cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota padang,
Sumatera barat
INDONESIA
Jurnal Dampak
Published by Universitas Andalas
ISSN : 25975129     EISSN : 18296084     DOI : -
Core Subject : Social, Engineering,
Jurnal Dampak merupakan publikasi bidang lingkungan hidup yang bersifat ilmiah, dapat berupa hasil penelitian, aplikasi teknologi tepat guna atau ide penyelesaian terhadap permasalahan lingkungan hidup yang ada. Naskah belum pernah dipublikasikan dalam media lain, atau naskah sedang dalam proses review dan/atau menunggu untuk diterbitkan di media lain.
Arjuna Subject : -
Articles 152 Documents
EFISIENSI DAN KAPASITAS PENYERAPAN FLY ASH SEBAGAI ADSORBEN DALAM PENYISIHAN LOGAM TIMBAL (Pb) LIMBAH CAIR INDUSTRI PERCETAKAN DI KOTA PADANG Reri Afrianita; Yommi Dewilda
Jurnal Dampak Vol 10, No 1 (2013)
Publisher : Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/dampak.10.1.1-10.2013

Abstract

ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk menentukan kondisi optimum fly ash sebagai adsorben dalam menyisihan logam timbal (Pb). Penelitian adsorpsi dilakukan secara batch dengan menggunakan larutan artifisial Pb dengan variasi diameter adsorben, berat adsorben, waktu kontak dan kecepatan pengadukan. Hasil penelitian diperoleh kondisi optimum untuk setiap variasi parameter adalah diameter adsorben 0,075-0,14 mm, berat adsorben 1 gam, pH adsorbat 4, waktu kontak 60 menit, dan kecepatan pengadukan 120 rpm. Dapat disimpulkan makin kecil adsorben, maka semakin luas permukaan aktif pada adsorben serta kecepatan pengadukan yang rendah menyebabkan kurang efektifnya tumbukan yang terjadi antar adsorben dan adsorbat.Kata kunci: adsorpsi, fly ash, logam timbal (Pb), kondisi optimum.ABSTRACTThe aim of this research is to determine optimum conditionof fly ash as the adsorbent in the removal of lead (Pb) in water. The research was conducted in a batch method by using artificial Pb with different adsorbent diameters, contact times and mixing rates. Result showed the optimum condition of adsorbent diameter was 0.075-0.14 mm with weight of 1 gram, adsorbate pH of 4, contact time of 60 minutes, and the mixing rate of 120 rpm. From this research, it can be concluded that the less of adsorbent size will lead to the larger active surface area and the slower mixing rate will cause to the less effectiveness of adsorbent and adsorbate collision in water.Keywords:adsorption, fly ash, lead (Pb), optimum condition
ANALISIS POLA KONSENTRASI METANA (CH4) DAN CURAH HUJAN DI KOTOTABANG TAHUN 2004 2009 Dwi Pujiastuti
Jurnal Dampak Vol 9, No 2 (2012)
Publisher : Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/dampak.9.2.123-131.2012

Abstract

ABSTRAK Telah dilakukan penelitian untuk melihat pola konsentrasi gas metana (CH4) yang merupakan salah satu gas rumah kaca dan kaitannya dengan pola curah hujan di wilayah Kototabang dari tahun 2004 2009. Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana kecenderungan pola konsentrasi CH4 di wilayah Kototabang dan kaitannya dengan curah hujan di wilayah ini. Hasil penelitian menunjukkan adanya pola musiman tahunan konsentrasi metana yang ditunjukkan dengan adanya peningkatan dan penurunan konsentrasi metana. Pola musiman tahunan ini mengikuti pola Intertropical Convergence Zone (ITCZ). Konsentrasi CH4 tahunan meningkat dari 1.810,01 ppb pada tahun 2004 menjadi 1.818, 69 ppb pada tahun 2009. Peningkatan konsentrasi CH4 dipengaruhi oleh peningkatan aktivitas pertanian dan kebakaran hutan yang terjadi di wilayah ini. Pola konsentrasi metana di Kototabang hampir sama dengan pola konsentrasi metana global. Terdapat perbedaan pola pada tahun 2005 dimana konsentrasi metana di Kototabang meningkat secara signifikan karena adanya kebakaran hutan di Sumatera sehingga produksi metana ke atmosfer meningkat. Hasil yang diperoleh juga menunjukkan adanya pengaruh curah hujan terhadap konsentrasi metana di atmosfer. Curah hujan yang tinggi menyebabkan penurunan konsentrasi metana di atmosfer karena reaksi yang terjadi antara metana dan peningkatan keberadaan radikal hidroksil (OH) akibat curah hujan di troposfer yang akan mengurangi konsentrasi metana. Kata kunci: Atmosfer, curah hujan, metana, Kototabang, ITCZABSTRACTThe research has been conducted to look at the pattern of methane (CH4) concentration which is one of the greenhouse gases with precipitationl patterns in the region Kototabang from 2004 to 2009. The research aims to see how the trendline of CH4 concentration in Kototabang and its relation to precipitation in this region. The results showed the of annual seasonal pattern of methane concentration, indicated by the fluctuations methane concentration . The annual seasonal patterns follows the pattern of Intertropical Convergence Zone (ITCZ). The annual CH4 concentration increases from 1.810,01 ppb in 2004 to 1.818,69 ppb in 2009. The condition was influenced by the increase in agricultural activity and forest fire. From the results it wa also obtained that concentration patterns of CH4 at Kototabang is similar to the pattern of global CH4 concentration. There are differences in the pattern of concentration in 2005 where the concentration of CH4 significantly increased at Kototabang due to forrest fire in Sumatera region resulting in the increase of CH4 production to the atmosphere . The results also indicate the influence of precipitation against the concentration of CH4 in the atmosphere. High precipitation caused a decrease in the concentration CH4 in the atmosfer due to reaction that occur between CH4 and increase of hydroxyl radical (OH) due to pecipitaion in the troposfer that will reduce CH4 concentration. Keywords: Atmosphere, ITCZ, Kototabang, methane, precipitation
PEMBUATAN PESTISIDA ORGANIK MENGGUNAKAN METODE EKSTRAKSI DARI SAMPAH DAUN PEPAYA DAN UMBI BAWANG PUTIH Elvie Yennie; Shinta Elystia
Jurnal Dampak Vol 10, No 1 (2013)
Publisher : Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/dampak.10.1.46-59.2013

Abstract

ABSTRAKPestisida adalah substansi kimia dan bahan lain yang digunakan untuk mengendalikan berbagai hama yang terbukti mengganggu. Pestisida dapat dibuat dari bahan alam yang salah satunya dari daun pepaya dan umbi bawang putih. Hal ini diiringi dengan mudahnya didapatkan bahan alam tersebut sehingga muncullah ide untuk membuat pestisida dari bahan tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah mempelajari pengaruh variasi waktu perendaman bahan baku dengan variasi pelarut, menghitung rendemen dari variasi waktu perendaman bahan baku dan menguji senyawa metabolit sekunder dari rendemen maksimum lalu menguji toksisitas ekstrak yang diperoleh terhadap larva nyamuk. Penelitian ini dilakukan dengan metode ekstraksi maserasi menggunakan pelarut metanol dan etanol. Variasi waktu perendaman 3,5,7 hari dengan suhu lingkungan, nisbah larutan padatan sebesar 1 : 4, setelah proses perendaman dilakukan penyaringan dan hasil saringan berupa filtrat didestilasi dengan kondisi operasi temperatur 80o C selama 50 menit. Lalu ekstrak diuji senyawa metabolit sekundernya, diukur pHnya dan toksisitas terhadap hewan uji. Kondisi operasi maksimum diperoleh pada waktu perendaman selama 7 hari dengan kadar rendemen sebesar 41,35 % dengan pH 5,79 untuk hasil ekstrak metanol dan 36,06 % dengan pH 5,86 untuk hasil ekstrak etanol. Metabolit sekunder yang berhasil diidentifikasi adalah alkaloid, flavonoid, saponin, tanin dan sulfur. Konsentrasi maksimum yang membunuh larva nyamuk adalah sebesar 3000 ppm dengan rata-rata kematian larva 95 % untuk ekstrak etanol dan 97,5 % untuk ekstrak metanol.Kata kunci: pestisida alami, daun pepaya dan umbi bawang putih, ekstraksiABSTRACTPesticides are chemicals and other substances used to control pests that could prove disruptive. Pesticides can be made from natural materials, one of which from the leaves of papaya and garlic bulbs. It is accompanied by easily obtained natural materials that came the idea to create pesticide of these materials. The purpose of this research was to study the effect of variations in the time of immersion of raw materials with a variety of solvents, calculate the yield of raw material variation of soaking time and the test compounds secondary metabolites of maximum yield and test the toxicity of exstracts obtained against mosquito larvae. The research was done by maceration extraction method using methanol and ethanol. 3,5,7 days soaking time variation with temperature, the solid solution ratio 1 : 4, after immersion do filtering was done and filter the results in the form of the filtrate is distilled at 80o C temperature operating conditions for 50 minutes. Then extract secondary metabolites were tested, measured their pH and toxicity towards the test animals. Maximum operating conditions obtained at the time of immersion for 7 days with high levels of yields at 41.35 % with a pH of 5.79 for methanol extract and 36.06 % with a pH 5.86 to extract the ethanol. Secondary metabolites that were succesfuly identified are alkaloids, flavonoids, saponins, tannins, and sulfur.Maximum concentration that killed mosquito larvae is equal to 3000 ppm with an average of 95 % larval mortality for ethanol extract and 97.5 % for methanol extract.Keyword : natural pesticides, papaya and garlic bulbs, extraction
ANALISIS THERMOGRAVIMETRY LIMBAH PADAT KELAPA SAWIT DAN POTENSI KONVERSINYA MENJADI GAS BAKAR Slamet Raharjo
Jurnal Dampak Vol 9, No 2 (2012)
Publisher : Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/dampak.9.2.92-97.2012

Abstract

ABSTRAKIndonesia adalah negara pengekspor CPO (crude palm oil) terbesar kedua di dunia. Produk sampingan dari prosesing CPO yang berupa limbah padat yaitu cangkang, serat dan tandan kosong sawit (TKS) ini bisa dijadikan alternatif sumber energi terbarukan. Gasifikasi adalah teknologi yang layak untuk konversi limbah padat karena memenuhi standar emisi dan memberikan efek minimasi penggunaan lahan TPA. Penelitian ini bertujuan untuk memahami potensi konversi limbah padat kelapa sawit menjadi bahan bakar gas (H2 dan CO) dengan proses gasifikasi. Penelitian dilakukan dengan eksperimen thermogravimetri terhadap 3 jenis limbah padat kelapa sawit untuk menganalisis karakteristik gasifikasi limbah padat tersebut. Untuk memahami komposisi bahan bakar gas yang dihasilkan, dilakukan simulasi proses gasifikasi dengan menggunakan software kesetimbangan kimia HSC Chemistry 5.1. Hasil thermogravimetri menunjukkan bahwa kandungan fix carbon (FC) dan fuel ratio dalam cangkang lebih besar dari serat dan tandan kosong sawit (TKS). Kandungan volatile matter (VM) TKS lebih besar dari serat dan cangkang. Hal ini mengakibatkan produksi gas CO cangkang kelapa sawit lebih besar dibanding serat dan TKS, sebaliknya produksi gas H2 dari TKS lebih tinggi dibandingkan cangkang dan serat. Berdasarkan hasil perhitungan kesetimbangan kimia, dapat disusun skema reaksi gasifikasi limbah padat kelapa sawit sebagai berikut:CxHy + aCO2 ? (x+a)CO + y/2H2.Kata Kunci: limbah padat CPO, gasifikasi, bahan bakar gas, volatile matter (VM), fix carbon (FC) ABSTRACTIndonesia is the second largest CPO (crude palm oil) exporting countries in the world. CPO processing generates solid wastes including shell, fiber and empty fruit bunche (EFBs), which can be used as alternative sources of renewable energy. Gasification is feasible technology to convert solid waste because it can meet the emission standard and minimize landfill application. This paper studies the potency of palm solid waste conversion to fuel gases (H2 and CO) through gasification proces. This research was carried out by thermogravimetric experiments on three kinds of palm solid waste to understand their gasification characteristics. Chemical equilibrium calculations of gasification process was carried out by using HSC Chemistry 5.1 software to understand the fuel gas composition. Thermogravimetric analysis suggested that the fix carbon (FC) content and fuel ratio of shell was higher than those of fiber and EFBs. Whereas, volatile matter (VM) content of EFBs was higher than that of fiber and shell. It caused CO production of shell was higher than that of fiber and EFBs, otherwise, the H2 production of EFBs was higher than that of shell and fiber. Based on chemical equilibrium calculation, gasification reaction scheme of palm solid waste can be arranged as follows: CxHy + aCO2 ? (x+a)CO + y/2H2.Keywords: CPO solid waste, gasification, fuel gas, volatile matter (VM), fix carbon (FC).
EKSTRAKSI ALUMINIUM DARI TANAH LEMPUNG GAMBUT SEBAGAI KOAGULAN CAIR Yeggi Darnas
Jurnal Dampak Vol 10, No 1 (2013)
Publisher : Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/dampak.10.1.11-19.2013

Abstract

ABSTRAKAluminium adalah bahan utama yang terkandung dalam koagulan yang umum digunakan dalam proses koagulasi. Aluminium merupakan kandungan elemen ketiga terbesar yang terdapat pada lapisan kulit bumi, yang terdapat dalam mineral, bebatuan dan tanah liat, seperti tanah lempung gambut yang mengandung garam aluminium, telah dapat dijadikan koagulan bantu. Pada penelitian ini dilakukan pengembangan dengan mengekstraksi aluminium yang terkandung dalam tanah lempung gambut yang mengandung 18,78% Al2O3 dijadikan kogulan pengganti (PAC) untuk menurunkan zat organik alam pada air gambut. Hal yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah dihasilkannya koagulan cair dari tanah lempung gambut yang ada di Indonesia. Koagulan cair diekstraksi dari tanah lempung gambut dari Kalimantan Selatan dengan menggunakan pelarut asam sulfat (H2SO4). Untuk mendapatkan Al2O3 dari tanah lempung gambut tersebut, tanah dikalsinasi dan diekstraksi. Proses pengaktifan Aluminium dari tanah dipengaruhi oleh ukuran butiran tanah, temperatur kalsinasi dan waktu kalsinasi. Untuk proses leaching dipengaruhi konsentrasi dan jumlah H2SO4 dalam kondisi mendidih.Kata kunci: asam sulfat, ekstraksi, kalsinasi, koagulan cair, tanah lempung gambut. ABSTRACTAluminum is the primary material contained in commonly used coagulant in the coagulation process. Aluminum is the third largest content of elements found in the earth's crust in the form of minerals, rocks and clay. Peat loam soil is one of the class that contains of aluminum salts and can be used as coagulant aids. In this research, further development by extracting aluminum contained in peat clay. In which the aluminum in the form of 18.78% Al2O3 on clay peat coagulant used as a substitute for the (PAC). The aim of this research was the production of liquid coagulant of clay peat in Indonesia. This liquid coagulant extracted from peat loam soil of South Kalimantan using sulfuric acid solvent (H2SO4) with a concentration of 40%. To obtain Al2O3 from the peat loam soil, the soil had to be calcinated and extracted. The aluminum activating processes of soil was influenced by soil particle size, temperature and duration of calcination. Meanwhile the leaching process was affected by the amount and concentration of H2SO4 in boiling conditions.Keywords: calcinations, extraction, liquid coagulant, sulfuric acid, the clay peat
KOEFISIEN TRANSFER GAS (KLa ) PADA PROSES AERASI MENGGUNAKAN TRAY AERATOR BERTINGKAT 5 (LIMA) Suarni Saidi Abuzar
Jurnal Dampak Vol 9, No 2 (2012)
Publisher : Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/dampak.9.2.132-140.2012

Abstract

ABSTRAKAerasi merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk menyisihkan kandungan logam dalam air, baik air tanah, air permukaan, maupun air limbah. Salah satu jenis aerator dalam proses aerasi adalah tray aerator. Untuk menganalisis nilai koefisien transfer gas (KLa) pada proses aerasi khususnya tray aerator bertingkat 5 (lima)dengan jarak antar tray 25 cm dan tinggi total 125 cm, perlu dilakukan penelitian dengan tujuan untuk memperoleh nilai KLa. Air dialirkan ke dalam tray aerator bertingkat 5 (lima) dan diukur kandungan Disolved Oxygen (DO) dengan metode water quality checker. Hasil penelitian menunjukan terjadi peningkatan konsentrasi oksigen pada sampel setelah dilakukan aerasi dengan tray aerator bertingkat 5 (lima) dari 5,97 mg/L menjadi 6,34 mg/L dengan nilai koefisien transfer gas (KLa) sebesar 0,045/menit.Kata kunci: Tray Aerator bertingkat 5, Aerasi, Koefisien trasnsfer gas (KLa)ABSTRACTAeration method is one method for removing metalfrom water including groundwater, surface water and wastewater. One of known aerator is method is tray aerator. For analizing gas transfer coefficient (KLa) in aeration method especially in five storey tray aerator with the distance between each aerator was 25 cm and total height was 125 cm. water was discharged in five storey tray aerator and was measured the dissolved oxygen concentration by using water quality checker method. Result showed the increase of oxygen concentration in sample after being aerated in five storey tray aerator, from 5.97 mg/L to 6.34 mg/L with gas transfer coefficient (KLa) 0.045/min. Keywords: Aeration, Five story aerator, Gas transfer coefficient (KLa)
PENGELOLAAN LINGKUNGAN REHABILITASI DRAINASE PADA IRIGASI GUNUNG NAGO DISEPANJANG JALAN ALAI-BYPASS KOTA PADANG Bambang Istijono; Yervi Hesna
Jurnal Dampak Vol 12, No 2 (2015)
Publisher : Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/dampak.12.2.137-147.2015

Abstract

Akibat bencana alam gempa bumi Sumatera Barat 30 September 2009 terjadi kemacetan di sepanjang jalan Alai-Bypass yang berdampingan dengan drainase Irigasi Gunung Nago di Kota Padang. Selanjutnya Pemerintah berkaitan dengan kegiatan mitigasi bencana, membuat jalur evakuasi tsunami dengan melaksanakan pelebaran jalan Alai-Bypass yaitu memperbaiki sistem drainase Irigasi Gunung Nago sepanjang 2 km dengan penutup beton.Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal) merupakan kajian mengenai dampak besar dan penting suatu kegiatan yang diperlukan sebagai proses pengambilan keputusan. Penerapan dilapangan kajian Amdal pada kegiatan ini belum sepenuhnya diterapkan.Penelitian dilakukan dengan menganalisa dokumen kontrak apakah didalamnya diatur mengenai Amdal, melakukan survai menggunakan pendekatan wawancara dan observasi lapangan untuk mengamati dampak yang terjadi serta mengklasifikasikan dampak yang terjadi. Hasil penelitian, selama pelaksanaan kegiatan terdapat dampak negatif dan positif. Kegiatan ini tidak sepenuhnya menerapkan kajian Amdal, sehingga terjadi beberapa dampak negatif yang dirasakan masyarakat berupa penurunan kualitas udara 74%, 100% masyarakat mengalami kemacetan lalulintas, penurunan kualitas air 65%, penurunan pendapatan masyarakat yang memiliki usaha sebesar 65%, 81% aksesibiltas masyarakat terganggu. Sedangkan dampak positif berupa kesempatan kerja bagi masyarakat disekitarnya dan drainase berfungsi optimal.Saran kepada pengambil kebijakan, pada kegiatan yang sifatnya rehabilitasi yang memungkinkan terjadi dampak kepada masyarakat, diperlukan kegiatan Amdal, utamanya kegiatan di perkotaan.Kata kunci: rehabilitasi, drainase, Amdal, dampak positif dan negatif
ANALISIS TINGKAT KEBISINGAN DAN USAHA PENGENDALIAN PADA UNIT PRODUKSI PADA SUATU INDUSTRI DI KOTA BATAM Vera Surtia Bachtiar; Yommi Dewilda
Jurnal Dampak Vol 10, No 2 (2013)
Publisher : Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/dampak.10.2.85-93.2013

Abstract

Analisis tingkat kebisingan dilakukan pada suatu unit produksi Fusion Bonded Epoxy (FBE), Industri X yang berada di Kota Batam. Penelitian dilakukan pada 45 titik pengukuran. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui intensitas kebisingan yang dihasilkan oleh unit produksi Industri X. Metode pengukuran tingkat tekanan suara mengacu pada KepMenLH No 48 Tahun 1996, dan alat yang digunakan adalah Sound Level Meter. Pengukuran tingkat tekanan suara (Lp) dilakukan selama 1 shift kerja. Hal ini dikarenakan berdasarkan penelitian pendahuluan diperoleh nilai tingkat tekanan suara ekivalen (Leq) 24 jam adalah sama. Intensitas kebisingan tertinggi dihasilkan pada lokasi coupling insertion yaitu sebesar 92 dB(A), dan intensitas kebisingan terendah terdapat pada area di dekat kantin yaitu sebesar 62 dB(A). Berdasarkan hasil evaluasi kebisingan, 12 titik pengukuran (26,7 %) telah melebihi Nilai Ambang Batas (NAB) kebisingan menurut KepMenaker No 51/1999 (85 dB(A) untuk 8 jam kerja perhari). Upaya pengendalian kebisingan yang direncanakan adalah dengan pemasangan vibration isolation, partial enclosure, muffler, pengendalian secara administrasi dan pengendalian bising pada pekerja (pemakaian earplug dan earmuff)Kata kunci: Industri X, kebisingan, tingkat tekanan suara, pengendalian kebisingan.
KINERJA BIOSAND FILTER DALAM MENYISIHKAN TOTAL COLIFORM DI AIR TANAH DANGKAL Tivany Edwin; Yommi Dewilda
Jurnal Dampak Vol 12, No 1 (2015)
Publisher : Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/dampak.12.1.17-26.2015

Abstract

Kota Padang memiliki kualitas air tanah yang kurang baik di beberapa daerah karena adanya pencemar total coliform. Salah satu teknologi tepat guna yang dapat digunakan masyarakat untuk menyaring air adalah biosand filter. Biosand filter adalah saringan air menggunakan media pasir dengan penumbuhan lapisan biofilm. Penelitian ini bertujuan untuk menguji kinerja biosand filter dalam menyisihkan pencemar total coliform dari air tanah. Dimensi reaktor biosand filter yang digunakan berukuran 30cmx30cmx90cm. Media penyaring yang digunakan adalah pasir lokal berupa pasir andesit yang mudah diperoleh di Sumatera Barat. Penumbuhan biofilm dilakukan selama 21 hari. Debit air yang digunakan adalah 0,6L/menit. Pembanding dalam penelitian ini dibuat reaktor kontrol tanpa penumbuhan biofilm. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, penyisihan total coliform pada biosand filter berkisar antara 85,45%-93,18%, sedangkan pada reaktor kontrol diperoleh penyisihan total coliform sebesar 65%-92,42%. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penyisihan total coliform efektif menggunakan biosand filter.Kata kunci: Biosand filter, Batuan andesit, Total coliform, Air tanah dangkal
KINERJA BIOSAND FILTER BERBAHAN DASAR BATUAN ANDESIT DALAM MENURUNKAN KONSENTRASI BOD DAN COD PADA AIR TANAH DANGKAL Tivany Edwin; Yommi Dewilda
Jurnal Dampak Vol 11, No 1 (2014)
Publisher : Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/dampak.11.1.59-66.2014

Abstract

Air tanah dangkal merupakan opsi sumber air bersih yang umum digunakan masyarakat. Tingginya kadar Biochemical Oxygen Demand (BOD) dan Chemical Oxygen demand (COD) terkadang ditemukan pada air tanah dangkal yang menandakan tercemarnya air tersebut. Oleh karena itu diperlukan teknologi tepat guna pengolahan air yang relatif murah dan efisien untuk skala rumah tangga masyarakat seperti biosand filter. Penelitian bertujuan untuk menganalisis kinerja biosand filter dalam menurunkan parameter BOD dan COD pada sampel air tanah dangkal dari sumur penduduk. Biosand filter didesain dengan dimensi reaktor 30x30x90 cm dengan perbandingan ketinggian media pasir halus:pasir kasar:kerikil sebesar 50:5:5 cm. Media yang digunakan merupakan batuan andesit yang mudah ditemukan di daerah Sumatra Barat. Debit air yang dialirkan pada biosand filter adalah 0,6 L/menit. Waktu penumbuhan biofilm selama 21 hari dan pengoperasian reaktor selama 14 hari. Setelah dilakukan analisis, reaktor biosand filter mampu menyisihkan parameter BOD dan COD. Efisiensi penyisihan konsentrasi BOD oleh reaktor biosand filter sebesar 75%-87%, dan efisiensi penyisihan konsentrasi COD oleh reaktor biosand sebesar 65%-70%. Maka dapat disimpulkan bahwa reaktor biosand filter cukup efektif dalam menyisihkan parameter BOD dan COD.Kata-kata Kunci : Air Tanah Dangkal, Andesit Biosand Filter, BOD, dan COD,

Page 2 of 16 | Total Record : 152