atas dianalisis secara terperinci dengan pendekatan teori morfologi yang mutakhir, yaitu teori morfologi generatif yang dipelopori oleh Aronoff, yakni “Word-Based Morphology”(1979). Sesuai dengan kebutuhan analisis dan kaidah proses pembentukan kata reduplikasi dalam bahasa Rote dialek Dengka, dibuatlah satu teori modifikasi dengan mengacu pada teori utama untuk mengatasi kendala yang dihadapi dalam menganalisis proses pembentukan kata reduplikasi serta dapat menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini.Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif di mana penjelasan rumusan masalah dengan menggunakan kata-kata dan bukan berdasarkan pada data statistik. Proses pengumpulan data dengan menggunakan metode simak dan metode cakap. Sementara teknik pengumpulan data menggunakan teknik yang ada dalam metode simak dan metode cakap. Teknik-teknik dalam metode simak, yaitu: teknik sadap, teknik simak libat cakap, teknik simak bebas libat cakap, teknik rekam dan teknik catat. Teknik-teknik dalam metode cakap, yaitu: teknik pancing, teknik cakap semuka, teknik cakap tansemuka, teknik rekam dan catat. Temuan dalam penelitian ini ditemukan tiga jenis proses reduplikasi, yaitu: 1) reduplikasi penuh, 2) reduplikasi sebagian, dan 3) reduplikasi penuh khusus kata kerja.

Page 1 of 1 | Total Record : 10