cover
Contact Name
Teguh Triyono
Contact Email
teknik@unwiku.ac.id
Phone
+6281804888643
Journal Mail Official
teknik@unwiku.ac.id
Editorial Address
Jl. Raya Beji KarangsalamPurwokerto 53152, Banyumas, Jawa Tengah
Location
Kab. banyumas,
Jawa tengah
INDONESIA
Teodolita: Media Komunikasi Ilmiah di Bidang teknik
ISSN : 14111586     EISSN : 27226204     DOI : -
Teodolita adalah jurnal imiah Fakultas Teknik Universitas Wijayakusuma Purwokerto yang merupakan wadah informasi berupa hasil penelitian, studi literatur maupun karya ilmiah terkait. Jurnal Teodolita terbit 2 kali setahun pada bulan Juni dan Desember. Memuat materi yang membahas tentang ilmu-ilmu teknik seperti sipil, arsitektur, elektro dan informatika. Pembahasan yang diberikan diharapkan dapat menambah wawasan bagi siapa saja yang membacanya. Kontribusi makalah dari berbagai pihak baik di dalam lingkungan kampus maupun di luar lingkungan kampus sangat redaksi harapkan agar dapat memberikan pengetahuan tentang perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang ada
Articles 256 Documents
ANALISIS PERUBAHAN TEKANAN AIR PORI PADA TANAH LUNAK DI BAWAH PILED - GEOGRID SUPPORTED EMBANKMENT Adhe Noor Patria
Teodolita ( Media Komunikasi Ilmiah di Bidang Teknik ) Vol 9, No 2 (2008)
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Wijayakusuma Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (128.471 KB) | DOI: 10.53810/jt.v9i2.39

Abstract

Intisari             Tanah lunak banyak dijumpai di berbagai wilayah di Indonesia. Beberapa kendala sering dijumpai saat konstruksi sedang dibangun di atas tanah ini seperti sukarnya pemadatan tanah dan konsolidasi tanah dalam waktu yang cukup lama. Konsolidasi berkaitan dengan nilai tekanan air pori tanah dan tekanan air pori berlebih di dalam tanah yang timbul saat beban luar bekerja. Perubahan tekanan air pori yang terjadi di dalam tanah diteliti lebih lanjut oleh peneliti agar dapat diketahui lebih lanjut pengaruhnya terhadap konsolidasi.            Analisis yang dilakukan berupa simulasi numeris terhadap trial embankment yang telah dibangun di salah satu sisi ruas jalan Kendal Kaliwungu, Semarang. Pengukuran tekanan air pori riil di lapangan dilakukan pada tanah dasar di bawah trial embankment tanpa perkuatan (normal embankment). Setelah dilakukan validasi kemudian dilakukan simulasi numeris untuk mengukur tekanan air pori pada tanah dasar setelah embankment diberi perkuatan berupa floating pile dan geogrid pada dasar embankment. Simulasi dilakukan menggunakan perangkat lunak Plaxis versi 7.2.            Hasil penelitian menujukan bahwa pada reinforced embankment dengan model rigid embankment, nilai excess pore water pressure terbesar di bawah embankment berada pada area C (kedalaman 13 m) yaitu sebesar -17,895 kPa sedangkan pada area lain cukup kecil yaitu sebesar -0,1512 kPa pada area A (kedalaman 0,5 m) dan sebesar 8,1457 kPa pada area B (kedalaman  9m). Pada model interface embankment, nilai excess pore water pressure terbesar di bawah embankment berada pada area C (kedalaman 13 m) sebesar -15,079 kPa sedangkan pada area lain cukup kecil yaitu sebesar 0,7438 kPa pada area A (kedalaman 0,5 m) dan sebesar 1,085 kPa pada area B (kedalaman 9 m).Kata Kunci :  embankment, konsolidasi, excess pore water pressure
Persepsi Remaja Terhadap Atribut Sosialibilitas Pada Setting Alun-alun Purwokerto Yohanes Wahyu Dwi Yudono
Teodolita ( Media Komunikasi Ilmiah di Bidang Teknik ) Vol 18, No 2 (2017): Teodolita
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Wijayakusuma Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (357.411 KB) | DOI: 10.53810/jt.v18i2.290

Abstract

The user's perception of a physical environment is not passive in receiving external stimuli. The stimulus may be a property present in the setting of an environment. The existence of the property in the environment setting is sent from the eye to the brain to be understood and understood by the user based on his experience.    The operational theory of the research is built on the philosophy of rationalism by giving meaning based on sensual, logical, and ethical implications by relating the reality of the object of the research (Noeng Muhadjir, H. Prof. DR (2000). Weismann (1981) about the attributes as independent variables, as well as the theory of Paull A. Bell, et.al (1978) in Sarwono (1995) on the perceptions and theories of Atkinson Rita, L, et al (1983) about internal factors as dependent variables. Using descriptive statistical calculations.    Thus can be formulated about the alleged cause of the emergence of multiple meanings on the phenomenon of the setting of the square of Purwokerto, that is the difference in perception as a result of the function of function in the conception of public space. The difference of perception in question, concerning the internal factors of individuals (users of the square, in this case adolescents) in the form of motivation, hope, and interest of adolescents to the setting of the square.    In this study apply operational theory that was built by basing on Weismann's theory (1981) about the attributes as independent variables, as well as Paull theory. A. Bell, et al (1978) about the perceptions and theories of Atkinson Rita. L, et al (1983) about internal factors as dependent variables. While the method of analysis used in this study is with the calculation of descriptive statistics.    The result of this research is to see the correlation between the perception of adolescent to the attribute of sociability of space gathered on the setting of Purwokerto square. The results of the study showed: adolescent perception toward socialization attributes based on consideration when social interaction can be done by sitting adjacent (between 0 s / d 0,5M) 40,81% and sitting far apart (between 0,5 s / d 1,3M ) 0%.Keywords: Perception, Attributes, Socialization.
INKULTURASI SOSIO-KULTURAL SEBAGAI PONDASI GEREJA POHSARANG DI KEDIRI Yoh. Wahyu Dwi Yudono
Teodolita ( Media Komunikasi Ilmiah di Bidang Teknik ) Vol 11, No 2 (2010)
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Wijayakusuma Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (117.667 KB) | DOI: 10.53810/jt.v11i2.63

Abstract

AbstraksiGereja Pohsarang menurut istilah sekarang merupakan hasil inkulturasi, yaitu proses terminologi dari adaptasi, akomodasi, inkarnasi maupun kontekstualisasi. Istilah adaptasi dan akomodasi, pada masa lampau digunakan untuk mengungkap pertemuan warga kristen dengan pelbagai kebudayaan suku-suku bangsa. Istilah inkarnasi lebih menunjuk pada misteri penjelmaan Tuhan menjadi manusia (Daeng Hans. J, 1989). Sedang istilah kontekstual, sering digunakan orang Protestan guna merangkum semua hal yang terkandung dalam istilah indigenisasi dengan tidak terjerat pada masa lampau dengan sikap dinamis, menerima perubahan, dan berorientasi ke masa depan dengan menghayati situasi lokal.Menurut Muda Hubertus (1992: 34), inkulturasi adalah istilah yang mengungkapkan keharusan untuk mengkontekstualisasikan warta dan hidup kristiani dalam pelbagai kebudayaan manusia, dan dalam seminar di Yogyakarta dijelaskan bahwa:Inkulturasi adalah proses yang didalamnya komunitas gerejani menghayati iman dan pengalamannya dalam konteks budaya sedemikian rupa sehingga hal-hal itu tidak hanya terungkap dalam unsur budaya lokal tetapi menjadi kekuatan pencipta pola-pola persatuan komunitas baru serta menjadi kekuatan yang menyemangati, membentuk dan dengan jelas memperbaharui kebudayaan itu seokah-olah menjadi suatu ciptaan baru.Dalam proses inkulturasi, tidak dapat dilepaskan dari keterlibatan “arsitek” yang ada dibelakangnya. Yang pertama dapat dikatakan sebagai arsiteknya adalah para misionaris atau pewarta perdana. Mereka mewartakan Injil ke dalam situasi sosio-kultural dimana mereka diutus. Kedua, yaitu gereja lokal yang merupakan kumpulan umat yang lahir dari pewartaan Injil. Gereja harus menampilkan wajah dan bentuknya sendiri untuk mengakarkan Injil dalam kebudayaannya sendiri.Seperti yang diungkap oleh Sugijopranoto. A (1997: 331), “seorang arsitek suatu gereja harus mengenal budaya dan simbol-simbol yang dipakai untuk mengekspresikan rasa masyarakat sekitar”. Dengan demikian perlu untuk mengetahui siapa, bagaimana, dan dengan cara apa para “arsitek” terlibat dalam proses inkulturasi tersebut.
ANALISIS PENGISIAN BATERAI MENGGUNAKAN SEL SURYA 20 WP Muhamad Hadi Mainaki; Ain Sahara; Riza Hadi Saputra, A.M; Miftahul Huda
Teodolita: Media Komunkasi Ilmiah di Bidang Teknik Vol 21, No 1 (2020): Teodolita : Media Komunikasi Ilmiah Di Bidang Teknik
Publisher : Fakultas Teknik, Universitas Wijayakusuma Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1155.216 KB) | DOI: 10.53810/jt.v21i1.337

Abstract

Today  many  experts  have  discovered  a  variety  of  electric  power  generation  devices,  which  work  by converting  energy  into  electrical  energy.  In  this  case,  the  geographical  situation  in  Indonesia  is  very supportive  to  be  able  to  develop  one  alternative  electricity  using  sunlight.  The  alternative  energy application uses the main component, namely "Solar Panel (Solar Cells)". Based on the above thought, an  "Battery  Charging  Analysis  Using  20  Wp  Solar  Cells"  will  be  carried  out,  to  find  out  how  much energy is generated by 20 Wp solar cells, and the estimated charging time of the 7.2 Ah battery in the process  of  charging  solar  energy  using  a  20  Wp  solar  cell.  The  design  of  a  battery  charging  analyzer using  a  20  Wp  solar  cell  begins  with  the  installation  of  solar  cells  connected  to  the  Solar  Charge Controller  (SCC)  where  the  Solar  Charge  Controller  will  be  connected  to  the  load  and  the  battery, followed by connecting the current sensor and the voltage sensor between the output and the battery input and the Solar Charge Controller, then the output of the current sensor, the voltage sensor, and the dht22 sensor will be connected to the Arduino input to be processed so that the final result of the sensor reading will  be  displayed  on  a  laptop.  The  average  energy  yield  in  a  solar  cell  20  Wp  when  charging  7.2  Ah batteries with 5 trials is 10.75 watts, and the process of charging 7.2 Ah Batteries with power obtained using a 20 Wp solar cell takes an average charge of charging the battery until the battery is in full. Key words :  Solar Cell, Batter, Charging ABSTRAKSaat ini telah banyak para ahli menemukan berbagai alat pembangkit  tenaga listrik, yang bekerja dengan mengubah  suatu  energi  menjadi  energi  listrik.  Dalam  hal  ini  keadaan  geografis  di  Indonesia  sangat mendukung untuk dapat dikembangkan salah satu energi listrik alternatif menggunakan sinar  matahari.  Aplikasi  energi  alternatif  tersebut  menggunakan  komponen  utama  yaitu  "Panel  Surya  (Sel  Surya)”. Berdasarkan pemikiran diatas maka akan di lakukan “Analisa Pengisian Baterai Menggunakan Sel Surya 20 Wp”, dengan tujuan untuk mengetahui berapa besar energi yang dibangkitkan oleh sel surya 20 Wp, dan  perkiraan  waktu  pengisian  baterai  7.2  Ah  dalam  proses  pengisian  energi  surya  menggunakan  sel surya  20  Wp.  Perancangan  alat  analisa  pengisian  baterai  menggunakan  sel  surya  20  Wp  ini  di  awali dengan  pemasangan  sel  surya  yang  terhubung  ke  Solar  Charge  Controller  (SCC)  dimana  Solar  Charge Controller ini akan terhubung ke beban dan baterai. Dilanjutkan dengan  menghubungkan sensor arus dan sensor tegangan antara ouput  dan input baterai dan  Solar  Charge Controller. Kemudian, Output  sensor arus,  sensor  tegangan  dan  sensor  dht22  akan  dihubungkan  dengan  input  arduino  untuk  diolah  sehingga hasil akhir dari pembacaan sensor akan di tampilkan pada Laptop. Hasil rata-rata energi yang di proleh sel surya 20 Wp saat melakukan pengisian pada baterai 7.2 Ah dengan 5 kali percobaan ialah sebesar 10.75 watt,  dan  proses  pengisian  Baterai  7.2  Ah  dengan  daya  yang  didapat  menggunakan  sel  surya  20  Wp memakan  waktu  rat-rata  pengisian  baterai  sampai  baterai  dalam  kondisi  penuh  ialah  306  menit  atau  ±5 jam. Kata Kunci :  Sel Surya, Baterai, Pengisian 
PERPADUAN ARSITEKTUR JAWA DAN SUNDA PADA PERMUKIMAN BONOKELING DI BANYUMAS, JAWA TENGAH Wita Widyandini Atik Suprati R. Siti Rukayah
Teodolita ( Media Komunikasi Ilmiah di Bidang Teknik ) Vol 14, No 1 (2013)
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Wijayakusuma Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (6715.929 KB) | DOI: 10.53810/jt.v14i1.95

Abstract

PERPADUAN ARSITEKTUR JAWA DAN SUNDAPADA PERMUKIMAN BONOKELINGDI BANYUMAS, JAWA TENGAH Wita Widyandini, Atik Suprapti, R. Siti Rukayah ABSTRACT Permukiman Bonokeling terletak di Desa Pekuncen, Kecamatan Jatilawang, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.  Kabupaten Banyumas  di masa lampau dikuasai oleh Kerajaan Mataram (Jawa). Sehingga arsitektur yang berkembang di Banyumas pun kental dengan nuansa Jawa. Akan tetapi jika melihat pada Peta Pembagian Daerah Kebudayaan Pulau Jawa karya Koentjaraningrat, terlihat bahwa daerah kebudayaan Banyumasan berbatasan langsung dengan daerah kebudayaan Sunda. Didukung dengan cerita sejarahnya bahwa leluhur sekaligus pendiri permukiman yaitu Bonokeling berasal dari Kadipaten Pasirluhur yang masih keturunan Kerajaan Padjajaran, Jawa Barat, maka ada kemungkinan permukiman Bonokeling pun terpengaruh oleh pola permukiman Sunda (Jawa Barat). Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemungkinan permukiman Bonokeling di Banyumas, Jawa Tengah memiliki perpaduan antara arsitektur Jawa dengan Sunda. Keywords: Jawa, Sunda, Permukiman, Bonokeling
IMPLEMENTASI MIKROKONTROLER UNTUK MENGENDALIKAN MESIN PEMOTONG KENTANG PRIYONO YULIANTO
Teodolita ( Media Komunikasi Ilmiah di Bidang Teknik ) Vol 14, No 2 (2013)
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Wijayakusuma Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (6395.742 KB) | DOI: 10.53810/jt.v14i2.152

Abstract

Mikrokontroler adalah suatu untai terintegrasi ( IC ) atau chip yang bekerja denganprogram, dirancang secara khusus untuk aplikasi sistem kendali. Salah satu aplikasinyaadalah untuk mengendalikan proses pemotongan atau pengirisan bahan bahan baku kentangdan lain sebagainya untuk dibuat ceriping. Pengendalian system ini dapat dilakukan scaramanual maupun otomatis dan dapat dikendalikan dari jarak jauh menggunakan remotekontrol.Komponen – komponen pengendali yang digunakan adalah : Mikrokontroler AT89C51, sensor optocopler, remote kontrol, rangkaian counter dan penapil, rangkaian resetserta motor dc untuk menggerakan pisau pemotong dan konveyor.Peralatan ini dirancang dapat disetting untuk mengiris bahan baku kentang sebanyak10, 50, 100 dan 150 potongan.
GRAND DESIGN BALAI BENIH IKAN KABUPATEN BANYUMAS Chrisna Pudyawardhana
Teodolita ( Media Komunikasi Ilmiah di Bidang Teknik ) Vol 9, No 1 (2008)
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Wijayakusuma Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (126.487 KB) | DOI: 10.53810/jt.v9i1.29

Abstract

Abstraksi Potensi perikanan darat di Banyumas sangat besar, sebab secara geografis, kultur masyarakatnya sangat mendukung. Permasalahannya, potensi yang besar itu kurang bisa dikelola secara maksimal karena keterbatasan dana. Kepedulian dan perhatian Pemerintah Kabupaten Banyumas untuk mengembangkan potensi perikanan darat terus meningkat Saat ini, Kabupaten Banyumas memiliki 4 (empat) lokasi BBI. Hanya saja keberadaannya kurang dapat dimanfaatkan secara maksimal.Penyusunan Grand Design BBI ini dimaksudkan untuk mendapatkan out put perencanaan yang optimal sehingga mampu memberikan pelayanan kepada masyarakat, utamanya layanan jasa pembenihan ikan.   Kata Kunci: Grand Design, BBI, Banyumas
Peningkatan Kelas Bandar Udara Tunggul Wulung Cilacap Ditinjau dari Kebutuhan Landas Pacu Dwi Sri Wiyanti
Teodolita ( Media Komunikasi Ilmiah di Bidang Teknik ) Vol 17, No 2 (2016)
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Wijayakusuma Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (441.179 KB) | DOI: 10.53810/jt.v17i2.274

Abstract

ABSTRACTThe increasing number of passengers and aircraft movements annually in Cilacap Wulung Tunggul service indicates the need to increase the airport's class interests udarasehingga transportation development can serve larger aircraft in service Wulung Tunggul Cilacap. The length of airport runways Tunggul Wulung existing Cilacap is 1,400 m with a width of 30 m. Runway length evaluated using calculation methods ARFL for existing aircraft and aircraft plans.Seeing the results of the calculation method is ARFL using existing air aircraft with Cessna Grand Caravan C208B, Piaggio P180 Avanti and Short Brother SD 360 is still unsafe to land at the airport Tunggul Wulung Cilacap needs the longest runway of 1300 m.Calculation of the runway for a flight plan using Boeing 737-300 ARFL method requires long airport runway over 2000 m. So to Cilacap Wulung Tunggul service can serve the entire flight plans, airport runway length to be extended by 600 m.Keywords: Runway, Existing Aircraft, Aircraft PlansABSTRAKMeningkatnya jumlah penumpang dan pergerakan pesawat terbang setiap tahunnya di Bandara Tunggul Wulung Cilacap mengindikasikan perlunya peningkatan kelas bandara untuk kepentingan perkembangan transportasi udarasehingga dapat melayani pesawat yang lebih besar di Bandara Tunggul Wulung Cilacap. Panjang landasan pacu Bandar Udara Tunggul Wulung Cilacap existing adalah 1.400 m dengan lebar 30 m. Panjang Runway di evaluasi dengan menggunakan perhitungan metode ARFL untuk pesawat existing dan pesawat rencana.Melihat hasil perhitungan dengan metode ARFL menggunakan pesawat existing yaitu pesawat terbang dengan jenis Cessna Grand Caravan C208B, Piaggio P180 Avanti dan Short Brother SD 360 masih aman untuk mendarat di Bandara Tunggul Wulung Cilacap dengan kebutuhan runway terpanjang sebesar 1300 m.Perhitungan kebutuhan runway untuk pesawat rencana jenis Boeing 737-300 menggunakan metode ARFL membutuhkan panjang runway bandara sepanjang 2000 m. Maka agar Bandara Tunggul Wulung Cilacap dapat melayani seluruh pesawat rencana, panjang runway bandara harus diperpanjang sebesar 600 m.Kata Kunci : Runway, Pesawat Existing, Pesawat Rencana
THE DESIGN OF BANYUMAS DISTRIC PUBLIC SERVICES OFFICE WITH CONTEMPORARY ARCHITECTURE APPROACHED IN PURWOKERTO CITY Pritha Liana Dewayani; Basuki -; Wita Widyandini
Teodolita ( Media Komunikasi Ilmiah di Bidang Teknik ) Vol 20, No 2 (2019): Teodolita
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Wijayakusuma Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1492.729 KB) | DOI: 10.53810/jt.v20i2.305

Abstract

Purwokerto is the capital of Banyumas Regency which is developed since 2000. The development of Purwokerto was started by so many new facilities of the city such as restaurant, shopping mall, shop house,and hotel. This development was rapidly happen so the goverment of Banyumas Regency has program todevelop Purwokerto City. The plan to make a new city in Tanjung, South Purwokerto because there is awide area there and this is one of conservation activity of water absorption in north of the city and also oneof program to make an independent city. Along with the development of Purwokerto city, the performanceof goverment office must be developed too. One of the program is making a new public service office.Integrated office make the performance of office be more effective and efficient.  The plan of public service office is using integrated concept which make employee and user orsociety easier to have mobilty from goverment service office to public service office and go to anothergoverment service office. The integrated public service office apply contemporary architecture conceptwhich make a new face of building and can be one of Purwokerto City’s landmark.Key words : Contemporary Architecture, Public Services Office, Purwokerto City ABSTRAK Purwokerto merupakan ibukota dari Kabupaten Banyumas yang mulai berkembang tahun 2000-an.Perkembangan Kota Purwokerto ditandai dengan munculnya fasilitas- fasilitas di dalam kota, sepertirestoran, pusat perbelanjaan, pertokoan, serta hotel. Karena perkembangan yang pesat, PemerintahKabupaten Banyumas memiliki program pengembangan dan perencanaan kota Purwokerto menjadi kotabaru Purwokerto. Perencanaan sebuah kota baru di daerah Tanjung, Purwokerto Selatan karena memilikilahan yang luas serta sebagai upaya penyelematan daerah resapan air di utara kota. Hal ini juga merupakanupaya yang dilakukan Pemerintah Purwokerto untuk menjadikan kota ini sebagai kota yang mandiri.Seiring dengan pesatnya perkembangan kota Purwokerto, kinerja kantor pemerintahan harus berkembangjuga. Salah satunya adalah akan direncanakan kantor pelayanan publik terpadu. Hal ini merupakan suatulangkah untuk membuat sistem kerja kantor pelayanan publik menjadi efektif dan efisien.  Perencanaan Kantor Pelayanan Publik ini menggunakan konsep terpadu dalam suatu wilayah,sehingga para karyawan dan pengguna yaitu masyarakat akan lebih mudah untuk mobilitas dari kantordinas satu ke kantor pelayanan publik maupun ke kantor dinas lainnya. Kantor pelayanan publik ini juga akan menggunakan konsep arsitektur kontemporer yang nantinya diharapkan menjadi wajah baru dan salahsatu landmark dari Kota Purwokerto.Kata-kata Kunci :  Arsitektur Kontemporer, Kantor Pelayanan Publik, Kota Purwokerto
ANALISIS KUAT TEKAN BENDA UJI BETON SEBAGAI EVALUASI PEKERJAAN PENGECORAN BETON DAN PENENTUAN KUAT TEKAN KARAKTERISTIK AKTUAL Iwan Rustendi
Teodolita ( Media Komunikasi Ilmiah di Bidang Teknik ) Vol 13, No 2 (2012)
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Wijayakusuma Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53810/jt.v13i2.86

Abstract

AbstrakDalam pekerjaan konstruksi salah satu pekerjaan (produk) yang harus dikendalikan atau dikontrol adalah pekerjaan pengecoran beton. Penelitian ini menganalisis kuat tekan beton yang diuji di Laboratorium Teknik Sipil UNWIKU Purwokerto yang bertujuan untuk megevaluasi pekerjaan pengecoran beton pada balok dan pelat lantai Gedung X di Purwokerto berdasarkan SNI 03-2847-2002 tentang Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui berapa kuat tekan karakteristik beton yang dicapai (aktual) berdasarkan Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971. Jumlah benda uji (sampel) sebanyak 44 buah di mana 2 buah benda uji yang berpasangan berasal dari 22 adukan (truck mixer) yang berbeda, sehingga satu nilai uji kuat tekan merupakan rata-rata kuat tekan 2 buah benda uji yang berpasangan. Perawatan benda uji dilakukan di laboratorium dan pengujian dilakukan pada umur 28 hari. Dengan kuat tekan karakteristik f’c rencana adalah 20 MPa, berdasarkan hasil analisis didapatkan bahwa pekerjaan pengecoran balok dan pelat lantai Gedung X di Purwokerto mutu betonnya tidak memenuhi syarat karena ada 6 hasil uji yang merupakan rata-rata dari 3 pasangan benda uji nilainya kurang dari 20 MPa. Dari perhitungan kuat tekan karakteristik diketahui bahwa beton pada pekerjaan pengecoran balok dan pelat lantai Gedung X Purwokerto kuat tekan karakteristiknya sebesar 18,5 MPa dibawah kuat tekan karakteristik yang direncanakan. KATA KUNCI : pekerjaan beton, evaluasi, kualitas beton

Page 2 of 26 | Total Record : 256