cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota surabaya,
Jawa timur
INDONESIA
JURNAL SOSIAL HUMANIORA (JSH)
ISSN : 19795521     EISSN : 24433527     DOI : -
Core Subject :
Arjuna Subject : -
Articles 7 Documents
Search results for , issue "Vol 6, No 2 (2013)" : 7 Documents clear
CONFLICT BETWEEN INDIVIDUALS AND GROUPS IN A CHANGING ORGANIZATION – A CONCEPTUAL REVIEW Fuad Cholisi
JURNAL SOSIAL HUMANIORA (JSH) Vol 6, No 2 (2013)
Publisher : Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (532.251 KB) | DOI: 10.12962/j24433527.v6i2.605

Abstract

The traditional view sees conflict as something negative and destructive, and therefore should be avoided. Contradictorily, the human relations view holds that conflict is a natural and inevitable part of organizational process and operation, which is not necessarily a negative thing.  If conflict is handled in a constructive manner, it can lead to positive outcomes. This essay aims to explore how an organizational change can result in conflict between individuals or groups, the nature of the arising conflict, and some proposed formulations for conflict resolution.  Organizations apparently need to keep changing because they have to continue to adapt to the continually changing situation and environment. Whilst research works generally reveals that conflict resulting from an organizational change is unavoidable due to different individual interpretations of facts and differences in expectations, the source of organizational changes may include power and politics, organizational structures, cultural differences, and environmental change. No matter which view of conflict one holds, it is widely agreed that conflict needs to be resolved in order to improve the performance of the organization involved, and among the proposed strategies of managing conflicts are the nine formulations proposed by Mullins and the Thomas’s Model of Conflict-Handling Styles.
MANAJEMEN KEUANGAN DAN PACKING UNTUK USAHA KECIL MENENGAH (UKM) DI KECAMATAN TANDES SURABAYA Muchammad Nurif; Windiani Windiani; Sukriyah Kustansi; Syukrianti Muchtar
JURNAL SOSIAL HUMANIORA (JSH) Vol 6, No 2 (2013)
Publisher : Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (262.576 KB) | DOI: 10.12962/j24433527.v6i2.601

Abstract

UKM merupakan salah satu motor penggerak perekonomian rakyat, terutama rakyat menengah ke bawah. Meskipun secara agregat kontribusi terhadap pendapatan daerah adalah kecil dibandingkan dengan pengusaha besar, namun UKM banyak menolong masyarakat banyak pada waktu perekonomian Indonesia terpuruk.Masalah utama dari sulit berkembangnya UKM adalah karena daya kreatif dan inovatif yang relatif rendah. Hal ini terutama didukung dengan latar belakang pendidikan mereka yang rendah, selain itu para pengusaha ini tidak mudah mendapatkan modal untuk mengembangkan usahanya karena kelemahan dalam bidang administrasi dan pembukuan keuangan mereka. Kelemahan lain adalah pada konsep produk, terutama kemasan (packing), yang sering kali melupakan faktor kebersihan dan kesehatan.Untuk itu, pelatihan ini diadakan untuk memberi ketrampilan bagi para UKM di Kecamatan Tandes khususnya agar mereka terbiasa dan mahir dalam mengelolah keuangan secara modern. Setidaknya mereka tidak kesulitan jika mengajukan pinjaman ke bank untuk mengembangkan usahanya. Pelatihan ini juga untuk membekali pengetahuan para UKM tentang teknik dan model kemasan yang menarik dan sesuai dengan produk-produk mereka.
PEMASANGAN REKLAME DI KORIDOR JL. KERTAJAYA DITINJAU DARI ASPEK HUKUM Suprapti Suprapti; Niken Prasetyawati; Usman Arief; Heru Purwadio
JURNAL SOSIAL HUMANIORA (JSH) Vol 6, No 2 (2013)
Publisher : Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (478.704 KB) | DOI: 10.12962/j24433527.v6i2.606

Abstract

Setelah terbit Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 10 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 8 Tahun 2006 Tentang Penyelenggaraan Reklame dan Pajak Reklame, serta Peraturan Walikota Surabaya Nomor 79 Tahun 2012 tentang Tata Cara Penyelenggaraan Reklame, pemasangan reklame di koridor utama Kota Surabaya tampak lebih teratur. Namun demikian masih dijumpai penempatan reklame yang tidak sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku. Salah satunya adalah pemasangan reklame di sepanjang koridor Jl. Kertajaya mulai perempatan Jl. Menur sampai viaduct Gubeng Terowongan. Masalah yang diidentifikasikan adalah, penempatan reklame yang melebihi batas persil; melebihi ketinggian bangunan reklame tersebut berada; reklame yang  proporsinya lebih besar dibandingkan bidang reklame tersebut berada; jarak antara penempatan reklame yang satu dan reklame lainnya sangat berdekatan; dan reklame pada kaki viaduct kereta api.Studi ini bertujuan untuk menemukenali penyimpangan penempatan reklame, yang dilakukan melalui evaluasi  kondisi faktual pemasangan reklame di sepanjang koridor Jl. Kertajaya terhadap aspek hukum; dalam hal ini terhadap Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 10 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Reklame; Peraturan Walikota Surabaya Nomor 79 Tahun 2012 tentang Tata Cara Penyelenggaraan Reklame; dan Peraturan Pemerintah No. 56 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Perkeretaapian. Studi ini masuk dalam kategori doctrinal research melalui pendekatan kasus (Marzuki; 2005) dengan cara mengevaluasi kondisi lapangan terhadap ketentuan undang-undang, peraturan pemerintah dan peraturan lain yang berlaku.Berdasarkan hasil studi ditunjukkan bahwa (1) terdapat tujuh reklame billboard di atas tiang yang melebihi Garis Sempadan Pagar atau batas persil; (2) terdapat satu reklame videotron yang berada di dalam Rumija Kereta Api; (3) terdapat dua reklame pada bangunan yang melebihi Garis Sempadan Bangunan; dan (5) terdapat delapan reklame billboard yang dipasang melebihi tinggi bangunan; terdapat satu reklame tanpa materi; terdapat empat spot yang jarak penempatan reklamenya berdekatan; dan satu reklame pada pos polisi lalu lintas yang melebihi luas bidang reklame.
THE DUAL PURPOSE OF TEACHING LITERATURE: TO PROVIDE STIMULATING COURSE CONTENT AND TO DEVELOP STUDENTS’ COMMUNICATIVE ABILITIES Budiati Budiati
JURNAL SOSIAL HUMANIORA (JSH) Vol 6, No 2 (2013)
Publisher : Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (424.173 KB) | DOI: 10.12962/j24433527.v6i2.600

Abstract

It is the individual reader’s freedom to interpret a text according to his own outlook on the world that makes the study of literature such an exciting and liberating experience. This paper will look at some of the issues and ways in which literature can be exploited in the classroom and focus on the use of short stories as alternative materials that can encourage learners in a variety of classroom activities: from vocabulary enrichment to communicative abilities. Categories that encourage learners to develop the powers to interpret the texts are plot and suspense; characters and relationships; major themes; methods writer uses to communicate his attitudes; and reader’s response. Short stories can also lend themselves to intercultural values comparisons. Finally, it is expected that this paper can offer insights to other language teachers who are in similar settings.
PERAN PEMANGKU KEPENTINGAN DALAM REVITALISASI SUNGAI TAWING UNTUK MENGATASI BENCANA BANJIR DI KABUPATEN TRENGGALEK Windiani Windiani
JURNAL SOSIAL HUMANIORA (JSH) Vol 6, No 2 (2013)
Publisher : Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (564.649 KB) | DOI: 10.12962/j24433527.v6i2.602

Abstract

Revitalisasi Sungai Tawing merupakan langkah yang mendesak untuk dilakukan dalam rangka mengatasi bencana banjir dan menunjang kebutuhan sarana  irigasi pertanian. Hingga saat ini, sektor pertanian masih menjadi salah satu andalan mata pencaharian bagi petani di wilayah Trenggalek.  Berdasarkan hasil observasi di lapangan, keberadaan Sungai Tawing sebagai sumber daya air telah mengalami degradasi lingkungan yang mengkawatirkan bagi keberlanjutan sektor pertanian. Selain telah mengalami pendangkalan, beberapa titik lokasi telah beralih fungsi sebagai tempat pembuangan sampah dan digunakan sebagai sarana untuk membuang limbah kotoran ternak milik penduduk setempat. Debit air juga mengalami penurunan drastis pada saat musim kemarau, dan mengalami peluapan saat musim hujan sehingga menimbulkan banjir bandang yang parah di sekitar kawasan sungai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa belum optimalnya peran pemangku kepentingan baik dari pemimpin lokal, tokoh  dan masyarakat yang berada di sekitar sungai Tawing  menjadi salah satu kendala dalam pengelolaan lingkungan dan mengatasi banjir di wilayah studi.
A COMPARATIVE ANALYSIS ON: THE SIMILARITIES AND DIFFERENCES OF THE THE PHILOSOPHICAL PERSPECTIVE AND METHODOLOGY ADOPTED IN TWO DIFFERENT QUALITATIVE RESEARCHES Adi Suryani
JURNAL SOSIAL HUMANIORA (JSH) Vol 6, No 2 (2013)
Publisher : Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (479.803 KB) | DOI: 10.12962/j24433527.v6i2.603

Abstract

Qualitative research has substantial philosophical dimension difference from quantitative research. Instead of adopting positivism, qualitative research focuses on more interpretivism and Relativism philosophical perspectives. From these two analyzed researches (Local responses to decentralization policy in Indonesia and Two sides of the same coin: Modernity and tradition in Islamic Education in Indonesia), we learn that both of them put their research stance on interpretivism and constructionism, eventhough they use different methodology. This different methodology emerges because of different focus, goals (objectives), and questions of the research. The Two sides of the same coin uses ethnographic method, while The Local responses adopts interview and official document analysis. Because The Two sides of the same coin adopts ethnographic methodology, it takes one Pesantren as its research site and research it as one whole system. Meanwhile, The Local responses takes six secondary school students to be interviewed. Thus, qualitative researches can be vary depending on research goals (objectives), focus, and problems (questions.       
KESADARAN PEMAKAI BAHASA INDONESIA DI ERA TEKNOLOGI Marsudi Marsudi; Siti Zahrok; Usman Arief
JURNAL SOSIAL HUMANIORA (JSH) Vol 6, No 2 (2013)
Publisher : Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (355.208 KB) | DOI: 10.12962/j24433527.v6i2.604

Abstract

             Era teknologi informasi dan komunikasi banyak tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia, antara lain kesadaran pemakai bahasa Indonesia. Kurangnya kesadaran menghargai bahasa bangsa sendiri menjadi masalah besar bahasa Indonesia. Jika bangsa Indonesia tidak memiliki kesadaran berbahasa yang baik dan benar, bahaya besar bagi kehidupan berbangsa dan bernegara dan akan  mengakibatkan bangsa ini akan terjadi disintegrasi dan terombang-ambing oleh bahasa dan budaya bangsa asing, sedangkan bangsa lain telah mempersiapkan diri dengan baik. Perlu diketahui, pemakaian bahasa Indonesia sekarang yang kurang menataati kaidah bahasa Indonesia merupakan indikator bahwa bangsa Indonesia telah mengalami penurunan kesadaran berbahasa Indonesia. Hal ini bisa dilihat di berbagai kesempatan berbahasa, misal acara perdebatan di tevisi yang kurang memperhatikan pemakaian bahasa yang baik dan benar. Oleh sebab itu, kesadaran berbahasa Indonesia harus menjadi perhatian serius oleh pemakai sekaligus pemilik bahasa dan pihak legeslatif, yudikatif, ekskutif, dan terutama aparat pemerintah untuk memberi pemahaman dan teladan. Pemerintah harus tegas untuk menegakkan Undang-Undang Bahasa Indonesia dan bertanggung jawab mengemban amanat untuk memberikan kesadaran berbahasa Indonesia bagi rakyat. Kesadaran ini  bermakna bahwa individu yang hidup dan terikat dalam kaidah serta naungan di bawah Negara Kesatuan Republik Indonesia harus memiliki sikap dan perilaku positif yang tumbuh dari kemauan diri yang dilandasasi keikhlasan berbuat demi kebaikan bahasa, bangsa dan negara.

Page 1 of 1 | Total Record : 7