cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota denpasar,
Bali
INDONESIA
E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana
Published by Universitas Udayana
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Health,
Arjuna Subject : -
Articles 110 Documents
KADAR KALSIUM PADA PREEKLAMPSIA Wenata Jembawan, Made
E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana Vol 4, No 1 (2015)
Publisher : E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Suplemen kalsium memainkan peranan yang penting dalam pencegahan hipertensi dalam kehamilan dengan menjaga kadar ion kalsium dalam rentang (range) fisiologis. Pada beberapa studi menunjukkan bahwa menjaga rentang ini adalah sangat penting dalam sintesis substansi vasoaktif seperti prostasiklindan nitric oxide pada endotel dalam mempertahankan fungsi endotel normal dan menurunkan  tekanan darah. Efek penurunan tekanan darah oleh suplemen kalsium nampak secara jelas oleh beberapa studi pada populasi dengan pada hipertensi ringan sampai sedang. Repke dan villar mengamati 65% penurunan serum hormon paratiroid. Penurunan serum hormon paratiroid oleh asupan suplemen kalsium menghasilkan penurunan ion kalsium intraseluler menyebabkan relasasi myocite tingkat arteriolar dan mengakibatkan penurunan tekanan darah. Peningkatan kalsium intraseluler menyebabkan vasokontriksi, dan peningkatan peripheral resisten, akhirnya terjadi peningkatan tekanan darah. Hipotesis menyatakan asupan kalsium yang rendah menyebabkan  peningkatan tekanan darah tinggi dengan merangsang  pelepasan hormone paratiroid dan atau renin yang mengarah terjadinya peningkatan konsentrasi kalsium intra seluler dalam vaskuler sel otot polos dan mengakibatkan vasokonstriksi. Peranan suplemen kalsium dalam menurunkan gangguan preeklamsia dan eklamsia adalah dengan menurunkan pelepasan  kalsium  paratiroid dan konsentrasi kalsium intraseluler, akhirnya terjadi penurunan kontraksi otot polos dan peningkatan vasodilatasi.
SKRINING DAN DIAGNOSIS THALASEMIA DALAM KEHAMILAN Gede Putra Wiradnyana, Anak Agung
E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana Vol 4, No 1 (2015)
Publisher : E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Talasemia merupakan penyakit yang diturunkan secara autosomal ditandai anemia hipokromik mikrositik dengan berbagai derajat keparahan. Anemia adalah keadaan dimana hemoglobin kurang dari nilai batas bawah normal tanpa dipengaruhi oleh keadaan hidrasi. Pada pasien obstetri, anemia paling sering ditemukan karena pemeriksaan darah lengkap yang merupakan bagian dari evaluasi laboratorium rutin. Anemia hipokromik mikrositik dapat disebabkan oleh defisiensi besi atau penyebab lain seperti hemoglobinopati dan sferositosis herediter yang memiliki implikasi genetik. Implikasi genetik pada talasemia homozigot dapat menyebabkan kematian janin dalam rahim.Pada talasemia defek genetik didasari terjadinya delesi total atau parsial gen globin dan substitusi, delesi, atau insersi nukleotida. Akibatnya terjadi pengurangan atau tidak adanya mRNA bagi satu atau lebih rantai globin atau terbentuknya mRNA yang cacat secara fungsional.3 Keadaan ini menyebabkan ketidakseimbangan sintesis rantai globin yang mengakibatkan kerusakan sel darah merah di sumsum tulang dan perifer. Kemudian terjadi anemia berat yang akan menyebabkan peningkatan produksi eritropoetin dan ekspansi sumsum tulang yang tidak efektif, deformitas tulang, pembesaran limpa dan hati serta hambatan pertumbuhan. Pada pasien obstetri, anemia ditemukan pada saat kunjungan prenatal awal atau skrining ulang usia kehamilan 24-28 minggu.4 Kunci evaluasi anemia adalah pada mekanisme yang mendasari dan proses patologi yang terjadi, sehingga  penyebab dari anemia perlu diketahui untuk menentukan diagnosis dan penanganan yang sesuai agar didapatkan  luaran kehamilan yang baik.
INFEKSI KLAMIDIA TRACHOMATIS SEBAGAI SALAH SATU PENYEBAB OKLUSI TUBA FALOPI Suardika, Anom
E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana Vol 4, No 1 (2015)
Publisher : E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

PRP (Penyakit Radang Panggul), endometriosis, riwayat operasi didaerah abdomen  bagian bawah  merupakan beberapa penyebab gangguan pada tuba. Pada beberapa studi terdahulu didapatkan risiko infertil tuba meningkat seiring dengan derajat keparahan dari infeksi yang terjadi di area panggul, dengan insiden diperkirakan 10-12%  setelah satu serangan, 23-35% setelah dua serangan dan 54-75% setelah tiga serangan PRP akut. Meskipun banyak wanita dengan penyakit tuba ataupun perlengketan pelvik tidak mempunyai riwayat infeksi sebelumnya, namun data membuktikan secara kuat bahwa ascending infection tanpa gejala merupakan penyebab tersering kerusakan pada tuba. Banyak dari wanita dengan riwayat PRP didapatkan terdeteksi memiliki antibodi klamidia pada infeksi sebelumnya.
OBESITAS DALAM KEHAMILAN Sudirtayasa, Wayan
E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana Vol 4, No 1 (2015)
Publisher : E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Wanita hamil dengan obesitas sangat berisiko untuk mengalami penyakit-penyakit seperti hipertensi dalam kehamilan, gestasional diabetes, gangguan pernafasan dan tromboemboli, berkaitan dengan proses persalinannya sendiri wanita tersebut akan membutuhkan waktu persalinan yang lebih lama dengan risiko tindakan seksio sesaria lebih tinggi, selain itu juga sehubungan dengan operasi akan mengalami kesulitan dalam tindakan pembiusan dan penyembuhan luka (Yao dkk., 2014). Dan terhadap bayinya risiko untuk terjadi komplikasi seperti kelainan kongenital, makrosomia, stillbirth, distosia bahu dan kemungkinan menderita obesitas dan diabetes pada saat dewasa menjadi lebih besar (Rowlands dkk., 2010). Banyak faktor yang berperan terhadap terjadinya obesitas, diantaranya faktor lingkungan, gaya hidup, genetik dan sosioekonomi. Obesitas merupakan suatu keadaan gangguan keseimbangan antara asupan kalori dan penggunaannya (Gunatilake, 2011). Oleh karena itu banyak komplikasi yang ditimbulkan oleh keadaan obesitas baik itu bagi ibu maupun terhadap janin atau bayi yang dikandungnya entah itu pada trimester awal maupun usia kehamilan selanjutnya, pada saat antepartum, intrapartum atau postpartum, bahkan juga berpengaruh terhadap kehidupan bayi tersebut pada usia dewasa nantinya dengan segala konsekuensi penyakit metabolik yang akan dideritanya berdasarkan pada beberapa hipotesis yang menyatakan bahwa keadaan tersebut sudah terprogram sejak proses konsepsi. Atas dasar hal-hal tersebut maka pengelolaan obesitas sehubungan dengan kehamilan sangat penting dilakukan baik itu prakonsepsi maupun saat hamil (Wuntakal, 2009).
PERAN APOPTOSIS PADA KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI Suryantha, Gusti Ngurah
E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana Vol 4, No 1 (2015)
Publisher : E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Apoptosis merupakan bagian yang normal dari perkembangan dan pemeliharaan dari suatu organisme multiseluler. Kematian sel ini merupakan respon terhadap berbagai stimulus, baik intrinsik maupun ekstrinsik, yang menyebabkan perubahan histologi berupa fragmentasi kromatin inti sel, penonjolan sitoplasma yang membentuk apoptotic body dan pada akhirnya fagositosis oleh makrofag. Apoptosis berbeda dengan nekrosis dimana terjadi kematian secara tidak terkontrol, pada kondisi ini sel yang menjelang kematian kromatin pada inti selnya akan mengalami penggumpalan, pembengkakan organela dan akhirnya kerusakan membran sel. Bukti penelitian mendukung dugaan bahwa proses apoptosis berperan pada kejadian ketuban pecah dini. Saglam dkk. menemukan bahwa caspase-3, suatu famili protein yang berperan dalam rangkaian proses apoptosis,  kadarnya meningkat pada wanita hamil dengan ketuban pecah dini preterm. Fortunato dkk melakukan pemeriksaan pada selaput ketuban pada kasus ketuban pecah dini yang dibandingkan dengan kontrol, hasilnya ditemukan adanya peningkatan ekspresi gen yang bersifat proapoptosis, yaitu p53 dan bax disertai penurunan ekspresi gen antiapoptosis bcl-2 pada kasus ketuban pecah dini, baik aterm maupun preterm. Berbagai penelitian  lain juga memberikan hasil yang konsisten bahwa selaput ketuban dari ibu hamil dengan ketuban pecah dini menunjukkan indeks apoptosis yang lebih tinggi dibandingkan dengan selaput ketuban dari persalinan aterm maupun preterm dengan selaput ketuban yang masih utuh.
UPAYA PENCEGAHAN PROLAPS ORGAN PANGGUL Megadhana, Wayan
E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana Vol 4, No 1 (2015)
Publisher : E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Upaya pencegahan terjadinya POP dapat dilakukan dengan berbagai cara. Merencanakan dilakukan operasi sectio cesarea (SC) terutama pada ibu – ibu yang memiliki resiko terjadinya POP, dengan menggunakan sistim skoring (UR-CHOICE) meliputi beberapa faktor risiko seperti: riwayat inkontinens urin sebelum hamil, usia anak pertama, indeks massa tubuh, suku, riwayat keluarga dengan disfungsi organ panggul, berat bayi, tinggi ibu. Pengurangan berat badan merupakan upaya preventif yang berhubungan dengan perbaikan secara subjektif tetapi tidak secara objektif dengan pelvic organ prolapse quantification (POP-Q) (Giarenis., 2014). Upaya menurunkan berat badan dan menjalani pola hidup sehat, menghindari mengangkat benda – benda berat dan mencegah konstipasi merupakan upaya pencegahan POP yang semuanya bertujuan mengurangi tekanan pada otot dasar panggul (Braekken., 2010).
SAKROKOLPOPEKSI DENGAN LAPAROSKOPI UNTUK PENANGANAN PROLAPS ORGAN PANGGUL Mahayasa, Putu Doster
E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana Vol 3, No 2 (2015)
Publisher : E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Prolaps organ panggul merupakan salah satu permasalahan yang cukup sering dijumpai dalam praktek sehari-hari. Dimana pasien biasanya datang dengan keluhan penuh pada liang vagina, rasa tidak nyaman, gangguan berkemih, gangguan defekasi, ataupun dispareunia. Untuk mendiagnosa dan menentukan derajat prolaps, ICS (international Continence Society) telah menstandarisasi pengukuran yang dinamakan POP-Q (pelvic Organ Prolapsed Quantification). Tujuan penatalaksanaan dari prolaps organ panggul adalah untuk menghilangkan gejala, mengembalikan fungsi, memperbaiki anatomi, atau bahkan untuk kepentingan kosmetik. Terapi untuk prolaps organ panggul dapat dengan terapi konservatif (non bedah) maupun dengan terapi pembedahan. Pemilihan terapi bergantung kepada jenis, beratnya gejala, umur, keadaan umum penderita, kebutuhan fungsi seksual, fertilitas, maupun faktor resiko kekambuhan. Pada pasien dengan kontraindikasi untuk menjalani pembedahan, pemasangan pesarium dapat mengurangi gejala tanpa resiko pembedahan. Untuk teknik pembedahan, saat ini prolaps organ panggul dapat diterapi dengan berbagai teknik, dengan atau tanpa material sintetis, dengan laparotomi, laparoskopi, maupun pembedahan pervaginam. Pada pembedahan pervaginam, histerektomi adalah tindakan yang paling sering dilakukan, selain itu juga dapat dilakukan fiksasi dari puncak vagina ke ligamentum sakrospinosum. Pada laparotomi dapat dilakukan histerektomi total, histerektomi subtotal, atau dengan mempertahankan uterus, dimana dapat digunakan material sintetik untuk menggantung cervix, uterus, ataupun vagina ke sakrum, yang dikenal dengan teknik abdominal sakrokolpopeksi, dimana teknik tersebut pada saat ini telah menjadi gold standard untuk penanganan prolaps uteri maupun prolaps puncak vagina, karena tingkat keberhasilan yang tinggi dan angka kekambuhan yang rendah. Seiring dengan berkembangnya teknologi dalam bidang kedokteran khususnya pada bidang uroginekologi, para ahli mengembangkan suatu teknik operasi perabdominal tetapi dengan penggunaan laparoskopi, sehingga didapatkan hasil operasi yang maksimal, angka kekambuhan yang rendah, serta waktu pemulihan yang cepat dan rasa ketidak nyamanan pasca operasi yang lebih ringan. Seperti pada komplikasi laparoskopi pada umumnya, komplikasi yang sering terjadi pada sakrokolpopeksi dengan laparoskopi adalah infeksi, hematoma,  perdarahan,  perlukaan pembuluh darah, ureter,  buli-buli, maupun usus. Komplikasi pasca operasi yang cukup sering dijumpai adalah erosi yang disebabkan oleh mesh, insidennya berkisar antara 0-9%. Pengetahuan anatomi yang baik dari dasar panggul maupun keterampilan dalam tindakan laparoskopi dan penjahitan sangat diperlukan untuk mengurangi angka kejadian komplikasi.
JAHITAN B-LYNCH SEBAGAI MANAJEMEN ALTERNATIF BEDAH KONSERVATIF PADA ATONIA UTERI Suryantha, I G N
E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana Vol 3, No 2 (2015)
Publisher : E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dari seluruh teknik prosedur jahitan kompresi yang disebutkan diatas teknik B-lynch telah direkomendasikan oleh Triennial Confidential di inggris. Tidak adanya hasil yang buruk yang dilaporkan pada teknik bedah B-lynch. Bahkan tidak ada laporan kematian ibu yang menjalani intervensi radiologi atau jahitan B-lynch dalam penanganan perdarahan postpartum yang dilaporkan oleh   Triennial Confidential Enquiry States 2000-200210.   Penting untuk diingat bahwa jika pasien diketahui mempunyai resiko perdarahan postpartum, harus dilakukan dengan koordinasi antar departemen, seluruh staf selalu waspada sehingga pembedahan konservatif bisa dilakukan dengan cepat jika dibutuhkan, pasien yang beresiko adalah pasien obesitas, kardiomiopati, koagulopati, plasenta abnormal, polihidramnion dan kepercayaan tertentu yang menolak transfusi darah 10.   Jahitan B-Lynch telah berkembang menjadi metode pembedahan alternatif yang berharga untuk mengendalikan perdarahan postpartum akibat atonia uteri yang menyebabkan kompresi efektif dari plasenta bed. Kompresi uterus langsung mengontrol perdarahan dari plasenta bed, pada kasus plasenta inkreta Jahitan B-Lynch dapat dilakukan setelah menghilangkan sedikit demi sedikit jaringan plasenta. Jahitan B-Lynch Ini muncul menjadi prosedur yang sederhana, efektif, dan secara relatif dapat menyelamatkan nyawa yang dapat diterapkan dengan sedikit keahlian. Efektivitas jahitan B-Lynch diuji setelah dilakukan kompresi bimanual uterus. Jika kompresi dapat mengontrol perdarahan, kemungkinan bahwa jahitan B-Lynch akan bekerja. Efek dapat dilihat langsung pada penerapan jahitan B-Lynch 44.
PROFIL PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM SEE AND TREAT DI TIGA KABUPATEN DI BALI 2004-2005 Mayun Mayura, I Gusti Putu
E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana Vol 3, No 2 (2015)
Publisher : E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar Belakang         Kanker serviks seringkali terdiagnosis pada stadium lanjut. Pap Smear telah terbukti efektif sebagai salah satu alat skrining namun fasilitas yang diperlukan belum tersebar merata di Indonesia. Alternatif lain adalah Inspeksi Visual Asetat (IVA) yang memiliki sensitifitas tinggi dalam mendeteksi lesi prakanker. Program See & Treat menerapkan metode skrining kanker serviks menggunakan metode IVA pada beberapa kabupaten di Bali, antara lain Gianyar, Bangli, dan Singaraja. Hasil yang diperoleh digambarkan dalam penelitian ini sehingga diperoleh data untuk evaluasi dan kesinambungan program ini.       Tujuan Penelitian         Untuk mengetahui cakupan dan karakteristik pelaksanaan program skrining kanker serviks/ See and Treat programme di tiga Kabupaten di Bali ( Bangli,Singaraja dan Gianyar ) 2004-2005       Metode Penelitian         Penelitian ini berupa penelitian deskriptif retrospektif yang dilakukan di tiga kabupaten (Gianyar, Bangli dan Singaraja) di Bali periode tahun 2004 – 2005. Sampel adalah semua wanita yang datang dan tercatat pada registrasi Program See and Treat di tiga kabupaten di Bali tahun 2004-2005. Data untuk penelitian ini didapatkan dari register program See and Treat, kemudian disusun dan ditabulasi serta disajikan dalam bentuk tabel dan naratif. Hasil tabulasi umum yang telah tercatat dianalisa mempergunakan program SPSS. Hasil Penelitian dan Pembahasan         Responden berjumlah 6415 orang. Rata-rata umur pasien berada pada rentang dan jumlah yang sama. Hampir semua (99%) responden sudah menikah. Enam puluh persen responden menikah pada umur kurang atau sama dengan 20 tahun dan kurang dari 1 % responden menikah diatas 30 tahun. Sembilan puluh persen responden menyatakan bahwa mereka tidak pernah merokok. Rata-rata jumlah kehamilan pada responden di ketiga kabupaten adalah 1 s/d 3 kehamilan. Hasil pemeriksaan IVA di ketiga kabupaten menunjukkan angka yang konsisten berada pada nilai dibawah 10 % di masyarakat, hal ini menunjukkan adanya kesamaan standar diantara para personil kesehatan yang telah dilatih sebelumnya dalam menginterpretasi hasil pemeriksaan IVA. Hasil pemeriksaan Pap Smear menunjukkan kecenderungan yang sedikit lebih rendah dibandingkan hasil pemeriksaan IVA yaitu untuk Kabupaten Gianyar hasil Pap Smear sebesar 2.28%, Kabupaten Bangli sebesar 4.5% dan Kabupaten Buleleng sebesar 2.5% . Hasil Pap Smear untuk Ca In Situ dan Kanker invasif di Kabupaten Gianyar adalah masing-masing sebesar 1.96% dan 3.92%. Untuk Kabupaten Bangli 1.09% dan 2.19% dan Kabupaten Buleleng 3.57% dan 3.57%. Secara keseluruhan kelainan Pap Smear untuk ketiga Kabupaten masing-masing sebesar 2.2% untuk Kabupaten Gianyar, 4.5% untuk Kabupaten Bangli dan 2.5% untuk Kabupaten Buleleng.
SENSITIFITAS DAN SPESIFISITAS INSPEKSI VISUAL ASAM ASETAT PADA LESI SERVIKS DI DESA NYAMBU KEDIRI TABANAN Mayun Mayura, I Gusti Putu
E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana Vol 3, No 2 (2015)
Publisher : E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Introduction : Cervical cancer is the second commonest cancer that affectswomen through out the world.. Its clinical manifestation through molecular and cellular changes are metaplasia and dysplasia. Visual inspection of the cervix by acetic acid ( VIA ) is one of the many screening tools to aid the diagnosis of dysplasia which are caused by HPV infection.   Objective : To identify a positive visual inspection by acetic acid test withpositive human papilloma virus test in cervical lession and a positive visual inspection test with negative human papilloma virus test in cervical lession.   Subject and method : This research is across sectional study .One hundred andfifty samples were included in this study which were identified at the participating local community health center who agreed and are qualified. All samples were inspected and had the PAP Smear test thus the patient was examined by a qualified and trained personel to visual inspection by acetic acid. The result of the VIA test were then compared to the result of the PCR test which were then calculated with chi square and analysed by the t- independent test.   Result : The average age of the sample who are VIA positive is 37,67±5,66 andwith negative result is 34,96±8,19. Results from the t-independent test shows there is no statistical differences in the average age of the subjects (p>0,05). Analysis with the 2x2 table identified sensitivity of 72,73%; specificity 97,12%; negative prediction 97,83% positive prediction 66,67%; ratio of positive probability 25,27; ratio of negative probability 0,28% and an accuracy of 95,33%.   Conclusion: Based on the research result above we may conclude that this simpletest is spesific and sensitive in diagnosing dysplasia thus quiet reliable as a screening tool to detect cervical carcinoma in its early stages.   Key word : Cervical cancer, Visual inspection by acetic acid (VIA)

Page 2 of 11 | Total Record : 110