cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta selatan,
Dki jakarta
INDONESIA
Jurnal Riset Industri
ISSN : 19785852     EISSN : 25807366     DOI : -
Core Subject : Engineering,
Journal of Industrial Research is a periodic scientific media to publish the results of research, study, review, and scientific review of industrial areas that have never been published that is not in the process of evaluating and has been approved by the others (if any) published three times a year on each April, August, and December and accredited by LIPI Number: 490 / AU2 / P2MI-LIPI / 08/2012 for three years.
Arjuna Subject : -
Articles 20 Documents
Search results for , issue " Vol 4, No 3 (2010): Green Industry" : 20 Documents clear
MODEL KINETIKA PEMBENTUKAN SISA KARBON DAN KADAR AIR PADA PROSES HYDROCRACKING MINYAK JARAK MENJADI BIOPETROLEUM DENGAN KATALIS ZEOLIT TERAKTIVASI ., Nasruddin; Pryanto, Gatot
Jurnal Riset Industri Vol 4, No 3 (2010): Green Industry
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Industri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1053.664 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari proses hydrocracking minyak jarak dengan katalis zeolit teraktivasi terhadap perubahan kadar air dan sisa karbon dengan pendekatan model kinetika. Proses hydrocracking  dilakukan dalam reaktor fixed-bed yang dilengkapi dengan reflux dan kontrol suhu. Setiap perlakuan menggunakan 1000 mL minyak jarak, katalis zeolit 0,15 mg/mL; 0,20 mg/mL; dan 0,30 mg/mL, suhu hydrocracking 2; 3; dan 4 jam. Model kinetika perubahan kadar air dan sisa karbon dikaji dengan pendekatan model kinetika reaksi kimia orde ke nol, Y = a + k(m)(t) untuk kadar air, dan Y = a + k(c)(t) untuk sisa karbon. Hasil percobaan menunjukkan model kinetika orde ke nol valid untuk menggambarkan pembentukan sisa karbon dan perubahan kadar air hasil proses hydrocracking. Konstanta laju perubahan kadar air dipengaruhi kadar zeolit (z) dan valid dinyatakan dengan persamaan: k(m31) = -69,50 + 12,857(z), pada T: 350  dan Qg(H2) 125 mL/menit. Energi aktivasi (Ea) perubahan kadar air terhitung makin rendah jika kadar zeolit meningkat, sesuai dengan persamaan: Ea = 100,69 – 286,80(z), untuk Qg(H2) 100 mL/menit, sedangkan pada Qg(H2) 125mL/menit berubah sesuai persamaan: Ea = 11,92 – 63,44(z). Konstanta pembentukan sisa karbon (kc) dipengaruhi kadar zeolit (z) dan valid dinyatakan dengan persamaan: k(c22) = -0,002533 + 0,01767(z), pada T:300  dan Qg(H2) 125 mL/menit, sedangkan pada T: 350  dan Qg(H2) 125 mL/menit sesuai dengan persamaan k(c32) = -0,000147 + 0,00660(z). Energi aktivasi (Ea) pembentukan sisa karbon terhitung 0,71 Kal/mol sampai dengan 20,91 Kal/mol.Kata kunci: minyak jarak, zeolit, hydrocracking, sisa karbon, kadar air.
TEKNOLOGI REDUKSI CO2 DARI CEROBONG INDUSTRI DENGAN FOTO BIO-REAKTOR MIKROALGA SEBAGAI SALAH SATU IMPLEMENTASI GREEN INDUSTRY Santoso, Arif Dwi; Darmawan, Rahmania A; ., Kardono
Jurnal Riset Industri Vol 4, No 3 (2010): Green Industry
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Industri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1075.426 KB)

Abstract

Peningkatan konsentrasi gas karbondioksida (CO2) yang merupakan salah satu gas rumah kaca dominan diduga sebagai penyebab dalam permasalahan pemanasan global. Salah satu metode dalam upaya untuk mengurangi emisi gas CO2 adalah penggunaan mikroalga dalam fotobioreaktor. Mikroalga dipilih untuk membantu mereduksi emisi gas CO2 akrena kemampuannya dalam mengabsorbsi CO2 dalam proses fotosintesisnya. Penelitian penyerapan gas CO2 oleh aktivitas fotosintesis mikroalga pada fotobioreaktor (FBR) telah dilakukan BPPT sejak tahun 2008. Pada penelitian sistem batch, secara meyakinkan dihasilkan bahwa CO2 dengan konsentrasi sekitar 12% dapat direduksi hingga 0% dalam kisaran waktu 7 hari oleh Chlorella sp dan 13 hari oleh Chaetoceros sp. Kemudian pada tahun 2009, uji coba secara kontinyujuga menunjukkan kemampuan mikroalga dalam menyerap gas CO2. Pada tahap ini dapat diketahui bahwa kemampuan mikroalga dalam mereduksi gas CO2 adalah sebesar 0,8 – 1 gr CO2/liter media/ hari, 0,871 ± 0,294 gr CO2/liter media/ hari dan 0,833 ± 0,298 gr CO2 dan sebagai penghasil gas O2.Kata kunci: alga, gas karbon dioksida, fotobioreaktor. 
PENGOLAHAN LIMBAH CAIR LABORATORIUM RISET PENYAMAKAN KULIT DI BALAI BESAR KULIT, KARET DAN PLASTIK (BBKKP) Sunaryo, Ign.; Sutyasmi, Sri
Jurnal Riset Industri Vol 4, No 3 (2010): Green Industry
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Industri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1191.066 KB)

Abstract

Tujuan penelitian ini ialah untuk mengolah limbah cair dari laboratorium Riset Penyamakan Kulit (RPK) di Balai Besar Kulit, Karet dan Plastik (BBKKP), Yogyakarta, dengan suatu unit pengolahan air limbah (UPAL). UPAL dirancang berdasarkan karakteristik limbah cair, kapasitas limbah cair, percobaan jar test, luas lahan, baku mutu limbah cair untuk industri penyamakan kulit. Hasil uji karakteristik limbah cair menunjukkan angka yang melebihi ambang batas BOD 1.440 – 2.750 mg/l; COD 2.748,96 – 3.132,80 mg/l; TSS 569 – 2.505 mg/l; N-NH3 17,92 – 25,24 mg/l; Minyak/lemak 100 – 171 mg/l; Cr toal 183,77 – 270,38 mg/l; S (sebagai H2S) 51 – 110,5 mg/l; pH 3,5 – 4; volume 0,50 – 4,00 m3/hari. Nilai tersebut juga lebih tinggi dibanding kwalitas air sungai Mambu, sehingga perlu diolah. Rancangan UPAL meliputi: pengolahan pendahuluan: (penyaringan dan pengendapan awal); pengolahan primer: (bak homogenisasi, perlakuan fisiko-kimia dan pengendapan I); pengolahan sekunder/biologi: (anaerob, aerob, pengendapan II: trickling filter); dan pengolahan lumpur (pemampatan lumpur dan saringan pasir). Lahan yang diperlukan adalah 100 m2. Berdasarkan hasil uji limbah cair terolah selama monitoring dapat diketahui bahwa kwalitas limbah cair terolah dapat memenuh persyaratan baku mutu serta mempunyai efisiensi pengolahan yang cukup tinggi yakni BOD: 97,00% - 98,00%; COD: 97% - 97,30%; TSS: 97,60% - 98%; N-NH3: 99,70% - 100%; lemak/minyak: 97% - 97,60%; Cr total: 100% dan S-H2S: 100%.Kata kunci: laboratorium RPK, limbah cair, karakteristik, UPAL, lingkungan.
REKAYASA ALAT SUIR DAGING RENDANG SAPI Kumar, Robby; Wiranegara, Haruman
Jurnal Riset Industri Vol 4, No 3 (2010): Green Industry
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Industri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (619.551 KB)

Abstract

Telah dibuat sebuah alat suir daging yang merupakan suatu alat yang berfungsi membantu dalam proses pembuatan potongan suir daging dengan bentuk dan ukuran tertentu. Alat ini di rancang berdasarkan permintaan industri kecil di wilayah Payakumbuh-Sumatera Barat dalam meningkatkan produksi makanan Rendang Suir khas Sumatera Barat. Maksud dari penelitian ini adalah merancang suatu alat melalui proses R&D, dengan beberapa prasyarat bentuk, optimasi dan higienis. Prototype alat bersifat mekanis yang digerakkan dengan motor listrik ¼ HP dengan kecepatan putar 35 rpm. Telah dilakukan beberapa kali percobaansehingga menghasilkan suatu alat suir daging sesuai yang di prasyaratkan. Penelitian dan percobaan telah dilakukan dalam skala terbatas dan berdasarkan hasil uji coba peralatan dapat melakukan proses pensuiran dengan kapasitas 25 kg/jam.Kata kunci: rekayasa alat, suir daging, Sumatera Barat. 
PEMBUATAN ELEKTRODA SHIELDED METAL ARC WELDING (SMAW) UNTUK PENGELASAN BAWAH AIR DARI MINERAL RUTILE ., Surasno; Suhardjo, Kuntari Adi
Jurnal Riset Industri Vol 4, No 3 (2010): Green Industry
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Industri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (995.27 KB)

Abstract

Elektroda untuk pengelasan bawah air membutuhkan sifat khusus, yaitu: harus mampu menimbulkan semburan nayala busur, terak yang tumbuh di permukaan deposit logam cair mampu melindungi deposit las dari pengaruh oksida dan kelarutan hidrogen yang rendah. Elektroda tersebut harus memenuhi syarat spesikfikasi underwater welding AWS D3.6M:1999. Adapun percobaan yang telah dilakukan adalah pembuatan elektroda pengelasan bawah air dengan proses awal penentuan jenis kawat, seleksi visual, pelurusan, pemotongan dan pembersihan. Selanjutnya persiapan bahan baku pembungkus yaitu persiapan zat kimia, pengadukan, dicetak bentuk tabung. Adapun variasi formula yang dilakukan adalah sebagai berikut: Formula A yaitu Rutile 75%, Kalsium Karbonat 10%, Serbuk Silika 2,5%, Ferro mangan 15%, binder natrium silikat 4 liter ditambahkan air 300 ml. Formula B yaitu Rutile 57%, ferro mangaan 15%, hematite 25%, ferro 4%, binder potsium silicate 3 liter ditambahkan sodium silikat 1 liter dan Formula C yaitu Rutile 70%, Kaolin 30%, binder potassium silikat 3 liter ditambah sodium silikat 1 liter, kemudian dilakukan pelapisan dengan bees wax. Penggunaan elektroda untuk pengelasan bawah air diuji karakteristiknya yaitu: penyalaan busur, kestabilan busur, uji visual, uji makro dan mikro struktur, serta kekerasan. Kondisi optimal dicapai pada pengelasan mempergunakan elektroda formula C dengan hasil uji penyalaan busur baik 62,9%, kestabilan baik, visual rigi-rigi las cukup, makroskopik baik, mikroskopik tidak terdapat retakan, kekerasan las 267 Hv 0,2 Haz 253 Hv0,2, mudah diproduksi dengan kualitas baik.Kata kunci: elektroda las SMAW, las bawah air, mineral rutile dan AWS 3.6M: 1999. 
PERFORMA TEKNOLOGI DAN MUTU JERNANG PRODUKSI INDONESIA Gafar, Patoni A
Jurnal Riset Industri Vol 4, No 3 (2010): Green Industry
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Industri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1478.681 KB)

Abstract

Di Indonesia jernang diproduksi diberbagai daerah, diantaranya Aceh, Jambi, Kepulauan Riau, Sumatera Barat, Bengkulu dan Kalimantan Tengah; bahkan jernang juga tersebar sampai ke Semenanjung Malaya dam Thailand Selatan. Kandungan senyawa kimia jernang diantaranya adalah 5,7-Dihydroxy-6-methylflavan, 7-hydroxy-5-methoxyflavan dan Dracoflavan A 9Purwanto dkk, 2005). Umumnya jernang diperjual-belikan sebagai komoditi ekspor. Permintaan jernang China yang mencapai 400 ton per tahun sampai kini baru dapat dipenuhi 27 ton. Permasalahan yang dihadapi dalam produksi jernang di Indonesia adalah teknologi yang digunakan sangat bervariasi dan daerah penghasil yang tersebar. Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari performa teknologi dan mutu jernang di Indonesia. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis teknologi ekstraksi (ekstraksi basah dan ekstraksi kering) dan asal daerah pengahsil (Kalimantan Tengah, Jambi dan Aceh). Jernang mengandung resin merah 70-95 persen, tergantung asal daerah dan teknik pengolahannya, sampai saat ini telah teridentifikasi 12 jenis tanaman rotan penghasil jernang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar mesin 77,03-95,61%, air 1,73-8,20%, abu 0,32-40,27%, kotoran 4,39-22,97%, titik leleh 81 - >180  dan warna merah pudar sampai merah tua. Sebagian besar jernang yang diteliti memenuhi persyaratan mutu sesuai SNI 1671:2010 dengan kelas mutu yaitu Mutu Super, Mutu A dan Mutu B.Kata kunci: Jernang, asal daerah, ekstraksi basah, ekstraksi kering, mutu.
PEMULIHAN SULFUR DARI GAS BUANG YANG MENGANDUNG HIDROGEN SULFIDA DARI KEGIATAN PLTP DENGAN PROSES BIO DISULPHURISASI Munir, Misbachul; Haryanto, Krus; IH, Novarina; Mariana, Bekti; S, Indrati
Jurnal Riset Industri Vol 4, No 3 (2010): Green Industry
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Industri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1021.718 KB)

Abstract

Gas hydrogen sulfida (H2S) merupakan gas yang tidak berwarna, berbau seperti telur busuk, bersifat racun yang amat berbahaya dan mematikan karena sifatnya yang beracun dan aspiksian. Sumber penghasil gas H2S antara lain adalah dari kegiatan kilang minyak, gas alam, batubara dan biogas. Salah satu sumber gas H2S yang potensial adalah dar kegiatan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) yang mengeluarkan gas H2S dengan kisaran konsentrasi 4800-6600 ppm. Saat ini gas tersebut dibuang begitu saja tanpa pengolahan terlebih dahulu sehingga berpotensi menimbulkan pencemaran udara. Cemaran gas H2S dalam gas buang kegiatan PLTP dapat dihilangkan (desulfurisasi) dengan cara fisika-kimia dan biologi. Desulfurisasi secara fisika-kimia dapat dilakukan dengan cara ekstraksi menggunakan pelarut dan dekomposisi senyawa sulfur, sedang desulfurisasi secara biologi dilakukan dengan Bio-desulfurisasi. Teknologi bio-desulfurisasi telah banyak diterapkan di industri pengolahan minyak bumi maupun industri gas alam, namun belum diterapkan dalam industri PLTP, untuk itu diperlukan penelitian dengan membuat prototipe reaktor bio-desulfurisasi untuk mengolah gas buang H2S sehingga tidak mencemari lingkungan.  Telah dilakukan penelitian bio-desilfurisasi gas H2S skala laboratorium dengan hasil sebagai berikut: penangkapan gas H2S dengan metode oksidasi fase cair (liquid phase oxidation) menggunakan larutan Na2CO3 konsentrasi 11% diperoleh efisiensi penyerapan sebesar 87,86%; proses bio-desulfurisasi menggunakan Rhodococcus sp sebanyak 10% menghasilkan Kristal sulfur sebanyak 71,28%. Pembuatan prototype bio-desulfurisasi terdiri dari dua buah absorber kapasitas 88 liter, satu buah bioreaktor kapasitas 120 liter dan satu buah dekanter kapasitas 30 liter yang dilengkapi dengan pH meter, kompresor dan penyangga. Uji coba lapangan bio-desulfurisasi di PLTP Dieng dengan hasil efisiensi pembentukan Kristal sulfur sebanyak 52,01%.Kata kunci: gas hydrogen sulfide, pencemaran lingkungan, bio-desulfurisasi, Kristal sulfur.
PRODUKSI BIOGAS SEBAGAI HASIL PENGOLAHAN LIMBAH LUMPUR INDUSTRI KERTAS DENGAN PROSES DIGESTASI ANAEROBIK DUA TAHAP Soetopo, Rina S; Purwanti, Sri; Idiyanti, Tami; Wardhana, Krisna A; Nuraini, Mukharomah
Jurnal Riset Industri Vol 4, No 3 (2010): Green Industry
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Industri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1013.254 KB)

Abstract

Lumpur biologi yang berasal dari Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) industri kertas bersifat voluminous dengan komponen utama biomasa sel mikroba yang terdiri dari protein 19,7% dan organic lainnya. Percobaan dilakukan dengan sistem batch, diawali dengan penentuan dosis optimum proses hidrolisis-asidogenesis pada suhu termofilik (50-60 ), kemudian dilanjutkan dengan penetuan kondisi optimum proses metanogenesis pada suhu mesofilik (24-26 ). Parameter pengamatan proses hidrolisis-asidogenesis adalah konsentrasi VFA, sedangkan pada metanogenesis meliputi volume biogas, konsentrasi gas metana dan COD efluen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi optimum proses hidrolisis-asidogenesis suhu termofilik adalah beban organic 3,76 g VS lumpur/L.hari dengan waktu retensi 4 hari. Sedangkan kondisi optimum proses metanasi suhu mesofilik adalah beban organic 0,81 g COD/L.hari, waktu retensi 20-30 hari menghasilkan biogas sekitar 130 ml/g VS lumpur atau 0,16 L/g CODred dengan kadar gas metan (CH4) 69-79% dan mampu mereduksi COD sampai 78-82%. Berdasarkan data-data kondisi optimum tersebut telah dihitung rancangan digester anaerobic dua tahap proses kontinyu.Kata kunci: lumpur biologi, anaerobic dua tahap, termofilik, VFA, biogas, CH4
PERBAIKAN PROSES PRODUKSI GARAM KONSUMSI BERYODIUM DARI SUMUR AIR GARAM UNTUK MASYARAKAT PERBATASAN UTARA KALIMANTAN TIMUR ., Fauziati; Adiningsih, Yuni; ., Sulharman
Jurnal Riset Industri Vol 4, No 3 (2010): Green Industry
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Industri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (6370.892 KB)

Abstract

Desa Long  Bawan  Kecamatan   Krayan  kabupaten  Nunukan berbatasan langsung  dengan  Negara  tetangga Malaysia,  telah memproduksi garam konsumsi  yang  berasal  dari sumur  garam  yang mengandung  yodium secara  alami.  Proses  produksi  dilakukan dengan memasak  air garam dalam  drum yang dipotong  menjadi  2 bagian sebanyak 3 buah dan dimasak  selama  24 jam.  Drum  yang digunakan  bersifat  korosif  dan berkarat, sehingga dalam penelitian ini dilakukan perbaikan proses dengan cara  pembuatan   sarana  produksi   dari bahan  yang tara pangan.  Dengan  menggunakan   sarana  yang baru dimana  alat terbuat dari bahan  stainless steel dan dilengkapi  pengaduk  manual,  diperoleh peningkatan   kapasitas  produksi  dari 15 kg/hari  menjadi  25 kg/hari dengan  pengurangan   waktu  proses  sampai  50%.  Hasil uji produk garam  curai  menunjukkan   semua parameter  uji sesuai  SNI 01-3556-2000.  Dari evaluasi  tekno ekonomi,  alat mempunyai  BEP sebesar  37,63% dengan  waktu  kembali  modal  2 tahun  10 bulan. Kata Kunci: Daerah perbatasan,  sumur garam, sarana produksi, produk garam  konsumsi 
REDESIGN KONTRUKSI REAKTOR BIOGAS MENGGUNAKAN REVERSE ENGINEERING Jakfar, Mahdi; Suheryanto, Dwi
Jurnal Riset Industri Vol 4, No 3 (2010): Green Industry
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Industri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2117.501 KB)

Abstract

Makin tingginya kebutuhan bahan bakar, terutama gas dan minyak untuk kebutuhan  rumah tangga mengakibatkan harga semakin mahal, dan juga semakin langka di pasaran. Usaha untuk mengatasi hal-hal yang demikian,  mendorong  pemikiran akan perlunya pencarian sumber-sumber  energi alternatif  agar kebutuhan bahan bakar dapat dipenuhi tanpa merusak Iingkungan. Salah satu energi alternatif adalah biogas dari kotoran ternak. Penelitian ini bertujuan menganalisa dan mengoptimalkan kontruksi reaktor biogas yang telah  ada, dengan  cara mendisain  ulang (redesign)  pada bagian-bagian  kontruksi  yang dapat dioptimalkan untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan pada kontruksi reaktor biogas yang telah ada dengan menggunakan metode reverse engineering (menduplikat dan mengembangkan yang sudah ada). Redesign akan disimulasikan menggunakan software komputer untuk mengetahui hasil output. Hasil dari simulasi menunjukkan bahwa redesign kontruksi reaktor biogas dapat menambahkan output yaitu gas lebih banyak dari pada kontruksi reaktor biogas yang telah ada sebesar 4 kg atau menghasilkan tekanan sebesar 0, 127psi pada pagi hari, sementara pada sore hari 2 kg atau menghasilkan tekanan sebesar 0,090 psi dari bak penampung yang telah dijadikan digester. Kata Kunci: kontruksi reaktor biogas, redesign, reverse engineering.

Page 1 of 2 | Total Record : 20


Filter by Year

2010 2010


Filter By Issues
All Issue Vol 10, No 3 (2016): MENINGKATKAN NILAI TAMBAH MELALUI PEMANFAATAN LIMBAH INDUSTRI Vol 10, No 2 (2016): PENINGKATAN DAYA SAING MELALUI PENGEMBANGAN KUALITAS PRODUK Vol 10, No 1 (2016): Peran Teknologi dan Inovasi dalam Meningkatkan Efisiensi dan Efektifitas Produ Vol 9, No 1 (2015): Optimalisasi Nilai Tambah Bahan/Material dan Limbah Industri Dalam Negeri Vol 8, No 3 (2014): Pemanfaatan Bahan Baku/Penolong Raw Material Dalam Negeri Vol 8, No 2 (2014): Teknologi Pengendalian Pencemaran Lingkungan untuk Industri Hijau Vol 8, No 1 (2014): Teknologi Proses Berbasis Efisiensi Energi Vol 7, No 3 (2013): Pengembangan Subtitusi Impor Mendukung Kemandirian Bangsa Vol 7, No 2 (2013): Pengembangan Energi Baru dan Terbarukan Mendukung Ketahanan Energi Nasional Vol 7, No 1 (2013): Peningkatan Nilai Tambah Komoditi Argo Vol 6, No 3 (2012): Pengembangan Industri Berbasis Hasil Tambang Vol 6, No 2 (2012): Minimalisasi dan Pemanfaatan Limbah Vol 6, No 1 (2012): Hilirisasi Industri Berbasis Sumber Daya Alam Lokal Vol 5, No 3 (2011): Peningkatan Nilai Tambah dan Produktivitas Industri Vol 5, No 2 (2011): Penelitian Untuk Meningkatkan Daya Saing Industri Vol 5, No 1 (2011): Industri Kecil Menengah Vol 4, No 3 (2010): Green Industry Vol 4, No 2 (2010): Konservasi Energi Vol 4, No 1 (2010): Standardisasi dan Regulasi Teknik Vol 3, No 3 (2009): Peningkatan Nilai Tambah melalui Inovasi Kemasan Vol 3, No 2 (2009): Vol 3, No 1 (2009): Vol 2, No 3 (2008): Vol 2, No 2 (2008): Vol 2, No 1 (2008): Jurnal Riset Industri Vol 1, No 3 (2007): Vol 1, No 2 (2007): Jurnal Riset Industri Vol 1, No 1 (2007): Jurnal Riset Industri More Issue